FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRI KECIL DI JAWA TIMUR.
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN INDUSTRI KECIL
DI JAWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
GALIH TRI LEKSONO 0311015001
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN INDUSTRI KECIL
DI JAWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Diajukan Oleh :
GALIH TRI LEKSONO 0311015001
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(3)
(4)
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRI KECIL DI JAWA TIMUR
Disusun Oleh : GALIH TRI LEKSONO
0311015001/FE/EP
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 11 Juni 2010
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama : Ketua
Dr. Syamsul Huda, MT. Dr. Syamsul Huda, MT.
Sekretaris
Drs. Ec. Wiwin Priana. MT Anggota
Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP.
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM. NIP. 030 202 389
(5)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan mengucapkan Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat-Nya penulis telah berhasil menyelesaikan skripsi ini dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRI KECIL DI JAWA TIMUR”.
Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Studi Pembangunan pada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa walaupun penulis sudah berusaha sebaik-baiknya dalam penyusunan skripsi ini, namun tanpa bantuan, motivasi, bimbingan, saran dan dorongan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP. Selaku rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. Marseto, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
(6)
ii
4. Bapak Dr. Syamsul Huda, MT selaku Dosen Pembimbing yang secara langsung telah membantu memberikan bimbingan serta petunjuk yang sangat berharga bagi penyusun skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis, selama penulis menjadi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional.
6. Seluruh staff dan karyawan BPS Surabaya.
7. Kedua orang tuaku, keluargaku, dan orang yang pernah menjadi bagian dalam hidupku atas doa dan dukungannya secara moril, materil, dan segala perhatian, semangat, kasih saying yang banyak membantu penulis sehingga dapat terselesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT. Memberikan limpahan berkah, rahmat serta karunia-Nya. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat dari semua pihak. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis mengharapkan saran dan kritiknya atas penulisan skripsi ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Sidoarjo, Juni 2010
(7)
iii DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
ABSTRAKSI... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Perumusan Masalah... 3
1.3. Tujuan Penelitian... 4
1.4. Manfaat Penelitian... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu... 5
2.2. Landasan Teori ... 10
2.2.1. Pengertian Tenaga Kerja ... 10
2.2.2. Pengertian Angkatan Kerja... 11
2.2.3. Kesempatan Kerja... 13
(8)
iv
2.2.5. Produktifitas Kerja ... 18
2.2.6. Investasi ... 20
2.2.6.1. Pengertian investasi... 20
2.2.6.2. Investasi... 21
2.2.6.3. Jenis – jenis investasi ... 24
2.2.7. Pengertian umum industri... 26
2.2.7.1 Definisi industri dan industri kecil ... 26
2.2.7.2 Macam – macam Industri ... 27
2.2.7.3 Pengertian industri kecil ... 30
2.2.8. Teori pendapatan ... 31
2.2.8.1 Pengertian pendapatan... 31
2.2.8.2 Pengertian pendapatan nasional... 32
2.2.8.3 Pendapatan perkapita ... 34
2.3. Kerangka Pikir ... 36
2.4. Hipotesis Penelitian ... 38
BAB III METODODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional da Pengukuran Variabel ... 39
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 40
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.4. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis... 41
(9)
v
3.4.2. Uji Hipotesis ... 43
3.5. Pendekatan Asumsi BLUE ... 46
3.6. Asumsi Klasik... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian... 50
4.1.1 Gambaran Geografis Propinsi Jawa Timur ... 50
4.1.2 Keadaan Alam Propinsi Jawa Timur ... 51
4.1.3 Keadaan Penduduk... 53
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 54
4.2.1 Perkembangan Pendapatan industri Kecil di Jawa Timur... 55
4.2.2 Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil di Jawa Timur... 56
4.2.3 Perkembangan Investasi Industri Kecil di Jawa Timur... 57
4.2.4 Perkembangan Jumlah Industri Kecil di Jawa Timur ... 58
4.2.5 Perkembangan Pendapatan Perkapita di Jawa Timur ... 59
4.3 Analisis dan Uji Hipotesis... 60
4.3.1 Pengujian Hasil Analisi Regresi Linier Berganda Sesuai Dengan Asumsi BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) ... 60
(10)
vi
4.3.3 Uji Hipotesis Secara Simultan ... 65 4.3.4 Uji Hipotesis secara Parsial... 68 4.4 Pembahasan... 74 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 77 5.2 Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
(11)
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data input Tingkat pendapatan industri kecil di Jawa Timur, jumlah tenaga kerja industri kecil, nilai investasi industry kecil, jumlah industry kecil dan pendapatan perkapita
Lampiran 2 : Hasil analisis regresi linier berganda ( descrriptive statistics, variables entered, model summary, dan ANOVA)
Lampiran 3 : Hasil analisis berganda (coefficients) Lampiran 4 : Hasil analisis berganda (correlations) Lampiran 5 : Tabel pengujian nilai F
Lampiran 6 : Tabel pengujian nilai t Lampiran 7 : Tabel Durbin - Watson
(12)
viii
Gambar Halaman
Gambar 1. Komponen penduduk dan tenaga kerja ... 13
Gambar 2. Fungsi permintaan tenaga kerja... 17
Gambar 3. Kurva marginal efficiency of investment (MEI)... 23
Gambar 4. Paradigma kerangka pikir ... 37
Gambar 5. Kurva distribusi F ... 45
Gambar 6. Kurva distribusi t ... 46
Gambar 7. Statistic Durbin – Watson ... 49
Gambar 8. Kurva statistic Durbin – Watson ... 62
Gambar 9. Kriteria penerimaan hipotesis secara simultan atau keseluruhan... 68
gambar 10. Kurva distribusi hasil analisis secara parsial jumlah tenaga kerja industri kecil (X1) terhadap pendapatan industri kecil di Jawa Timur... 70
Gambar 11. Kurva distribusi hasil analisis secara parsial factor investasi industri kecil (X2) terhadap pendapatan industri kecil di Jawa Timur (Y) ... 72
Gambar 12. Kurva distribusi hasil analisis secara parsial factor jumlah industri kecil (X3) terhadap pendapatan industri kecil di Jawa Timur (Y) ... 73 Gambar 13. Kurva distribusi hasil analisis secara parsial factor
(13)
ix
pendapatan perkapita (X4) terhadap pendapatan industri
(14)
xi
JAWA TIMUR Oleh : Galih Tri Leksono
Abstraksi
Dalam proses pembangunan sektor industri kecil memerlukan pengembangan pembangunan guna memperbaiki kualitas industri kecil di sekitarnya dan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Upaya meningkatkan kemampuan dan ketrampilan para pengusaha industri kecil serta kualitas tenaga kerja dalam pengolahan industri kecil merupakan hal penting. Hal ini mengingat pesatnya pertumbuhan dan perkembangan usaha industri kecil sehingga menimbulkan persaingan yang tajam baik dari segi pemasaraan dan kualitas produk.
Penelitian ini akan meneliti factor-fakyor yang mempengaruhi industri kecil. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan adalah Jumlah Tenaga Kerja (X1), Nilai Investasi
Industri Kecil (X2), Jumlah Industri Kecil (X3), Pendapatan Perkapita (X4), dan Pendapatan
Industri Kecil (Y) sebagai variabel terikat. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui apakah jumlah tenaga kerja industri kecil, nilai investasi industri kecil, jumlah industri kecil, pendapatan perkapita berpengaruh terhadap pendapatan industri kecil di Jawa Timur, 2. Untuk mengetahui diantara jumlah tenaga kerja industri kecil, nilai investasi industri kecil, jumlah industri kecil, pendapatan perkapita yang paling dominan mempengaruhi pendapatan Industri kecil di jawa Timur. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu time series yang diambil selama 15 tahun. Sedangkan analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda menggunakan uji F dan uji t.
Dari hasil perhitungan analisis data dan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji F diperoleh nilai Fhitung=9,310 > Ftabel=3,48, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa secara
simultan variabel Jumlah Tenaga Kerja (X1), Nilai Investasi Industri Kecil (X2), Jumlah Industri
Kecil (X3), Pendapatan Perkapita (X4) berpengaruh nyata terhadap Pendapatan Industri Kecil
(Y) dan telah teruji kebenarannya. Sedangkan dari hasil perhitungan nilai t diperoleh nilai thitung
untuk X1=-1,676 sedangkan thitung untuk X2=1,238, untuk thitung X3=-5,488, dan untuk thitung =
1,311, sehingga secara parsial hanya variabel Jumlah Industri Kecil yang berpengaruh secara nyata terhadap Pendapatan Industri Kecil. Hal ini disebabkan semakin banyak jumlah unit usahanya pada sector industri kecil maka akan semakin besar perkembangan usahanya, hal ini dapat berpengaruh terhadap penigkatan pendapatan industri kecil tersebut.
(15)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembangunan ekonomi dalam suatu negara sangat penting karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Pembangunan ekonomi di harapkan dapat mewujudkan perekonomian mandiri dan handal untuk meningkatkan kemakmuran seluruh rakyat secara selaras, adil dan merata ( Anonim, 1998 : 20 ). Namun pada kenyatannya perekonomian Indonesia pada saat ini dalam keadaan memprihatinkan.
Sehubungan dengan itu Industrialisasi merupakan alur pokok pembangunan nasional dan pembangun daerah yang bertujuan mewujudkan masyarakat yang mandiri dan sejahtera. Selain berperan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dapat meningkatkan produktifitas masyarakat, berperan menciptakan lapangan usaha serta memperluas kesempatan kerja dan meratakan pendapatan masyarakat guna pengentasan kemiskinan.
Dalam hal ini investasi di harapkan:
a. Untuk meningkatkan produksi dan penyerapan tenaga kerja serta meningkatkan taraf hidup masyarakat
b. Dengan adanya investasi bisa mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat
c. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas di sektor industri.
(16)
Perkembangan industri kecil dari waktu ke waktu secara rutin harus di lakukan pengkajian, penyempurnaan dan peningkatan. Hal ini di sebabkan karena pengusaha kecil pada umumnya lemah dalam : manajemen, keterampilan, pemasaran dan modal kredit. Pengusaha kecil sulit untuk mendapatkan modal kredit dari bank karena tidak mamapu memberikan agunan yang memadai dan persyaratan teknis lain yang di ajukan oleh pihak bank ( Harijanto, 1996 : 26 ). Secara tidak langsung kredit merupakan hal yang paling penting sebagai penunjang dan pendorong terhadap aktivitas pengusaha dalam meningkatkan pendapatan industri kecil serta memperluas usahanya. Oleh sebab itu pihak bank harus memberikan kemudahan dan syarat – syarat yang ringan yaitu tingkat suku bunga kredit yang rendah dan jangka waktu pengembalian yang panjang, sehingga sektor industri bisa berjalan dengan lancar. Perkembangan industri yang baik akan membawa terhadap modal, dengan demikian kelancaran pengembalian kredit yang akan membawa akibat peningkatan pertumbuhan ekonomi dapat di capai dengan baik.
Peningkatan pendapatan industri kecil di Jawa Timur pada tahun 1999 sebesar 0,26%. Pada tahun 2001 sebesar 1,18%, tahun 2002 mengalami kontraksi sebesar -1,68%, Tahun 2003 mengalami peningkatan lagi sebesar 2,30%, tahun 2004 sebesar 4,61% dan tahun 2005 sebesar 5,26%. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan industri kecil di Jawa Timur mempunyai potensi untuk ditingkatkan. ( Anonim : 2002 : 239 )
Dengan pengembangan industri kecil di jawa timur diharapkan bisa meningkatkan pendapatan industri kecil itu sendiri serta bisa memperluas
(17)
3
lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja sehingga jumlah pengangguran bisa di tekan serta dapat menambah pendapatan bagi masyarakat kecil. Bila sektor ini tumbuh dan berkembang serta di iringi dengan pembinaan yang baik maka usaha nya akan menjadi mantap, sehat dan dinamis. Tentu saja hal ini tidak lepas dari dorongan usaha dan bantuan dari pemerintah daerah propinsi Jawa Timur melalui disperindag propinsi Jawa Timur.
Pembangunan sektor industri merupakan bagian dari pembangunan bangsa Indonesia secara makro. Di harapkan industri kecil di Jawa Timur mampu memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di indonesia.
1.2. Perumusan masalah
Sesuai dengan uraian diatas dan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak di capai seluruhnya dengan penelitian ini adalah :
1. Apakah jumlah tenaga kerja industri kecil, nilai investasi industri kecil, jumlah industri kecil dan pendapatan perkapita mempengaruhi pendapatan industri kecil di Jawa Timur
2. Manakah variabel bebas yang paling dominan berpengaruh terhadap pendapatan industri kecil di Jawa Timur.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini berdasarkan perumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:
(18)
1. Untuk mengetahui apakah jumlah tenaga kerja industri kecil, nilai investasi industri kecil, jumlah industri kecil dan pendapatan perkapita berpengaruh terhadap pendapatan industri kecil di Jawa Timur
2. Untuk mengetahui di antara jumlah tenaga kerja industri kecil, nilai investasi industri kecil, jumlah industri kecil dan pendapatan perkapita yang paling dominan mempengaruhi pendapatan industri kecil di Jawa Timur
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini 1. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pihak yang berkepentingan serta
diharapkan dapat bermanfaat bagi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Guna membantu mahasiswa maupun masyarakat dalam membahas atau memecahkan permasalahan yang sama.
(19)
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh mahasiswa lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian berkaitan dengan penelitian ini adalah :
1. Merawati (2000). Dengan judul penelitian “Analisa Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil di Kota Surabaya”, menyatakan bahwa :
Hasil yang diperoleh bahwa secara simultan menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara variabel bebas Investasi Industri Kecil (X1), Tenaga Kerja (X2), dan Jumlah Idustri Kecil (X3).
Berpengaruh nyata terhadap pendapatan Industri kecil (Y). Hal ini diketahui dari uji-F yaitu diperoleh hasil bahwa Fhitung sebesar
70,867 lebih besar dari Ftabel sebesar 3,49.
Sedangkan secara parsial, variabel Investasi Industri Kecil (X1),
berpengaruh secara nyata tehadap Pendapatan Industri Kecil (Y) dengan menggunakan uji-t dimana diperoleh nilai thitung sebesar
12,586 lebih besar dari ttabel sebesar 2,179, variabel Tenaga Kerja
(X2) berpengaruh secara nyata terhadap Pendapatan Industri Kecil
(Y) dimana thitung sebesar -8,897 lebih kecil dari ttabel sebesar
-2,179. Dan variabel Jumlah Industri Kecil (X3) berpengaruh
(20)
secara nyata terhadap Pendapatan Industri Kecil (Y) dimana thitung
sebesar 8,727 lebih besar dari ttabel sebesar 2,179. Maka secara
parsial dapat disimpulkan bahwa variabel Investasi Industri Kecil (X1) berpengaruh paling dominan terhadap Pendapatan Industri
Kecil (Y).
2. Nina (2004). Dengan judul penelitian “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil di Daerah Tingkat II Kabupaten Pacitan”, menyatakan bahwa :
Hasil penelitian yang diperoleh bahwa secara simultan (uji-F) terdapat pengaruh yang nyata antara Invesatsi (X1), Jumlah
Industri Kecil (X2), Jumlah Tenaga Kerja (X3), dan Kredit Usaha
Kecil (X4) terhadap Tingkat Pendapatan Industri Kecil di Daerah
Tingkat II Kabupaten Pacitan (Y), dimana diketahui bahwa Fhitung
= 47,405 > Ftabel =3,48.
Sedangkan secara parsial (uji t) untuk variabel Invesatsi (X1)=3,118; Jumlah Tenaga Kerja (X3) = 4,883; dan Kredit Usaha
Kecil (X4) = 2,395 > ttabel = 2,28 sehingga berpengaruh terhadap
Tingkat Pendapatan Industri Kecil di Daerah Tingkat II Kabupaten Pacitan, sedangkan variabel Jumlah Industri Kecil (X2)=0,995 <
ttabel = 2,228 tidak dapat mempengaruhi Tingkat Pendapatan
Industri Kecil di Daerah Tingkat II Kabupaten Pacitan. Hal ini dikarenakan peningkatan jumlah unit usaha kecil tidak diimbangi dengan kualitas dankuantitas mutu produk yang dihasilkan yang
(21)
7
lebih bersifat heterogen atau beranekaragam jenis produk yang dihasilkan.
3. Harmojo (2005). Dengan judul penelitian “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Jombang ”, menyatakan bahwa :
Hasil penilitian yang diperoleh bahwa secara simultan (uji F) terdapat pengaruh yang nyata antara variabel Nilai Investasi (X1),
Jumlah Tenaga Kerja (X2), Jumlah Industri Kecil (X3), dan
Pendapatan Perkapita (X4) terhadap Pendapatan Industri Kecil di
Kabupaten Jombang, dimana diketahui bahwa Fhitung (1920,248) >
Ftabel (3,48).
Apabila di uji secara parsial (uji t) untuk variabel nilai investasi (X1), Jumlah Tenaga Kerja (X2), dan Jumlah Industri Kecil (X3)
berpengaruh nyata terhadap Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Jombang (Y), dimana thitung (X1) = 39,206, thitung (X2) =
3,049 dan thitung (X3)= 2,657 > t tabel = 2,228. Sedangkan variabel
Pendapatan Perkapita (X4) tidak mempengaruhi Pendapatan
Industri Kecil di Kabupaten Jombang, dimana thitung (X4) = -0,204
< ttabel = 2,228. Hal tersebut diakibatkan karena mutu secara
kuantitas maupun kualitas produk yang dihasilkan masih rendah sehingga pendapatan industri kecil masih rendah.
(22)
4. Arif (2006). Dengan judul penelitian “Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Madiun”, menyatakan bahwa :
Hasil analisis penggunaan uji-F menunjukkan bahwa secara simultan variabel Nilai Investasi (X1), Penduduk Usia Produktif
(X2), Kredit Industri Kecil (X3), dan Inflasi (X4) secara
keseluruhan variabel bebas tersebut berpengaruh secara nyata terhadap Pendapatan Industri Kecil (Y) dengan Fhitung = 14,139 >
Ftabel = 5,19.
Hasil analisis pengujian uji t secara parsial menunjukkan bahwa variabel bebas Investasi (X1) berpengaruh secara nyata terhadap
Pendapatan Industri Kecil dengan thitung (2,721) > ttabel (2,571).
Sedangkan variabel Penduduk Usia Produktif (X2) tidak
berpengaruh secara nyata terhadap Pendapatan Industri Kecil dimana thitung (0,283) < ttabel (2,571), Kredit Industri Kecil (X3)
tidak berpengaruh secara nyata terhadap Pendapatan Industri Kecil dimana -thitung (-0,946) > -t tabel (-2,571), dan Inflasi (X4) juga tidak
berpengaruh secara nyata terhadap Pendapatan Industri Kecil (Y) dimana –thitung (-3,814) < -ttabel (-2,571).
5. Rosyidi (2007). Dengan judul penelitian “Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Industri Kecil Songkok di Kabupaten Gresik”, menyatakan bahwa :
(23)
9
Hasil analisis penggunaan uji-F menunjukkan bahwa secara simultan variabel Modal Sendiri (X1), Jumlah Produksii (X2),
Jumlah Tenaga Kerja (X3), dan Inflasi (X4) secara keseluruhan
variabel bebas tersebut berpengaruh secara nyata terhadap Pendapatan Industri Kecil (Y) dengan Fhitung = 28,313 > Ftabel =
3,48.
Hasil analisis pengujian uji t secara parsial menunjukkan bahwa variabel bebas Modal Sendiri (X1) (4,416), Junlah Produksi (X2)
(3,445) > ttabel (2,228) sehingga secara nyata berpengaruh terhadap
tingkat pendapatan industri kecil songkok (Y), sedangkan variabel Jumlah Tenaga Kerja (X3)(1,313) dan Inflasi (X4)(1,137) < ttabel
(2,228) sehingga secara parsial dapat diketahui bahwa variabel tenaga kerja dan inflasi tidak berpengaruh nyata terhadap Pendapatan Industri Kecil Songkok di Kabupaten Gresik.
Perbedaan dengan penelitian ini Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil Di Jawa Timur adalah data yang digunakan tahun 1999-2008 dan variabel yang digunakan adalah jumlah tenaga kerja industri kecil, nilai investasi industri kecil, jumlah industri kecil, dan pendapatan perkapita.
(24)
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Tenaga Kerja
Ketenaga kerjaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama atau sesudah masa kerja (Anomim, 1997 : 3). Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu proses produksi, karena untuk menghasilkan suatu barang atau produksi tersebut maka manusialah yang menggerakan sumber-sumber lain dalam menghasilkan barang atau produksi tersebut.
Tenaga kerja atau man power terdiri dari golongan angkatan kerja dan bukan angkatan kerja serta mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan atau pengangguran dan yang sedang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah, mengurus rumah tangga dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan, ketiga golongan yang terakhir yaitu kelompok yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan pendapatan, walau sedang tidak bekerja mereka dianggap secara fisik sudah mampu dan sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk ikut bekerja.
Menurut (Simantjuntak 2001 : 2) pengertian tenaga kerja adalah penduduk yang berumur 14 sampai 60 tahun, sedangkan orang yang berumur dibahwa 14 tahun atau diatas 60 tahun digolongkan sebagai bukan tenaga kerja. Definisi lain tentang tenaga kerja antara lain menurut (Suroto 1993 : 17) adalah kemampuan manusia untuk mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk dirinya
(25)
11
sendiri maupun orang lain. Sedangkan menurut pendapat (Djojohadikusumo 1985 : 146) mengenai tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia dan sanggup untuk bekerja. Golongan ini meliputi mereka yang bekerja untuk dirinya sendiri, anggota-anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa uang atau upah. Gologan tenaga kerjapun meliputi mereka yang sedang menganggur, tetapi sesunggunya mereka bersedia dan mampu untuk bekerja dalam arti mereka menganggur dengan keadaan terpaksa karena tidak adanya kesempatan kerja.
Pengertian tenaga kerja secara umum adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam atau akan melakukan pekerjaan, baik dalam maupun luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan mayarakat. (Anomim, 1997 : 3).
Di indonesia sendiri dipilih batas usia tenaga kerja minimum 10 tahun dan tanpa batas maksimum, sehingga tenaga kerja di indonesia dimaksudkan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian tenaga kerja dan bukan kerja atas umur.
2.2.2 Pengertian Angkatan Kerja
Istilah Angkatan kerja disini sama dengan penduduk yang aktif secara ekonomis. Angkatan kerja atau labour force dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu :
(26)
a. Golongan yang bekerja
Orang yang dengan maksud memperoleh penghasilan paling sedikit 2 hari dalam seminggu sebelum hari pencacaha.
b. Golongan yang menganggur
Orang tidak bekerja sama sekali / bekerja kurang dari 2 hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.
Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesunggunya terlibat atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa (Kusumowidho 1991 : 194), sedangkan dalam bukunya (Suroto 1993 : 28) berpendapat bahwa angkatan kerja adalah sebagian dari jumlah penduduk dalam usia kerja yang mempunyai pekerjaan. Dengan kata lain juga dapat dikatakan bahwa angkatan kerja adalah bagian-bagian penduduk yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan.
Dengan demikian yang dikatakan angkatan kerja adalah mereka yang aktif dalam kegiatan menghasilan barang dan jasa serta mereka yang siap dan sedang berusaha mencari pekerjaan atau menganggur. Secara skematis uraian kerangka komponen penduduk dan tenaga kerja ditunjukan melalui bagan dalam gambar 1 :
(27)
13
Gambar 1 : Komponen Penduduk dan tenaga kerja
Sumber : Simanjuntak, J Payaman, 2001, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, LPFE - UI, Jakarta, Halaman 19.
2.2.3 Kesempatan Kerja
Istilah employment dalam bahasa inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti menggunakan dalam suatu proses atau memperkerjakan atau usaha memberikan pekerjaan atau disertai sumber penghidupan. Jadi employment berarti keadaan orang yang sudah mempunyai pekerjaan atau keadaan penggunaan tenaga kerja orang. Pengertian ini mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau yang melakukan pekerjaan tersebut.
Bukan tenaga kerja Penduduk
Bukan Tenaga kerja
Angkatan kerja
angkatan kerja
Mengurus rumah
tangga Penerimaan pendapatan
Menganggur Bekerja Sekolah
Bekerja Setengah
menganggur penuh
Kentara Tidak
jam kerja sedikit kentara
Produktivitas Penghasilan
(28)
Dengan ini pengertian employment sudah jelas yaitu kesempatan kerja yang diduduki atau jumlah orang yang mendudukinya. (Suroto, 1992 : 22).
Pengertian kesempatan kerja yang lain adalah adanya waktu yang tersedia dan beberapa orang yang ditampung untuk melaksanakan aktifitas yang dinamakan bekerja pada suatu perusahaan ataupun instansi. (Boediono, 1995 : 168).
Jadi kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat ditampung untuk bekerja pada suatu industri atau suatu perusahaan. Kesempatan kerja akan menampung semua tenaga kerja apabila lapangan pekerjaan yang tersedia cukup memadai.
2.2.4 Analisis Permintaan Tenaga Kerja
Pengertian pengusaha atas tenaga kerja berlainan dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Orang membeli barang karena barang tersebut memberikan nikmat (utility) kepada sipembeli. Akan tetapi pengusaha memperkerjakan seseorang karena seseorang tersebut membantu memproduksikan barang atau jasa untuk dijual barang yang diproduksinya. Permintaan akan tenaga kerja yang seperti itu disebut derived demand, yaitu meningkatnya permintaan barang terhadap tenaga kerja. (Simanjuntak, 2001:89).
Variabel-variabel yang menentukan jumlah pekerja yang diminta suatu perusahaan dianalisis dalam dua tingkat pertama, difokuskan pada hubungan tingkat upah dan jumlah pekerja yang diminta, dengan variabel
(29)
15
lainya khususnya permintaan terhadap barang dan jasa. Hubungan antara upah dan kuantitas yang diminta mempunyai slope negative, yaitu apabila tingkat upah meningkat maka jumlah tenaga kerja yang diminta akan menurun.
Kedua difokuskan pada faktor-faktor yang dapat menyebabkan pergeseran kurva permintaan akan tenaga kerja, khususnya perubahan dalam metode produksi permintaan terhadap barang dan jasa.
2.2.4.1 Fungsi Permintaan Tenaga Kerja
Dasar yang digunakan para pengusaha untuk menambah atau mengurangi jumlah tenaga kerja adalah :
a. Pengusaha perlu memperkirakan tambahan hasil (output) yang diperoleh sehubungan dengan penambahan seorang tenaga kerja, yang disebut tambahan hasil marjinal. Marginal Physical Product dari tenaga kerja (MPPL).
b. Pengusaha menghitung jumlah uang yang diperoleh dari tambahan hasil marjinal tersebut yang disebut penerimaan marjinal. Marginal Revenue (MR). Jadi MR sama dengan nilai dari MPPL, yaitu besarnya
(30)
Jadi :
MR = VMPPL = MPPL X P...(Simanjuntak, 2001 :
90) Ditanya :
PL
P
naga kerja tersebut, hal ini
k
iminishing Returns) dan dilukiskan dengan garis DD dalam ambar 2.
MR : Marginal Revenue
VMPPL : Value Narginal Physical Product Of Labor
MP : Marginal Physical Product Of Labor, dan : Harga Jual barang yang diproduksikan per unit
Selanjutnya pengusaha membandingkan MR dengan biaya memperkerjakan tambahan seseorang tenaga kerja yaitu upahnya sendiri (W) atau Marginal Cost (MR). Bila MR lebih besar dari MC, maka pengusaha mamperoleh keuntungan dari tambahan te
berlangsung terus selama MR lebih besar MC.
Bila tenaga kerja terus bertambah sedangkan alat-alat dan faktor produksi lainnya jumlahnya tetap, maka perbandingan alat produksi untuk setiap pekerja menjadi lebih kecil dan tambahan hasil marjinal menjadi lebih kecil pula. Dengan kata lain, semakin bertambah tenaga kerja yang dipekerjakan, semakin kecil MPPL nya dan nilai MPPL itu sendiri. Ini
yang dinamakan hukum tambahan produksi yang sema in berkurang (The Law Of D
(31)
17
Gambar 2 : Fungsi Permintaan Tenaga Kerja
Sumber : omoni Sumber
daya Manusia, LPFE - UI, Jakarta. halaman 90.
itu laba pengusaha akan bertambah dengan menambah tenaga kerja baru.
VMPP1
Penem Pekerja
patan Upah
E D
D W1
W
W2
=MPP XP 1
A N
Simanjuntak, J Payaman, 2001, Pengantar Ek
Garis DD melukiskan besarnya nilai marjinal tenaga kerja atau value Marginal Physical Of Labor (VMPPL) untuk setiap tingkat garis DD
melukiskan beberapa nilai hasil marjinal tenaga kerja atauValue Marjinal Physical Of Labor (VMPPL) untuk settiap tingkat penempatan. Bila
misalnya jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan sebanyak OA = 100 orang, maka nilai hasil kerja orang yang ke-100 dinamakan VMPPLnya
dan besarnya sama dengan : VMPPL X P = WL. Nilai ini lebih besar dari
pada tingkat upah yang sedang berlaku (W). Oleh sebab
(32)
Pengusaha dapat terus menambah laba perusahaan dengan memperkerjakan orang hingga ON. Dititik ON pengusaha mencapai laba maksimum dan MPPL X P sama dengan upah yang dibayarkan kepada
karyaw
dan atau bila pengusaha yang mampu menaik
rafik DD pada gambar 2 yang berlaku untuk masing-masing perusahaan.
2.2.5 Produk
an,. Dengan kata lain pengusaha mencapai laba maksimum bila : MPPL X P = W...(Simanjuntak, 2001:91)
Penambahan tenaga kerja yang lebih besar dari ON atau sebesar ON2 akan mengurangi keuntungan pengusaha. Pengusaha membayar upah
dalam tingkat yang berlaku (W), padahal nilai hasil marjinal yang diperoleh hanya sebesar W2 yang leih kecil dari W. Jadi pengusaha
cenderung untuk menghindari jumlah tenaga kerja yang lebih dari ON dapat dilaksanakan hanya apabila pengusaha yang bersangkutan dapat membayar upah dibawah W
an harga jual barang.
Gambar 2 melukiskan fungsi permintaan dari suatu perusahaan terhadap tenaga kerja, dimana hal ini dapat berbeda untuk setiap perusahaan. Fungsi permintaan untuk seluruh nasional atau negara penjumlahan permintaan dari tiap-tiap perusahaan ini dapat dilukiskan dengan menjumlahkan secara horizontal g
tifitas Kerja
(33)
19
kuantitatif-teknis operasional. Secara filosofi-kualitataf. Produktifitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Keadaan ini harus lebih baik dari pada hari kemarin, dan mutu kehidupan besok harus lebih baik dari pada hari ini pandangan hidup dan sikap mental yang demikian akan mendorong manusia untuk tidak cepat merasa puas, akan tetapi terus mengeb
umumnya terdiri a
terwujud dalam empat bentuk,
ma diperoleh dengan menggunakan sumber
lebih besar dicapai dengan menggunakan
lebih besar dicapai dengan menggunakan
diperoleh dengan pertambahan angkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja.
Untuk definisi kerja secara kuantitatif, produktifitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluarga) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang dipergunakan per satuan waktu. Definisi kerja ini mengandung cara atau metode pengukuran. Walaupun secara teori dapat dilaksanakan, akan tetapi dalam praktek sukar dilaksanakan, terutama karena sumberdaya masukan yang dipergunakan
tas banyak macam dan dalam proporsi yang berbeda. Peningkatan produktifitas dapat
yaitu :
a. Jumlah produksi yang sa daya yang lebih sedikit ; b. Jumlah produksi yang jauh
sumber daya yang kurang ; c. Jumlah produksi yang jauh sumber daya yang sama ;
(34)
sum
tan produktifitas faktor-faktor lain sangat (Simanjuntak, 2001 : 38).
2.2.6.1 Penger
ditunda untuk dihasil
ber daya yang relative lebih kecil.
Sumber daya masukan dapat terdiri atas beberapa faktor produksi seperti tanah, gedung, mesin, peralatan, bahan mentah dan sumber daya manusia sendiri. Produktifitas masing-masing faktor produksi tersebut dapat dilakukan baik secara bersama-sama maupun secara berdiri sendiri. Dalam hal ini, peningkatan produktifitas manusia merupakan sasaran strategi karena peningka
2.2.6 Investasi
tian Investasi
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lain yang dilakukan pada saat ini dengan sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelin, 2001 : 3). Investasi merupakan penundaan kosumsi sekarang untuk digunakan dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu (Jugianto, 2000 : 5). Substitusi ini menjelaskan beberapa unit kosumsi mendatang yang harus diterima supaya individu mau mengorbankan satu unit kosumsi sekarang dengan tingkat kepuasan subjektif yang sama, walaupun pengorbanan kosumsi sekarang dapat diartikan sebagai investasi yang lebih luas membutuhkan kesempatan produksi yang efisien untuk mengubah satu kosumsi yang
kan menjadi lebih dari satu unit kosumsi mendatang.
(35)
21
dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang (Sunariyah, 2000 : 4). Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana. Sedangkan investasi dalam arti luas
ktiva
ya merupakan klaim atas aktiva riil yan
n yang sebesar-besarnya baik dalam jangka pendek maupun panjang.
2.2.6.2 Investa
obri, 1993 : 140) terdapat dua teori dalam investasi
1. Teori k
terdiri dari 2 bagian, yaitu :
1. Investasi dalam bentuk riil (real asset) adalah investasi a berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni lainnya.
2. Investasi dalam surat-surat berharga atau sekuritas (market tabel securities atau financial asset) adalah investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang pada dasarn
g dikuasai oleh suatu entitas.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan proses penanaman modal dengan tujuan untuk mendapatkan keuntunga
si
Menurut (S yaitu :
lasik
Teori klasik tentang investasi didasarkan atas teori produtivitas batas (marginalproductivity) dari faktor produksi modal menurut teori ini besarnya modal yang akan di investasikan dalam proses produksi
(36)
ditentukan oleh produktivitas marjinal di bandingkan dengan tingkat bunganya sehingga investasi itu akan terus dilakukan bilamana produktivitas batas dari investasi itu masih lebih tinggi dari pada tingkat bunganya yang diterima bila seandainya modalnya itu dipinjam dan tid
yaitu suku
tiap akhir
a yang lebih kecil dari pendapatan yang diharapkan
2. Teori J
ak diinvestasikan.
Dengan teori produtivitas batas, maka masalah investasi oleh para ahli ekonomi klasik di pecahkan atas atas dasar prinsip maksimalis laba dari perusahaan-perusahaan individu. Sebab suatu perusahaan akan memaksimalkan labanya dalam suatu persaingan sempurna, bila perusahaan itu menggunakan modal sampai pada produk marjinal kapitalnya sama dengan harga capital
bunga. Teori klasik dapat disempurnakan sebagai berikut :
Suatu investasi akan dijalankan apabila pendapatan investasi itu lebih besar dari pada tingkat suku bunga. Pendapatan dari investasi merupakan jumlah pendapatan yang akan diterima se
tehun, selama barang modal digunakan dalam produksi.
Investasi dalam barang modal adalah menguntungkan bila biaya ditambah bung
dari investasi. . M. Keynes
Masalah investasi baik penentuan jumlah maupun kesempatan untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan konsep Marginal Efficiency of Investment (MEI) yaitu bahwa investasi itu akan
(37)
23
dijalankan oleh seseorang pengusaha bilamana Marginal Efficiency of Investment (MEI) masih lebih tinggi dari pada tingkat bunga (interst). Secara garis besar, Marginal Efficiency of Investment (MEI) ini digambarkan sebagai sesuatu schedule yang menurun. Schedule ini menggambarkan jumlah investasi yang terlaksana pada setiap bunga.
persaingan para investor
ukan maka ongkos dari
Gambar 3 : Kurva Marginal Efficiency Of Investment ( MEI ) Menurunnya skedul ini antara lain di sebabkan oleh dua hal yaitu : 1) Bahwa semakin banyak jumlah investasi yang terlaksana dalam
masyarakat, maka makin rendahlah efisien marginal itu. Semakin banyak investasi yang terlaksana dalam berbagai lapangan ekonomi maka menjadi semakin selangit
(pengusaha) sehingga MEI itu menurun. 2) Bahwa semakin banyak investasi yang dilak
barang modal (asset) menjadi lebih tinggi
Tingkat Pengambilan Modal
C
MEI B
A Ro
R1
R2
Investasi
(38)
Sumbe
Sumbu tegak menunjukkan tingkat pengambilan modal dan sumbu dasar menunjukan jumlah investasi yang akan dilakukan. Pada kurva Marginal Efficiencyof Invesment (MEI) ditunjukan tiga buah titik : A, B, dan C menggambarkan bahwa tingkat pengambilan modal adalah Ro dan investasi adalah Io. Ini berarti titik A menggambarkan bahwa dalam perekonomian terdapat kegiatan yang akan menghasilkan tingkat pengembilian modal sebanyak Ro atau lebih tinggi, dan untuk mewujudkan investasi tersebut modal yang diperlukan sebanyak Io. Titik B dan C juga memberikan gambaran yang sama. Titik B menggambarkan wujudnya kesempatan untuk menginvestasikan dengan pengambilan modal R1 atau lebih dan modal yang diperlukan adalah I1. dan titik C
menggambarkan, untuk mewujudkan usaha yang menghasilkan tingkat modal sebanyak atau lebih diperlukan modal sebanyak I2.
2.2.6.3 Jenis-Jenis Investasi
Menurut Rosyidi (2004 : 169 – 172) jenis investasi dikelompokkan menjadi:
1. Autonomus Invesment dan Induced Investment
Autonomus Invesment (investasi otonomi) adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan. Faktor-faktor selain pendapatan yang mempengaruhi tingkat investasi seperti itu, misalnya tingkat teknologi, kebijakan pemerintah, harapan para pengusaha dan r : Sukirno, Sadono, 1995, Pengantar Ekonomi Mokro, Raja
(39)
25
sebagainya, sedangkan Induced Investment (investasi terimbas) adalah bersebelahan dengan Autonomos Ivestment (investasi otonom), Induced investment (investasi terimbas) ini sangat dipengaruhi oleh
2.
sta ngan yang diperoleh. 3.
engundang modal rmanfaatkan.
4.
stasi yang telah dihitung jumlahnya berdasarkan tiap sektor investasi.
tingkat pendapatan.
Public Investment dan Private Invesment
Public investment merupakan penanaman modal yang di lakukan oleh pemerintah sedangkan private Investment dilaksanakan oleh swa dan lebih mengedepankan unsur-unsur keuntu
Domestic Investment dan Foreign Invesment
Domestic Investment adalah penanaman modal dalam negeri sedangkan Foreign Investment adalah penanaman modal asing. Sebuah negara yang memiliki banyak sekali faktor produksi tenaga manusia namun tidak memiliki faktor produksi modal yang cukup untuk mengolah sumber-sumber yang dimiliki maka m
asing agar sumber-sumber yang ada te Gross Investment and Net Investment
Gross Investment adalah total seluruh investasi yang dilakukan atau yang dilaksanakan pada suatu ketika. Dengan demikaian investasi bruto dapat bernilai positif ataupun nol (yaitu ada yang tidak ada investasi sama sekali) tetapi tidak akan bernilai negatif. Sedangkan net investment adalah inve
(40)
2.2.7 Pengertian umum industri 2.2.7.1 Definis
ndustrialisasi bisa di lihat dari sisi permintaan maupun sisi penawa
engerjakan sesuatu barang untuk masyarakat di
l,
enjualan di bawah Rp. 100.000.000,- (Mudrajad
bagai ind
i industri dan industri kecil
Industrialisasi adalah suatu proses peningkatan kapasitas negara dalam memproses bahan mentah dan mengolah bahan-bahan untuk tujuan konsumsi atau produksi lebih lanjut (Arsyad lincolin, 1997 : 18). Terjadinya i
ran.
Pada dasarnya definisi industri itu bermacam-macam, namun pada dasarnya tidak berbeda satu sama lain. Menurut Sumodisastro (1985 : 1) Industri adalah tiap usaha yang merupakan unit produksi yang membuat barang dan atau yang m
sesuatu tempat tertentu :
a. Industri kecil adalah industri berskala kecil, baik dalam ukuran moda jumlah produksi maupun tenaga kerjanya (Sentot Herman, 2001 : 1) b. KADIN mendefinisikan industri kecil sebagai sektor usaha yang
memiliki asset maksimal Rp. 250.000.000,- tenaga kerja paling banyak 300 orang dan nilai p
Kuncoro, 1998 : 35 )
c. Departemen perindustrian mendefinisikan industri kecil se ustri yang mempunyai asset tidak lebih dari Rp.600.000.000,-
Berdasarkan berbagai penjelasan mengenai industri, maka dapat di simpulkan bahwa industri adalah kumpulan dari perusahaan yang
(41)
27
memproduksi barang-barang tertentu dan menempati areal tertentu dengan memproduksi barang subtitusi. Sedangkan mengenai penjelasan industri kecil dapat di simpulkan sebagai berikut : Industri kecil adalah perusahaan yang memiliki struktur organisasi yang sederhana, jumlah tenaga kerja paling banyak 300 orang serta modal jumlahnya relatif kecil.
2.2.7.2 Macam
ng di lakukan perindustrian di bagi 3 kelompok yaitu :
1.
hnya industri hilir dan kegiatan ya. (Arsyad, 1992 : 306)
2.
-macam Industri
Untuk mengetahui macam-macam industri ini bisa dilihat dari beberap sudut pandang, yaitu pengelompokan industri ya
oleh depatartemen Industri besar
Yang meliputi kelompok industri mesin dan logam dasar (IMDL) dan kelompok kimia dasar. Dari misinya industri besar mempunyai misi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu penjualan struktur industri dan besifat padat modal, teknologi maju, teruji dan tidak padat karya namun dapat mendorong terciptanya lapangan kerja baru secara besar sejajar dengan tumbu
ekonomi lainn Industri kecil
Antara lain industri pangan, industri sedang, industri sandang, industri kimia dan bahan-bahan bangunan, industri logam dan bukan logam serta industri pengolahan lainnya. Kelompok industri ini mempunyai misi melaksanakan pemerataan teknologi yang di gunakan menengah
(42)
atau sederhana dan padat karya. Pengembangan industri kecil ini di harapkan dapat menambah kesempatan kerja dan memanfaatkan pasar
maupun luar negeri. (Arsyad 1992 : 306). 3.
modal dan teknologi yang di gunakan teknologi menengeh dan
ggi nilainya bagi masyar
rian secara garis besar maka industri dapat di kategorikan sebagai
a. Industr dalam negeri Industri hilir
Kelompok industri yang meliputi : industri yang mengelola sumberdaya hutan, industri yang mengolah sumber daya pertanian secara luas. Kelompok industri ini mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan industri dan pemerataan, memperluas kesempatan kerja, tidak padat
maju.
Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa industri adalah proses bahan dan barang agar menjadi lebih tin
akat dan pemakai barang (Arsyad, 1992 : 306).
Dalam pengelompokan jenis industri nasional menurut Departamen Perindust
berikut :
i kecil modern
Industri modern meliputi industri yang menggunakan teknologi proses daya, di libatkan dalam sistem produksi besar dan menengah dan dengan sistem pemasaran domestik dan eksport, menggunakan mesin khusus. Dengan kata lain industri kecil yang modern dan mempunyai akses untuk menjangkau sistem pemsaran yang relatif
(43)
29
telah berkembang baik di pasar domestik atau pasar eksport (Wie, 1
b.
nologi yang sederhana, mesin yang d
sensus industri yang menggolongkan industri orang yang bekerja serta jumlah investasi yang di tan
a.
h pertumbuhan ekonomi
jang dan mempunyai investasi lebih dari
b.
mempekerjakan sekitar 20 ampai 99 orang yang pada umumnya mempunyai investasi antara
0.000.000,- sampai 100.000.000,-. 994 : 111).
Industri kecil tradisional
Berlainan dengan industri kecil yang modern, industri kecil pada umunya mempunyai ciri-ciri tek
i gunakan dan alat perlengkapannya juga sederhana, lokasi nya di daerah pedesaan (Wie, 1994 : 111).
Pada tahun 1992 ada beberapa kriteria dalam penggolongan industri tersebut yang di antaranya menurut interdepermental pada waktu persiapan
berdasarkan jumlah amkan yaitu :
Industri besar
Yaitu kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang memperkerjakan lebih dari 100 orang. Pada umumnya industri yang padat modal serta menggunakan teknologi tinggi dan kurang menyerap tenaga kerja. Sasaran yang ingin di capai adala
dalam jangka pan
Rp. 100.000.000,- (Anonim, 1992 : 229). Industri menengah
Yaitu perusahaan-perusahaan yang s
(44)
Industri kecil
Yaitu perusahaan-perusahaan yang mempeker c.
jakan sekitar 5
dalam meningkatkan guna atau manfaat dari suatu industri juga sebagai menghasilkan.
2.2.7.3
ang di gunakan menga
gertian industri kecil adalah sampai 9 orang yang berdasarkan keterampilan dengan mempunyai investasi maksimal tidak lebih dari 70.000.000,-.
Berdasarkan definisi di atas ternyata ada suatu kesamaan yaitu mengenai proses proses produksi yang merupakan rangkaian kegiatan
keseluruhan perusahaan yang
Pengertian Industri Kecil
Industri kecil dalah industri yang memperkerjakan 5 sampai 19 orang pekerja dan sebagai suatu usaha dalam proses produksi yang di dalam nya ada proses perubahan bentuk atau sifat barang. Dalamproses produksi ini faktor alam dan juga misi difiteknologi y
rah pada misi pemerataan dan penerapan teknologimadya atau sedaerhana serta bersifat padat karya. ( Wie, 1994 : 90 ).
Dari pengertian di atas bisa di tarik kesimpulan industri kecil adalah suatu usaha dalam proses produksinya ada perubahan bentuk atau sifat barang dan di samping itu faktor manusia sangat menentukan dari faktor alam. Pengertian tersebut menitik beratkan pada aspek tenaga kerja dari aspek lainnya. Secara konsepsional pen
(45)
31
industr
kerja yang bersifat padat karya.
liputi industri informal dan industri kecil tradisional
a.
tara lain petani penggarap, industri rumah tangga, agang keliling dan pedagang kaki lima. (anonim
b.
dalah industri yang menggunakan alat produksi sederhana yang te
pedesaan. Oleh sebab itu industri kecil perlu mendapat perhatian khusus dalam
n yang lebih lanjut. ( Anonim, 1997 : 27 )
2.2.8 Teori P 2.2.8.1
i dengan modal yang kecil dan denagn teknologi yang sederhana serta tenaga
Industri kecil me .
Industri kecil informal
Adalah indutri yang belum terdaftar, belum di catat dan belum berbadan hukum. An
pedagang asongan, ped , 1997 : 27) Industri kecil tradisional
A
lah di gunakan secara turun temurun dan berkaitan dengan seni budaya.
Berdasarkan ciri dan sifat yang di miliki oleh industri kecil ini maka menjadi andalan dalam pembangunan ekonomi di indonesia khususnya untuk meningkatkan perekonomian di daerah
hal perkembanga
endapatan Pengertian Pendapatan
Pendapatan dapat diartikan sebagai penerimaan yang didapat dari penjualan hasil produksi dikurangi dengan biaya produksi yang harus
(46)
dikeluarkan. Pendapatan merupakan faktor penting bagi setiap orang dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh seseorang maka akan semakin banyak pula kebutuhan sehari-hari yang dapat dipenuhi. Dari tingkat pendapatan masyar
ndapatan yang diperolehnya maka akan terdapat dana yang dapat disisakan sebagai modal untuk menjalankannya
2.2.8.2
yang diperoleh. Semak
sebagai modal untuk menjalankan kegiatan usaha selanjutnya, sehingga secara tidak langsung dapat
akat yang ada dapatlah diketahui bagaimana pertumbuhan ekonomi suatu bangsa atau negara.
Oleh karena itu setiap negara akan berusaha untuk meningkatkan pendapatan masyarakatnya secara tidak langsung akan berpengaruh pada pendapatan nasional. Bagi pengusaha industri kecil untuk upaya peningkatan taraf hidup berkaitan dengan pendapatan yang diperoleh. Apabila semakin tinggi pe
(Samuelson, 1993 : 258).
Pengertian Pendapatan Nasional
Bagi para pengusaha masyarakat yang merupakan masyarakat golongan ekonomi lemah dengan taraf hidup yang rendah, upaya peningkatan taraf hidup berkaitan dengan pendapatan
in banyak pendapatan yang diperoleh dari usaha yang dijalankannya maka semakin banyak kebutuhan yang akan terpenuhi.
Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh seseorang maka akan terdapat dana yang dapat disisakan
(47)
33
mening
tang pendapatan dikemukakan oleh beb
1.
ai dengan berbagai ukuran agregat. Secara umum prestasi ah besaran dengan istilah pendapatan
2.
ntu. Dalam suatu nal, jumlah pendapatan itu dinamakan
3.
n nasional adalah keseluruhan dari barang dan jasa yang
dih m periode
ku katkan pendapatan nasional.
Beberapa penelitian ten erapa ahli antara lain :
Menurut Dumairy (1997 : 37)
Pendapatan nasional adalah prestasi ekonomi suatu bangsa atau negara dapat dinil
tersebut diukur melalui sebu nasional.
Menurut Sukirno (2001 : 34)
Pendapatan nasional adalah jumlah dari pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan dengan produksi yang digunakan dengan produksi barang dan jasa dalam suatu tahun terte
perhitungan pendapatan nasio
produk nasional netto harga-harga faktor produksi. Menurut Winardi (1993 : 50)
Pendapata
asilkan oleh suatu perekonomian suatu negara dala tertentu.
Pendapatan nasional dalam hal ini dapat ditinjau dari :
a. Pendapatan nasional harga berlaku dan harga tetap. Harga berla yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara suatu tahun dan dinilai menurut harga-harga yang berlaku pada tahun tersebut.
(48)
b. Pendapatan nasional harga pasar dan faktor. Harga pasar yaitu perhitungan nilai barang berdasarkan harga yang dibayar oleh pembeli. Sedangkan harga faktor adalah nilai yang disumbangkan oleh
faktor-rno, 2001 : 35).
2.2.8.3
d di atas, bukan berasal dari rii
pekerja sebagai kompe
faktor produksi. (Suki
Pendapatan Perkapita
Dalam menghitung output suatu wilayah, walaupun diketahui lebih banyak barang atau jasa yang dihasilkan, tetapi kita tidak dapat menceritakan apakah rata-rata perorang menjadi lebih baik sejahtera atau tidak pada kondisi saat ini, jika tidak melihat pada pendapatan perkapitanya. Biasanya semakin baik nilai pendapatan perkapita suatu wilayah, semakin baik pula tingkat perekonomian wilayah itu, meskipun sebenarnya kedua ukuran tersebut belum bisa memperlihatkan kesenjangan pendapatan antar penduduk. Hal ini dikarenakan hasil kegiatan ekonomi yang dinikmati yang dimaksu
l pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat, tetapi lebih kepada hasil produksi barang / jasa dari pihak produsen.
Asumsi yang ada pada masyarakat mengenai pendapatan adalah jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu. Pendapatan juga dapat didefinisikan sebagai hasil yang berupa gaji dan upah, yang diterima oleh para
nsasi atas pekerjaan yang telah dilakukannya dan dapat dipergunakan untuk konsumsi. (Samuelson, 1993 : 258).
(49)
35
Pendapatan perkapita (per capita income) adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu periode atau kurun waktu tertentu, yang biasanya satu tahun. Pendapatan per kapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu. Pendapatan per kapita diperoleh dari total produksi barang dan jasa yang dihasilkan penduduk tersebu
1)
Dengan demikian pendapatan perkapita dapat dihitung dengan i
Pendap
abila pendapatan perkapita suatu daerah meningkat maka hal ini berarti
seringk
embangunan ekonomi yang pesat. mempunyai
2. Untuk membandingkan laju perkembangan ekonomi yang dicapai oleh t pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara pada tahun tersebut. (Anonim :
menggunakan rumus ber kut :
atan Perkapita =
(Sukirno, 2001 : 417) Ap
Produk Domestik Regional Bruto Jumlah Penduduk
terjadi peningkatan pendapatan pada tiap masyarakat di daerah tersebut.
Tingkat perkembangan pendapatan perkapita yang dicapai ali digunakan sebagai ukuran dari kesuksesan suatu negara dalam mencapai cita-cita untuk menciptakan p
Disamping kegunaan ini, pendapatan perkapita beberapa kegunaan lain diantaranya :
(50)
berbagai negara di dunia ini dari masa ke masa.
egara paling sedikit harus apatan perkapita dari tahun permulaan dan tahun terakhir dari n
2.3.
lumnya dari teori – teori yang mendasarinya, maka dapat di tarik kerangka pem emecahkan masalah seperti paradigma berikut :
Dalam menggunakan data pendapatan perkapita sebagai bahan untuk menjadi dasar perbandingan tingkat kesejahteraan masyarakat dan lajunya pembangunan ekonomi berbagai negara, nilai pendapatan perkapita tidak lagi dinyatakan dalam nilai mata uang negara itu sendiri, tetapi dinyatakan dalam mata uang negara yang bersangkutan dengan dollar Amerika Serikat tersebut. Data pendapatan perkapita dari berbagai negara yang telah dinyatakan dalam Dollar Amerika tersebut selanjutnya diperbandingkan untuk menunjukkan perbedaan tingkat kesejahteraan ekonomi diantara penduduk negara-negara tersebut. Kalau yang diinginkan adalah membandingkan tingkat laju pembangunan ekonomi pada suatu jangka waktu tertentu, untuk setiap n
tersedia data pend
ja gka masa tersebut. (Sukirno, 2001 : 23). Kerangka pikir
Berdasarkan dengan permasalahan yang di kemukakan sebe
(51)
37
Gambar 4. Paradigma kerangka pikir Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi ecil Di Jawa
lah tenaga
angsung apat meningkatkan hasil produksi pada industri kecil sekaligus juga
Industri K Timur.
Jumlah Tenaga Kerja
Kapasitas Produksi Industri Kecil
Keterangan kerangka pikiran :
Dalam penelitian ini faktor – faktor yang dipertimbangkan dalam mempengaruhi pendapatan industri kecil di jawa timur adalah jum
kerja, investasi, jumlah industri kecil dan pendapatan perkapita sebagai variable bebas dan pendapatan industri kecil sebagai variable terikat, dimana :
Jumlah Tenaga Kerja merupakan faktor produksi dari sumber daya manusia yang mampu menjalankan proses produksi. Dengan penambahan jumlah tenaga kerja pada industri secara tidak l
d
X1 Investasi Industri Kecil
Pendapatan industri kecil Y
X2
Produksi Barang dan Penjualan Jumlah Industri Kecil
X3
Pendapatan Perkapita
Konsumsi Produktivitas
(52)
dapat meningkatkanpendapatan masyarakat sebagai tenaga kerja
Investasi menunjukkan besar kecilnya modal yang di perolah. Apabila investasi yang diperoleh semakin besar, maka untuk mengadakan sesuatu proses produksi juga semakin memiliki porsi besar juga .dengan kata lain investasi bertambah banyak kemungkinan untuk bertambah tenaga kerja juga semakin banyak.
sudah berkembang maka juga akan meningkatkan hasil produksinya, hal ini dapat berpengaruh terhadap peningkatan sektor industri kecil tersebut.
abila pendapatan perkapita suatu daerah meningkat i terjadi peningkatan pendapatan pada tiap masyarakat di dae
2.4. H
h dan tujuan
ja, investasi, jumlah industri kecil, Semakin banyak jumlah unit usaha pada sektor industri kecil maka akan
semakin besar perkembangan usahanya. Apabila unit usaha industri kecil
Pendapatan perkapita menunjukkan pendapatan masyarakat dalam suatu daerah tertentu. Ap
maka hal ini berart rah tersebut. ipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian diatas perumusan masala
penelitian mengenai penyerapan tenaga kerja yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Diduga Jumlah tenaga ker
pendapatan perkapita mempunyai pengaruh terhadap pendapatan industri kecil di Jawa Timur .
(53)
39
2. Diduga investasi mempunyai pengaruh paling dominan terhadap Pendapatan Industri Kecil di Jawa Timur.
(54)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
erasional d
3.1 Definisi Op an Pengukuran variable
onal dan pengukuran variable adalah pernyataan tentang definisi
penelitian s pengalam
yang digunakan dapat diuraikan
a. Variabe Jum
pendapatan ini dapat di ukur dengan cara menghitung jumlah keseluruhan tingkat pendapatan industri kecil per tahun di daerah Jawa
h (Rp juta). b. Variable bebas (
1
Adalah jumlah tenaga kerja yang di serap industri kecil pada tahun rja dapat di peroleh dengan
l ini di nyatakan dalam satuan jiwa. Yang dimaksud definisi operasi
dan pengukuran variable-variable ecara operasional berdasarkan teori-teori yang ada maupun an-pengalaman empiris.
Definisi operasional variable sebagai berikut :
l terikat ( Dependent Variable)
lah pendapatan industri kecil di Jawa Timur (Y), yaitu tingkat
timur dalam satuan rupia
Independent variable) 1. Jumlah tenaga kerja industri kecil (X )
tertentu. Jumlah tenaga ke
menjumlahkan keseluruhan tenaga kerja yang ada di Jawa Timur. Variabe
(55)
41
2. Nilai investasi industri kecil (X2)
nyaknya unit industri kecil tiap tahun tertentu. Jumlah unit industri kecil ini dapat diperoleh denagn menjumlahkan
ada di jawa timur, variabel ini di n satuan unit
tan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu
3.2 Teknik Penentuan Sampel
ini data yang digunakan data berkala (time series), yaitu data da
3.3
a penulisan penelitian menggunakan data
perpustakaan yaitu penelitian yang dilakukan dengan
me han yang ada
Adalah jumlah penanaman modal oleh pengusaha pada sektor industri kecil di Jawa Timur. Di nyatakan dalam satuan juta rupiah (Rp juta).
3. Jumlah unit industri kecil (X3)
Adalah ba
seluruh indstri kecil yang nyatakan denga
4. Pendapatan perkapita (X4)
Adalah pendapa
periode atau kurun waktu tertentu. Variable ini dengan satuan rupiah ( Rp )
Dalam hal
ri tahun ke tahun selama sepuluh tahun terhitung 1996 – 2006.
Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan pad sekunder :
1. Studi
(56)
dal
Studi lapangan yaitu menggunakan data sekunder, ialah data yang dip dinas yang terkait, dalam hal ini berasal dari : Kantor Badan Pusat Statistik (BPS), Kantor Wilayah ep an Jawa Timur, Kantor Wilayah Depnaker
3.4 Teknik
Yaitu dengan
tabel statistic maupun ekonometrika yang menggambarkan hubungan variabel bebas dengan terikat.
ik
an dalam penelitian ini adalah analisis r berganda yang dilakukan untuk
) terhadap variable terikat (Y), dengan rumus sebagai berikut :
Y = β0 + β 1X1 + β 2X2 + β 3X3 + β 4X4 + U…(Gujarati, 1999 : 99)
Ditanya :
= Jumlah pendapatan industri kecil di Jawa Timur am penelitian ini.
2.
eroleh dengan meminta pada
D artemen dan Perdagang Jawa Timur.
Analisis dan Uji Hipotesis a. Analisis kualitatif
Yaitu menggunakan data dalam bentuk uraian maupun penjelasan. b. Analisis kuantitatif
menggunakan metode analisis beberapa perhitungan
antara
Tekn Analisis
Teknik analisis yang digunak kuantitatif dengan Regresi linie mengetahui pengaruh variable bebas (X
(57)
43
X1 = Jumlah tenaga kerja
Nilai investasi X3
X4
β 0
β1…β 4 = Koefisien-Koefisien regr
U = Variabel Pengganggu
ersebut cukup layak dip
var
R2 an dengan menggunakan rumus : X2 =
= Jumlah unit industri kecil = Pendapatan perkapita = Elemen Konstanta
esi
Selanjutnya apakah model analisis t
ergunakan dalam pembuktian serta untuk mengetahui sejauh mana iable bebas maupun menjelaskan variable terikat, maka perlu diketahui
Koefisien Determin Total JK ana : gresi Re JR
R2 ... . (Sudrajat, 1998:85)
Dim R2
JK drat
Kar lah :
a. ilai negatif
= Koefisien Determinan = Jumlah Kua
akteristik utama dan R2 ada Tidak mempunyai n
(58)
Uji 1. Uji F
Digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan, yaitu pengaruh adap Y. pengujian ini ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Hipotesis
X1, X2, X3, X4, secara simultan terh
Galat KT
gresi Re KT
Fhitung ………... (Sudrajat, 1998:123)
(model reg signifikan atau dengan kata lain ada hubungan linier antara variable independent terhadap
able depedent) Dengan menggunakan derajat k
n = jumlah sample
k = jumlah variable bebas kaidah pengujian :
a. Jika F hitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima.
b. Jika F hitung≤ F table, maka Ho diterima dan H1 ditolak
Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = 0 (tidak ada pengaruh)
resi linier berganda tidak tidak
variable depeden).
H0 : β1 ≠β2≠β3 ≠β4 ≠ 0 (ada pengaruh)
(model regresi linier berganda signifikan atau dengan kata lain ada hubungan linier antar variable independent terhadap vari
(59)
45
Gambar 5 : Kurva Distribusi F
r, 1999, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal 80.
2. Uji t
Digunakan untuk mengetahui dan menguji hubungan regresi secara terpisah atau menguji h gujian dilakukan untuk menguji arti dari masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel tidak bebasnya dengan rumus sebagai berikut :
Sumber : Gujarati, Damoda
ipotesis minor. Pen
) bi ( Se
) i (
thitung ………... (Sulaiman. 2004 : 87)
:
h n H0
Daera Penolaka Daerah Penerimaan H0
F tabel
Dengan ketentuan
Ho : βi = 0 (tidak ada pengaruh) Hi : βi ≠ 0 (ada pengaruh) Derajat bebas = n – k - 1
(60)
Dimana :
Β
odar, 1999, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta. hal 79.
n :
kat.
dan H1 ditolak, berarti tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
= Koefisien regresi se[bi] = Standar Error n = Jumlah sampel k = Jumlah variabel bebas
i = Variabel bebas ke i(i=1,2,3,4)
Gambar 6 : Kurva Distribusi t
Daerah Penerimaan Ho Daerah Penolakan Ho
Daerah Penolakan Ho
t tabel - t tabel
Sumber : Gujarati, Dam
Kaidah pengujia
a. Apabila t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima, berarti ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel teri
(61)
47
3.5 Pendekatan Asumsi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator)
regresi tersebut diatas bersifat BLUE (Best Linier Unbiassed
Uj har
1. tori.
2. variabel dari kom memenuhi syarat hom
3. Tidak terjadi autokorelasi antara komponen pengganggu ui.
Apabila salah satu dari ketiga asumsi tidak dapat dipenuhi, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat blue, sehingga keputusan melalui uji F dan Uji t menjadi bias.
Adapun sifat-sifat BLUE antara lain :
a. st yaitu pentingnya sifat ini bisa diterapkan dalam uji signifikan
untuk memindahkan dalam
yaitu penafsiran parameter yang diperoleh dari data yang mendekati parameter yang sebenarnya.
d. Estima
Persamaan
Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan i t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE, maka
us dipenuhi oleh regresi berganda, yaitu :
Tidak terjadi multikolinierity antara variabel eksplana
ponen pengganggu ui harus konstan dan harus okedastisitas.
Be
baku terhadap α dan β.
b. Linier yaitu sifat yang dibutukan penafsiran.
c. Unbiased besar kira-kira
(62)
3.6 Asu 1.
engan menghitung Variance Inflation Factor (VIF).
VIF (Variance Inflation Factor) menyatakan tingkat
multikolinier pada persamaan tersebut.
Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dapat di lihat ciri-cirinya sebagai berikut :
a. Koefisien determinan berganda (R square) tinggi. b. Koefisien kolerasi sederhananya tinggi.
c. Nilai F hitung tinggi (signifikan).
li) diantara variable bebas yang ignifikan.
2.
Adanya kolerasi antara anggota sample yang urutkan berdasarkan waktu. Penyimpangan asumsi ini biasanya muncul pada observasi yang menggunakan data time series. Konsekuensi dari adanya autokolerasi dalam suatu model regresi adalah varians sample
msi Klasik Multikolinier
Adanya hubungan yang sempurna antara semua atau beberapa variable eksplanotori dalam model regresi yang bias diartikan secara statistik mengenai ada atau gejala multikolinerity, dapat dilakukan d
VIF = 1/1 – R2
pembekakan varian apabila VIF lebih besar dari 10 maka terjadi
Tapi tidak satupun (atau sedikit seka s
(63)
49
tidak dapat menggambarkan varians populasinya lebih jauh lagi, model
Sumber : Gujarati, Damodar, terjemahan Zain, Sumarno, 1999, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta, hal 216
regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menafsir nilai variable dependent pada nilai variable independent tertentu. Untuk mendiagnosis adanya otokolerasi dalam sesuatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin – Watson (DW).
Gambar 7 : Statistik Durbin – Watson
Menerima Ho atau Ho kedua - duanya
Daerah Keragu-raguan
M nolak Ho e Daerah
raguan Keragu-Menolak Ho
Bukti auto kolerasi negatef Bukti auto
kolerasi Positif
(64)
3. Heterokedastisitas
Penyimpangan asumsi model klasik yang ketiga adalah heterokonstitas. Artinya varians variable dalam model tidak sama (konstan). Konsekuensi adanya heterokedastisitas dalam model regresi adalah penaksiran (esimator) yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sample kecil maupun sample besar, walaupun penaksiran yang diperoleh menggambarkan populasinya (tidak bias) dan bertambahnya sample yang digunakan akan mendekati nilai sebenarnya (konsisten ini
disebabkan variansnya yang tidak minimum (tidak efisien). (Algifari : 2000, 86)
(65)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Geografis Propinsi Jawa Timur
Propinsi Jawa Timur merupakan Propinsi paling Timur pulau Jawa, yang berdiri pada tanggal 4 Maret 1950. Wilayah ini terletak pada posisi antara 110° 54’ Bujur Timur dan 5° 37’ - 8° 48’ Lintang Selatan, serta mempunyai batasan - batasan sebagai berikut :
a. Sebelah Barat berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah. b. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bali dan Laut Bali. c. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa.
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia.
Selain pulau Madura, beberapa pulau kecil yang tersebar disekitar pulau Madura, perairan laut Jawa, perairan Selat Bali, dan perairan Samudra Hindia secara administratif termasuk ke dalam wilayah Jawa Timur.
Luas Propinsi Jawa Timur adalah 157.922 km2 yang terdiri atas luas lautan 110.000 km2 dan luas daratan 47.922 km2 . Luas daratan tersebut merupakan 36 % dari luas Pulau Jawa dan 1,5 % luas Indonesia.
Secara administratif Propinsi Jawa Timur dibagi menjadi 7 daerah pembantu Gubernur, 29 Kabupaten, 8 Kotamadya, 2 kota administratif, 140 daerah pembantu Bupati, 5 daerah pembantu Walikota,
(66)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel bebas Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil (X1) Investasi
Industri Kecil (X2), Jumlah Industri Kecil (X3) dan Pendapatan Perkapita
(X4) terhadap variabel terikatnya Pendapatan Industri Kecil di Jawa Timur
(Y) diperoleh F hitung = 9,310 > F tabel = 3,48 maka Ho ditolak dan Hi diterima, yang berarti bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Penadpatan Industri Kecil di Jawa Timur (Y).
2. Pengujian secara parsial atau individu Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil (X1) terhadap Pendapatan Industri Kecil di Jawa Timur (Y). Diketahui
hasil perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = -1,676 < t tabel = 2,228,, maka Ho ditolak dan Hi diterima pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil (X1)
berpengaruh secara nyata terhadap Pendapatan Industri Kecil di Jawa
X2)
terhadap Pendapatan Industri Kecil di Jawa Timur (Y). Diketahui hasil Timur (Y).
3. Pengujian secara parsial atau individu Investasi Industri Kecil (
(67)
78
perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = 1,238 < t tabel = 2,228, maka Ho diterima dan Hi ditolak, pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Investasi Industri Kecil (X2) tidak berpengaruh secara nyata
terhadap Pendapatan Industri Kecil di Jawa Timur (Y).
4. Pengujian secara parsial atau individu Jumlah Industri Kecil (X3) terhadap
Pendapatan Industri Kecil di Jawa Timur (Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = -5,488 > t tabel = -2,228, maka Ho ditolak dan Hi diterima, pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Jumlah Industri Kecil (X3) berpengaruh secara nyata terhadap Investasi
Sektor Industri Besar di Jawa Timur (Y).
5. Pengujian secara parsial atau individu Pendapatan Perkapita (X4) terhadap
Pendapatanktor Industri Kecil di Jawa Timur (Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = 1,311 < t tabel = 2,228, maka Ho diterima dan Hi ditolak, pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Pendapatan Perkapita (X4) tidak berpengaruh secara nyata
(68)
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka berikut ini diketahui beberapa saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :
1. Pemerintah Jawa Timur hendaknya dapat memperhatikan para pengusaha industri kecil terutama pengetahuan tentang strategi pemasaran produknya. Sehingga produk dari industri ini lebih diketahui masyarakat luas.
2. Sebaiknya pemerintah lebih meningkatkan industri kecil karena industri besar Jawa Timur merupakan sektor yang dapat meningkatkan pertumbuihan ekonomi di Jawa Timur dan dapat menyerap tenaga kerja yang besar jumlahnya.
(1)
49
tidak dapat menggambarkan varians populasinya lebih jauh lagi, model
Sumber : Gujarati, Damodar, terjemahan Zain, Sumarno, 1999, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta, hal 216
regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menafsir nilai variable dependent pada nilai variable independent tertentu. Untuk mendiagnosis adanya otokolerasi dalam sesuatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin – Watson (DW).
Gambar 7 : Statistik Durbin – Watson
Menerima Ho atau Ho kedua - duanya
Daerah Keragu-raguan
M nolak Ho e Daerah
raguan Keragu-Menolak Ho
Bukti auto kolerasi negatef Bukti auto
kolerasi Positif
(2)
3. Heterokedastisitas
Penyimpangan asumsi model klasik yang ketiga adalah heterokonstitas. Artinya varians variable dalam model tidak sama (konstan). Konsekuensi adanya heterokedastisitas dalam model regresi adalah penaksiran (esimator) yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sample kecil maupun sample besar, walaupun penaksiran yang diperoleh menggambarkan populasinya (tidak bias) dan bertambahnya sample yang digunakan akan mendekati nilai sebenarnya (konsisten ini
disebabkan variansnya yang tidak minimum (tidak efisien). (Algifari : 2000, 86)
(3)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Geografis Propinsi Jawa Timur
Propinsi Jawa Timur merupakan Propinsi paling Timur pulau Jawa, yang berdiri pada tanggal 4 Maret 1950. Wilayah ini terletak pada posisi antara 110° 54’ Bujur Timur dan 5° 37’ - 8° 48’ Lintang Selatan, serta mempunyai batasan - batasan sebagai berikut :
a. Sebelah Barat berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah. b. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bali dan Laut Bali. c. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa.
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia.
Selain pulau Madura, beberapa pulau kecil yang tersebar disekitar pulau Madura, perairan laut Jawa, perairan Selat Bali, dan perairan Samudra Hindia secara administratif termasuk ke dalam wilayah Jawa Timur.
Luas Propinsi Jawa Timur adalah 157.922 km2 yang terdiri atas
luas lautan 110.000 km2 dan luas daratan 47.922 km2 . Luas daratan
tersebut merupakan 36 % dari luas Pulau Jawa dan 1,5 % luas Indonesia. Secara administratif Propinsi Jawa Timur dibagi menjadi 7 daerah pembantu Gubernur, 29 Kabupaten, 8 Kotamadya, 2 kota administratif, 140 daerah pembantu Bupati, 5 daerah pembantu Walikota,
(4)
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel bebas Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil (X1) Investasi
Industri Kecil (X2), Jumlah Industri Kecil (X3) dan Pendapatan Perkapita
(X4) terhadap variabel terikatnya Pendapatan Industri Kecil di Jawa Timur
(Y) diperoleh F hitung = 9,310 > F tabel = 3,48 maka Ho ditolak dan Hi diterima, yang berarti bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Penadpatan Industri Kecil di Jawa Timur (Y).
2. Pengujian secara parsial atau individu Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil
(X1) terhadap Pendapatan Industri Kecil di Jawa Timur (Y). Diketahui
hasil perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = -1,676 < t tabel = 2,228,, maka Ho ditolak dan Hi diterima pada level signifikan 5 %
sehingga secara parsial Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil (X1)
berpengaruh secara nyata terhadap Pendapatan Industri Kecil di Jawa
X2)
terhadap Pendapatan Industri Kecil di Jawa Timur (Y). Diketahui hasil Timur (Y).
3. Pengujian secara parsial atau individu Investasi Industri Kecil (
(5)
78
perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = 1,238 < t tabel = 2,228, maka Ho diterima dan Hi ditolak, pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Investasi Industri Kecil (X2) tidak berpengaruh secara nyata
terhadap Pendapatan Industri Kecil di Jawa Timur (Y).
4. Pengujian secara parsial atau individu Jumlah Industri Kecil (X3) terhadap
Pendapatan Industri Kecil di Jawa Timur (Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = -5,488 > t tabel = -2,228, maka Ho ditolak dan Hi diterima, pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Jumlah Industri Kecil (X3) berpengaruh secara nyata terhadap Investasi
Sektor Industri Besar di Jawa Timur (Y).
5. Pengujian secara parsial atau individu Pendapatan Perkapita (X4) terhadap
Pendapatanktor Industri Kecil di Jawa Timur (Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = 1,311 < t tabel = 2,228, maka Ho diterima dan Hi ditolak, pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Pendapatan Perkapita (X4) tidak berpengaruh secara nyata
(6)
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka berikut ini diketahui beberapa
saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :
1. Pemerintah Jawa Timur hendaknya dapat memperhatikan para pengusaha
industri kecil terutama pengetahuan tentang strategi pemasaran produknya. Sehingga produk dari industri ini lebih diketahui masyarakat luas.
2. Sebaiknya pemerintah lebih meningkatkan industri kecil karena industri
besar Jawa Timur merupakan sektor yang dapat meningkatkan pertumbuihan ekonomi di Jawa Timur dan dapat menyerap tenaga kerja yang besar jumlahnya.