Analisis efisiensi layout proses produksi : studi kasus pada PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo Kasihan Bantul Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

ANALISIS EFISIENSI LAYOUT PROSES PRODUKSI

Studi Kasus Pada PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo Kasihan Bantul Yogyakarta

Ni Wayan Eka Wiyandani S. Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis layout yang diterapkan PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo dan menguji efisiensi layout tersebut.

Untuk mengetahui jenis layout yang diterapkan oleh PG Madukismo, dilakukan pengamatan atas efisiensi layout PG Madukismo yang dibandingkan dengan konsep layout berdasarkan teori. Sedangkan untuk mengetahui layout yang diterapkan PG Madukismo digunakan Metode Analisis Layout. Analisis ini meliputi 3 kriteria. Pertama, output yang dihasilkan per hari. Kedua, desain layout, dan ketiga, jumlah stasiun kerja.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis layout yang diterapkan PG Madukismo adalah layout produk. Kapasitas sesungguhnya (3.280,93 tth/hari/mesin) lebih besar daripada kapasitas standar (3.250 tth/hari/mesin). Desain layout yang digunakan PG Madukismo merupakan desain garis yang efisien dengan siklus waktu yang menghasilkan jam menganggur pekerja (69,08 menit) lebih kecil daripada siklus waktu maksimum yang menghasilkan jam mengganggur pekerja (69,34 menit). Kedua kriteria tersebut memenuhi persyaratan efisiensi. Akan tetapi kriteria ketiga belum terpenuhi karena jumlah stasiun kerja yang digunakan belum minimal. Berdasarkan analisis Theoretical Minimum perusahaan hanya membutuhkan 2 stasiun kerja tetapi pada kenyataannya terdapat 5 stasiun kerja.


(2)

ABSTRACT

AN ANALYSIS ON EFFICIENCY OF PRODUCTION PROCESS LAYOUT A Case Study at PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo Kasihan Bantul

Yogyakarta

Ni Wayan Eka Wiyandani S. Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The objectives of this research were to identify the layout applied at PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo, and to examine the efficiency of the layout.

Data were collected and analyzed as follows 1) Describing the layout concept applied by PG Madukismo to know the type of layout of PG Madukismo which comparing the layout concept of the company and the theory. 2) Employing the Layout Analysis Method to know the efficiency of layout implementation. This analysis consists of three criteria. First, the daily output resulted. Second, the layout design employed. Third, numbers of workstation established.

Result showed that the layout type used at PG Madukismo was a product layout. The actual capacity (3.280,93 tth/day/machine), more than the standard capacity (3.250 tth/day/machine). The layout design at PG Madukismo was an efficient line. The real cycle time of 0.4389 minutes indicated less idle time than the maximum cycle time. The first two criteria had met the requirement for an efficient facility layout, while the third criterion, the number of used workstation, had not been minimal yet. PG Madukismo based on Theoretical Minimum needs only two workstations instead of five workstations.


(3)

ANALISIS EFISIENSI

LAYOUT

PROSES PRODUKSI

Studi Kasus pada PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo Kasihan Bantul Yogyakarta

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Disusun Oleh :

Ni Wayan Eka Wiyandani S. 012214076

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang telah saya tulis ini tidak memuat karya atau sebagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 9 Mei 2008 Penulis,


(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Ni Wayan Eka Wiyandani S.

Nomor Mahasiswa : 012214076

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISIS EFISIENSI LAYOUT PROSES PRODUKSI

Studi Kasus pada PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo Kasihan Bantul Yogyakarta

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencatumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 21 Mei 2008 Yang menyatakan


(9)

ABSTRAK

ANALISIS EFISIENSI LAYOUT PROSES PRODUKSI

Studi Kasus Pada PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo Kasihan Bantul Yogyakarta

Ni Wayan Eka Wiyandani S. Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis layout yang diterapkan PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo dan menguji efisiensi layout tersebut.

Untuk mengetahui jenis layout yang diterapkan oleh PG Madukismo, dilakukan pengamatan atas efisiensi layout PG Madukismo yang dibandingkan dengan konsep layout berdasarkan teori. Sedangkan untuk mengetahui layout yang diterapkan PG Madukismo digunakan Metode Analisis Layout. Analisis ini meliputi 3 kriteria. Pertama, output yang dihasilkan per hari. Kedua, desain layout, dan ketiga, jumlah stasiun kerja.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis layout yang diterapkan PG Madukismo adalah layout produk. Kapasitas sesungguhnya (3.280,93 tth/hari/mesin) lebih besar daripada kapasitas standar (3.250 tth/hari/mesin). Desain layout yang digunakan PG Madukismo merupakan desain garis yang efisien dengan siklus waktu yang menghasilkan jam menganggur pekerja (69,08 menit) lebih kecil daripada siklus waktu maksimum yang menghasilkan jam mengganggur pekerja (69,34 menit). Kedua kriteria tersebut memenuhi persyaratan efisiensi. Akan tetapi kriteria ketiga belum terpenuhi karena jumlah stasiun kerja yang digunakan belum minimal. Berdasarkan analisis Theoretical Minimum perusahaan hanya membutuhkan 2 stasiun kerja tetapi pada kenyataannya terdapat 5 stasiun kerja.


(10)

ABSTRACT

AN ANALYSIS ON EFFICIENCY OF PRODUCTION PROCESS LAYOUT A Case Study at PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo Kasihan Bantul

Yogyakarta

Ni Wayan Eka Wiyandani S. Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The objectives of this research were to identify the layout applied at PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo, and to examine the efficiency of the layout.

Data were collected and analyzed as follows 1) Describing the layout concept applied by PG Madukismo to know the type of layout of PG Madukismo which comparing the layout concept of the company and the theory. 2) Employing the Layout Analysis Method to know the efficiency of layout implementation. This analysis consists of three criteria. First, the daily output resulted. Second, the layout design employed. Third, numbers of workstation established.

Result showed that the layout type used at PG Madukismo was a product layout. The actual capacity (3.280,93 tth/day/machine), more than the standard capacity (3.250 tth/day/machine). The layout design at PG Madukismo was an efficient line. The real cycle time of 0.4389 minutes indicated less idle time than the maximum cycle time. The first two criteria had met the requirement for an efficient facility layout, while the third criterion, the number of used workstation, had not been minimal yet. PG Madukismo based on Theoretical Minimum needs only two workstations instead of five workstations.


(11)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang telah melimpahkan segala berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul Analisis Efisiensi Layout Proses Produksi. Studi Kasus pada PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo Kasihan Bantul Yogyakarta.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat menyelesaikan kuliah dan memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa untuk mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini tidaklah mudah. Banyak kendala yang dialami penulis selama menyusun skripsi ini, namun karena kesabaran dan ketekunan serta bantuan yang sangat besar dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan dari berbagai pihak sega la kendala tersebut dilalui dengan baik. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. R omo Dr. I r. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J., M .Sc selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Alex K ahu Lantum, M . S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Dosen Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran dan setia membimbing serta mengarahkan penulis saat penyusun skripsi ini.

3. Bapak Drs. H endra Poerwanto G., M . Si. selaku Kepala Program Studi Manajemen, Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing II.


(12)

Terima kasih atas segala perhatian, nasehat, masukan dan saran yang bapak berikan kepada penulis.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi serta karyawan Universitas Sanata Dharma, terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan untuk menimba ilmu dan berproses bersama di Universitas Sanata Dharma.

5. I bu Anyo sebagai Kepala Bagian SDM dan Umum, Bapak Putu sebagai Kepala Bagian Instalasi, Bapak Bambang sebagai Kepala Bagian Pabrikasi PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo. Terima kasih atas waktu dan kesempatan yang diberikan kepada penulis dalam melakukan penelitian di PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo. Mohon maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan.

6. Bapak I M ade Gunana dan I bu Sunarti yang selalu sabar dan mendukung dalam segala hal. Terima kasih atas segala pengorbanan yang telah diberikan dan doa-doanya yang tidak pernah berhenti.

7. Dik Galuh dan Dik K omang, terima kasih untuk semangat dan keceriaannya. 8. K eluarga Besar K etut N erken dan T armudj i, terima kasih untuk perhatian

dan dukungannya.

9. I K adek Arya Parnata. Terima kasih untuk cinta dan dukungannya.

10. Sahabat-sahabatku : K enyut, Febrian, Bekti, K omang, Dewi, Anya, Berta, Pendol, Santi T ea, Santi Sarj ito, Adit, H arpi. Terima kasih untuk semuanya. 11. Keluarga Besar Flamboyan 35 : M bak Cece dan M as Arga (Terima kasih atas

pinjaman komputernya), Lely (Terima kasih atas pinjaman notebooknya), Dhapi (Terima kasih untuk dongeng-dongengnya).


(13)

12. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih.

Penulis menyadari segala kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya masukan dan saran demi kesempurnaannya skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak, khususnya yang berkaitan dengan bidang yang sama.

Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT...viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 2

C. Batasan Masalah... 3

D. Tujuan Penelitian... 3

E. Manfaat Penelitian... 3

F. Sistematika Penulisan... 4


(15)

A. Review Penelitian Sebelumnya ... 6

B. Manajemen Operasi... 9

C. Proses Produksi ... 11

D. Pengertian Layout... 14

E. Pengertian Perencanaan Layout ... 15

F. Tujuan Perencanaan Layout... 16

G. Prinsip Dasar Penyusunan Layout... 18

H. Prosedur Perencanaan Layout Fasilitas Produksi... 20

I. Jenis-jenis Layout... 21

J. Keseimbangan Lini dan Metode Analisis Layout... 31

BAB III. METODE PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian... 33

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 33

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 33

D. Variabel Penelitian... 34

E. Definisi Operasional... 34

F. Data yang Dibutuhkan... 35

G. Teknik Pengumpulan Data... 35

H. Metode Analisis Data... 36

BAB IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 40

A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan... 40

B. Lokasi Perusahaan... 42


(16)

D. Struktur Organisasi Perusahaan ... 46

E. Produksi... 49

F. Pemasaran... 57

G. Partisipasi Perusahaan Terhadap Program Pemerintah... 58

H. Limbah Industri... 58

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Analisis Data ... 61

B. Pembahasan... 75

BAB VI. KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN... 78

A. Kesimpulan... 78

B. Saran... 79

C. Keterbatasan... 79 DAFTAR PUSTAKA


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 5.1 Urutan Pekerjaan dan Hubungan Antar Pekerjaan... 64 5.2 Perhitungan Efisiensi Penggunaan Tenaga Kerja Dengan Siklus Waktu

0,4389 menit dan 0,4431 menit ... 69 5.3 Pembagian Pekerjaan untuk 3 Stasiun Kerja... 74


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Proses Produksi Pabrik...12

2.2 Layout Proses ...22

2.3 Layout Produk ...25

2.4 Layout Kelompok ...27

2.5 Layout Posisi Tetap ...29

4.6 Proses Produksi Gula PT Madu Baru...57

5.7 Diagram Urutan Pekerjaan pada PT PG Madu Baru Madukismo ...62

5.8 Desain Layout Produk Berdasarkan Jumlah Stasiun Kerja ...63


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, khususnya di Indonesia banyak didirikan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri dan jasa. Akibatnya terjadi persaingan yang semakin ketat diantara para pengusaha. Kondisi persaingan industri yang semakin ketat, baik dari kualitas maupun kuantitas menuntut pihak manajemen untuk memikirkan cara yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan, yaitu memperoleh laba yang optimal, mengembangkan serta mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu dibutuhkan teknik pelaksanaan operasi yang baik, yaitu pengatur produksi barang-barang dalam jumlah, kualitas, harga, waktu, biaya serta tempat tertentu sesuai dengan kebutuhan konsumen, sehingga dengan demikian tujuan perusahaan tercapai.

Pengaturan yang baik di dalam teknik pelaksanaan produksi adalah tempat produksi berlangsung, atau pengaturan tata letak fasilitas produksi. Pengaturan tata letak pada suatu perusahaan atau yang sering disebut layout merupakan salah satu keputusan ya ng sangat penting dalam kelancaran kegiatan proses produksi. Apabila keputusan yang diambil kurang tepat dalam menentukan layout maka dapat menghambat proses produksi. Selain itu, dapat mengakibatkan pemborosan-pemborosan biaya, serta aktivitas-aktivitas


(20)

produksi yang tidak perlu dilakukan. Jadi sebelum layout diputuskan sebaiknya perencanaan layout dilakukan terlebih dahulu.

Perencanaan layout adalah pemilihan secara optimum penempatan mesin-mesin, peralatan-peralatan produksi, tempat kerja, tempat penyimpanan dan fasilitas service, bersama-sama dengan penentuan bentuk gedung perusahaannya (S. Reksohadiprodjo dan I. GitoSudarmo, 2000:127). Maka tujuan dari perencanaan layout pada dasarnya adalah untuk meminimumkan biaya-biaya dan meningkatkan efisiensi dalam pengaturan segala fasilitas produksi dan area kerja. Sehingga pada akhirnya perusahaan dapat mencapai tujuan yang diharapkan yaitu dengan biaya yang minimal dapat memperoleh hasil yang optimal, serta dapat memenuhi persyaratan-persyaratan pesanan dan pasar yang ada. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul Analisis Efisiensi Layout Proses Produksi, Studi Kasus pada Perusahaan PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Layout apakah yang telah diterapkan oleh perusahaan ? 2. Apakah layout yang digunakan di perusahaan sudah efisien ?


(21)

C. Batasan Masalah

Penulis hanya membatasi masalah yang menyangkut layout fasilitas produksi yang berupa mesin- mesin pengolah dan fasilitas- fasilitas penunjang lainnya yang berhubungan langsung dengan proses produksi, khususnya mesin- mesin produksi di Pabrik Gula Madukismo.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui jenis layout yang diterapkan oleh perusahaan.

2. Untuk mengetahui apakah layout yang digunakan perusahaan sudah efisien atau belum.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dan kebijakan bagi pihak manajemen, khususnya dalam masalah tata letak fasilitas proses produksi. 2. Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi karya ilmiah perpustakaan, serta dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya.


(22)

3. Penulis

Penelitian ini diharapkan akan dapat memperluas pengetahuan dan pengalaman penulis dalam menerapkan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah dengan keadaan yang sebenarnya di perusahaan.

F. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Bab ini berisi review penelitian sebelumnya dan uraian teoritis dari hasil studi pustaka. Uraian ini digunakan sebagai landasan berpijak dalam mengolah data.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan dan membahas tentang jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, lokasi dan waktu penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, data yang diperlukan, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data.

Bab IV Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini memberikan gambaran dan informasi umum tentang perusahaan yang diteliti.


(23)

Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini menguraikan hasil pengolahan data, analisis data, pembahasan, dan jawaban dari masalah yang dirumuskan.

Bab VI Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan

Bab ini berisi tentang kesimpulan ya ng diambil dari penelitian dan saran-saran dari penulis atas hasil penelitian serta keterbatasan penulis dalam melakukan penelitian.


(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Review Penelitian Sebelumnya 1. Ida Kurniawati (1996)

Penelitian yang dilakukan oleh Ida Kurniawati dengan judul Analisis Efisiensi Layout Proses Produksi (Studi Kasus pada CV Setia Kawan, Purwokerto) bertujuan untuk mengetahui apakah layout yang diterapkan CV Setia Kawan sudah efisien. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2000.

Metode analisis yang digunakan adalah Metode Analisis Layout. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa layout yang diterapkan CV Setia Kawan sudah efisien. Hal ini terbukti bahwa kapasitas sesungguhnya (31 kg/hari) lebih besar daripada kapasitas standar (25 kg/hari). Desain layout merupakan garis yang efisien, karena jam menganggur pekerjanya (1,25 jam) lebih kecil daripada jam menganggur pekerja untuk siklus waktu maksimum (7,33 jam). Jumlah stasiun kerja yang digunakan CV Setia Kawan paling sedikit (4 stasiun kerja), sesuai dengan hasil perhitungan Theoretical Minimum.

2. Edeltrudis Baben (1999)

Penelitian yang dilakukan oleh Edeltrudis Baben dengan judul Evaluasi Terhadap Efisiensi Layout Fasilitas Produksi (Studi Kasus pada NV NTC-Ruteng Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur)


(25)

bertujuan untuk mengetahui jenis layout apa yang diterapkan oleh perusahaan dan untuk mengetahui apakah layout yang diterapkan tersebut sudah efisien atau belum. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April 2003.

Analisis data untuk mengetahui jenis layout yang diterapkan oleh NV NTC-Ruteng dilakukan dengan mendeskripsikan hasil pengamatan mengenai layout, dengan konsep layout berdasarkan teori. Sedangkan untuk mengetahui sejauhmana layout yang diterapkan NV NTC-Ruteng efisien menggunakan Metode Analisis Layout.

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan yaitu pertama, layout yang digunakan NV NTC-Ruteng adalah layout produk atau layout garis. Kedua, layout yang diterapkan NV NTC-Ruteng sudah efisien. Hal ini terbukti dari jumlah output yang dihasilkan telah memenuhi kapasitas standar bahkan lebih (output standar = 35 kg/hari dan output sesungguhnya = 36,5 kg/hari), desain layout perusahaan merupakan garis yang efisien di mana jam menganggur pekerjanya untuk siklus waktu per unit 1,78 jam, lebih kecil dibandingkan jam menganggur pekerja untuk siklus waktu maksimum yang mencapai 3,09 jam dan jumlah stasiun kerja layout perusahaan sudah minimal sesuai dengan perhitungan Theoretical Minimum yaitu menggunakan 4 stasiun kerja.

3. Berta Damayanti Rahayu (2001)

Penelitian yang dilakukan oleh Berta Damayanti Rahayu dengan judul Analisis Efisiensi Layout Fasilitas Produksi (Studi Kasus pada PT


(26)

Primissima Medari Sleman Yogyakarta) bertujuan untuk mengetahui jenis layout yang diterapkan PT Primissima dan menguji efisien layout tersebut. Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Oktober 2004.

Peneliti melakukan analisis data untuk mengetahui jenis layout yang digunakan PT Primissima dengan mengambil data-data dari perusahaan dan mengamati secara langsung pada bagian produksi. Sedangkan untuk mengetahui apakah desain layout yang diterapkan PT Primissima efisien menggunakan Metode Analisis Layout.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis layout yang digunakan PT Primissima adalah layout produk. Kapasitas sesungguhnya (71,89 meter/hari/mesin) sama dengan kapasitas standar (71,89 meter/hari/mesin). Desain layout perusahaan merupakan desain garis yang efisien dengan siklus waktu yang menghasilkan jam menganggur pekerja (77,19 menit) lebih kecil daripada siklus waktu maksimum yang menghasilkan jam menganggur pekerja (77,25 menit). Kedua kriteria tersebut memenuhi persyaratan efisien, sedangkan kriteria ketiga jumlah stasiun yang digunakan belum minimal. Berdasarkan analisis Theoretical Minimun perusahaan hanya membutuhkan 2 stasiun kerja tetapi pada kenyataannya terdapat 5 stasiun kerja.


(27)

B. Manajemen Operasi

1. Definisi Manajemen Operasi

Pengertian manajemen operasi menurut Barry Render dan Jay Heizer (2001:2), manajemen operasi adalah serangkaian kegiatan yang membuat barang dan jasa melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran. Zulian Yamit (2003:5) menjelaskan manajemen operasi adalah kegiatan untuk mengolah input melalui proses transformasi atau pengubahan atau konversi sedemikian rupa sehingga menjadi output yang dapat berupa barang atau jasa. Roger G. Schroeder (1989:4) mengatakan bahwa manajemen operasi adalah pengambilan keputusan dalam fungsi operasi. Manajemen operasi bertanggung jawab untuk menghasilkan barang atau jasa dalam organisasi. Manajemen operasi mengambil keputusan yang berkenaan dengan suatu fungsi operasi dan sistem transformasi yang digunakan.

Adapun Hani Handoko (2000:8) mendefinisikan manajemen operasi sebagai usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya-sumber daya (atau sering disebut faktor- faktor produksi)seperti tenaga kerja, mesin- mesin, peralatan, bahan mentah dan sebagainya, dandalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai bentuk atau jasa. Menurut Lalu Sumayang (2003:4), manajemen operasi adalah suatu pengelolaan proses pengubahan atau proses di mana sumber-sumber daya yang berlaku sebagai “input” diubah menjadi barang atau jasa. Produk barang dan atau jasa ini biasanya disebut “output”.


(28)

2. Ruang Lingkup Manajemen Operasi

Sebagai suatu sistem manajemen operasi memiliki karakteristik seperti mempunyai tujuan, yaitu menghasilkan barang atau jasa; mempunyai kegiatan, yaitu proses transformasi; adanya mekanisme yang mengendalikan pengoperasian. Seluruh input yang digunakan dalam sistem manajemen operasi adalah komponen struktural yang membentuk sistem, sedangkan manajemen dan organisasi merupakan komponen fungsional yang dipengaruhi oleh aspek lingkungan. Berdasarkan sistem manajemen operasi sebagai acuan, maka ruang lingkup manajemen operasi dapat dirumuskan dengan melihat keterkaitan antara ketiga aspek sebagai berikut:

a. Aspek Struktural

Aspek struktural memperlihatkan konfigurasi komponen yang membangun sistem manajemen operasi dan interaksinya satu sama lain. Komponen bahan merupakan elemen input yang akan ditransformasikan sesuai dengan bentuk dan kualitas produk yang diinginkan. Komponen mesin dan peralatan merupakan elemen penyusun wahana bagi terjadinya proses transformasi. Sedangkan komponen manusia dan modal merupakan elemen penggerak dan pencipta terwujudnya wahana transformasi.

b. Aspek fungsional

Aspek ini berkaitan dengan manajemen dan organisasi komponen struktural maupun interaksinya mulai pada tahap perencanaan,


(29)

penerapan, pengendalian, maupun perbaikan agar diperoleh kinerja optimum.

c. Aspek lingkungan

Aspek lingkungan memberikan dimensi lain pada sistem manajemen operasi yang berupa pentingnya memperhatikan perkembangan dan kecenderungan yang terjadi luar sistem. Hal ini sangat penting mengingat kelanjutan suatu sistem sangat tergantung pada kemampuan beradaptasi pada lingkungan.

Dari uraian di atas, dapat dis impulkan ruang lingkup manajemen operasi berkaitan dengan pengoperasian sistem operasi, pemilihan serta penyiapan sistem operasi (Zulian Yamit, 2003:5-6).

C. Proses Produksi

1. Definisi Proses Produksi

Menurut Zulian Yamit (2003:123) proses produksi dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan dengan melibatkan tenaga manusia, bahan serta peralatan untuk menghasilkan produk yang berguna. Dari definisi di atas dapat dilihat bahwa proses produksi pada hakekatnya adalah proses pengubahan (transformasi) dari bahan atau komponen (input) menjadi produk lain yang mempunyai nilai tinggi atau dalam proses terjadi penambahan nilai, seperti ditunjukkan dalam gambar 2.1 berikut ini.


(30)

Gambar 2.1 Proses Produksi Pabrik

Sedangkan menurut Pangestu Subagyo (2000:8) menjelaskan bahwa proses produksi atau proses operasi adalah proses perubahan masukan menjadi keluaran yang lebih bermanfaat daripada bentuk aslinya. 2. Macam-Macam Proses Produksi

Penentuan tipe proses produksi didasarkan pada faktor- faktor seperti volume atau jumlah produk yang akan dihasilkan, kualitas produk yang diisyaratkan, peralatan yang tersedia untuk melaksanakan proses. Menurut Pangestu Subagyo (2000:9) dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Proses Produksi Terus- menerus

Proses produksi terus-menerus atau continous adalah proses produksi yang tidak pernah berganti macam barang yang dikerjakan dan barang tersebut diproduksi dalam jumlah yang sangat besar. Urutan proses produksinya selalu sama sehingga letak mesin- mesin serta fasilitas produksi yang lain disesuaikan dengan urutan proses produksinya agar produksi berjalan lancar dan efisien.

Proses produksi continous biasanya juga disebut proses produksi yang berfokuskan pada produk atau product focus. Karena biasanya setiap produk disediakan fasilitas produksi tersendiri yang meletaknya

Input

Mes in

Bahan/komponen Energi

Disain Produk

Output

Barang atau Jasa

Produk sampingan Sisa-sisa proses Proses Transformasi

Proses produksi dengan menggunakan berbagai macam fasilitas produksi


(31)

disesuaikan dengan urutan proses pembuatan produk itu. Arus barang dalam proses produksi menyerupai garis sehingga sering dikatakan sebagai line flow.

b. Proses Produksi Terputus-putus

Proses produksi terputus-putus atau intermittent digunakan untuk pabrik yang mengerjakan barang yang bermacam- macam, dengan jumlah setiap macam hanya sedikit. Macam barang selalu berganti-ganti sehingga selalu dilakukan persiapan produksi dan penyetelan mesin kembali setiap macam barang yang dibuat berganti. Dikatakan proses produksi terputus-putus karena perubahan proses produksi setiap saat terputus apabila terjadi perubahan macam barang yang dikerjakan. Oleh karena itu, tidak mungkin mengurutkan letak mesin sesuai dengan urutan proses pembuatan barang.

Proses produksi terputus-putus biasanya disebut juga proses produksi yang berfokus pada proses atau process focus. Arus barang pada proses produksi ini bersifat beraneka ragam atau jumbled flow karena setiap macam barang memiliki urutan proses yang berbeda-beda. c. Proses Produksi Campuran

Dalam kenyataannya kedua macam proses produksi di atas tidak sepenuhnya berlaku. Hal ini disebabkan macam barang yang dikerjakan memang berbeda, tetapi macamnya tidak terlalu banyak dan jumlah barang setiap macam agak banyak.


(32)

D. Pengertian Layout

Menurut Sukanto Reksohadiprodjo dan Indriyo Gito Sudarmo (2000:127), layout fasilitas pabrik merupakan keseluruhan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang diperlukan pada peralatan-peralatan, perlengkapan-perlengkapan, mesin- mesin atau fasilitas-fasilitas produksi yang harus diatur sesuai dengan kebutuhan proses produksi sehingga hasil produksinya dapat diproduksi dengan jumlah dan kualitas yang sesuai, dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan dengan biaya yang minimum.

Layout pabrik adalah tata letak atau tata ruang. Artinya, cara penempatan fasilitas-fasilitas yang digunakan di dalam pabrik. Fasilitas-fasilitas itu misalnya mesin- mesin, alat-alat produksi, alat pengangkutan barang, tempat pembuangan sampah, kamar kecil, jam dan alat-alat pengawasan (Pangestu Subagyo, 2000:79).

Menurut Barry Render dan Jay Reizer (2001:272) berpendapat bahwa layout merupakan salah satu keputusan yang menentukan efisiensi operasi perusahaan dalam jangka waktu yang panjang. Hani Handoko (2000:105) mengatakan, penentuan layout peralatan dan proses produk meliputi pengaturan letak fasilitas- fasilitas operasi termasuk mesin- mesin, personalia, bahan-bahan, perlengkapan untuk operasi, penanganan bahan (material handling), dan semua peralatan serta fasilitas untuk terlaksananya proses produksi dengan lancar dan efisien.

Adapun pendapat Zulian Yamit (2003:130) menyimpulkan bahwa pengaturan tata letak fasilitas pabrik adalah rencana pengaturan semua


(33)

fasilitas produksi guna memperlancar proses produksi yang efektif dan efisien. Sehingga sedikit sekali layout yang sudah ditetapkan oleh perusahaan mengalami perubahan, karena menghentikan operasi untuk merubah layout membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

E. Pengertian Perencanaan Layout

Perencanaan layout menurut Sukanto Reksohadiprodjo dan Indriyo Gito Sudarmo (2000:127) adalah pemilihan secara optimum penempatan mesin-mesin, peralatan-peralatan produksi, tempat kerja, tempat penyimpanan dan fasilitas service, bersama-sama dengan penentuan bentuk gedung perusahaannya. Zulian Yamit (2003:130) menyimpulkan perencanaan layout mencakup susunan atau rencana fisik dari fasilitas- fasilitas industri, termasuk ruangan yang dibutuhkan untuk perpindahan bahan, penyimpanan, tenaga kerja tidak langsung dan semua jasa atau aktivitas penduk ung lainnya, seperti personalia dan peralatan operasi.

Apabila pengaturan tata letak fasilitas pabrik terencana secara baik, maka dapat berpengaruh terhadap efisiensi dan kelancaran proses produksi suatu industri. Secara normal, sekali tata letak sudah dilakukan dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama tanpa mengalami perubahan, maka apabila terjadi kekeliruan dalam mengatur tata letak fasilitas pabrik akan menyebabkan kerugian yang tidak kecil. Dengan demikian, desain produk yang bagus, peralatan produk yang canggih akan tidak memiliki manfaat


(34)

secara optimum jika perencanaan tata letak fasilitas pabrik dilakukan secara sembarangan (Zulian Yamit, 2003:130).

F. Tujuan Perencanaan Layout

Menurut Zulian Yamit (2003:130), tujuan utama yang ingin dicapai dalam perencanaan tata letak fasilitas pabrik pada dasarnya adalah untuk meminimumkan biaya atau meningkatkan efisiensi dalam pengaturan segala fasilitas produksi dan area. Secara spesifik tujuan tata letak fasilitas pabrik akan dapat memberikan manfaat-manfaat dalam sistem produksi, yaitu sebagai berikut:

1. Meningkatkan Jumlah Produksi

Layout yang baik akan memberikan kelancaran proses produksi, sehingga pada akhirnya akan memberikan output yang lebih besar dengan biaya yang sama atau lebih sedikit, serta jam tenaga kerja dan jam kerja mesin lebih kecil.

2. Mengurangi Waktu Tunggu

Layout yang baik akan memberikan keseimbangan beban dan waktu antara satu mesin dengan mesin atau departemen dengan departemen yang lain, sehingga dapat mengurangi penumpukan bahan dalam proses dan waktu tunggu antara satu mesin dengan mesin lain.


(35)

3. Mengurangi Proses Pemindahan Bahan

Desain layout yang baik akan meminimumkan aktivitas pemindahan bahan pada saat proses produksi sedang berlangsung, sehingga akan memberikan jarak pemindahan bahan yang minimum pula.

4. Penghematan Penggunaan Ruangan

Terjadinya penumpukan material dalam proses dan jarak antara masing- masing mesin yang terlaku berlebihan akan menambah luas bangunan yang dibutuhkan. Sedangkan dengan perencanaan layout yang optimum akan menghasilkan penggunaan ruangan yang lebih efisien atau mengurangi pemborosan pemakaian ruangan.

5. Efisiensi Penggunaan Fasilitas

Layout yang terencana secara baik, dapat menciptakan pendayagunaan elemen produksi seperti tenaga kerja, mesin maupun peralatan yang lain secara lebih efektif dan efisien.

6. Mempersingkat Waktu Proses Produksi

Dengan memperpendek jarak antara satu mesin dengan mesin yang lain atau antara satu operasi dengan operasi yang lain, serta mengurangi penumpukan bahan dalam proses atau mengurangi waktu tunggu, maka yang diperlukan dari bahan baku untuk berpindah dari satu operasi ke operasi lainnya akan dapat diperpendek. Jadi secara keseluruhan waktu proses produksi mulai dari bahan baku hingga menjadi produk jadi akan dapat pula diperpendek, yang berarti mempersingkat waktu proses produksi.


(36)

7. Meningkatkan Kepuasan dan Keselamatan Kerja

Pengaturan layout secara baik akan dapat menciptakan suasana ruangan dan lingkungan kerja yang nyaman, aman, tertib dan rapi, sehingga kepuasan dan keselamatan kerja akan dapat lebih baik serta meningkatkan produktivitas kerja.

8. Mengurangi kesimpang-siuran

Banyaknya material yang menunggu, gerakan yang tidak perlu, dan banyaknya perpotongan (intersection) dari aliran proses produksi akan menyebabkan kesimpang-siuran yang akhirnya dapat mengakibatkan kemacetan. Perpindahan material secara teratur dan selalu bergerak akan mengurangi kesimpang-siuran dan kemacetan di dalam aktivitas penanganan bahan. Layout yang baik akan memberikan ruangan yang cukup untuk seluruh rangkaian operasi dan proses dapat berlangsung dengan mudah dan sederhana.

Dari uraian di atas, memberikan kejelasan bahwa perencanaan tata letak fasilitas pabrik adalah dimaksudkan untuk mengatur segala fasilitas fisik dari sistem produksi agar mendapatkan hasil yang optimum.

G. Prinsip Dasar Penyusunan Layout

Berdasarkan tujuan dan manfaat yang dapat diperoleh dalam pengaturan tata letak fasilitas produksi yang secara baik, dapat disimpulkan prinsip dasar perencanaan pengaturan tata letak fasilitas pabrik menurut Zulian Yamit (2003: 132) adalah sebagai berikut:


(37)

1. Integrasi Secara Total

Prinsip ini menyatakan bahwa tata letak fasilitas pabrik dilakukan secara terintegrasi dari semua faktor yang mempengaruhi proses produksi menjadi satu unit organisasi yang besar.

2. Jarak Perpindahan Bahan Paling Minimum

Waktu perpindahan bahan dari satu proses ke proses lainnya dalam suatu industri dapat dihemat dengan cara mengurangi jarak perpindahan tersebut seminimum mungkin.

3. Memperlancar Aliran Kerja

Sebagai kelengkapan dari prinsip jarak perpindahan bahan seminimum mungkin, prinsip memperlancar aliran kerja diusahakan untuk menghindari adanya gerakan aliran balik (back-tracking), gerakan memotong (cross movement), kemacetan (congestion). Dengan kata lain, material diusahakan bergerak terus tanpa adanya interupsi atau gangguan skedul kerja.

4. Kepuasan dan Keselamatan Kerja

Layout yang baik apabila pada akhirnya mampu memberikan keselamatan dan keamanan dari orang yang bekerja di dalamnya. Jaminan keselamatan ini akan memberikan suasana kerja yang menyenangkan dan memuaskan. 5. Fleksibilitas

Layout yang baik dapat juga mengantisipasi perubahan-perubahan dalam bidang teknologi, komunikasi maupun kebutuhan konsumen. Produsen yang cepat tanggap akan perubahan tersebut menuntut tata letak fasilitas


(38)

pabrik diatur dengan memperhatikan prinsip fleksibilitas. Fleksibel untuk diadakan penyesuaian atau pengaturan kembali (relayout) maupun layout yang baru dapat dibuat dengan cepat dan murah.

H. Prosedur Perencanaan Layout Fasilitas Produksi

Perencanaan tata letak fasilitas pabrik berhubungan erat dengan proses perencanaan dan pengaturan letak mesin, peralatan, aliran bahan dan pekerja di masing- masing stasiun kerja (work station). Pada dasarnya tahapan pengaturan semua fasilitas pabrik dapat dibedakan dalam dua tahap, yaitu : Tahap 1 : Mengatur tata letak mesin dan fasilitas proses produksi lainnya

dalam setiap departemen.

Tahap 2 : Mengatur tata letak departemen serta hubungannya dengan departemen yang lain dalam pabrik.

Untuk mengatur letak mesin dan fasilitas produksi maupun letak departemen dalam pabrik, prosedur umum yang dilaksanakan sebagai langkah-langkah proses perencanaan tata letak fasilitas pabrik, baik menyangkut fasilitas produksi yang sudah ada (relayout) maupun pengaturan fasilitas produksi dari pabrik baru adalah sebagai berikut :

a. Analisis produk dan proses produksi yang diperlukan. b. Penentuan jumlah mesin dan luar area yang dibutuhkan. c. Penentuan tipe layout yang dikehendaki.

d. Penentuan aliran kerja dan bahan. e. Penentuan luas area untuk departemen


(39)

f. Rencana secara detail layout yang dipilih.

I. Jenis-jenis Layout

Terdapat empat dasar tipe layout yang secara umum dipakai dalam perencanaan tata letak fasilitas pabrik menurut Franklin G. Moore dan Thomas Hendrick (1989:311), yaitu :

1. Layout Proses

Menurut Pangestu Subagyo (2000:82), layout proses (functional layout atau job lot) adalah pengaturan letak fasilitas produksi di dalam pabrik yang didasarkan atas fungsi bekerjanya setiap mesin atau fasilitas produksi yang ada.

Dalam layout proses ini, tipe dan karakteristik dari peralatan adalah faktor yang paling dominan dalam pengaturan letak fasilitas pabrik. Produk diproses dengan menggerakkannya dari satu bagian ke bagian lain menurut urutan operasi yang harus dilakukan. Layout proses dapat digambarkan sebagai suatu tipe yang menyediakan keluwesan yang besar dalam output, desain produk dan metode- metode proses pabrikasinya (Zulian Yamit, 2003:134).

Menurut Sukanto Reksohadiprodjo dan Indriyo Gitosudarmo (2000:129-130) layout proses biasanya dipergunakan untuk perusahaan-perusahaan yang memenuhi pesanan di mana banyak terdapat pesanan-pesanan yang berbeda baik bentuk, kualitas maupun jumlahnya. Contoh gambar dari layout proses dapat dilihat pada gambar 2.2.


(40)

Gambar 2.2 Layout Proses

Sifat-sifat, kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan layout proses menurut Pangestu Subagyo (2000:83-84) seperti berikut ini :

a. Sifat-sifat layout proses

1) Macam barang yang dibuat banyak, selalu berubah- ubah dan jumlah yang dibuat setiap macam sedikit.

2) Mesin yang digunakan biasanya bersifat serba guna. Artinya, dapat dipakai untuk mengerjakan beberapa macam. Apabila macam barang dan cara mengerjakannya berubah, maka mesin dapat disetel sesuai dengan kebutuhan.

3) Routing atau penentuan urut-urutan proses pembuatan barang biasanya selalu berubah- ubah. Hal ini tergantung dari macam barang yang akan dibuat. Oleh karena itu, perencanaan layout biasanya dilakukan terlebih dahulu berdasarkan prakiraan kebutuhan penggunaannya tanpa berdasarkan pada routing.

Pabrik A Bagian III

Barang Jadi

Masukan

Pabrik B Bagian II Bagian IV Bagian I


(41)

4) Keahlian tenaga kerja yang mengerjakan biasanya bersifat fleksibel. Artinya, karyawan yang bekerja dapat mengerjakan beberapa macam barang sesuai dengan kebutuhan.

5) Banyak memerlukan instruksi kerja serta instruksi kerja harus jelas.

6) Kualitas barang hasil produksi sangat tergantung pada keahlian karyawan yang mengerjakan.

b. Kebaikan-kebaikan layout proses

1) Fleksibel, dapat digunakan untuk mengerjakan berbagai macam barang.

2) Investasi pada mesin- mesin dan fasilitas produksi yang lain lebih murah daripada layout garis sebab menggunakan mesin serba guna. c. Kelemahan-kelemahan layout proses

1) Biaya produksi setiap barang lebih mahal karena macam barang yang dikerjakan selalu berganti- ganti.

2) Pekerjaan perencanaan dan pengawasan produksi lebih sering dilakukan karena macam barang yang dikerjakan berganti- ganti dan urutan prosesnya berubah-ubah.

3) Pengangkutan barang di dalam pabrik lebih sulit dan simpang-siur karena arus pekerjaan selalu berubah- ubah.


(42)

2. Layout Produk

Menurut Pangestu Subagyo (2000:80) layout produk atau sering disebut sebagai layout garis (line layout) adalah pengaturan letak mesin-mesin atau fasilitas produksi dalam suatu pabrik yang berdasarkan atas urut-urutan proses produksi dalam membuat suatu barang. Barang yang dikerjakan setiap hari selalu sama dan arus barang yang dikerjakan setiap hari juga sama seolah-olah menyerupai garis (meskipun tidak selalu garis lurus) sehingga dikatakan sebagai layout produk karena pada zaman dahulu setiap produk memiliki layout tersendiri, yang tidak dapat digunakan untuk mengerjakan produk yang lain.

Tata letak berdasarkan aliran produk ini merupakan layout yang paling populer dan sering digunakan untuk pabrik yang menghasilkan produk secara masal (mass-production) dengan tipe produk relatif kecil dan standar untuk jangka waktu relatif lama. Caranya adalah mengatur penempatan mesin tanpa memandang tipe mesin yang digunakan atau diatur dengan prinsip “mechine after mechine”, dengan urutan operasi dari satu bagian ke bagian yang lain atau dari satu sub rakitan yang lain hingga produk selesai diproses. Dengan demikian, setiap pos kerja apakah mesin atau meja kerja melakukan setiap operasi dari pos sebelumnya, kemudian meneruskan produk ke pos berikutnya di dalam garis dimana operasi selanjutnya akan dilakukan, seperti ditunjukkan pada gambar 2.3 (Zulian Yamit, 2003:135-136).


(43)

Gambar 2.3 Layout Produk

Tujuan utama dari tata letak seperti ini adalah untuk mengurangi proses pemindahan bahan dan memudahkan pengawasan dalam kegiatan produksi.

Sifat-sifat, kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan layout produk menurut Pangestu Subagyo (2000:80-82) adalah sebagai berikut : a. Sifat-sifat layout produk

Sifat-sifat yang dimiliki layout produk ini sangat berbeda, bahkan berlawanan dengan layout proses.

1) Macam produk yang dihasilkan sedikit dan jumlah setiap macam banyak.

2) Mesin yang digunakan biasanya mesin khusus, yang hanya dapat mengerjakan satu macam pekerjaan sesuai dengan kebutuhan pada urutan penempatan mesin itu.

3) Perencanaan layout biasanya didasarkan pada routing.

4) Tenaga kerja yang diperlukan adalah tenaga kerja khusus, yang sesuai dengan kebutuhan mesin yang dilayani.

Masukan Barang

Jadi Mesin Mesin Mesin Mesin


(44)

5) Kualitas barang hasil produksi lebih banyak ditentukan oleh mesin daripada keahlian karyawan.

6) Memiliki keseimbangan kapasitas mesin, artinya kapasitas mesin satu dengan yang lain harus sama.

b. Kebaikan-kebaikan layout produk 1) Biaya produksi lebih murah. 2) Pengawasan lebih mudah.

3) Pengangkutan barang di dalam pabrik lebih mudah. c. Kelemahan-kelemahan layout produk

1) Apabila terjadi kemacetan pada salah satu mesin, akan menyebabkan kemacetan seluruh kegiatan pabrik.

2) Nilai investasi mahal karena mesin yang digunakan banyak sekali serta biasanya menggunakan mesin khusus.

3) Kurang fleksibel karena suatu layout hanya dapat membuat satu macam barang saja dalam jangka waktu tidak berganti.

4) Untuk dapat bekerja secara efisien biasanya volume produksi harus banyak sehingga penggunaan layout produk hanya terbatas untuk produksi beberapa macam barang saja.

3. Layout Kelompok

Menurut Hani Handoko (2000:110), layout kelompok (group layout) adalah pengaturan tata letak fasilitas pabrik dengan memisah- misahkan daerah-daerah dan kelompok-kelompok mesin bagi pembuatan “keluarga” komponen-komponen yang memerlukan pemrosesan yang sejenis. Pada


(45)

Sol Bagian Atas Assembling Finishing

Potong Jahit Finishing Bungkus

Ikat Pinggang

Sepatu

Jahit PerlengkapanPasang Finising Tas dan Koper layout ini mesin atau komponen-komponen dikelompokkan pada ruangan-ruangan/departemen-departemen yang memerlukan pemprosesan yang sejenis.

Menurut Pangestu Subagyo (2000:85), biasanya pabrik yang menggunakan layout kelompok memiliki produk yang bermacam- macam, tetapi garis besar urutan prosesnya dapat dibagi dalam beberapa kelompok yang sama. Untuk setiap kelompok produk dibuat layout tersendiri.

Sebagai contoh dari penggunaan layout ini adalah pada perusahaan pemrosesan kulit. Perusahaan itu menghasilkan sepatu, sendal, sepatu sendal, baik untuk pria maupun wanita, berbagai dompet, berbagai tas dan berbagai macam ikat pinggang. Proses untuk mengerjakan setiap macam barang tidak sama, tetapi pada dasarnya produk dapat dikelompokkan dalam beberapa marga atau kelompok produk yang garis besar urutan proses pembuatannya hampir sama.

Layout kelompok menurut Pangestu Subagyo (2000:86) dapat digambarkan sebagai berikut :


(46)

Sifat-sifat, kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kele mahan layout kelompok menurut Pangestu Subagyo (2000:85-86) adalah sebagai berikut:

a. Sifat-sifat layout kelompok

1) Barang hasil produksi dapat dikelompokkan dalam beberapa macam kelompok yang memiliki garis besar urutan proses yang sama.

2) Mesin yang digunakan bersifat fleksibel, artinya dapat disesuaikan dengan ukuran serta model barang yang dikerjakan.

3) Memerlukan karyawan yang keahliannya fleksibel, artinya dapat menyesuaikan dengan macam dan ukuran pekerjaan yang dibuat. b. Kebaikan-kebaikan layout kelompok

1) Bersifat fleksibel sehingga dapat menghasilkan beberapa macam barang.

2) Meskipun barang yang dikerjakan bermacam- macam, arus barang tidak selalu simpang-siur.

3) Meskipun perusahaan mengerjakan berbagai macam produk, biaya produksi dapat lebih murah dibanding denga n layout proses.

c. Kelemaha n-kelemahan layout kelompok

1) Untuk dapat menggunakan layout semacam ini kelompok produk yang memiliki kesamaan urutan proses harus jelas.

2) Instruksi kerja harus jelas.


(47)

Produk

Proses C

Proses D Proses A

Proses B

Masukan Barang Jadi

4. Layout Posisi Tetap

Menurut Ba rry Render dan Jay Heizer (2001:274), layout posisi tetap (fixed position layout) merupakan tata letak di mana proyek yang bersangkutan mempertahankan posisinya dan mengharuskan karyawan dan fasilitas produksi dalam satu wilayah kerja.

Dalam layout posisi tetap sering dipakai untuk memproses produk-produk besar dan komplek seperti yang terdapat pada pabrik mesin berat, turbin listrik lokomotif, kapal terbang dan kapal laut. Dalam hal ini produk berada pada satu tempat selama periode perakitan dan kemudian dipindah ke tempat lain. Fasilitas untuk perakitan tertentu sampai selesai berada di satu tempat. Secara skematis layout posisi tetap dapat dilihat pada gambar 2.5 (Sukanto Reksohadiprodjo dan Indriyo Gitosudarmo, 2000:134).

Gambar 2.5 Layout Posisi Tetap

Sifat-sifat, kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan layout posisi tetap menurut Pangestu Subagyo (2000:88-87) adalah sebagai berikut :


(48)

a. Sifat-sifat layout posisi tetap

1) Barang yang dikerjakan biasanya berat atau tidak mungkin dipindah-pindah.

2) Volume pekerjaan biasanya besar. Setiap kegiatan biasanya memerlukan urutan dan hubungan kerja yang kompleks.

3) Biasanya pekerjaan berupa proyek, yang harus diselesaikan pada waktu yang telah direncanakan.

4) Fasilitas produksi yang digunakan biasanya mudah dipindah-pindah.

5) Komponen produk atau bagian produk yang dikerjakan di lokasi biasanya dikerjakan di dalam pabrik atau di tempat lain.

b. Kebaikan-kebaikan layout posisi tetap

1) Fleksibel dapat ditetapkan pada setiap pekerjaan yang berbeda-beda.

2) Dapat diletakan di mana saja sesuai dengan kebutuhan.

3) Tidak memerlukan bangunan pabrik. Apabila ada bangunan biasanya hanya untuk menyimpan, kantor atau kegiatan-kegiatan pembantu.

c. Kelemahan-kelemahan layout posisi tetap

1) Tidak ada standar atau pedoman yang jelas untuk merencanakan layout-nya.


(49)

3) Biasanya keamanan barang-barang di sekitar tempat pembuatan barang harus dijaga dengan baik karena rawan pencurian.

J. Keseimbangan Lini dan Metode Analisis Layout

Masalah yang me nonjol dalam pengaturan layout produk adalah masalah keseimbangan stasiun kerja di antara gugus-gugus kerja. Hal ini disebabkan ciri dari layout produk itu sendiri, proses produksinya terus- menerus dan adanya ketergantungan antara gugus kerja yang satu dengan gugus kerja berikutnya, apabila keseimbangan tidak dijaga dapat berakibat menumpuknya barang-barang setengah jadi serta pengangguran kapasitas pada suatu mesin tertentu.

Untuk menghindari apabila terjadi hal tersebut dibutuhkan suatu metode yang disebut metode keseimbangan lini atau Line Balancing. Line balancing adalah keseimbangan antara kapasitas departemen/mesin sebelumnya dengan kapasitas departemen/mesin berikutnya di dalam proses produksi (Sukanto Reksohadiprojo dan Indriyo Gitosudarmo 2000:141). Terdapat beberapa langkah yang diperlukan dalam line balancing, yaitu :

1. Mengidentifikasi tugas-tugas individual atau aktivitas yang akan dilakukan.

2. Menentukan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap tugas tersebut.

3. Menentukan output dari assembly line yang dibutuhkan.


(50)

5. Menghitung cycle time yang dibutuhkan. 6. Menilai efektivitas dan efisiensi dari solusi.

7. Mencari terobosan-terobosan untuk perbaikan proses terus- menerus.

Menurut Everett Adam dan Ronald Ebert (1992:266) secara lebih singkat desain layout yang baik adalah jika memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Output yang dihasilkan per hari memenuhi kapasitas standar.

2. Desain tersebut merupakan garis yang efisien. Artinya dapat meminimalkan waktu menganggur. Hal ini dapat diketahui dengan mengukur tingkat sumber daya manusia yang digunakan.

3. Jumlah stasiun kerja paling sedikit. Garis yang paling efisien adalah garis yang berproduksi pada tingkat kecepatan yang diinginkan dengan jumlah pekerja yang paling sedikit.


(51)

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah studi kasus, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap objek tertentu, pengumpulan datanya juga dilakukan terhadap objek tertentu yang hendak diteliti dan hasil penelitiannya hanya berlaku untuk perusahaan yang diteliti, bukan untuk perusahaan lain.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Penelitian ini dilakukan pada PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo yang berlokasi di Padokan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. 2. Waktu pene litian: Agustus – September 2006.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian. Dalam hal ini mereka bertindak sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Subjek penelitian tersebut meliputi : pimpinan dan staff bagian personalia, pimpinan dan staff pada bagian produksi PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo.


(52)

Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dalam penelitian. Untuk menganalisis permasalahan yang ada, maka diperlukan data yang menjadi objek penelitian, yaitu jenis dan spesifikasi mesin, urutan proses produksi, gambar tata letak mesin, juga data tentang waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan produk pada tiap-tiap bagian proses produksi.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah efisiensi tata letak (layout) mesin dalam proses produksi yang digunakan oleh PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo.

E. Definisi Operasional 1. Layout

Layout adalah keseluruhan bentuk dan penempatan fasilitas- fasilitas produksi yang diatur dalam proses produksi.

2. Efisiensi

Efisiensi adalah peminimalan penggunaan sumber daya agar tidak terjadi pemborosan.

3. Efisiensi layout

Efisiensi layout adalah pemilihan dan penggunaan layout agar output yang dihasilkan maksimal dan dengan biaya yang minimal.


(53)

Stasiun kerja adalah seorang pekerja yang ditugaskan untuk menangani satu atau beberapa pekerjaan tertentu.

5. Siklus waktu

Siklus waktu adalah waktu terlama yang dibutuhkan suatu stasiun kerja dalam kegiatan proses produksi.

F. Data Yang Dibutuhkan 1. Data Umum Perusahaan :

a. Sejarah dan perkembangan perusahaan b. Personalia

c. Struktur organisasi perusahaan d. Produksi

e. Pemasaran

2. Data Khusus Perusahaan :

a. Jenis dan spesifikasi mesin yang digunakan perusahaan

b. Tata letak mesin- mesin produksi dan fasilitas penunjang lainnya c. Waktu yang diperlukan tiap bagian proses produksi

d. Urutan proses produksi dari bahan baku sampai menjadi barang jadi

G. Teknik Pengumpulan Data


(54)

Pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab secara lisan kepada pihak-pihak yang terkait dan berwewena ng.

2. Observasi

Pengumpulan data dengan peninjauan dan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian.

3. Dokumentasi

Data diperoleh dengan mengutip data-data perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan penelitian.

H. Metode Analisis Data

Untuk menjawab masalah pertama yaitu layout apakah yang diterapkan oleh PG Madukismo, maka peneliti melakukan analisis dengan mengambil data-data dari perusahaan dan melakukan pengamatan secara langsung pada bagian produksi. Data yang diperoleh akan disesuaikan dengan ciri-ciri dari tiap jenis layout untuk kemudian ditentukan jenis layout yang diterapkan oleh PG Madukismo.

Dalam menyelesaikan permasalahan kedua yaitu layout yang digunakan PG Madukismo apakah sudah efisien atau belum, maka dapat dihitung menggunakan Metode Analisis Layout. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah desain layout yang ada sudah baik atau belum. Adapun kriteria layout yang efisien adalah sebagai berikut : (Everett Adam dan Ronald Ebert, 1992 : 266).


(55)

Apabila output maksimal yang dihasilkan setiap harinya oleh perusahaan ternyata lebih besar atau sama dengan output standar, berarti desain layout perusahaan sudah cukup baik.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Output maksimal per hari =

unit per dibutuhkan yang

waktu Siklus

hari per tersedia yang

Waktu

di mana :

Output maksimal per hari = Jumlah produk maksimum yang dihasilkan oleh perusahaan tiap hari dalam jam kerja efektif.

Waktu yang tersedia per hari = Waktu jam kerja efektif dalam perusahaan.

Siklus waktu yang dibutuhkan per unit = Waktu terlama yang dibutuhkan dalam kegiatan proses produksi.

2. Desain tersebut merupakan garis efisien

Artinya dapat meminimalkan idle time (waktu menganggur). Hal ini dapat kita ketahui dengan membandingkan efisiensi waktu produktif tenaga kerja antara siklus waktu yang dibutuhkan per unit dengan siklus waktu maksimum. Selanjutnya kita dapat menghitung jam menganggur pekerja. Apabila jam menganggur pekerja untuk siklus waktu yang dibutuhkan per unit lebih kecil daripada jam menganggur pekerja untuk siklus waktu maksimum berarti desain layout yang digunakan perusahaan sudah efisien.


(56)

a. Untuk menghitung siklus waktu maksimal yang dikehendaki untuk mencapai kapasitas yang diinginkan.

Siklus waktu maksimum =

hari per diinginkan yang

unit Jumlah

hari per tersedia yang

Waktu

di mana :

Siklus waktu maksimum = Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kapasitas standar.

Waktu yang tersedia per hari = Waktu jam kerja efektif dalam perusahaan.

Jumlah unit yang diinginkan per hari = Jumlah unit standar yang dihasilkan oleh perusahaan. b. Untuk menghitung jam menganggur pekerja.

Jam menganggur pekerja/hari = (pengangguran dlm menit/siklus)(siklus/hari)

(menit/hari) di mana :

Jam menganggur pekerja per hari = Jam yang terbuang oleh pekerja dalam satu hari jam kerja efektif. Pengangguran dalam menit/siklus = Total selisih waktu antara waktu

terlama dalam proses produksi dengan waktu yang dibutuhkan tiap proses produksi.

Siklus/hari = Siklus waktu terlama dalam proses produksi. Menit/jam = Waktu satu jam dalam menit.


(57)

1996:424).

Apabila jumlah stasiun kerja layout yang digunakan perusahaan sudah sesuai dengan perhitungan Theoretical Minimum, berarti layout perusahaan sudah cukup efisien.

Rumus yang digunakan adalah :

a. Untuk mengetahui jumlah stasiun kerja minimum. TM (Theoretical Minimum) =

maksimum waktu

Siklus

pekerjaan waktu

Total

di mana :

TM (Theoretical Minimum) = Jumlah stasiun kerja (work station). Total waktu pekerjaan = Total waktu yang dibutuhkan untuk

menghasilkan satu tth output.

Siklus waktu maksimum = Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kapasitas standar.

b. Untuk menentukan tingkat efisiensi jumlah stasiun kerja Efisiensi (%) =

Nc t

(100) di mana :

Efisiensi = Rasio waktu produktif terhadap waktu total, yang dituliskan sebagai suatu persentase.

? t = Total waktu yang dibutuhkan untuk merakit satu tth output. N = Jumlah stasiun kerja atau Theoretical Minimum.


(58)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Perusahaan didirikan dengan Akte Notaris pada tanggal 14 Juli 1955 dengan nama ”Pabrik-Pabrik Gula Madu Baru PT (P2G Madu Baru PT)” dengan kepemilikan saham 25% oleh Alm. Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan 75% oleh Pemerintah Republik Indonesia yang dikuasakan kepada Departemen Pertanian. Perusahaan memiliki 2 unit usaha, yaitu Pabrik Gula (PG) Madukismo dan Pabrik Spirtus/Alkohol (PS) Madukismo.

Pabrik gula yang terletak di Kabupaten Bantul ini merupakan satu-satunya pabrik gula yang berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, dibangun atas prakarsa Alm. Sri Sultan Hamengku Buwono IX, untuk menggantikan peranan 17 pabrik gula yang sebelumnya telah dibangun oleh pemerintah Belanda namun dibumihanguskan pada masa perang kemerdekaan 1945, dan mulai diproduksi kembali tahun 1959.

Di dalam perjalanannya, PT Madu Baru telah mengalami pasang surut dan komposisi kepemilikan saham yaitu 75% saham perusahaan adalah milik Alm. Sri Sultan Hamengku Buwono IX (Kraton Ngayogjakarta Hadiningrat) dan 25% milik Pemeritah Republik Indonesia (Departemen Keuangan RI).

Pada tahun 1984 perusahaan mengalami kesulitan manajemen dan keuangan sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban kepada Bank of America, Bank Bumi Daya dan Bank Rakyat Indonesia atas pinjaman investasi dan


(59)

modal kerja yang telah jatuh tempo. Alm. Sri Sultan Hamengku Buwono IX selaku pemegang saham mayoritas meminta bantuan kepada pemerintah untuk mengatasi kesulitan tersebut mengingat keberadaan PG-PS Madukismo sangat berarti bagi masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.

Pemerintah menyetujui permintaan tersebut dengan mengambil langkah-langkah sebagai berikut :

- Untuk memperbaiki struktur keuangan perusahaan, pemerintah memberikan pinjaman jangka panjang dengan tingkat bunga ringan.

- Manajemen perusahaan dipegang oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia (PT RNI-BUMN) yang dipandang cukup berpengalaman dalam pengelolaan pabrik gula.

Sejak tanggal 4 Maret 1984, PT RNI sebagai pemegang manajemen P2G Madu Baru PT atas dasar Perjanjian Pengelolaan (Contract Management) selama 10 tahun sampai dengan tahun 1994, dan kemudian diperpanjang untuk 10 tahun berikutnya yang berakhir pada tanggal 4 Maret 2004.

Untuk memperkuat struktur permodalan perusahaan, pada tahun 1998 pinjaman dari pemerintah dikonversi menjadi saham, sehingga komposisi kepemilikan saham berubah menjadi 65% saham dimiliki oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dan 35% dimiliki oleh Pemerintah RI-Departemen Keuangan.

Pada tahun 1998, tepatnya tanggal 7 Septemb er 1998, nama perusahaan diubah menjadi PT Madu Baru.


(60)

Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 2004 tentang pengalihan saham milik Negara Republik Indonesia pada PT Madu Baru kepada PT Rajawali Nusantara Indonesia sebagai penambah penyertaan modal negara RI kedalam modal saham PT Rajawali Nusantara Indonesia maka kepemilikan saham PT Madu Baru menjadi 65% Keluarga Sri Sultan Hamengku Buwono X dan 35% milik PT Rajawali Nusantara Indonesia.

B. Lokasi Perusahaan

Pabrik gula dan spirtus Madukismo, didirikan di Desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Tempat tersebut berada pada ketinggian sekitar 84 meter dari permukaan air laut. Luas tanah dan bangunan kurang lebih 30 Ha.

Adapun alasan pemilikan lokasi di bekas PG Madukismo adalah sebagai berikut :

1. Desa Padokan jaraknya sekitar 5 km di sebelah selatan kota Yogyakarta, sehingga transportasi mudah dijangkau oleh karyawan dan pengangkutan bahan baku.

2. PG Madukismo adalah pabrik gula yang terbaik di wilayah Yogyakarta dan dipandang memungkinkan untuk usaha perluasan di masa yang akan datang.

3. Di sekitar pabrik merupakan daerah persawahan yang sudah cukup baik untuk ditanami tebu, sehingga dalam mendapatkan bahan baku terasa lebih mudah.


(61)

4. Masyarakat yang tinggal di sekitar Desa Padokan sudah cukup pengalaman dalam hal penanaman tebu, sehingga pihak pabrik memberikan penghargaan tentang tata cara bertanam tebu yang baik. 5. Lokasi yang dekat dengan kota memungkinkan perusahaan dapat

memperoleh tenaga kerja yang sesuai. Tenaga kerja juga mudah didapat karena banyak buruh yang pekerjaannya musiman dan bertempat tinggal di sekitar pabrik.

6. Pabrik gula memerlukan air pada saat musim giling yang dipergunakan untuk menghasilkan uap. Kebutuhan air yang banyak itu bisa disuplai dari sungai Winongo yang dekat dengan lokasi pabrik.

C. Personalia

1. Penggolongan Karyawan Berdasarkan Sistem Pengupahan : a. Karyawan Tetap terdiri atas :

1) Karyawan Pimpinan 2) Karyawan Pelaksana

Sistem pengupahan pada karyawan tetap diatur tersendiri oleh Direksi. b. Karyawan Tidak Tetap terdiri atas :

1) Karyawan Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu (KKWT) hanya bekerja pada masa produksi.


(62)

Sistem pengupahan mengacu pada surat Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Tenaga Kerja (SKB Mentan dan Menaker) yang setiap tahun diperbarui.

Jumlah Karyawan :

- Karyawan Pimpinan : 64 orang - Karyawan Pelaksana : 550 orang - Karyawan KKWT : 642 orang Jumlah : 1.356 orang - Borong Tebangan dan Garap Kebun : 3.000 orang 2. Organisasi Karyawan Tetap

Organisasi Karyawan PT Madu Baru mulai tahun 2000 telah membentuk Serikat Pekerja PT Madu Baru/ SP PT Madu Baru, dan mulai tahun 2001 telah disahkan Perjanjian Kerja Bersama (PKB), yang mengatur tentang hak dan kewajiban Karyawan dan Perusahaan.

3. Jam Kerja Karyawan

Jam kerja karyawan PT Madu Baru yaitu : a. Regu kerja umum

Senin s/d Kamis: masuk jam 06.30

istirahat jam 11.30 s/d 12.30 pulang jam 15.00

Jumat s/d Sabtu: masuk jam 06.30 pulang jam 11.30


(63)

b. Regu kerja khusus

Shift I : 06.00 s/d 14.00 Shift II : 14.00 s/d 22.00 Shift III : 22.00 s/d 06.00 Hari libur untuk karyawan terdiri dari : a. Hari minggu.

b. Hari libur resmi yang ditetapkan oleh pemerintah. c. Hari libur yang ditetapkan oleh perusahaan. Cuti karyawan terdiri dari :

a. Cuti selama 12 hari kerja.

b. Cuti panjang selama 1 bulan. Seorang karyawan tetap dengan masa kerja selama 3 tahun terus- menerus berhak menikmati cuti panjang selama 1 bulan.

4. Jaminan Sosial

Bentuk jaminan sosial yang diberikan karyawan PT Madu Baru sebagai berikut :

- Program JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) untuk semua karyawan.

- Hak Pensiun untuk Karyawan Tetap (Pimpinan dan Pelaksana).

- Program TASKAT (Tabungan Asuransi dan Kesejahteraan Hari Tua) untuk Karyawan Kampanye.

- Koperasi Karyawan dan Pensiunan PT Madu Baru. - Perumahan Dinas untuk Karyawan Tetap.


(64)

- Biaya pengobatan.

- Pakaian dinas untuk Karyawan Tetap dan kaos untuk Karyawan Musiman/ Kampanye.

- Rekreasi karyawan dan keluarga.

D. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi merupakan hal yang sangat mendasar dan merupakan unsur penting dalam menerapkan pengawasan organisasi dan merupakan dasar pelimpahan wewenang dan tanggung jawab. PT Madu Baru dipimpin oleh seorang Direktur, Kepala Bidang Administrasi dan Keuangan serta Kepala Bidang Produksi yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Kepala Bagian Pemasaran, Kepala Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum, Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan, Kepala Bagian Instalasi, Kepala Bagian Pabrikasi, Kepala Bagian Tanaman, Kepala Pabrik Spirtus/ Alkohol, serta Kepala Pengawas. Adapun tugas dan wewenang dari masing-masing jabatan tersebut sebagai berikut :

1. Direktur

a. Memanajemen keseluruhan kegiatan, keputusan dan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh Direksi.

b. Mengevaluasi hasil kerja pabrik ya ng bersangkutan tiap tahun serta menetapkan kebijaksanaan untuk meningkatkan efisiensi pada tahun yang akan datang.


(65)

2. Kepala Bidang Administrasi dan Keuangan

a. Melaksanakan kebijakan dan ketentuan Direktur mengenai administrasi dan keuangan.

b. Bertanggung jawab terhadap segala pengeluaran dan penerimaan keuangan perusahaan.

3. Kepala Bidang Produksi

a. Bertanggung jawab terhadap proses pelaksanaan produksi.

b. Melakukan koordinasi dengan bagian tanaman, instalasi, pabrikasi untuk melakukan persiapan dan pelaksanaan produksi.

4. Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan

a. Bertanggung jawab kepada Direktur di bidang keuangan perusahaan dan pengadaaan barang.

b. Mengkoordinir dan memimpin kegiatan pengelolaan di bidang keuangan, anggaran, dan biaya produksi serta kegiatan penjualan. 5. Kepala Bagian Pemasaran

a. Melakukan penjualan dan pendistribusian terhadap hasil produksi perusahaan.

b. Merumuskan strategi pemasaran yang efektif bagi perusahaan. 6. Kepala Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum

a. Melaksanakan rekruitmen calon karyawan.

b. Melaksanakan ketentuan-ketentuan mengenai pendidikan, latihan dan pengembangan karyawan.


(66)

7. Kepala Bagian Tanaman

a. Membantu Direktur dalam melaksanakan kebijakan Direksi dalam menetapkan rencana dan pelaksanaan penanaman bibit tebu dan produktivitas tebu giling.

b. Membantu Direktur dan menetapkan komposisi jenis tebu, jadual penanaman, tebang dan angkut tebu.

8. Kepala Bagian Instalasi

a. Bertanggung jawab kepada Direktur di dalam pengoperasian, pemeliharaan dan reparasi mesin, peralatan dan bangunan serta tanggung jawab terhadap penyediaan tenaga listrik.

b. Meningkatkan efisiensi kerja alat produksi untuk melangsungkan proses produksi.

9. Kepala Bagian Pabrikasi Gula

a. Mengawasi mutu, menimbang dan pembungkusan gula.

b. Mengendalikan proses produksi gula untuk memenuhi target produksi gula.

10. Kepala Bagian Pabrik Spirtus dan Alkohol

a. Menjalankan kebijakan dan ketentuan Direktur dalam bidang produksi spirtus dan alkohol.

b. Bekerjasama dengan kepala bagian akuntansi dan keuangan dalam hal pengadaan peralatan pabrik.

c. Bertanggung jawab terhadap peningkatan efisiensi dan pengendalian mutu produk


(67)

E. Produksi

1. Produk yang dihasilkan

PT Madu Baru memproduksi gula dengan jenis klasifikasi SHS I (Superior Head Sugar I) atau sering disebut dengan gula kristal putih I yang mempunyai standar warna diatas 25 hollands standart. Sesuai dengan ketetapan Bulog pada tahun 1982, kualitas gula dibedakan menjadi:

SHS I A : tingkat nilai remisi direduksi diatas 70 SHS I B : tingkat nilai remisi direduksi 67-69,9 SHS I C : tingkat nilai remisi direduksi 62-66,9 SHS I Standar : tingkat nilai remisi direduksi 60-61,9 Stes II : tingkat nilai remisi direduksi 56-59,9

Kualitas gula PT Madu Baru termasuk klasifikasi SHS I A dengan standar Nilai Remisi Direduksi (NRD) sekitar 70. Nilai Remisi Direduksi ini dianalisa oleh P3GI (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) di Pasuruan.

2. Proses Produksi

Tebu adalah bahan baku utama dari gula, sedangkan sebagai bahan pembantu adalah belerang , kapur flokulant, bahan-bahan kimia, minyak bakar, soda api yang akan digunakan untuk proses produksi. Adapun bahan tersebut disediakan oleh bagian gudang penyediaan kebutuhan bahan-bahan yang diajukan oleh bagian pabrikasi. Bahan-bahan tersebut harus sudah diuji di laboratorium selama 2 bulan sebelum mulai giling,


(68)

dengan tujuan mengetahui rendemen gula maksimum agar dapat mencapai produksi gula yang setinggi-tingginya.

Gula yang telah diuji selanjutnya ditimbang beratnya di Pabrik Gula Madukismo. Ada dua jenis timbangan yaitu timbangan lori dan timbangan truk. Penimbangan dilakukan untuk mengetahui berat tebu dan memastikan tepat tidaknya besar kapasitas giling. Setelah penimbangan, tebu dipindahkan pada lori- lori untuk dikirim ke emplacement untuk digiling. Berat netto tiap lori atau truk sekitar 4-6 ton.

Proses pembuatan gula sebagai berikut : a. Pemerahan Nira

Pemerahan nira yaitu memisahkan nira dengan ampasnya semaksimal mungkin, agar dapat mencegah hilangnya gula yang terbawa oleh ampas. Tebu digiling untuk dipisahkan antara bagian padat (ampas) dengan bagian cairannya yang mengandung gula (nira mentah) melalui alat-alat berupa unigrator mark IV dan cane knife digabung dengan lima buah gilingan. Pisau ini untuk memperkecil bentuk tebu menjadi cacahan dan untuk memudahkan pemerahan gilingan. Nira utama (nira mentah) dihasilkan oleh gilingan I dan II, sedangkan gilingan III, IV dan V disirkulasikan saja. Dari gilingan III disirkulasikan ke gilingan II, nira dari gilingan IV disirkulasikan ke gilingan III, dan dari gilingan V disirkulasikan ke gilingan IV. Nira dari gilingan V diproses dari ampas gilingan IV diberi air imbibisi sebesar 20% dari tebu yang digiling.


(69)

Pemeriksaan nira gilingan I, II, III, IV dan V dilakukan setiap satu jam sekali. Ampas yang diperoleh sekitar 30% tebu untuk bahan bakar di stasiun ketel (pusat tenaga), sedangkan nira mentah dikirim ke bagian pemurnian untuk diproses lebih lanjut.

b. Pemurnian Nira

Nira mentah hasil gilingan tebu masih dalam keadaan berbuih, keruh dan sedikit kotor berwarna kelabu kecoklatan. PG Madukismo menggunakan sistem pemurnian sulfitasi alkalis kontinyu yaitu suatu proses penyerahan dengan susu kapur berlebihan kemudian dinetralkan dengan menggunakan SO2. Pada stasiun ini nira mentah akan melalui beberapa tahapan proses yang meliputi :

1) Penimbangan nira mentah, tujuan dari penimbangan nira ini adalah untuk mengetahui kualitas nira dari hasil penggilingan batang tebu. Nira ditampung dalam peti nira yang selanjutnya diadakan penimbangan.

2) Pemanasan nira mentah I, tujuan dari pemanasan I adalah untuk mendapatkan kondisi yang optimal pada reaksi sulfitasi, menonaktifkan mikro organisme, mencegah terjadinya perpecahan dari gula (sakarosa). Sebelum nira mentah dialirkan ke stasiun sulfitasi, nira tersebut dialirkan terlebih dahulu ke pemanas pendahuluan I dengan menggunakan pompa centrifugal, pada pemanasan pendahuluan I nira dipanaskan sampai mencapai suhu 70o C. Nira mentah direaksikan dengan susu kapur apabila telah


(70)

mencapai pH 10,2 sedangkan pengontrolan pH nira dapat dilakukan dengan mengambil 2-4 ml nira melalui tetes penuaan nira. Kemudian contoh tersebut ditetesi dengan indikator Thymoll Pthalein 0,05%, warna hasilnya dicocokan dengan standar yang telah disiapkan biasanya berwarna hijau agak gelap. Dalam proses pencampuran susu kapur dan nira, pH nira yang dihasilkan tidak lebih tinggi dari ketentuan sebab pH yang tinggi akan dapat merusak gula reduksi.

3) Pemanasan nira kasar II, tujuan dari pemanasan ini adalah penyempurnaan reaksi sulfitasi, memperbanyak dan mempercepat terbentuknya endapan CaSO3 merubah zat- zat organik yang ada dalam nira. Nira mentah tersulfitasi sebelum diendapkan, dilakukan pemanasan dengan uap panas yang mencapai temperatur 100-105oC.

4) Pengendapan, tujuan dari pengendapan adalah untuk memisahkan nira kotor dengan nira jernih. Alat yang digunakan berupa pengaduk yang berfungsi agar endapan yang ada dalam Door Clarifier tidak memadat, sehingga tidak menutup jalan keluar nira. Beberapa hal yang menyebabkan pengendapan tidak berjalan lancar yaitu :

a) Pemanasan pendahuluan kurang sempurna, sehingga gas- gas tidak dapat keluar dengan sempurna dan endapan yang terjadi akan ikut larut lagi.


(71)

b) pH terjadi kurang dari yang ditentukan sehingga pembentukan CaSO3 tidak mendapatkan hasil yang baik.

5) Saringan vakum, tujuannya adalah untuk memisahkan nira kotor dari Door Clarifier di mana blotong (endapan padat) diambil, sedangkan filtrat yang disirkulasikan ke penampungan nira sulfitasi. Nira kotor dari penampungan dihisap oleh silinder yang diputar, untuk kondisi vakum rendah didapat filtrat kotor, sedangkan untuk vakum tinggi didapat filtrat bersih.

6) Nira jernih yang keluar dari Door Clarifier dipanaskan sampai mencapai temperatur 100-105oC, maksud dari pemanasan tersebut untuk mendekati titik didih nira supaya beban evakurator tidak terlalu berat. Nira kotor dari pengendapan disaring dengan rotary vacuum filter dengan endapan padatnya (blotong) dikirim ke lahan tebu sebagai pupuk organik. Nira jernih dari pengendapan lazim disebut nira encer yang dikirim ke stasiun penguapan dan filter juice dari saringan vakum dimurnikan lagi bersama dengan nira mentah.

c. Penguapan Nira

Tujuan dari penguapan nira adalah untuk menguapkan sejumlah besar air yang terkandung dalam nira encer (10% brix) sehingga diperoleh nira kental (62% brix). Nira jernih ini diuapkan agar dapat dibersihkan bergant ian. Bahan pemanas dimasukan ke badan I,


(72)

sedangkan badan lainnya hanya diuapkan dengan nira sehingga ada penghematan panas.

Nira encer dengan kepadatan terlarut 16% dapat naik menjadi 62% disebut nira kental, siap dikristalkan di masakan. Air embun dari badan-badan penguapan sebagian dipakai untuk air pengisi ketel, sisanya untuk air cucian dari stasiun pemasukan dan putaran gula. Nira kental yang berwarna gelap karamelisasi akibat suhu tinggi di penguapan, maka perlu diberi gas SO2 sebagai bleaching, sehingga pHnya turun menjadi 5,5 dan nira kental siap untuk dikristalkan.

d. Kristalisasi Nira

Tujuan dari kristalisasi nira adalah mengubah sakarosa dalam bentuk larutan menjadi kristal, untuk memudahkan pengambilan gula setinggi-tingginya dan sisa gula dalam larutan akhir (tetes) serendah-rendahnya serta memudahkan pemisahan gula kotornya di bagian pemutaran sehingga didapat gula kristal dengan kemurnian tinggi.

Nira kental dari penguapan kemudian diuapkan lagi di pan kristalisasi sampai lewat jenuh hingga timbul kristal gula. Untuk mendapatkan output yang setinggi-tingginya maka pengkristalan dilakukan tiga kali atau yang sering disebut sistem ACD, dimana gula A sebagai gula produk karena kristalnya cukup putih atau kasar, gula C dan D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak lagi.


(73)

Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan di bawah atmosfer dengan vacuum sebesar 65 cmHg, sehingga titik didih selama pengkristalan akan turun antara 60-70%, jadi sarakosa tidak rusak akibat terkena panas tinggi. Hasil masakan merupakan campuran kristal gula dan larutan (stroop) yang belum mengkristal, sebelum dipisahkan dari puteran gula, didinginkan dahulu di dalam palung pendingin (kultrog). Secara periodik masakan tersebut dikirim ke puteran gula (centrifugal) untuk dipisahkan antara gula dan larutannya. Larutan tersebut dimasak kembali sedangkan gula diproses sesuai dengan jenisnya.

e. Puteran Gula

Pesawat centrifugal adalah suatu alat menggunakan gaya centrifugal yang bertugas memisahkan gula dan larutannya. Agar gulanya lebih putih, maka masakan ini diputar dua kali, sedangkan filtratnya (sisa larutannya) terakhir yang sudah tidak bisa dikristalkan lagi disebut tetes (final molases), dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan spiritus dan alkohol.

f. Penyelesaian dan Gudang Gula

Tahap penyelesaian bertujuan untuk menyelesaikan hasil gula produk SHS dari pengeringan sampai penyimpanan di gudang. Gula dikeringkan dengan alat grashopper conveyor yang berguna untuk mengangkat gula produksi dari bawah ke atas. Gula SHS dari putaran gula dipisahkan antara gula halus, gula kasar dan gula normal dengan


(74)

penyaring gula. Gula normal dikirim ke gudang dan dikemas dalam karung plastik (polypropilene), kapasitas tiap karungnya adalah 50 kg netto.

Gudang tempat untuk penyimpan gula harus memenuhi berbagai persyaratan agar gula yang disimpan mempunyai kualitas yang baik hingga sampai pada tangan konsumen. PG Madukismo mempunyai dua gudang dimana keduanya mempunyai fentilasi yang cukup, sekeliling gudang banyak terdapat parit kecil. Alas lantai gudang terdiri dari lapisan paling bawah adalah lapisan pasir kering, lapisan tengah adalah anyaman bambu kasar dan plastik, lapisan paling atas adalah anyaman bambu halus. Suhu di gudang berkisar antara 10-40oC dan kelembaban antara 50-75%.

Untuk mempermudah dalam memahami proses produksi maka dapat dilihat pada gambar 4.1 skema proses produksi gula PT Madu Baru.


(75)

TEBU

GILINGAN

Nira Mentah

PEMURNIAN

Nira Jernih

PENGUAPAN

Nira Kental

KRISTALISASI

Massecuite

PUTARAN

GULA SHS 1

Ampas

Air hilang Blotong

Air menguap

Air menguap

Tetes tebu

Kehilangan gula-gula Air imbibisi

Susu kapur Air cucian Vac. Filter Belerang

Air cucian kristal Stroop

Air siraman gula

Gambar 4.6

Proses Produksi Gula PT Madu Baru

F. Pemasaran

Pabrik Gula Madukismo sewaktu distribusi pemasarannya dipegang oleh Dolog, pemasarannya masih di sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah. Untuk mengembangkan pemasarannya tahun 2000 PG


(1)

Siklus waktu maksimum = hari per diinginkan yang unit Jumlah hari per tersedia yang Waktu = tth menit x jam 8100 60 24

= 0,1778 tth Siklus waktu per unit =

unit tth menit 5 / 1778 , 0

= 0,0356 menit/tth G. Mesin Pesawat Penguapan

Jumlah mesin : 4 unit Kapasitas per unit : 800 tth

Kapasitas total mesin = 4 unit x 800 tth = 3200 tth Siklus waktu maksimum =

hari per diinginkan yang unit Jumlah hari per tersedia yang Waktu = tth menit x jam 3200 60 24

= 0,45 tth Siklus waktu per unit =

unit tth menit 4 / 45 , 0

= 0,1125 menit/tth H. Mesin Pan Kristalisasi

Jumlah mesin : 13 unit Kapasitas per unit : 277 tth

Kapasitas total mesin = 13 unit x 277 tth = 3601 tth Siklus waktu maksimum =

hari per diinginkan yang unit Jumlah hari per tersedia yang Waktu = tth menit x jam 3601 60 24

= 0,3999 tth Siklus waktu per unit =

unit tth menit 13 / 3999 , 0

= 0,0308 menit/tth I. Mesin Palung Pendingin


(2)

Kapasitas per unit : 187 tth

Kapasitas total mesin = 14 unit x 187 tth = 2618 tth Siklus waktu maksimum =

hari per diinginkan yang unit Jumlah hari per tersedia yang Waktu = tth menit x jam 2618 60 24

= 0,55 tth Siklus waktu per unit =

unit tth menit 14 / 55 , 0

= 0,0393 menit/tth J. Mesin Centrifugal

Jumlah mesin : 19 unit Kapasitas per unit : 167 tth

Kapasitas total mesin = 19 unit x 167 tth = 3173 tth Siklus waktu maksimum =

hari per diinginkan yang unit Jumlah hari per tersedia yang Waktu = tth menit x jam 3173 60 24

= 0,4538 tth Siklus waktu per unit =

unit tth menit 19 / 4538 , 0

= 0,0239 menit/tth K. Mesin Grashopper Convenyor

Jumlah mesin : 10 unit Kapasitas per unit : 364 tth

Kapasitas total mesin = 10 unit x 364 tth = 3640 tth Siklus waktu maksimum =

hari per diinginkan yang unit Jumlah hari per tersedia yang Waktu = tth menit x jam 3640 60 24

= 0,3956 tth Siklus waktu per unit =

unit tth menit 10 / 3956 , 0


(3)

KETERANGAN TABEL 5.2

PERHITUNGAN EFISIENSI PENGGUNAAN TENAGA KERJA DENGAN SIKLUS WAKTU 0,4389 MENIT DAN 0,4431 MENIT

A. Efisiensi dengan siklus waktu 0,4431 menit 1. Stasiun 1

Productive time = Pekerjaan A + Pekerjaan B = 0,3600 menit + 0,0789 menit = 0,4389 menit

Idle time = Employee time available - Productive time = 0,4431 menit – 0,4389 menit

= 0,0042 menit 2. Stasiun 2

Productive time = Pekerjaan C + Pekerjaan D + Pekerjaan E + Pekerjaan F = 0,1071 menit + 0,0862 menit + 0,0172 menit + 0,0356 menit = 0,2461 menit

Idle time = Employee time available - Productive time = 0,4431 menit – 0,2461 menit

= 0,1970 menit 3. Stasiun 3

Productive time = Pekerjaan G = 0,1125 menit

Idle time = Employee time available - Productive time = 0,4431 menit – 0,1125 menit

= 0,3306 menit 4. Stasiun 4

Productive time = Pekerjaan H + Pekerjaan I = 0,0308 menit + 0,0393 menit = 0,0701 menit

Idle time = Employee time available - Productive time = 0,4431 menit – 0,0701 menit


(4)

5. Stasiun 5

Productive time = Pekerjaan J + Pekerjaan K = 0,0239 menit + 0,0396 menit = 0,0635 menit

Idle time = Employee time available - Productive time = 0,4431 menit – 0,0635 menit

= 0,3796 menit

B. Efisiensi dengan siklus waktu 0,4389 menit 1. Stasiun 1

Productive time = Pekerjaan A + Pekerjaan B = 0,3600 menit + 0,0789 menit = 0,4389 menit

Idle time = Employee time available - Productive time = 0,4389 menit – 0,4389 menit

= 0,00 menit 2. Stasiun 2

Productive time = Pekerjaan C + Pekerjaan D + Pekerjaan E + Pekerjaan F = 0,1071 menit + 0,0862 menit + 0,0172 menit + 0,0356 menit = 0,2461 menit

Idle time = Employee time available - Productive time = 0,4389 menit – 0,2461 menit

= 0,1928 menit 3. Stasiun 3

Productive time = Pekerjaan G = 0,1125 menit

Idle time = Employee time available - Productive time = 0,4389 menit – 0,1125 menit


(5)

4. Stasiun 4

Productive time = Pekerjaan H + Pekerjaan I = 0,0308 menit + 0,0393 menit = 0,0701 menit

Idle time = Employee time available - Productive time = 0,4389 menit – 0,0701 menit

= 0,3688 menit 5. Stasiun 5

Productive time = Pekerjaan J + Pekerjaan K = 0,0239 menit + 0,0396 menit = 0,0635 menit

Idle time = Employee time available - Productive time = 0,4389 menit – 0,0635 menit


(6)

KETERANGAN TABEL 5.3

PEMBAGIAN PEKERJAAN UNTUK 3 STASIUN KERJA (siklus waktu 0,4389 menit)

1. Stasiun Kerja 1 a. Pekerjaan A

Idle time = 0,4389 menit – 0,3600 menit = 0,0789 menit b. Pekerjaan B

Idle time = 0,0789 menit – 0,0789 menit = 0,0000 menit 2. Stasiun Kerja 2

a. Pekerjaan C

Idle time = 0,4389 menit – 0,1071 menit = 0,3318 menit b. Pekerjaan D

Idle time = 0,3318 menit – 0,0862 menit = 0,2456 menit c. Pekerjaan E

Idle time = 0,2456 menit – 0,0172 menit = 0,2284 menit d. Pekerjaan F

Idle time = 0,2284 menit – 0,0356 menit = 0,1928 menit e. Pekerjaan G

Idle time = 0,1928 menit – 0,1125 menit = 0,0803 menit f. Pekerjaan H

Idle time = 0,0803 menit – 0,0308 menit = 0,0495 menit g. Pekerjaan I

Idle time = 0,0495 menit – 0,0393 menit = 0,0102 menit 3. Stasiun Kerja 3

a. Pekerjaan J

Idle time = 0,4389 menit – 0,0239 menit = 0,4150 menit b. Pekerjaan K


Dokumen yang terkait

Analisis Efisiensi Produksi Gula di PG. Madukismo, Yogyakarta

0 5 256

ANALISIS HUMAN ERROR DI STASIUN GILINGAN PABRIK GULA MADUKISMO BANTUL ANALISIS HUMAN ERROR DI STASIUN GILINGAN PABRIK GULA MADUKISMO BANTUL.

0 3 11

ANALISIS PENGGUNAAN ENERGI DI PT. MADU BARU(PG. MADUKISMO) ANALISIS PENGGUNAAN ENERGI DI PT. MADU BARU (PG. MADUKISMO) YOGYAKARTA.

0 3 15

Analisis penyusunan anggaran biaya produksi : studi kasus pada Pabrik Gula Madukismo Yogyakarta.

6 59 93

Analisis fungsi produksi COBB Douglas pada pabrik gula : studi kasus pada PT. Madubaru di Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

8 102 107

Hubungan antara motivasi kerja karyawan dan disiplin kerja karyawan dengan produktivitas kerja karyawan: studi kasus pada karyawan pabrik gula Madukismo `PT Madubaru` Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

3 34 162

Studi Kasus Pada Pabrik Gula Madukismo Yogyakarta Padokan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi

0 0 129

ANALISIS EFISIENSI LAYOUT PROSES PRODUKSI Studi Kasus pada PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo Kasihan Bantul Yogyakarta Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

0 0 112

ANALISIS EFISIENSI LAYOUT PROSES PRODUKSI Studi Kasus pada PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo Kasihan Bantul Yogyakarta Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

0 0 112

Pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap produktivitas kerja karyawan : studi kasus pada karyawan Bagian Produksi Pabrik Gula Madukismo PT Madu Baru, Padokan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta - USD Repository

0 0 117