Analisis penentuan pola produksi yang optimal dalam perencanaan produksi : studi kasus pada PT Madu Baru Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENENTUAN POLA PRODUKSI YANG OPTIMAL DALAM PERENCANAAN PRODUKSI

Studi Kasus Pada PT Madu Baru Yogyakarta Crissensia Hartanti

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2007

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pola produksi yang diterapkan oleh PT Madu Baru pada tahun 2004 sudah tepat dan juga untuk mengetahui pola produksi apakah yang tepat untuk diterapkan tahun 2006.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus, yaitu dengan menggunakan obyek penelitian pola produksi pada PT Madu Baru untuk spiritus dan alkhohol.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005, data yang diteliti adalah data penjualan tahun 2000-2004.

Berdasarkan hasil analisis pola produksi yang diterapkanperusahaan baik untuk spiritus maupun untuk alkhohol adalah pola produksi moderat. Dari hasil analisis dengan menggunakan tiga pola produksi, diketahui bahwa pola produksi Moderat yang diterapkan untuk spiritus sudah efisien.

Dari hasil analisis untuk alkhohol, pola produksi moderat yang diterapkan perusahaan untuk alkhohol belum efisien. Pola Produksi yang efisien diterapkan untuk alkhohol tahun 2004 adalah Pola produksi konstan.

Dari hasil peramalan untuk tahun 2006 diketahui untuk produk Spiritus diketahui bahwa dengan menggunakan pola produksi bergelombang dihasilkan biaya tambahan yang terendah. Hasil peramalan untuk alkohol juga menunjukkan bahwa biaya tambahan yang terendah untuk tahun 2006 adalah dengan menggunakan pola produksi bergelombang.


(2)

ABSTRACT

AN ANALYSIS ON THE PATTERN OF DETERMINING THE OPTIMAL PRODUCTION IN PRODUCTION PLANNING

A Study Case at PT Madu Baru Yogyakarta Crissensia Hartanti

Sanata Dharma University Yogyakarta

2007

The aims of this research were to find out if the pattern of the production, applied by PT Madu Baru in 2004 had been précised and to find out the precise production patterns for 2006. This research was a case study at PT Madu Baru for spiritus and alcohol as the object of the pattern of the production research.

The techniques in collecting data were interview, observation and documentation. This research occurred on September 2005. The data being observed was the sales data between 2000-2004.

The research found that of production pattern applied by the company for the spiritus and for the alcohol was the moderate one. The research also found that the moderate production pattern used for spiritus had been efficient. On the other’ hand, the one for alcohol had not been efficient. The efficient production pattern applied for alcohol in 2004 was the constant production pattern.

Based on the estimation for 2006, both for the product of spiritus and alcohol, the lowest additional cost could be obtained using the wave production pattern.


(3)

ANALISIS PENENTUAN POLA PRODUKSI YANG

OPTIMAL DALAM PERENCANAAN PRODUKSI

Studi Kasus Pada PT Madu Baru Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

oleh:

Nama : Crissensia Hartanti NIM : 012214062

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007


(4)

(5)

(6)

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Yesus, Kaulah Andalanku Sepanjang Hidupku

Dalam kepenatan hidup ini,

Kutahu kalau aku masih punya harapan

Masalah menjadi bagian dalam hidupku

Ku tahu kalau aku harus bangkit lagi dan tak boleh menyerah

Meskipun … aku sering terpuruk

Kini aku sadar, aku harus melangkah maju lagi, demi diriku sendiri, demi orang

tuaku dan juga orang-orang yang mencintaiku

Tuhan Yesus, aku tahu bahwa Kau selalu ada didekatku.

Terucap terima kasih dari dalam hatiku teruntuk

-

Tuhan Yesus Kristus

-

Ayah dan Ibuku tercinta

-

Adik-adikku tersayang

-

Teman-teman MUDIKA dan adik-adik

PIA “Saint Pietro” Tegalsari

-

Mas End “Rencana Tuhan ini indah, kita

berserah kepada-Nya”.


(7)

(8)

ABSTRAK

ANALISIS PENENTUAN POLA PRODUKSI YANG OPTIMAL DALAM PERENCANAAN PRODUKSI

Studi Kasus Pada PT Madu Baru Yogyakarta Crissensia Hartanti

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2007

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pola produksi yang diterapkan oleh PT Madu Baru pada tahun 2004 sudah tepat dan juga untuk mengetahui pola produksi apakah yang tepat untuk diterapkan tahun 2006.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus, yaitu dengan menggunakan obyek penelitian pola produksi pada PT Madu Baru untuk spiritus dan alkhohol.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005, data yang diteliti adalah data penjualan tahun 2000-2004.

Berdasarkan hasil analisis pola produksi yang diterapkanperusahaan baik untuk spiritus maupun untuk alkhohol adalah pola produksi moderat. Dari hasil analisis dengan menggunakan tiga pola produksi, diketahui bahwa pola produksi Moderat yang diterapkan untuk spiritus sudah efisien.

Dari hasil analisis untuk alkhohol, pola produksi moderat yang diterapkan perusahaan untuk alkhohol belum efisien. Pola Produksi yang efisien diterapkan untuk alkhohol tahun 2004 adalah Pola produksi konstan.

Dari hasil peramalan untuk tahun 2006 diketahui untuk produk Spiritus diketahui bahwa dengan menggunakan pola produksi bergelombang dihasilkan biaya tambahan yang terendah. Hasil peramalan untuk alkohol juga menunjukkan bahwa biaya tambahan yang terendah untuk tahun 2006 adalah dengan menggunakan pola produksi bergelombang.


(9)

ABSTRACT

AN ANALYSIS ON THE PATTERN OF DETERMINING THE OPTIMAL PRODUCTION IN PRODUCTION PLANNING

A Study Case at PT Madu Baru Yogyakarta

Crissensia Hartanti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

The aims of this research were to find out if the pattern of the production, applied by PT Madu Baru in 2004 had been précised and to find out the precise production patterns for 2006. This research was a case study at PT Madu Baru for spiritus and alcohol as the object of the pattern of the production research.

The techniques in collecting data were interview, observation and documentation. This research occurred on September 2005. The data being observed was the sales data between 2000-2004.

The research found that of production pattern applied by the company for the spiritus and for the alcohol was the moderate one. The research also found that the moderate production pattern used for spiritus had been efficient. On the other’ hand, the one for alcohol had not been efficient. The efficient production pattern applied for alcohol in 2004 was the constant production pattern.

Based on the estimation for 2006, both for the product of spiritus and alcohol, the lowest additional cost could be obtained using the wave production pattern.


(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kekuatan dan kesehatan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul: Analisis Penentuan Pola Produksi Yang Optimal dalam Perencanaan Produksi walaupun , masih sangat jauh dari sempurna.

Penulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama melaksanakan penelitian dan penyelesaian penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik tenaga, dana , doa, bimbingan, perhatian dan waktu. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan arahan, dorongan dan bimbingan yang sangat berarti dari awal penyusunan hingga selesainya skripsi ini.

2. Bapak Drs. A. Triwanggono, MS., selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan arahan, dorongan dan bimbingan yang sangat berarti dari awal penyusunan hingga selesainya skripsi ini.


(11)

3. Seluruh dosen dan staff pengajar jurusan Manajemen, atas ilmu di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Staff kesekretariatan dan karyawan FE yang telah banyak membantu penulis selama berada di USD Yogyakarta.

5. Bapak Agus Siswanto selaku Direktur PT Madu Baru yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelituan di PT Madu Baru Yogyakarta.

6. Semua karyawan PT Madu Baru dengan segala kebaikan dan kesabaran selama penulis melakukan penelitian.

7. Ayahku Ignatius Sumarno dan Ibuku Florentina Pariyah serta adik-adikku (Septi dan Novi) yang telah memberikan kasih sayang, doa dan perhatian hingga selesainya skripsi ini.

8. Yuli dan Lisa yang telah membantuku dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman angkatan 2001: Bertha, Reni, Uchiel, Yulia, Ervi, Elvi, Dhani,… dan semua temen-temenku yang tak kusebutkan satu persatu.

10.Teman-teman Mudika Santo Petrus Stasi Tegalsari….Ipung, Endri, Mbak Tutik, Eryono, Heri, Dik Antik, Koko, Ndo, Lediz, Joko, Galih, Ndarto, Wawan, Aji, Gandhi, Udi, Ria. Matur nuwun yo cah…..! Kebersamaan dan tawa canda kalian selalu mengiburku di sela-sela kepenatan hidupku.

11.Adik-adik PIA Santo Petrus Stasi Tegalsari, atas keluguan dan keceriaan kalian yang membangkitkan semangatku.


(12)

12.Romo E.M. Supranowo, Pr., atas doa dan dorongan spiritualnya padaku! (Matur nuwun Romo).

13.Bapak dan Ibu di kweni atas kebaikan kalian….terima kasih atas tumpangan tempat tidurnya.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh Karena itu dengan kerendahan hati penulis mohon kerelaan pembaca untuk memberikan kritik, saran yang sifatnya membangun bagi terciptanya kesempurnaan skripsi ini. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 30 Maret 2007


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………. i

HALAMAN PERSETUJUAN ………... ii

HALAMAN PENGESAHAN……… iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN……….... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… v

ABSTRAK………. vi

ABSTRACT……….. vii

KATA PENGANTAR………... viii

DAFTAR ISI……….. xi

DAFTAR TABEL……….. xiv

DAFTAR GAMBAR………. xviii

BAB I PENDAHULUAN………. 1

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Rumusan Masalah………. 3

C. Batasan Masalah……… 3

D. Tujuan Penelitian………... 4

E. Manfaat Penelitian………. 4

F. Sistematika Penulisan ……… 5

BAB II LANDASAN TEORI……… 7

A. Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi………….. 7

B. Pengertian Perencanaan Produksi……….. 8


(14)

D. Pengertian Pola Produksi……….. 10

E. Pemilihan Pola Produksi……… 14

F. Peramalan………. 21

G. Kerangka Pemikiran Teoritis……… 25

BAB III METODE PENELITIAN……… 27

A. Jenis Penelitian………. 27

B. Subjek dan Objek Penelitian……… 27

C. Lokasi dan Waktu Penelitian……… 28

D. Variabel Penelitian……… 28

E. Data yang Dicari……….. 28

F. Definisi Operasional………. 29

G. Teknik Pengumpulan Data……….. 29

H. Teknik Analisis Data……… 30

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN……… 36

A. Sejarah Berdirinya Perusahaan………. 36

B. Struktur Organisasi Perusahaan……… 39

C. Proses Produksi Perusahaan………. 46

D. Pemasaran Produk Perusahaan………. 50

E. Personalia……….. 50

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……….. 56

A. Analisis Data……… 56


(15)

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN……. 155 A. Kesimpulan……….. 155

B. Saran………. 156

C. Keterbatasan Penulisan……… 156 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel V.1 Volume Penjualan spirirus untuk Tahun 2000-2001 ... 55 Tabel V.2 Tingkat Produksi, Persediaan, Penjualan spiritus

Tahun 2004 ... 57 Tabel V.3 Tingkat Persediaan dan Rata-rata Persediaan

Spiritus tahun 2004 ... 59 Tabel V.4 Total Tambahan Biaya spiritus Tahun 2004 ... 63 Tabel V.5 Persediaan, Tingkat Produksi, Penjualan Pola Produksi

Konstan untuk spiritus... 64 Tabel V.6 Total Tambahan Biaya Pola Produksi Konstan untuk spiritus . 67 Tabel V.7 Persediaan, Tingkat Produksi, Penjualan, Pola Produksi

Bergelombang untuk spiritus Tahun 2004 ... 67 Tabel V.8 Total Tambahan Biaya Pola Produksi Bergelombang ... 69 Tabel V.9 Persediaan, Tingkat Produksi, Penjualan Pola Produksi

Moderat untuk spiritusTahun 2004 ... 69 Tabel V.10 Total Tambahan Biaya Pola Produksi Moderat ... 72 Tabel V.11 Perbandingan Total Tambahan Biaya Pola Produksi Konstan Bergelombang dan Moderat untuk spiritus Tahun 2004 ... 73 Tabel V.12 Volume Penjualan Alkohol Tahun 2000-2004 ... 74 Tabel V.13 Persediaan, Tingkat Produksi, Penjualan Alkohol


(17)

Tabel V.14 Persediaan dan rata-rata persediaan alkhohol tahun 2004 ... 75 Tabel V.15 Total Tambahan Biaya Alkohol Tahun 2004 ... 79 Tabel V.16 Persediaan, Tingkat Produksi, Penjualan Alkohol

Tahun 2004... 79 Tabel V.17 Total Tambahan Biaya Pola Produksi Konstan Alkohol

Tahun 2004... 82 Tabel V.18 Persediaan, Tingkat Produksi, Penjualan Alkohol

Pola Produksi Bergelombang Tahun 2004 ... 82 Tabel V.19 Total Tambahan Biaya Pola Produksi Bergelombang

Tahun 2004 ... 84 Tabel V.20 Persediaan, Tingkat Produksi, Penjualan Pola Produksi Moderat

Alkohol Tahun 2004 ... 84 Tabel V.21 Total Tambahan Biaya Pola Produksi Moderat Tahun 2004 ... 87 Tabel V.22 Perbandingan Total Tambahan Biaya Konstan,

Bergelombang Dan Moderat untuk Alkohol Tahun 2004 ... 87 Tabel V.23 volume Penjualan Spiritus tahun 2000-2004 ... 88 Tabel V.24 Volume Penjualan Alkhohol tahun 2000-2004... 89 Tabel V.25 Perhitungan Indeks Musim

Dengan Metode Rata-rata sederhana ... 104 Tabel V.26 Perhitungan Trend ... 106 Tabel V.27 Trend Penjualan bulanan Metode rata-rata sederhana


(18)

Tabel V.28 Ramalan Penjualan tahun 2000-2004... 112 Tabel V.29 Perbandingan MSE untuk alkhohol ... 134 Tabel V.30 Ramalan Penjualan Spiritus ... 135 Tabel V.31 Persediaan, Tingkat Produksi, Penjualan

Pola Produksi Konstan Tahun 2006 ... 136 Tabel V.32 Total biaya tambahan Pola Produksi Konstan Konstan ... 139 Tabel V.33 Persediaan, Tingkat Produksi, Penjualan

Pola Produksi bergelombang Tahun 2006 ... 139 Tabel V.34 Total Tambahan Biaya Pola Produksi Bergelombang Spiritus

Tahun 2006... 141 Tabel V.35 Persediaan, Tingkat Produksi, Penjualan

Pola Produksi moderat Spiritus Tahun 2006 ... 141 Tabel V.36 Total Tambahan Biaya Pola Produksi moderat Th 2006 ... 144 Tabel V.37 Perbandingan Total Biaya Tambahan Konstan, Bergelombang

Moderat Spiritus Tahun 2006 ... 145 Tabel V.38 Peramalan Penjualan Alkohol Tahun 2006 ... 145 Tabel V.39 Persediaan, Tingkat Produksi, Penjualan

Pola Produksi Konstan Alkohol Tahun 2006 ... 146 Tabel V.40 Total biaya tambahan Pola Produksi Konstan Alkohol

Tahun 2006... 149 Tabel V.41 Persediaan, Tingkat Produksi ,Penjualan Pola Produksi

Bergelombang Alkohol Tahun 2006 ... 149 Tabel. V.42 Total biaya tambahan Pola Produksi Bergelombang ... 151


(19)

Tabel V. 43 Persediaan, Tingkat Produksi, Penjualan tahun 2006 ... 151 Tabel V.44 Total biaya tambahan Pola Produksi Moderat Tahun 2006 ... 154 Tabel V.45 Perbandingan biaya tambahan pola produksi


(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar IV.2: Skema Proses Pembuatan Alkhohol……….. 49 Gambar V.1 : Grafik Penjualan Spiritus tahun 2004 (dalam Liter)……. 55 Gambar V.2 : Grafik Penjualan Alkhohol tahun2004 (dalam Liter) …... 56


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Penentuan pola produksi merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Pola produksi dapat dijadikan acuan dalam memproduksi suatu produk. Penentuan dan pemilihan pola produksi yang tepat akan dapat membantu perusahaan dalam merencanakan dan menentukan pola mana yang tepat dan sesuai dengan kondisi perusahaan. Kebijakan dari pola produksi dipakai sebagai dasar di dalam perencanaan bagi manajer dalam merencanakan kebutuhan bahan baku, tenaga kerja, serta fasilitas-fasilitas lain yang digunakan untuk berproduksi.

Sebelum perusahaan melaksanakan proses produksi pada suatu periode dan rencana pola produksi dapat tepat, maka perusahaan harus dapat memperkirakan penjualan produknya untuk satu periode agar perusahaan mempunyai gambaran mengenai berapa banyak produk yang harus dihasilkan selama satu periode. Menentukan pola produksi yang tepat merupakan usaha yang dilakukan perusahaan agar dapat mendatangkan laba, karena laba tidak datang dengan sendirinya, maka salah satu usahanya yaitu adalah dengan penentuan pola produksi yang tepat. Laba yang diharapkan oleh perusahaan bukan hanya untuk jangka pendek tetapi juga untuk jangka panjang. Laba yang dihasilkan oleh perusahaan selain merupaka keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan karena dari usaha yang dijalankan oleh perusahaan, laba juga


(22)

bermanfaat untuk dapat melakukan perluasan usaha dan juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan manajemen perusahaan dalam melihat dan menyikapi kemungkinan yang ada dan juga kesempatan di masa yang akan dating. Menentukan perencanaan pola produksi yang tepat sangat diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat cepat melihat dan menyikapi keadaan perusahaan sehingga nantinya perusahaan dapat menghasilkan laba.

Penentuan pola produksi memang sangt diperlukan untuk melaksanakan produksi pada periode tersebut. Pola produksi di sini didefinisikan sebagai distribusi dari produksi tahunan ke dalam periode yang lebih kecil, misalnya bulanan atau mingguan atau unit waktu yang lainnya.

Seandainya penjualan perusahaan yang bersangkutan ini adalah sama jumlahnya dari bulan ke bulan yang lain, atau jumlah produk yang dijual perusahaan ini selalu sama setiap bulannya, maka tidak ada masalah dalam distribusi tersebut. Akan tetapi penjualan yang sebenarnya dari perusahaan ini tidak akan selalu sama, penjualan akan selalu berfluktuasi dari bulan ke bulan, sehingga hal ini akan dapat menimbulkan persoalan. Oleh karena itu penjualan akan mempengaruhi pola produksi dari satu perusahaan. Untuk dapat menentukan pola produksi yang tepat, kita harus terlebih dahulu menghitung besarnya “Incremental Cost Analysis” yaitu tambahan biaya yang akan terjadi bila perusahaan memilih suatu alternatif keputusan tertentu. Analisis ini akan dapat dipakai oleh perusahaan untuk menentukan pola produksi yang tepat yaitu terpenuhinya target penjualan dengan biaya minimal. Pola produksi yang


(23)

dipilih di sini adalah merupakan pola produksi yang akan mendapatkan penghematan biaya produksi dalam perusahaan yang bersangkutan.

Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pola produksi, untuk itu penulis mengambil judul: Analisis Penentuan Pola produksi yang Optimal Dalam Perencanaan Produksi.

B. Rumusan Masalah

1. Pola produksi apakah yang diterapkan PT Madu Baru dalam proses produksinya pada tahun 2004?

2. Apakah pola produksi yang diterapkan oleh PT Madu Baru dalam proses produksinya pada tahun 2004 sudah efisien?

3. Pola produksi apakah yang paling optimal untuk diterapkan pada PT Madu Baru dalam proses produksinya pada tahun 2006?

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian yang dilakukan ini penulis membatasi masalah dalam hal penentuan pola produksi untuk Spiritus dan Alkhohol berdasar Incremental Cost yang terkait dengan biaya simpan, biaya perputaran tenaga kerja, biaya lembur, dan biaya subkontrak pada PT Madu Baru


(24)

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pola produksi yang diterapkan PT madu Baru dalam proses produksinya pada tahun 2004.

2. Untuk mengetahui apakah pola produksi yang diterapkan PT madu Baru dalam proses produksinya pada tahun 2004 sudah efisien.

3. Untuk mengetahui pola produksi yang bagaimanakah yang paling tepat untuk diterapkan pada PT madu Baru dalam proses produksinya untuk tahun 2006.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan membantu perusahaan dalam membuat rencana dalam menyelesaikan masalah yang ada yang berkaitan dengan penentuan pola produksi yang tepat yang dapat digunakan perusahaan sebagai pedoman dalam menjalankan produksinya yang akan datang.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk penelitiaan lebih lanjut dan dapat digunakan sebagai tambahan referensi perpustakaan USD.


(25)

3 Bagi penulis

Hasil penelitian ini bagi penulis dapat memberikan dan menambah

wawasan penulis tentang masalah produksi khususnya tentang pentingnya penentuan pola produksi yang tepat dalam proses produksi.

F. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pembahasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II : Landasan Teori

Dalam bab ini berisi tentang teori-teori dari hasil studi pustaka yang menjadi acuan dalam penulisan ini. Uraian dalam bab ini diharapkan dapat dijadikan sebagai landasan bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian.

BAB III : Metode Penelitian

Dalam bab ini berisi tentang jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, tempat dan waktu penelitian. Variabel penelitian, data yang di cari, definisi operasional, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : Gambaran Umum Penelitian

Dalam bab ini berisi tentang sejarah PT Madu Baru, Struktur organisasi PT Madu Baru, Proses produksi spiritus dan


(26)

alkhohol, pemasaran spiritus dan alkhohol di PT Madu Baru dan Personalia di PT Madu Baru.

BAB V : Analisis Data Dan Pembahasan

Dalam bab ini menjelaskan tentang pengolahan data, hasil penelitian, penafsiran hasil analisis dengan tekhnik analisis yang sudah ditetapkan.

BAB VI : Penutup

Dalam bab ini akan dikemukakan kesimpulan hasil penelitian, saran-saran dari penulis, dan keterbatasan.


(27)

BAB II LANDASAN TEORI

A Manajemen Produksi dan Manajemen Operasi

Manajemen produksi merupakan usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya-sumber daya, tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah dalam proses tranformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk atau jasa. (Hani Handoko, 1975:3)

Manajemen produksi lebih menekankan dalam proses pengubahan bentuk Istilah manajemen produksi diganti dengan istilah manajemen operasi seiring dengan pengembangan produk jasa yang jauh lebih mencolok bila dibandingkan dengan pabrikasi. Orientasi manajemen operasi menjadi lebih luas bukan saja pada bidang pabrikasi tetapi juga pada pengelolaan produk pelayanan dan jasa. (Lalu Sumayang,2003:4)

Menurut Agus Ahyari(1979:11)

Manajemen Produksi adalah proses kegiatan untuk mengadakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian serta pengawasan dari produksi dan proses produksi.

Menurut William J Stevenson (1993:4)

Operations management is a system or processes that create goods and/ or provide services.

(Manajemen operasi adalah sebuah sistem atau proses yang membuat barang dan atau menyediakan jasa.)


(28)

Manajemen operasi mengandung pengertian yang luas daripada manajemen produksi. Manajemen operasi mencakup jenis kegiatan baik yang menghasilkan barang maupun jasa. Manajemen produksi dipakai apabila penekanannya diarahkan kepada kegiatan yang menghasilkan barang bukan jasa. Manajemen produksi lebih menekankan dalam proses pengubahan bentuk.

B Perencanaan Produksi

Sebelum perusahaan beoperasi atau bahkan sebelum perusahaan di dirikan, sebuah perusahaan perlu menyusun perencanaan. Perencanaan produk berbeda dengan perencanaan produksi.

Perencanaan produk adalah suatu rencana tentang apa dan berapa yang dapat diproduksi oleh perusahaan. Sedangkan perencanaan produksi adalah suatu rencana dari apa dan berapa yang akan diproduksi oleh perusahaan

(Agus Ahyari, 1979:39)

Perencanaan produksi sangat penting dan perlu untuk setiap usaha dalam pencapaian tujuan. Alasan ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa kondisi masa depan tidaklah pasti. Perusahaan perlu menyikapi akan kemungkinan yang dapat terjadi nantinya.

Di dalam perencanaan produksi, dengan mendasarkan diri kepada data yang ada, akan dibicarakan apa dan berapa produk yang akan segera diproduksikan dalam satu periode yang akan datang. Dengan demikian diharapkan bahwa proses produksi yang dilaksanakan oleh perusahaan tersebut akan dapat berhasil dengan baik, ekonomis, serta tidak


(29)

menimbulkan berbagai kerugian dan hambatan terhadap kegiatan operasi dari perusahaan yang bersangkutan.

Perencanaan sangatlah penting dijadikan landasan untuk pelaksanaan kerja seorang manajer agar organisasi-organisasi dapat mencapai tingkat hasil yang efektif. Perencanaan merupakan tugas penting dari organisasi. Landasan dasar setiap perencanaan adalah kemampuan manusia untuk secara sadar memilih alternatif masa depan yang dikehendakinya dan kemudian mengarahkan daya upayanya untuk mewujudkan masa depan yang dipilih itu. (Indriyo Gitosudarmo,1988: 28)

C. Biaya tambahan (Incremental Cost)

Suatu alternatif dalam suatu pengambilan keputusan adalah tambahan biaya yang akan terjadi jika alternatif tersebut dipilih. Jadi biaya tambahan ini merupakan jumlah semua biaya relevan yang berhubungan dengan suatu alternatif.

Dalam suatu alternatif, biaya relevan merupakan biaya masa yang akan datang yang diperkirakan akan berbeda-beda atau terpengaruh oleh suatu pengambilan keputusan di antara berbagai macam alternatif. (Mulyadi, 1984:16-19)

Perusahaan perlu membuat analisis tambahan biaya terhadap masing-masing pola produksi untuk menentukan pola produksi mana yang paling tepat untuk diterapkan di perusahaan. Pola produksi yang dapat diterapkan adalah pola produksi yang menghasilkan biaya tambahan terendah.


(30)

Macam-macam biaya tambahan itu tidak pasti terjadi setiap bulannya dan tergantung dari pola produksi yang diterapkan oleh perusahaan.

Jadi Incremental cost ini hanya akan terjadi bila luas produksi dipecah-pecah dalam periode yang pendek. Setelah dikelompokkan dari masing-masing pola produksi, maka setiap pola produksi akan memiliki incremental cost yang berbeda-beda.

Dari hasil perhitungan biaya tambahan tersebut maka dapat digunakan untuk memilih dan menentukan pola produksi yang optimal yang dapat menunjang terpenuhinya target penjualan dengan biaya minimal

D. Pola produksi

Pola produksi merupakan penentuan bagaimana kebijaksanaan produksi suatu perusahaan untuk dapat melayani penjualan perusahaan. Perusahaan yang melakukan kegiatan produksi dalam jumlah besar pasti akan menghadapi masalah dalam hal menentukan berapa jumlah yang akan diproduksi. Berapa jumlah barang yang akan diproduksi akan dijadikan suatu pertimbangan karena volume penjualan akan selalu berfluktuasi.

Untuk dapat mengatasi volume penjualan yang berfluktuasi, maka manajer bagian produksi harus memilih pola produksi yang tepat dan sesuai dengan kondisi perusahaan. Manajer bagian produksi harus memili pola produksi yang tepat agar dalam pengelolaanya, biaya yang dikeluarkan minimal serta sesuai dengan permintaan konsumen. Secara umum ada 3 macam pola produksi : (Agus Ahyari,1983:63)


(31)

Yaitu pola produksi dimana jumlah produksi dari bulan ke bulan adalah sama atau relatif sama. Sebagai konsekuensinya dari jumlah produksi yang sama dari bulan ke bulan ini, maka apabila ada kenaikan penjualan, selisih penjualan dengan jumlah produksi pada bulan tersebut akan diambilkan dari persediaan.

Pola produksi ini sering kali juga disebut sebagai pola produksi yang stabil (lebih mementingkan adanya stabilitas produksi)

Contoh:

Tabel 1

Perkiraan penjualan perusahaan

Bulan unit Bulan unit

JANUARI 2000 JULI 7000

FEBRUARI 4000 AGUSTUS 6000

MARET 5000 SEPTEMBER 4000

APRIL 8000 OKTOBER 2000

MEI 9000 NOVEMBER 2000

JUNI 8000 DESEMBER 3000

Perkiraan penjualan 1 tahun = 60.000 unit Persediaan awal = 10.000 unit Persediaan akhir = 10.000 unit

Dalam pola produksi konstan persediaan awal sama ddengan persediaan akhir. Kebutuhan produksi sama dengan kebutuhan penjualan perusahaan =60.000 unit. Produksi per bulan adalah 60.000 unit : 12 = 5000 unit


(32)

Tabel 2

Pola Produksi Konstan

Bulan Persediaan awal

produksi Penjualan Persediaan akhir

JAN 10.000 5.000 2.000 13.000 FEB 13.000 5.000 4.000 14.000 MAR 14.000 5.000 5.000 14.000 APRIL 14.000 5.000 8.000 11.000

MEI 11.000 5.000 9.000 7.000 JUNI 7.000 5.000 8.000 4.000 JULI 4.000 5.000 7.000 2.000 AGUTUS 2.000 5.000 6.000 1.000

SEPT 1.000 5.000 4.000 2.000 OKT 2.000 5.000 2.000 5.000 NOV 5.000 5.000 2.000 8.000

DES 8.000 5.000 3.000 10.000

2. Pola produksi bergelombang

Yaitu pola produksi dimana distribusi dari jumlah produksi selama satu tahun ke dalam jumlah produksi setiap bulan, dimana jumlah produksi dari bulan ke bulan tersebut adalah selalu berubah mengikuti perubahan tingkat penjualan dalam perusahaan yang bersangkutan. Besarnya jumlah produksi mengikuti jumlah penjualan. Jumlah persediaan barang jadi yang ada di dalam perusahaan yang mempergunakan pola produksi yang bergelombang adalah stabil atau relatif stabil, maka pola produksi bergelombang ini kadang-kadang juga disebut sebagai pola produksi yang menitik-beratkan kepada adanya stabilitas persediaan, dimana jumlah persediaan dalam perusahaan ini relatif sama setiap bulannya.


(33)

Tabel 3

Pola produksi bergelombang

Bulan Pers. Awal Produksi Penjualan Pers. Akhir

JAN 10.000 2.000 2.000 10.000

FEB 10.000 4.000 4.000 10.000

MAR 10.000 5.000 5.000 10.000

AP 10.000 8.000 8.000 10.000

MEI 10.000 9.000 9.000 10.000

JUNI 10.000 8.000 8.000 10.000

JULI 10.000 7.000 7.000 10.000

AGUST 10.000 6.000 6.000 10.000 SEPT 10.000 4.000 4.000 10.000

OKT 10.000 2.000 2.000 10.000

NOV 10.000 2.000 2.000 10.000

DES 10.000 3.000 3.000 10.000

Jumlah produksi berubah-ubah sesuai dengan perubahan penjualan. 3. Pola produksi moderat

Yaitu pola produksi yang bergelombang, tetapi gelombang produksinya tidak terlalu tajam, sehingga mendekati konstan.

Pola produksi ini juga merupakan suatu pola produksi yang berada ditengah-tengah apabila diperbandingkan dengan kedua jenis pola produksi yang pertama dan kedua di atas.

Perubahan yang terjadi di dalam penjualan produk perusahaan setiap bulannya akan bersama-sama ditutup oleh perubahan persediaan barang jadi dan kegiatan produksi dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut. Kenaikan atau penurunan jumlah penjualan produk perusahaan setiap bulannya akan dibagi sebagian pada tingkat produksi dan sebagian lagi pada jumlah persediaan barang jadi dalam perusahaan. Contoh:


(34)

Bulan Pers. awal Produksi Penjualan Pers. Akhir

JAN 10.000 4.000 2.000 12.000

FEB 12.000 5.000 4.000 13.000

MAR 13.000 5.000 5.000 13.000

APR 13.000 6.000 8.000 11.000

MEI 11.000 7.000 9.000 9.000

JUNI 9.000 7.000 8.000 8.000 JULI 8.000 6.000 7.000 7.000 AGS 7.000 4.000 6.000 5.000 SEPT 5.000 4.000 4.000 5.000 OKT 5.000 4.000 2.000 7.000 NOV 7.000 4.000 2.000 9.000 DES 9.000 4.000 3.000 10.000

E. Pemilihan pola produksi

Didalam pemilihan pola produksi, perlu diperhatikan hal-hal atau faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perusahaan dalam memilih pola produksi. Adapun faktor-faktor yang memepengaruhi pemilihan pola produksi tersebut adalah:

1. Pola penjualan

Volume penjualan dapat mempengaruhi pola produksi. Apabila suatu pola penjualan tidak konstan dipenuhi dengan konstan, maka akan terjadi masalah dalam penyimpanan barang-barang yang belum laku terjual. Pada saat gelombang penjualan itu turun di bawah volume produksinya, sebagai akibat masalah penyimpanan baik biaya sewa gudang, biaya asuransi, biaya pemeliharaan untuk menjaga agar barang-barang tetap dalam kondisi yang baik selama penyimpanan.


(35)

Di dalam pemilihan pola produksi harus diperhitungkan biaya yang harus dikeluarkan sehubungan dengan kebijakan tersebut. Disamping itu harus diperhatikan pula batasan-batasan yang dimiliki perusahaan seperti kapasitas mesin, tenaga kerja dan sebagainya. Biaya-biaya yang harus diperhatikan:

a. Biaya simpan yaitu biaya penyimpanan barang-barang hasil produksi yang belum laku terjual karena pada saat itu volume produksi lebih besar daripada volume penjualannya atau biaya penyimpanan yang harus dikeluarkan lagi sehubungan dengan naiknya jumlah produk yang disimpan.

b. Biaya peputaran tenaga kerja yaitu biaya yang diperlukan untuk memperoleh, melatih atau mengeluarkan tenaga kerja selama satu periode produksi. Ongkos ini biasanya terjadi pada pola produksi yang bergelombang atau moderat, sebab pada pola produksi ini dapat terjadi perubahan, baik penambahan maupun penurunan volume produksi.

c. Biaya lembur yaitu tambahan biaya yang diberikan karena adanya kerja lembur. Pekerjaan lembur ini dilakukan oleh perusahaan untuk mengejar unit pruduksi sehingga menyebabkan naiknya volume produksi, dimana volume produksi ini tidak melebihi kapasitas maksimal.

d. Biaya sub kontrak, pada umumnya apabila perusahaan tidak mampu melayani permintaan pasar atau konsumen akan produknya, seringkali


(36)

mengadakan sub kontrak untuk komponen-komponen produk tersebut. Jadi biaya sub kontrak adalah biaya yang timbul karena perusahaan memesan atau membeli barang pada perusahaan lain yang membuat atau menjual barang yang diproduksi oleh perusahaan pemesan atau pembeli.(Agus Ahyari, 1983:72-73)

Contoh persoalan yang dihadapi suatu perusahaan untuk memahami perencanaan pola produksi adalah sebagai berikut:

Suatu perusahaan manghadapi pola penjualan bergelombang yang tergambar sebagai berikut: (Sukanto Reksohadiprodjo, 1986:97-104)

Triwulan Jumlah penjualan

I 200 unit

II 450 unit

III 1100 unit

IV 400 unit

Perusahaan akan memenuhi penjualan itu dengan salah satu dari tiga alternatif pola produksi:

1) Pola yang konstan, sebesar 500 unit tiap triwulan

2) Pola bergelombang mengikuti atau sesuai dengan gelombang penjualan hanya akan sebesar kapasitas maksimal produksi yang dimiliki oleh fasilitas produk yaitu sebesar 1000 unit per triwulan,


(37)

lebih dari itu tidak dapat dicapai. Jadi harus ditutup dari persediaan atau dari subkontrak kepada perusahaan lain.

3) Pola produksi moderat yaitu sebesar 400 unit tiap triwulan, pada triwulan I dan II, sedangkan pada triwulan III dan IV masing-masing sebesar 800 unit.

Data yang ada pada perusahaan menunjukkan:

a) Biaya penyimpanan barang hasil produksi = Rp 80,- persatuan triwulan

b) Setiap kenaikan hasil produksi sebesar 200 unit, diperlukan biaya perputaran tenaga kerja sebesar Rp 4000,- peesatuan triwulan.

c) Upah kerja lembur harus dibayarkan apabila hasil produksi lebih besar dari 700 unit dengan premi sebesar Rp 100,- persatuan triwulan.

d) Harga beli barang kalau kita pesan pada perusahaan lain adalah Rp 100,- persatuan.

Biaya Pola produksi konstan

Pola produksi moderat

Pola produksi bergelombang Biaya perputaran

tenaga kerja

Rp 0 Rp 8000 Rp 16000

Biaya simpan Rp 60000 Rp 60000 Rp 0 Biaya lembur Rp 0 Rp 20000 Rp 30000 Biaya sub kontrak Rp 25000 Rp 15000 Rp 10000 Rp 85000 Rp 103000 Rp 56000


(38)

Dari perhitungan itu maka dapat diambil kesimpulan bahwa pola produksi yang paling baik adalah pola produksi yang ketiga yaitu pola produksi yang bergelombang, karena terdapat biaya tambahan yang terendah dibanding pola yang lain

Perhitungan angka-angka tersebut adalah sebagai berikut: a. Pola produksi konstan

1) Biaya perputaran tenaga kerja = Rp 0,- karena tidak pernah ada perubahan volume produksi

2) Biaya simpan

Triwulan I terdapat kelebihan produksi sehingga perlu ada biaya penyimpanan sebesar (500-200) x Rp 80 = Rp 24000,-. Triwulan II ada kelebihan produksi sebesar (500-450) Rp 800= Rp 4000 Di samping itu masih harus menanggung biaya simpan kelebihan produksi pada triwulan I sebesar Rp 24000,-.

Jadi besarnya biaya total adalah Rp 24000,- + Rp 4000,- = Rp 28000,-

Triwulan III terdapat kekurangan produksi terhadap permintaan meskipun sudah dipenuhi dengan persediaan-persediaan yang ada, jadi tak ada biaya penyimpanan, bahkan harus ada biaya sub kontrak untuk memenuhi permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh produksi.


(39)

Triwulan IV terdapat ongkos penyimpanan sebesar (500-400) x Rp 80,- = Rp 8000,- Jadi biaya penyimpanannya adalah Rp 24000,- + Rp 28000+ Rp 8000,- = Rp 60000

3) Biaya kerja lembur

Karena volume produksi hanya sebesar 500 unit per triwulan (tidak lebih dari 700 unit per triwulan) maka tidak terdapat biaya lembur. Bagi pola produksi konstan tidak ada biaya kerja lembur karena jumlah produksi selalu sama tiap triwulan.

4) Biaya sub kontrak

Pada triwulan III terdapat biaya sub kontrak sebesar [1100-(500+50+300)] x Rp 100,- = Rp 25000,-

Jadi total biaya berdasar pola produksi konstan adalah Rp 60000+25000

b. Pola produksi moderat

1) Biaya tenaga kerja dari Tw I ke Tw II naik dari 400 menjadi 800 unit. Perhitungannya 400/200 x Rp 4000 = Rp 8000

2) Biaya simpan Tw I (400-200) x Rp 80,- =Rp 16000,-

Pada Tw II permintaan 450 unit, produksi hanya 400 jadi kekurangan 50 unit. Kekurangan ini ditutup dari persediaan Tw I sebesar 200 unit sehingga masih harus menyimpan barang 150 unit. perhitungannya 150 x Rp 80,- =Rp 12000,-

Pada Tw IV, produksi 800 unit, permintaan sebesar 1100 unit jadi kekurangan 300 unit, tetapi masih ada persediaan dari Tw II


(40)

sebesar 150 unit (tidak ada biaya simpan tetapi ada biaya sub kontrak)

Pada Tw IV, 400 x Rp 80,- =Rp 32000,- Jadi total biaya simpan sebesar Rp 60.000 3) Biaya lembur

100 x Rp 100 (Tw III) Rp 10000 100 x Rp 100 (Tw IV) Rp 10000

Rp.20000 Biaya sub kontrak pada Tw III ada kekurangan produksi dan

persediaan untuk menutupi permintaan. Kekurangan tersebut adalah Rp 1100-(850+150) = 150 unit.

Jadi biaya sub kontraknya adalah 150 x Rp 100 =Rp 15000 Total biaya bagi pola produksi moderat adalah

Rp.8000+60000+20000+15000 =Rp 103000 c. Pola produksi bergelombang

1) Biaya tenaga kerja naik dari 200 ke 450

250/200 x Rp 4000,- Rp 5000 naik dari 450 ke 1000 saja, 100

sub kontrak Rp 11000

Rp 16000

2) Biaya simpan Rp 0

3) Biaya lembur (300 xRp 100,-) Rp 30000 4) Biaya sub kontrak ( 1100-1000) x Rp 100 Rp 10000


(41)

Jumlah biaya total Rp 56000,

F. Peramalan

Perencanaan atau rancang bangun sebagai salah satu fungsi pengambilan keputusan manajemen produksi dan operasi, membutuhkan sebuah ramalan tentang permintaan yang biasa disebut ‘Demand” terhadap produk barang dan jasa yang akan dihasilkan oleh sistem produksi ini. Kebutuhan akan jawaban tentang perubahan pasar yang cepat akan memerlukan peramalan yang tepat.

Peramalan penting artinya karena dengan peramalan yang tepat guna diharapkan akan meningkatkan efisiensi produksi.

Pengertian dari peramalan adalah perhitungan yang objektif dan dengan menggunakan data-data masa lalu, untuk menentukan sesuatu dimasa yang akan datang.

1. Metode-metode peramalan a. Metode Kualitatif

Metode ini biasanya digunakan bila tidak ada atau sedikit data masa lalu yang tersedia, Dalam metode ini pendapat pakar dan prediksi mereka dijadikan dasar untuk menetapkan permintaan yang akan datang.

Metode kualitatif yang banyak dikenal adalah metode Delphi dan metode kelompok nominal.

b. Metode Kuantitatif 1)Metode Time Series


(42)

Metode Time Series adalah metode peramalan secara kuantitatif dengan menggunakan waktu sebagai dasar peramalan. Untuk membuat suatu peramalan diperlukan data historis. Dalam time series ada empat jenis pola permintaan, yaitu:

a. Pola Trend

Pola Trend adalah bila data permintaan menunjukkan pola kecenderungan gerakan penurunan atau kenaikan jangka panjang. Data yang kelihatan berfluktuasi apabila dilihat pada rentang waktu yang panjang akan dapat ditarik suatu garis. Garis tersebut inilah yang disebut trend.

Metode peramalan yang sesuai adalah: 1)Metode Regresi Linear

bt a t f( )= +

Dimana f(t)= nilai dari fungsi (permintaan) pada periode t a= intercept b= Slope

t = Periode 2)Metode Exponential Smoothing fˆtft +(1−α)fˆt1

1 t periode pada permintaan Perkiraan fˆ t periode pada aktual Permintaan f objektif secara ditentukan yang 1) (0 nilai suatu α t periode pada permintaan Perkiraan fˆ 1 t t t − = = < < = = − α


(43)

Xt(2) =αXtX(2)t−1 Ft Xt -1 dan smoothing Faktor α smoothing l exponentia double Peramalan : t F' Xt(2) = = = = α β

b. Pola Musiman

Bila data yang kelihatannya berfluktuasi, namun fluktuasi tersebut akan terlihat berulang dalam suatu interval waktu tertentu, maka data tersebut berpola musiman. Disebut pola musiman karena permintaa ini biasanya dipengaruhi oleh musim, sehingga biasanya interval perulangan data ini adalah satu tahun.

Metode peramalan yang sesuai dengan pola musiman adalah : 1)Metode Winter

t a a f Dengan C t a a t t t t 1 0 1 2 0,2 1 2 0 1 0,2N 0 1 , 0 Ct 2 1 N a f a N f f a (2N)a a a ) . ( + = − + = − = − = = + =

2)Metode Moving Average

m f f f f t

fˆ = t−1 + t−2 + t−3 +... tM

Di mana:

m = adalah jumlah periode yang digunakan sebagai dasar peramalan


(44)

t periode pada aktual permintaan t periode untuk (real) permintaan ramalan ˆ = = ft ft

3)Metode Weight Moving Average

m t m t

t c f c f c f

fˆ( ) = 1 1+ 2 12 +

digunakan yang data masing masing bobot

c1 = −

c. Pola Siklikal

Pola siklikal adalh bila fluktuasi permintaan secara jangka panjang membentuk pola sinusoid atau gelombang atau siklus. Pola ini mirip dengan pola musiman. Metode yang sesuai adalah metode moving average, weight moving average dan exponential smoothing, double exponential smoothing.

d. Pola Eratik/Random

Pola ini adalah apabila fluktuasi data permintaan dalam jangka panjang tidak dapat digambarkan oleh ketiga pola lainnya.tidak ada metode peramalan yang direkomendasikan untuk pola ini.

2. Kriteria Pemilihan Metode Peramalan yang terbaik a) Mean Absolute Deviation (MAD)

b) Mean Square of Error(MSE) ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − =

= m t fˆ ft MAD m 1 t 2 1 ˆ

= ⎥⎥⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − = m t m t f ft MSE


(45)

c) Mean Absolute Procentage of Error (MAPE)

[

]

=

− = m

t

ft t f Ft MAPE

1 m

100% x / ˆ

F. Kerangka Pemikiran Teoritis

Dalam menentukan pola produksi yang optimal, harus diperhitungkan dahulu pola biaya dan pola penjualan yang terjadi. Berdasar data-data yang ada tersebut kemudian dapat dianalisis pola produksi apakah yang paling optimal untuk diterapkan, apakah pola produksi konstan, pola produksi bergelombang, ataukah pola produksi moderat.

Keputusan Penentuan Pola Produksi

Pola Biaya Pola Penjualan

Pola Prod. Konstan Pola Prod. Bergelombang Pola Prod. moderat

Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Keputusan penentuan pola produksi dipengaruhi oleh pola biaya, seperti biaya simpan, biaya tenaga kerja, biaya lembur, dan biaya sub kontrak serta dipengaruhi oleh pola penjualannya.


(46)

b. Dari data-data yang ada kemudian dihitung pola produksi berdasar incremental cost dengan 3 alternatif, yaitu pola produksi konstan, pola produksi bergelombang dan pola produksi moderat.

c. Dari hasil analisis kemudian dapat ditentukan pola manakah yang paling optimal diterapkan pada perusahaan berdasar data-data yang telah diketahui.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan berupa studi kasus pada PT Madu Baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan data-data dan catatan-catatan yang bersifat kuantitatif pada PT Madu Baru yang pengumpulan datanya dengan menggunakan beberapa elemen dan kemudian elemen tersebut diselidiki. Hasil yang diambil berdasarkan penelitian ini hanya berlaku bagi objek yang diteliti pada PT Madu Baru .

B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

a. Kepala Bagian Produksi b. Kepala Bagian Pemasaran c. Kepala Bagian Personalia 2. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah data-data yang berkaitan dengan produksi yaitu penjualan, volume produksi, biaya- biaya yang terjadi dalam proses produksi seperti biaya simpan, biaya tenaga kerja, biaya lembur dan biaya sub kontrak.


(48)

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Penelitian akan dilakukan pada PT Madu Baru

2. Penelitian akan dilakukan pada bulan September - Oktober tahun 2005

D. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian untuk masalah 1, 2 dan 3 adalah pola produksi. Beberapa variabel yang di teliti yaitu, biaya simpan, biaya tenaga kerja, biaya lembur dan biaya sub kontrak.

E. Data Yang Dicari

1. Data Gambaran umum Perusahaan 2. Struktur organisasi

3. Data Produksi

a.Macam produksi perusahaan b.Alur proses Produksi

c. Jumlah / Volume produksi 4. Data pemasaran

a. Volume penjualan 5. Data Personalia

a. Jumlah Tenaga kerja b. Sistem gaji

c. Pengaturan hari kerja dan jadwal kerja 6 .Informasi berbagai biaya


(49)

b. Biaya simpan c. Biaya kerja lembur d. Biaya sub kontrak .F. Definisi Operasional

1. Perencanaan produksi adalah perencanaan tentang produk apa dan berapa jumlahnya masing-masing yang akan segera diproduksikan pada periode yang akan datang.

2. Pola Produksi Optimal adalah pola produksi yang mempunyai biaya tambahan terkecil di antara alternatif yang lain.

3. Pola penjualan adalah volume penjualan yang terjadi pada perusahaan yang dipengaruhi oleh pengaruh baik dari lingkungan internal maupun eksternal perusahaan yang dapat mempengaruhi dalam penentuan pola produksi.

4. Pola Biaya adalah menyangkut biaya-biaya apakah yang terjadi atau yang di keluarkan oleh perusahaan dan harus diperhitungkan dalam pemilihan pola produksi.

G. Metode Pengumpulan Data

1. Dokumentasi

Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan mempelajari dan mengambil data dari perusahaan. Data yang dipelajari adalah data yang berkaitan dengan volume produksi, penjualan, biaya.


(50)

2. Observasi

Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara melakukan peninjauan secara langsung di perusahaan. Data yang akan diambil adalah data mengenai produksi.

3. Wawancara

Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara kita melakukan tatap muka dan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait dengan produksi dan volume penjualan.

H Metode Analisis data

Untuk mengetahui pola penjualan yang akan datang, perlu dilakukan ramalan penjualannya terlebih dahulu dengan mendapatkan data penjualan tahun lalu. Metode yang digunakan dalam memecahkan masalah penentuan pola produksi adalah “Incremental Cost Analysis”. Adapun langkah-langkah dalam pemecahan masalah untuk menentukan pola produksi berdasar Incremental Cost adalah:

1. Analisis masalah pertama

Untuk menjawab masalah pertama, apakah pola produksi yang diterapkan PT Madu Baru dalam proses produksinya. Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

a. Data penjualan pada tahun lalu sudah diketahui. Maka peneliti mengambil data penjualan yang seseungguhnya terjadi pada perusahaan.


(51)

b. Mencari data tentang jumlah produksi yang terjadi pada perusahaan c. Setelah data penjualan dan data produksi diketahui, kemudian diteliti

dan disesuaikan dengan kriteria dari masing-masing pola produksi. Apakah menggunakan pola produkdi konstan, pola produksi bergelombang, atau pola produksi moderat.

Dari langkah-langkah yang telah dilakukan di atas maka dapat diketahui pola produksi apakah yang diterapkan perusahaan pada tahun 2004.

2. Analisis masalah kedua

Analisis masalah yang kedua adalah apakah pola produksi yang diterapkan PT Madu Baru pada tahun 2004 sudah efisien.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menjawab masalah dua: a. Setelah diketahui pola produksi yang diterapkan perusahaan,

kemudian dihitung tambahan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan pola produksi yang diterapkan perusahaan tersebut.

b. Setelah itu menghitung tambahan biaya yang terjadi dengan menggunakan pola produksi yang lain (selain pola produksi yang telah diterapkan perusahaan)

c. Kemudian dibandingkan tambahan biaya yang sesungguhnya terjadi pada perusahaan dengan tambahan biaya yang terjadi apabila menggunakan pola yang lain.


(52)

d. Setelah penghitungan di atas kemudian dapat disimpulkan, dapat dikatakan efisien apabila tambahan biaya yang digunakan perusahaan lebih rendah dari alternatif yang lain.

Dan dikatakan tidak efisien apabila tambahan biaya yang digunakan perusahaan ternyata masih lebih tinggi dari analisis pola yang lain. 3. Analisis masalah ketiga, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan dahulu pola penjualan aktual yang terjadi

b. Mencoba beberapa metode time series yang sesuai dengan data penjualan aktual.

c. Mengevaluasi tingkat kesalahan

d. Memilih metode peramalan yang terbaik

e. Melakukan peramalan dengan metode terbaik tersebut

f Menentukan Tingkat produksi dan persediaan untuk masing-masing pola produksi

1) Pola produksi konstan

Pola produksi ini merupakan suatu distribusi tahunan ke dalam produksi bulanan, dimana jumlah produksi dari bulan ke bulan adalah sama.

Tingkat produksi = Ramalan penjualan tahun X / 12 2) Pola produksi bergelombang

Pada pola produksi ini maka jumlah produksi akan berubah sesuai dengan perubahan penjualan yang terjadi. Apabila penjualan suatu bulan naik maka akan didikuti pula oleh


(53)

kenaikan jumlah produksi. Demikian juga sebaliknya, maka jumlah produksi selalu sama dengan jumlah penjualan dan besarnya oersediaan produk akhir ini dari bulan ke bulan sama besarnya.

3) Pola produksi Moderat

pola ini dapat di cari dengan cara menjumlahkan produksi konstan pada bulan itu dan produksi bergelombang dalam bulan yang sama kemudian dibagi 2

2

X ng Bergelomba X

Konstan X

Bulan = +

g. Menghitung besarnya biaya tambahan pada masing-masing pola produksi

1) Biaya perputaran tenaga kerja

Biaya perputaran tenaga kerja adalah biaya yang diperlukan untuk mencari, mendapatkan, menarik, melatih, mempertahankan dan mengeluarkan tenaga kerja sesuai dengan yang diperlukan selama satu periode produksi. Biaya ini biasanya terjadi pada pola produksi bergelombang dan moderat, sebab pada pola produksi ini dapat terjadi perubahan, baik penambahan maupun penurunan volume produksi.Rumusnya:

(Kenaikan Volume produksi / Kapasitas normal) x tambahan tenaga kerja x biaya penarikan tenaga ke


(54)

2) Biaya lembur

Biaya lembur adalah tambahn upah yang diberikan karena adanya kerja lembur yang disebabkan naiknya volume produksi, di mana volume produksi ini tidak melebihi kapasitas maksimal. Biaya ini biasanya terjadi pada pola produksi bergelombang atau moderat.( Arief, S. 1994, hal 277)

1. Karyawan bulanan Biaya lembur / jam

Jam I = 1.5 x 1/173 x gaji per bulan II = 2 x 1/173 x gaji per bulan 2. Karyawan Harian

Jam I = 1.5 x 6/40 x upah harian II = 2 x 6/40 x upah harian 3) Biaya simpan

Rumusnya : TCC = (Q / 2) C

Keterangan TCC= Total Carrying Cost (Total Biaya Simpan) Q = Kuantitas pemesanan (unit/order)

C = Biaya simpan tahunan dalam rupiah/unit Rata-rata persediaan = Q/2

4) Biaya sub kontrak

Biaya sub kontrak adalah biaya untuk memesan pada perusahaan lain yang dapat memproduksi barang hasil produksi kita. Biaya ini adalah harga barang itu kalau kita pesan pada perusahaan lain. Hal


(55)

ini akan terjadi apabila volume penjualan melebihi volume produksi. Perusahaan perlu memesan pada perusahaan lain untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan langganan agar mereka tidak lari dan pindah ke perusahaan lain. Perhitungannya adalah: =Jumlah produk yang dijual –(jumlah produk yang

diproduksi + Jumlah persediaan periode yang lalu kalau ada) x Tarif biaya sub kontrak.

h. Membandingkan total biaya tambahan pada masing-masing pola produksi, yang dipilih adalah pola produksi yang mempunyai total tambahan biaya terendah dibandingkan total biaya tambahan pola produksi yang lain. Lebih jelasnya dapat terlihat dalam tabel berikut:

Biaya Konstan Bergelombang Moderat

Biaya simpan

Biaya Perputaran Tenaker Biaya lembur

Biaya Sub kontrak Total Biaya Tambahan


(56)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Berdirinya Perusahaan

Pada jaman pemerintah Hindia Belanda di sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat kurang lebih 17 Pabrik Gula, antara lain : PG Padokan, PG Ganjuran, PG Gesikan, PG Kedaton, PG Melati, PG Cebongan, PG Medari.

Yang semua diusahakan oleh pemerintah Hindia Belanda. Dengan masuknya bala tentara Jepang ke wilayah Republik Indonesai pada tahun 1942, maka seluruh pabrik gula tersebut dikuasai oleh pemerintah Jepang. Tetapi karena situasi masih berada dalam keadaan perang, pemerintah Jepang tidak dapat mengusahakan dengan sepenuhnya. Maka dari 17 pabrik gula tersebut yang berjalan dan berproduksi pada masa itu tinggal 12 pabrik saja.

Dari 12 pabrik gula itu tidak semuanya menggiling tebu, karena areal tanaman tebu banyak yang dialihkan ke tanaman palawija, seperti padi. Tanaman ini di tanam untuk keperluan bala tentara Jepang. Keadaan tersebut terus berlangsung sampai dengan diproklamasikannya Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Sejak saat itu pemerintah Repubil Indonesia merebut semua pabrik gula tersebut dari tangan Jepang dan dibumi hanguskan, hingga sampai tahun 1950 seluruh panrik gula hanya tinggal sisa puing-puingnya saja.


(57)

Setelah pemerintah berjalan normal dan keamanan pulih kembali, Sri Sultan Hamengku Buwana IX memprakarsai untuk membangun pabrik gula, dengan tujuan :

1. Untuk menampung para buruh bekas pabrik gula yang kehilangan pekerjaannya.

2. Menambah kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

3. Menambah pendapatan pemerintah, baik pusat maupun daerah.

Pada mulanya dibentuk P3G (Panitia Pendirian Pabrik Gula) yang bekerja sama dengan DPR DIY, kemudian dibentuk BP3 (Badan Pelaksana Perusahaan Perkebunan) yang akhirnya menjadi YAKTI (Yayasan Kredit Tani Indonesia). Pabrik Gula Madukismo berdiri dengan Akte Notaris dan mulai dibangun pada pertengahan tahun 1955, tepatnya 14 Juni 1955 dengan berbentuk Perseroan Terbatas, dengan nama Pabrik Gula Madu Baru. PT Badan usaha ini bertujuan mendirikan dan membangun pabrik-pabrik gula di daerah Yogyakarta.

Pabrik Gula dibangun dibekas Pabrik Gula Padokan, 5 km di sebelah selatan kota Yogyakarta, tepatnya di Kalurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Saham-saham badan usaha ini sebagian besar dibeli oleh Sri Sultan Hamengku Buwana IX, sebesar 75%, dan Pemerintah Repulbik Indonesia 25%. Tanggal 31 Maret 1958 merupakan peletakan batu terakhir yang dilakukan oleh Sri Sultan Hamengku Buwana IX dan pada tanggal 29 Mei 1958 pabrik ini diresmikan oleh Presiden Soekarno.


(58)

1. Padokan terhitung lebih dekat dengan kota Yogyakarta, yang dipandang lebih menguntungkan bagi urusan transportasi, juga bagi karyawan.

2. Dipandang lebih maju lagi terhadap usaha perluasan.

3. Di sekitar pabrik merupakan daerah persawahan, sehingga sangat menguntungkan / sangat tepat dan baik untuk tanaman tebu.

4. Tenaga kerja ahli dan tenaga kerja kasar mudah dicari.

5. Dekat Sungai Winongo yang dipandang cukup memenuhi kebutuhan air untuk menghasilkan uap.

6. Rakyat/penduduk sekitar pabrik telah berpengalaman menanam tebu. Peralatan dan mesin-mesin pabrik berasal dari Jerman Timur dan juga teknisi-teknisi untuk pemasangannya. Setelah peresmian pada tahun 1958, pabrik mulai mencoba untuk berproduksi, tetapi mesin-mesin belum dapat berjalan dengan lancer, maka terpaksa tebu yang sudah tersedia digilingkan ke Pabrik Gula Gondang Baru Klaten.

Untuk mengatasi hal tersebut, beberapa mesin disempurnakan dan tenaga kerja ditambah serta dilatih, sehingga kemudian pabrik dapat berjalan lancer dan mulai beproduksi. Pada tahun 1962 pemerintah Republik Indonesia mengmabil alih semua perusahaan yang ada di Indonesia, baik milik asing, swasta maupun semi swasta. Maka mulai tahun tersebut Pabrik Gula madukismo berubah status menjadi PN (Perusahaan Negara).

Untuk memimpin Pabrik Pabrik Gula, pemerintah membentuk suatu badan yang diberi nama BADAN PIMPINAN UMUM PERUSAHAAN PERKEBUNAN NEGARA” (BPUPPN). Dengan demikian semua Pabrik


(59)

Gula berada dibawah kepengurusan BPUPPN. Serah terima Pabrik Gula Madukismo kepada pemerintah dilakukan pada tanggal : 11 Maret 1962 oleh Sri Sultan Hamengku Buwana IX selaku Preseiden Direktur Pabrik Pabrik Gula Madu Baru PT pada waktu itu.

Pada tahun 1968 pemerintah memberi kesempatan kepada pabrik-pabrik gula yang bermaksud menarik diri dari Perusahaan Perkebunan Negara. Pada tanggal 3September 1968 status pabrik kembali menjadi Perseroan Terbatas dan disebut Pabrik Pabrik Gula Madu Baru PT yang membawahi Pabrik Gula Madukisma dan Pabrik Spritus Madukismo.

Hal ini berjalan sampai dengan tahun 1984. Kemudian sejak tanggal 4 Maret 1984, dengan persetujuan Sri Sultan Hamengku Buwana IX selaku pemilik saham terbesar P2G Madu Baru PT, kembali dikelola oleh pemerintah RI (dalam hal ini Departemen Pertanian & Departemen Keuangan. Yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mengelola adalah PT Rajawali Nusantara Indonesia (PT. RNI) berdasarkan Contract Management yang ditanda tangani pada tanggal 4 Maret 1984 oleh Direktur Utama PT. Rajawali Nusindo (Muhammad Yusuf) dan Sri Sultan Hamengku Buwana IX selaku pemegang sero terbesar.

B. Struktur Organisasi Perusahaan

Dalam struktur organisasi PT. Madu baru General manager membawahi antara lain : Kepala Bagian Akuntansi & Keuangan, Kepala Bagian SDM dan Umum, Kepala Bagian Tanaman, Kepala Bagian


(60)

Instalasi,Kepala Bagian Pabrikasi Gula, Kepala Bagian Pabrikasi Spiritus. Adapun tugas-tugas dari masing-masing jabatan adalah sebagai berikut .

1. General Manager

Fungsi General Manager adalah mengelola perusahaan secara keseluruhan untuk melaksanakan kebijakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). General Manager bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham. Tugas General Manager adalah :

a. Merumuskan tujuan perusahaan.

b. Menetapkan strategi untuk mencapai tujuan perusahaan. c. Menyusun rencana jangka panjang perusahaan.

d. Menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan penyusunan anggaran tahunan.

Wewenang General Manager :

a. Memilih dan menetapkan tujuan yang terbaik bagi perusahaan sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan RUPS.

b. Menetapkan program-program untuk melaksanakan strategi perusahaan.

c. Memilih dan menetapkan strategi untuk mencapai tujuan perusahaan. d. Memilih dan menetapkan cara alokasi sumber-sumber untuk mencapai

tujuan perusahaan.

e. Memilih dan menetapkan kebijaksanaan dalam bidang keuangan, personalia, produksi, teknik dan umum.


(61)

Fungsi kepala bagian akuntansi dan keuangan adalah melaksanakan kebijaksanaan General Manager dan bidang anggaran keuangan, bidang personalia, bidang akuntansi, dan umum, serta memimpin divisi akuntansi dan keuangan untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan. Kepala bagian akuntansi dan keuangan bertanggung jawab kepada General Manager.

Tugas-tugas Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan adalah :

a. Menyimpan, menerima dan menggunakan data perusahaan secara aman, efektif dan efisien.

b. Mengolah dan mengamankan data perusahaan serta dokumen pendukung.

c. Menyajikan laporan keuangan baik untuk kepentingan intern maupun ekstern.

Wewenang Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan adalah : a. Menetapkan pelaksanaan kebijakan-kebijakan General Manager b. Menetapkan rencana anggaran bagian akuntansi dan keuangan.

c. Menandatangani dokumen-dokumen dan laporan-laporan atas dasar system otorisasi yang berlaku.

3. Kepala Bagian SDM dan Umum

Kepala bagian SDM bertanggung jawab dalam bidang penggajian dan pengupahan karyawan, pendidikan dan kesehatan dan memimpin bagiannya untuk mencapai tujuan perusahaan.


(62)

a. Membantu dan melaksanakan kebijakan General Manager dalam pencarian karyawan baru sesuai dengan yang dibutuhkan oleh perusahaan.

b. Melaksanakan rekruitmen calon karyawan

c. Melaksanakan ketentuan-ketentuan mengenai pendidikan, latihan dan pengembangan karyawan.

Wewenang Kepala Bagian SDM adalah :

a. Meminta informasi yang dibutuhkan dalam rangka tugas yang berhubungan denan pengawasan dari semua karyawan.

b. Menyelenggarakan rekruitmen calon karyawan perusahaan.

c. Menghitung gaji dan upah yang harus diterima setiap karyawan tiap periode sesuai dengan peraturan yang berlaku.

d. Menghitung tunjangan dan jaminan sosial dengan ketentuan yang berlaku.

Fungsi Kepala Bagian Umum adalah membantu kepala divisi akuntansi dan keuangan dalam melaksanakan kebijakan dalam bidang penggunaan kendaraan dan keamanan fisik perusahaan serta memimpin bagian umum untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Tugas-tugas Kepala Bagian Umum adalah :

a. Melaksanakan kebijakan General Manager dalam mengatur pemakaian kendaraan perusahaan.

b. Membantu dalam melaksanakan kebijakan General Manager dalam menciptakan dan menjaga keamanan fisik perusahaan.


(63)

Wewenang Kepala Bagian Umum adalah :

a. Mengatur penggunaan kendaraan perusahaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di dalam perusahaan.

b. Mengatur cara-cara untuk menciptakan dan menjaga keamanan perusahaan.

c. Memberikan informasi kepada atasannya mengenai kondisi karyawan yang berada dalam bagiannya.

4. Kepala Bagian Tanaman

Kepala Bagian Tanaman bertanggung jawab mulai saat penanaman dan penyediaan bibit tebu sampai dengan tebu siap ditebang dan memimpin bagiannya untuk mencapai tujuan perusahaan.

Tugas-tugas Kepala Bagian Tanaman adalah :

a. Melaksanakan kebijakan General Manager dalam penetapan rencana dan pelaksanaan penanaman tebu bibit dan produktivitas tebu giling. b. Melaksanakan kebijakan General Manager dalam pelaksanaan target

penanaman tebu bibit dan tebu giling. 5. Kepala Bagian Instalasi

Kepala bagian instalasi membanttu kepala bagian pabrikasi gula dan pabrikasi spiritus dalam melaksanakan ketentuan General manager dalam pengoperasian, pemeliharaan dan pengoperasian mesin-mesin dan equipment pabrik, lori-lori, kendaraan, traktor, pompa, pemeliharaan dan reparasi, bangunan, penyediaan tenaga kerja listrik serta memimpin


(64)

seksi-seksi yang berada dalam bagiannya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Tugas-tugas Kepala bagian Instalasi adalah :

a. Melaksanakan rencana penggunaan instalasi untuk melayani pabrik. b. Mempertahankan operasi instalasi untuk menjaga kontinuitas

penyediaan jasa untuk memenuhi kebutuhan pabrik.

c. Pemeliharaan dan reparasi instalasi pabrik gula dan pabrik spiritus, bangunan, pompa, traktor, kendaraan, serta loko dan lori.

Wewenang Kepala Bagian Instalasi

a. Mengatur penggunaan instalasi dan bangunan pabrik sesuai dengan kebutuhan.

b. Dalam masa giling dapat menghentikan proses kerja instalasi jika dipandang perlu dan segera melaporkan penghentian tersebut kepada kepala bagian pabrikasi gula dan pabrikasi spiritus.

c. Menghentikan penggunaan bangunan, kendaraan, lori, loko, dan traktor jika dipandang perlu.

6. Kepala bagian Pabrikasi Gula

Fungsinya adalah membantu kepala divisi pabrik gula dan pabrik spiritus dalam melaksanakan kebijakan General Manager dalam pengolahan gula dan memimpin seksi di bawahnya untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan.


(65)

a. Melaksanakan kebijakan General Manager dalam perencanaan produksi gula.

b. Melaksanakan kebijakan General Manager dalam mengendalikan proses produksi gula untuk memenuhi target produksi.

Melaksanakan kebijakan General Manager dalam menjaga kelancaran proses produksi gula..

c. Melaksanakan kebijakan General Manager dalam menghitung kebenaran angka-angka random dalam daftar hasil gula.

d. Membantu bagian instalasi dalam perawatan dan pemeliharaan mesin-mesin di luar masa giling.

e. Melaporkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan gula pada instalasi pemerintah terkait.

Wewenang Kepala bagian Pabrikasi Gula :

a. Mengendalikan mutu gula sesuai dengan yang telah ditetapkan b. Menghentikan proses produksi jika dipandang perlu.

c. Menghentikan penggunaan bangunan, kendaraan, lori, loko serta traktor jika dipandang perlu.

7. Kepala Bagian Pabrikasi Spiritus

Kepala bagian pabrikasi spiritus bertanggung jawab terhadap pengolahan alkohol dan spiritus serta memimpin bagiannya untuk mencapai tujuan perusahaan.


(66)

a. Melaksanakan kebijakan General Manager dalam perencanaan produksi alkohol dan spiritus.

b. Melaksanakan kebijakan General Manager dalammengawasi mutu alkohol dan spiritus.

c. Melaksanakan kebijakan General Manager dalam mengendalikan produksi alkohol dan spiritus untuk memenuhi target produksi.

d. Melaksanakan kebijakan General Manager dalam mengendalikan produksi alkohol dan spriritus.

e. Melaksanakan kebijakan General Manager dalam mengurus ijin pemberitahuan yang meliputi alat produksi.

f. Melaksanakan kebijakan General manager dalam mengoperasikan, memelihara mesin dan peralan pabrik.

Wewenang Kepala bagian Pabrikasi Spiritus adalah :

a. Mengendalikan mutu spiritus dan alkohol sesuai dengan yang telah ditetapkan perusahaan.

b. Menghentikan proses produksi alkohol dan spiritus jika dipandang perlu.

c. Menegakkan disiplin kerja dalam bagiannya.

C. Proses Produksi Alkohol, Spiritus

Proses produksi alkohol di PT.Madu BAru menggunakan fermentasi dengan bahan baku tetes. Bahan baku ini merupakan hasil samping dari pabrik gula, dengan bantuan Yeast Saccharomyces Cereviceae (ragi).


(67)

Adapun dasar pemilihan metode tersebut adalah :

1. Bahan baku tetes murah dan mudah didapat, yaitu hasil samping PG. Madukismo.

2. Yeast yang digunakan dapat diregenerasi kembali, sehingga Yeast yang ada tetap mempunyai aktifitas fermentasi yang tinggi dan tetap muda. Pembuatan alkohol membutuhkan bahan baku dan bahan pembantu sebagai berikut :

a. Bahan Baku 1) Tetes (Molase)

Tetes mempunyai komposisi dan kualitas yang berbeda-beda tergantung dari jenis tebu dan cara proses pabrik gulanya. Warna tetes biasanya coklat gelap atau kemerah-merahan, ini disebabkan karena terjadinya kraramelisasi gula, degradasi kimia dan termal dari komponen-komponen bukan gula. Tetes di pabrik alkohol ditampung dalam tangki-tangki penimbun tetes.

2) Yeast atau ragi

Yeast atau ragi termasuk tumbuhan jamur bersel satu, tidak berklorofil dan termasuk golongan eumyces. Yeast yang digunakan dalm proses fermentasi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

- cepat berkembang biak - Tahan pada suhu tinggi - Mempunyai sifat yang stabil


(68)

b. Bahan Pembantu

1) Pupuk Urea dan Pupuk NPK

Pupuk urea dan pupuk NPK berfungsi sebagai nutrient untuk pertumbuhan dan perkembangan khamir. Kebutuhan pupuk Urea per hari rata-rata 90 kg, sedangkan untuk kebutuhan pupuk NPK perhari rata-rata 100 kg.

2) TRO (Turkey Red Oil) atau Zucrox

TRO ditambahkan bila terjadi pembuihan selama proses peragian. TRO terbuat dari minyak jarak. Kebutuhan TRO per hari rata-rata 6 liter.

3) Superfloc atau Zuclar

Superfloc diperlukan pada tangki-tangki fermentasi untuk mengendapkan kotoran, sehingga todak timbul kerak dalam destilasi. c. Proses Pembuatan alkohol terdiri dari beberapa tahap proes yaitu :

1) Proses masakan

Dalam proses ini tetes dari pabrik gula diencerkan dengan air sampai kabar tertentu dan ditambah nutrisi untuk pertumbuhan ragi. Sebagai nitrogen dipakai pupuk Urea atau pupuk ZA dan sebagai sumber Phospor dipakai pupuk NPK.

2) Proses Peragian

Dilaksanakan bertahap mulai isi 3.010, 18.000 liter dan 75.000 liter, waktu peragian utama berkisar 36-40 jam dan kadar alkohol yang bisa dicapai antara 9-10%.


(69)

3) Proses Penyulingan

Adonan yang telah selesai diragikan dipisahkan alkoholnya (disuling) didalam pesawat penyulingan yang terdiri dari 4 kolom :

- Kolom Kasar - Kolom Voorloop - Kolom Rektifiser - Kolom Nachloop

d. Penyulingan menggunakan upa dengan tekanan 0,8 kg/cm2 suhu 1200 C.

1) Kolom Kasar

Alkohol kadar kurang lebih 45% → masuk ke kolom Voorloop

2) Kolom Voorloop

Hasil atas : alkohol teknis kadar 94% masih mengandung aldehide ditampung sebagai hasil.

Hasil bawah : alkohol murni kadar kurang lebih 25% masuk ke kolom Rektifiser.

3) Kolom Rektifiser

Hasil atas berupa alkohol murni bebas aldehide ditampung sebagai hasil tengah adalah Lutter Waser, air yang bebas alkohol, kadang-kadang bila perlu sebagian digunakan untuk menambahi kolom Voorloop sebagai bahan penyerap alkohol dan yang sebagian dibuang.

4) Kolom Nachloop

Hasil atas adalah alkohol teknis dan ditampung sebagai hasil Hasil bawah adalah air yang bebas alkohol dibuang.


(70)

Minyak fusel yang mengandung amyl alkohol merupakan hasil samping pabrik alcohol, ini bisa digunakan untuk bahan baku pembuatan essence.

Gambar 4.2 Skema Proses Pembuatan Alkohol D. Pemasaran Produk Perusahaan

Berdasarkan ketentuan pemerintah, pemasaran gula adalah hak dan tanggung jawab badan Urusan Logistik (BULOG). Tetapi secara operasional dilakukan oleh Depot Logistik (DOLOG) masing-masing daerah. Gula pasir diproduksi pabrik gula Madukismo sesuai dengan ketentuan ditebus oleh DOLOG Yogyakarta. Harga pembelian gula dari gula Madukismo oleh DOLOG ditentukan oleh kesepakatan kedua belah pihak, karena pabrik harus mempertimbangkan berbagai biaya yang dikeluarkan. Namun pada saat krisis moneter menimpa Indonesia, system pendistribusian gula tidak lagi dimonopoli oleh BULOG, sehingga perusahaan dapat menjual langsung ke pasaran. Dengan demikian gula ditentukan oleh tingkat keseimbangan antara

Tetes Tebu

Pemasakan

Peragian/fermentasi

Penyulingan


(71)

permintaan pasar dan penawaran produsen. Untuk pemasaran alkohol diatur sendiri oleh perusahaan. Pemasarannya langsung kepada distributor-distributor.

E. Personalia

1. Tenaga Kerja Pabrik

Berdasarkan peraturan perusahaan dan SK Kakanwil Depnaker propinsi DIY No. Kep 075/wil/1986 tentang tenaga kerja yang ada di PT. MADU BARU Yogyakarta, maka tenaga kerja yang ada meliputi :

a. Tenaga Kerja Tetap

Tenaga kerja tetap adalah tenaga kerja yang dipilih dan ditentukan oleh bagian yang membutuhkan melalui penyaringan dari bagian personalia yang kemudian ditetapkan menjadi karyawan tetap. Tenaga kerja tetap jumlahnya tidak dipengaruhi oleh musim giling.

b. Tenaga Kerja Tidak Tetap

Tenaga kerja tidak tetap adalah tenaga kerja yang bekerja untuk waktu tertentu yaitu pada saat musim giling berlangsung. Tenaga kerja tidak tetap dibedakan menjadi tenaga kerja kampanye dan tenaga kerja musiman.

1) Tenaga kerja kampanye adalah tenaga kerja pada bagian produksi. Mereka melakukan pekerjaan seperti menggiling tebu, menimbang dan pengangkutan gula, sopir dan loko, juru masak tebu, serta pengendali mesin giling.


(72)

2) Tenaga kerja musiman adalah tenaga kerja yang bekerja di sekitar pabrik. Misalnya bekerja pada Derek tebu saat pembuatan dan pembongkaran tebu, sopir, dan membantu dan traktor.

c. Karyawan harian Lepas dan Borongan

Karyawan harian lepas dan borongan adalah karyawan yang bekerja diperusahaan dan karyawan ini tidak terikat dengan musim giling. Mereka bekerja sesuai dengan pekerjaan tertentu yang ditetapkan perusahaan, misalnya perbaikan gedung, mesin-mesin pabrik, dan pengemangan kantor.

2. Jam Kerja

PT MADU BARU yogyakarta telah merepakan jam kerja karyawan sesuai dengan UU kepegawaian yang ditetapkan oleh pemerintah serta berdasarkan atas peraturan pokok perusahaan yaitu lama jam kerja karyawan dalam seminggu adalah 40 jam. Kegiatan produksi dilakukan selama 24 jam tiap harinya dari mulai giling samapi selesai giling yaitu sekita bulan Mei – September. Jam kerja ini untuk karyawan kampanye dan musiman karena kondisi perusahaan tersebut, maka sistem kerja terdiri atas 3 shift dan pergantian jam kerja untuk karyawan kampanye dan musiman dilakukan 7 hari.

Jam kerja yang ditetapkan PT. MADU BARU Yogyakarta adalah sebagai berikut :

1) Untuk karyawan tetap


(73)

Hari Jum’at – Sabtu : jam 06.30 – 11.30 WIB Jam Istirahat : jam 11.30 – 12.30 WIB

2) Untuk tenaga kerja tidak tetap yang terdiri dari karyawan kampanye dan musiman, pada saat musim giling dibagi menjadi tiga shift yaitu : Shift pagi : jam 06.00 – 14.00 WIB

Shift siang : jam 14.00 – 22.00 WIB Shift malam : jam 22.00 – 06.00 WIB 3. Sistem Penggajian Karyawan

PT MADU BARU Yogyakarta menggunakan sistem penggajian berdasarkan atas klasifikasi dan golongan karyawan yaitu :

a. Karyawan Staff

Pembayaran dilakukan untuk karyawan staf yang masuk dalam klasifikasi ini dilakukan setiap bulan sekali, yaitu setiap tanggal 25. b. Karyawan Non-Staff, Kampanye dan Musiman

Pembayaran gaji untuk setiap karyawan non-staf, kampanye, dan musiman dilakukan setiap pertengahan bulan selama proses produksi berlangsung. Sistem penggajian karyawan yang masuk dalam klasifikasi ini mengacu pada saat surat keputusan bersama Menteri Pertanian dan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia.

c. Karyawan Borongan

Pembagian upah untuk karyawan borongan yang termasuk tenaga kerja lepas dihitung berdasarkan jumlah hari masuk kerja dan biasanya dilakukan setiap dua atau satu minggu sekali. Untuk karyawan


(74)

borongan, besarnya gaji yang diperhitungkan setiap hari didasarkan pada ketentuan mengenai upah minimum regional yang berlaku di propinsi daerah Istimewa Yogyakarta.

4. Program Kesejahteraan Karyawan

Kesejahteraan karyawan merupakan factor yang memberikan motivasi kepada karyawan untuk bekerja sehingga produktifitas kerja karyawan meningkat. Kesejahteraan karyawan di PT. MADU BARU Yogyakarta meliputi :

a. Pelayanan dan perawatan kesehatan yang diberikan kepada karyawan dan keluarganya dnegan menyediakan poliklinik, dokter dan juga obat-obatan.

b. Jaminan kecelakaan kerja yaitu jaminan yang diberikan kepada karyawan yang mengalami kecelakaan dalam menjalankan tugasnya. Jaminan social tenaga kerja meliputi jaminan hari tua, jaminan kesehatan, dan jaminan kecelakaan kerja.

c. Koperasi dan tempat ikaryawan berupa mushola

d. Perumahan, listrik dan air bagi karyawan yang menempati rumah dinas.

e. Cuti bagi karyawan yang telah bekerja dalam janga waktu tertentu. f. Rekreasi setelah masa giling bagi karyawan.

g. Bus antar jemput untuk anak-anak karyawan yang masih sekolah. h. Pakaian dinas bagi karyawan tetap yang diberikan setiap satu tahun


(1)

Lampiran 9

Tabel Perhitungan Trend Penjualan bulanan Spiritus

Y’ = a+bX

Tahun Bulan a b X b.X Y'= a+bX

2000 Januari 79419.99 900.42 -29.5 -26562.4 52857.6

Februari 79419.99 900.42 -28.5 -25662 53758.02

Maret 79419.99 900.42 -27.5 -24761.6 54658.44

April 79419.99 900.42 -26.5 -23861.1 55558.86

Mei 79419.99 900.42 -25.5 -22960.7 56459.28

Juni 79419.99 900.42 -24.5 -22060.3 57359.7

Juli 79419.99 900.42 -23.5 -21159.9 58260.12

Agustus 79419.99 900.42 -22.5 -20259.5 59160.54

September 79419.99 900.42 -21.5 -19359 60060.96

Oktober 79419.99 900.42 -20.5 -18458.6 60961.38

November 79419.99 900.42 -19.5 -17558.2 61861.8

Desember 79419.99 900.42 -18.5 -16657.8 62762.22

2001 Januari 79419.99 900.42 -17.5 -15757.4 63662.64

Februari 79419.99 900.42 -16.5 -14856.9 64563.06

Maret 79419.99 900.42 -15.5 -13956.5 65463.48

April 79419.99 900.42 -14.5 -13056.1 66363.9

Mei 79419.99 900.42 -13.5 -12155.7 67264.32

Juni 79419.99 900.42 -12.5 -11255.3 68164.74

Juli 79419.99 900.42 -11.5 -10354.8 69065.16

Agustus 79419.99 900.42 -10.5 -9454.41 69965.58

September 79419.99 900.42 -9.5 -8553.99 70866

Oktober 79419.99 900.42 -8.5 -7653.57 71766.42

November 79419.99 900.42 -7.5 -6753.15 72666.84

Desember 79419.99 900.42 -6.5 -5852.73 73567.26

2002 Januari 79419.99 900.42 -5.5 -4952.31 74467.68

Februari 79419.99 900.42 -4.5 -4051.89 75368.1

Maret 79419.99 900.42 -3.5 -3151.47 76268.52

April 79419.99 900.42 -2.5 -2251.05 77168.94

Mei 79419.99 900.42 -1.5 -1350.63 78069.36

Juni 79419.99 900.42 -0.5 -450.21 78969.78

Juli 79419.99 900.42 0.5 450.21 79870.2

Agustus 79419.99 900.42 1.5 1350.63 80770.62

September 79419.99 900.42 2.5 2251.05 81671.04

Oktober 79419.99 900.42 3.5 3151.47 82571.46

November 79419.99 900.42 4.5 4051.89 83471.88

Desember 79419.99 900.42 5.5 4952.31 84372.3

2003 Januari 79419.99 900.42 6.5 5852.73 85272.72

Februari 79419.99 900.42 7.5 6753.15 86173.14

Maret 79419.99 900.42 8.5 7653.57 87073.56

April 79419.99 900.42 9.5 8553.99 87973.98

Mei 79419.99 900.42 10.5 9454.41 88874.4


(2)

Agustus 79419.99 900.42 13.5 12155.67 91575.66

September 79419.99 900.42 14.5 13056.09 92476.08

Oktober 79419.99 900.42 15.5 13956.51 93376.5

November 79419.99 900.42 16.5 14856.93 94276.92

Desember 79419.99 900.42 17.5 15757.35 95177.34

2004 Januari 79419.99 900.42 18.5 16657.77 96077.76

Februari 79419.99 900.42 19.5 17558.19 96978.18

Maret 79419.99 900.42 20.5 18458.61 97878.6

April 79419.99 900.42 21.5 19359.03 98779.02

Mei 79419.99 900.42 22.5 20259.45 99679.44

Juni 79419.99 900.42 23.5 21159.87 100579.9

Juli 79419.99 900.42 24.5 22060.29 101480.3

Agustus 79419.99 900.42 25.5 22960.71 102380.7

September 79419.99 900.42 26.5 23861.13 103281.1

Oktober 79419.99 900.42 27.5 24761.55 104181.5

November 79419.99 900.42 28.5 25661.97 105082


(3)

Lampiran 10

Tabel Perhitungan Ramalan Penjualan Spiritus 2000-2004

Dengan Metode Rata-Rata Sederhana

(Dalam Liter)

Tahun Bulan

Angka

Indeks Hasil

Hasil

Ramalan Pembulatan

Musim (%)

Y' =

a+bX

2000 Januari 73.08 52857.6 3862833.408 3862833.41

Februari 81.39 53758.02 4375365.248 4375365.25

Maret 77.11 54658.44 4214712.308 4214712.308

April 85.42 55558.86 4745837.821 4745837.821

Mei 90.96 56459.28 5135536.109 5135536.109

Juni 108.52 57359.7 6224674.644 6224674.644

Juli 95.47 58260.12 5562093.656 5562093.656

Agustus 120.19 59160.54 7110505.303 7110505.303

September 112.45 60060.96 6753854.952 6753854.952

Oktober 91.06 60961.38 5551143.263 5551143.263

November 117.35 61861.8 7259482.23 7259482.23

Desember 146.99 62762.22 9225418.718 9225418.718

2001 Januari 73.08 63662.64 4652465.731 4652465.731

Februari 81.39 64563.06 5254787.453 5254787.453

Maret 77.11 65463.48 5047888.943 5047888.943

April 85.42 66363.9 5668804.338 5668804.338

Mei 90.96 67264.32 6118362.547 6118362.547

Juni 108.52 68164.74 7397237.585 7397237.585

Juli 95.47 69065.16 6593650.825 6593650.825

Agustus 120.19 69965.58 8409163.06 8409163.06

September 112.45 70866 7968881.7 7968881.7

Oktober 91.06 71766.42 6535050.205 6535050.205

November 117.35 72666.84 8527453.674 8527453.674

Desember 146.99 73567.26 10813651.55 10813651.55

2002 Januari 73.08 74467.68 5442098.054 5442098.054

Februari 81.39 75368.1 6134209.659 6134209.659

Maret 77.11 76268.52 5881065.577 5881065.577

April 85.42 77168.94 6591770.855 6591770.855

Mei 90.96 78069.36 7101188.986 7101188.986

Juni 108.52 78969.78 8569800.526 8569800.526

Juli 95.47 79870.2 7625207.994 7625207.994

Agustus 120.19 80770.62 9707820.818 9707820.818

September 112.45 81671.04 9183908.448 9183908.448

Oktober 91.06 82571.46 7518957.148 7518957.148


(4)

2003 Januari 73.08 85272.72 6231730.378 6231730.378

Februari 81.39 86173.14 7013631.865 7013631.865

Maret 77.11 87073.56 6714242.212 6714242.212

April 85.42 87973.98 7514737.372 7514737.372

Mei 90.96 88874.4 8084015.424 8084015.424

Juni 108.52 89774.82 9742363.466 9742363.466

Juli 95.47 90675.24 8656765.163 8656765.163

Agustus 120.19 91575.66 11006478.58 11006478.58

September 112.45 92476.08 10398935.2 10398935.2

Oktober 91.06 93376.5 8502864.09 8502864.09

November 117.35 94276.92 11063396.56 11063396.56

Desember 146.99 95177.34 13990117.21 13990117.21

2004 Januari 73.08 96077.76 7021362.701 7021362.701

Februari 81.39 96978.18 7893054.07 7893054.07

Maret 77.11 97878.6 7547418.846 7547418.846

April 85.42 98779.02 8437703.888 8437703.888

Mei 90.96 99679.44 9066841.862 9066841.862

Juni 108.52 100579.9 10914930.75 10914930.75

Juli 95.47 101480.3 9688324.241 9688324.241

Agustus 120.19 102380.7 12305136.33 12305136.33

September 112.45 103281.1 11613959.7 11613959.7

Oktober 91.06 104181.5 9486767.39 9486767.39

November 117.35 105082 12331372.7 12331372.7


(5)

Lampiran 11

Tabel Perhitungan Kesalahan Peramalan Spiritus

Dengan Metode Rata-rata Sederhana

Tahun Bulan

Penjualan (Ft)

Hasil Ramalan

(Ft') (Ft-Ft')

2000 Januari 40000 3862833.41 -3822833.41

Februari 61000 4375365.25 -4314365.25

Maret 45000 4214712.31 -4169712.31

April 65000 4745837.82 -4680837.82

Mei 40200 5135536.11 -5095336.11

Juni 90550 6224674.64 -6134124.64

Juli 40000 5562093.66 -5522093.66

Agustus 70500 7110505.3 -7040005.3

September 74850 6753854.95 -6679004.95

Oktober 75000 5551143.26 -5476143.26

November 81000 7259482.23 -7178482.23

Desember 107100 9225418.72 -9118318.72

2001 Januari 50600 4652465.73 -4601865.73

Februari 46800 5254787.45 -5207987.45

Maret 67600 5047888.94 -4980288.94

April 51000 5668804.34 -5617804.34

Mei 52000 6118362.55 -6066362.55

Juni 100000 7397237.58 -7297237.58

Juli 89100 6593650.83 -6504550.83

Agustus 91200 8409163.06 -8317963.06

September 66900 7968881.7 -7901981.7

Oktober 50000 6535050.21 -6485050.21

November 77000 8527453.67 -8450453.67

Desember 130000 10813651.5 -10683651.5

2002 Januari 67600 5442098.05 -5374498.05

Februari 66000 6134209.66 -6068209.66

Maret 74000 5881065.58 -5807065.58

April 67600 6591770.85 -6524170.85

Mei 68000 7101188.99 -7033188.99

Juni 98000 8569800.53 -8471800.53

Juli 112000 7625207.99 -7513207.99

Agustus 80000 9707820.82 -9627820.82

September 63000 9183908.45 -9120908.45

Oktober 78000 7518957.15 -7440957.15

November 75000 9795425.12 -9720425.12

Desember 101000 12401884.4 -12300884.4

2003 Januari 26000 6231730.38 -6205730.38

Februari 45000 7013631.86 -6968631.86

Maret 20000 6714242.21 -6694242.21

April 20000 7514737.37 -7494737.37

Mei 103600 8084015.42 -7980415.42


(6)

Agustus 68600 11006478.6 -10937878.6

September 21000 10398935.2 -10377935.2

Oktober 36000 8502864.09 -8466864.09

November 32000 11063396.6 -11031396.6

Desember 96000 13990117.2 -13894117.2

2004 Januari 106000 7021362.7 -6915362.7

Februari 104400 7893054.07 -7788654.07

Maret 99600 7547418.85 -7447818.85

April 135600 8437703.89 -8302103.89

Mei 97400 9066841.86 -8969441.86

Juni 101400 10914930.7 -10813530.7

Juli 91200 9688324.24 -9597124.24

Agustus 167000 12305136.3 -12138136.3

September 220800 11613959.7 -11393159.7

Oktober 122600 9486767.39 -9364167.39

November 201000 12331372.7 -12130372.7

Desember 149600 15578353 -15428753

Total 4765200 479766695.8 -475001495.8

2

'

⎢⎣

⎥⎦

=

m

Ft

Ft

MSE

⎢⎣

⎡−

⎥⎦

=

2

60

8

.

475001495

MSE