PENGARUH LONG TERM DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON ASSET, DAN EARNING PER SHARE TERHADAP COST OF CAPITAL PADA PERUSAHAAN TEKSTIL GO PUBLIK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan oleh : MOCHTAR MUFARRID

0513010180/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

PADA PERUSAHAAN TEKSTIL GO PUBLIK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan oleh : MOCHTAR MUFARRID

0513010180/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(3)

Disusun Oleh : Mochtar Mufarrid 0513010180/FE/EA

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur

Pada Tanggal 11 Juni 2010

Pembimbing : Tim Penguji : Pembimbing Utama : Ketua

Drs.Ec. Saiful Anwar, Msi Drs.Ec.Saiful Anwar, Msi Sekretaris

Dra.Ec.Sari Andayani, Maks Anggota

Dra. Erry Andaniwati, Maks, Ak

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur

Dr. H. Dhani Ichsanudin Nur, MM, NIP. 030 202 389


(4)

i

penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penulisan skripsi dengan judul : “Pengaruh Long Term Debt to Equity Ratio, Return on Asset dan Earning Per Share Terhadap Cost of Capital Pada Perusahaan Tekstil Go Publik yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. dengan baik.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan sehingga dapat menyelesaikan tugas-tugas sebagai mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Ucapan terima kasih khususnya penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi, selaku Kepala Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

4. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan penulisan ini.

5. Bapak Drs. Ec. H. Munari, MM, selaku Dosen Wali yang telah memberikan bimbingan, didikan dan pengarahan kepada penulis selama menjadi mahasiswa.


(5)

ii

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Seluruh staf di Bursa Efek Indonesia yang telah mengijinkan penulis melakukan penulisan di Bursa Efek Indonesia dan telah memberikan data-data perusahaan yang dibutuhkan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas kebaikan dengan limpahan Rahmat-Nya yang berlipat ganda, Amin.

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu saran dan kritik sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi akademika UPN “Veteran” umumnya, serta bagi mahasiswa Program Studi Akuntansi khususnya.

Surabaya, 06 Juni 2010


(6)

iii

KATA PENGANTAR... ……… i

DAFTAR ISI... ……… iii

DAFTAR TABEL ... ……… viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ……… ix

ABSTRAK ... ……… x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 16

2.2. Landasan Teori ... 16

2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 16

2.2.1.1. Tujuan Laporan Keuangan ... 16

2.2.2. Manajemen Keuangan ... 20


(7)

iv

Metode Pemilihan Investasi ... 25

2.2.3.3. Cost of Capital Keseluruhan ... 26

2.2.4. Pengertian Struktur Modal ... 30

2.2.4.1. Komponen Struktur Modal ... 31

2.2.4.2. Analisa Rasio Struktur Modal ... 37

2.2.4.3. Pendekatan Teori Struktur Modal ... 38

2.2.4.4. Teori yang Melandasi Pengaruh Struktur Modal dan Biaya Modal... 40

2.2.5. Go Public ... 45

2.2.5.1. Profitability ... 46

2.2.5.2. Analisa Profitabilitas (Rentabilitas) Ekonomi .. 47

2.2.5.3. Teori yang Melandasi Pengaruh Profitabilitas Terhadap Biaya Modal... 48

2.2.5.4. Earning Per Share... 50

2.2.5.5. Teori yang Melandasi Pengaruh Earning Per Share Terhadap Biaya Modal... 51

2.3. Kerangka Pikir ... 52


(8)

v

3.2.1. Populasi ... 56

3.2.2. Sampel ... 57

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 58

3.3.1. Jenis Data ... 59

3.3.2. Sumber Data ... 59

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 59

3.4.1. Teknik Analisa Regresi Linier Berganda ... 59

3.4.2. Pengujian Hipotesis ... 60

3.4.2.1. Uji f ... 60

3.4.2.2. Uji t ... 61

3.4.2.3. Uji Asumsi Klasik... 63

3.4.2.4 Uji Normalitas Data... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 66

4.1.1. Sejarah Singkat Industri Tekstil ... 67

4.1.2. Sejarah Singkat PT. Argo Pantes, Tbk... 68

4.1.3. Sejarah Singkat PT. Eratex Djaja, Tbk ... 69


(9)

vi

Corporation, Tbk ... 73

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 74

4.2.1. Variabel Long Term Debt to Equity Ratio (X1) ... 74

4.2.2. Variabel Return On Assets (ROA) (X2) ... 76

4.2.3. Variabel Earning Per Share (EPS) (X3) ... 77

4.2.4. Variabel Cost of Capital (WACC) (Y) ... 79

4.3. Uji Kualitas Data ... 81

4.3.1. Uji Normalitas ... 81

4.4. Uji Asumsi Klasik ... 82

4.4.1. Uji Multikolinieritas ... 82

4.4.2. Uji Hesteroskedastisitas... 83

4.4.3. Uji Autokorelasi... 84

4.5. Analisis dan Uji Hipotesis ... 86

4.5.1. Persamaan Regresi... 86

4.5.2. Koefisien Determinasin (R Square) ... 88

4.5.3. Hasil Pengujian Hipotesis... 88

4.5.3.1. Uji f... 88

4.5.3.2. Uji t ... 89


(10)

vii

4.6.3. Keterbatasan Penelitian ... 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan... 103 5.2. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

viii

1.1. : Tabel Data Long Term Debt to Equity Ratio, Retun on Asset,

Earning Per Share, dan Weighted Average Cost of Capital... 6

2.1. : Daftar Sampel yang Terpilih... 58

4.1. : Deskripsi variabel Long Term Debt to Equity pada Perusahaan Tekstil yang Go Public di BEI Tahun 2004-2008. 75 4.2. : Deskripsi variabel Return on Asset pada Perusahaan Tekstil yang Go Public di BEI Tahun 2004-2008 ... 76

4.3 : Deskripsi variabel Earning Per Share pada Perusahaan Tekstil yang Go Public di BEI Tahun 2004-2008 ... 78

4.4. : Deskripsi variabel Weighted Average Cost of Capital pada Perusahaan Tekstil yang Go Public di BEI Tahun 2004-2008………... 79

4.5 : Hasil Uji Normalitas ... 81

4.6. : Hasil Uji Multikolinieritas ... 83

4.7. : Hasil Uji Heteroskedasitas ... 84

4.8. : Hasil Uji Autokorelasi ... 85

4.9. : Koefisien Regresi ... 86

4.10. : Uji f... 89


(12)

ix Lampiran 2 : Hasil Sampel

Lampiran 3 : Perhitungan Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) pada Perusahaan Tekstil Tahun 2004-2008

Lampiran 4 : Perhitungan Return on Asset (ROA) pada Perusahaan Tekstil Tahun 2005-2008

Lampiran 5 : Perhitungan Earning Per Share (EPS) pada Perusahaan Tekstil Tahun 2005-2008

Lampiran 6 : Perhitungan Weighted Average Cost of Capital (WACC) pada Perusahaan Tekstil Tahun 2005-2008

Lampiran 7 : Uji Normalitas Lampiran 8 : Uji Asumsi Klasik Lampiran 9 : Koefisien Regresi Lampiran 10 : Uji Hipotesis


(13)

x Oleh :

MOCHTAR MUFARRID Abstrak

Krisis keuangan global telah berdampak negatif pada perkonomian dunia. Efek negatif dari resesi ekonomi global ini yaitu menurunnya ekspor ke negara lain, kerusakan infrastruktur, menurunnya daya beli masyarakat, kalah bersaing dengan barang import, mahalnya harga bahan baku, dan berfluktuasinya harga saham, serta daya saing harga produk lokal. Salah satu industri yang terkena imbas atas krisis global tersebut yaitu terutama pada sektor industri Tekstil. Lemahnya sektor industri Tekstil dibandingkan dengan negara-negara tetangga tidak cuma karena buruknya hal-hal tersebut diatas yang membuat ekonomi biaya tinggi, namun juga karena biaya modal di Indonesia teramat mahal. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat biaya modal di suatu perusahaan yaitu faktor internal sebagai faktor primer yang berasal dari dalam perusahaan dan dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan, dan factor primer yang berasal dari eksternal yang bersifat makro, seperti kondisi perekonomian secara umum.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 5 perusahaan tekstil yang telah Go publik dan terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia tahun 2004 hingga 2008, sedangkan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif, jika dilihat dari cara memperolehnya, data yang dipergunakan merupakan data sekunder yaitu data keuangan perusahaan seperti Long Term Debt to Equity Ratio (LDER), Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), dan Earning Per Share (EPS) serta data Biaya modal yang termasuk dalam Weighted Average Cost of Capital (WACC). Untuk teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, dan untuk menguji hipótesis digunakan teknik analisis regresi linier berganda. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis regresi linier berganda adalah bahwa Long Term Debt to Equity Ratio (X1), Return On Assets (X2), dan Earning Per Share (X3) tidak berpengaruh sigifikan terhadap Cost of Capital (Y) baik secara simultan dan parsial.

Keyword : LongTerm Debt to Equity Ratio (LDER), Return on Asset (ROA), Earning Per Share (EPS) dan Cost of Capital


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Maksimalisasi aktivitas operasional perusahaan dalam upaya meningkatkan laba dan pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang merupakan tujuan pokok yang ingin dicapai oleh setiap manajer sebagai pengelola perusahaan. Adanya pertumbuhan perusahaan merupakan tujuan utama (main goal) bagi setiap pengelola perusahaan, karena itu para manajer sebagai pengelola perusahaan sangat memperhatikan strategi untuk melakukan suatu investasi jangka panjang, yang dengan harapan investasi tersebut dapat menentukan tingkat pertumbuhan nilai perusahaan di masa depan sebagai hasil dari investasi tersebut (Haim & Marshal, 1994, 04).

Nilai suatu perusahaan diukur melalui tinggi / rendahnya harga saham perusahaan dan laba di tahan yang menunjukan angka positif (Positively Retained Earning). Lebih lanjut, dalam dunia usaha tidak hanya hal-hal tersebut diatas yang menjadi pertimbangan, namun biaya modal (cost of capital) atas modal yang dilibatkan dalam usaha merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan.


(15)

Modal merupakan penyediaan dana untuk membiayai proyek,

pengadaan aktiva dan operasional (Sartono, 1995, 209). Ditambahkan oleh

Muljadi & Widodo (2002, 21) bahwa “setiap modal yang diperoleh mengandung unsur biaya didalamnya. Untuk itu perlu diketahui seberapa besar biaya yang harus dikorbankan untuk memperoleh modal yang dibutuhkan guna keperluan investasi”. Dalam hal ini maka pendanaan investasi jangka panjang yang membutuhkan dana besar, perusahaan cenderung menggunakan struktur modal / modal permanen.

Jika penadanaan-pendanaan tersebut di biayai oleh hutang yang termasuk dalam kewajiban jangka panjang dan bukan modal sendiri maka perusahaan akan menanggung biaya modal berupa biaya bunga. Atas dasar tersebut maka dapat dikatakan bahwa biaya bunga merupakan biaya modal yang timbul dari adanya penggunaan sumber dana dari hutang jangka panjang. Biaya bunga tersebut diukur melalui suku bunga dan juga berdasarkan tingkat pengembalian investasi / laba yang diperoleh perusahaan.

Pendanaan yang berasal dari hutang jangka panjang juga dapat menimbulkan risiko bagi perusahaan. Pendanaan hutang jangka panjang yang tidak proporsional terhadap kemampuan modal sendiri menjamin kewajiban jangka panjangnya akan mengarahkan perusahaan kepada risiko gagal bayar.


(16)

Jika pendanaan-pendanaan tersebut melibatkan dana dari modal sendiri, maka Go publik merupakan salah satu sarana untuk pemenuhan modal tersebut dalam upaya menarik dana dari masyarakat guna memperoleh pemenuhan kebutuhan dana tambahan untuk - modal sendiri. Untuk menarik dana tersebut maka perusahaan harus dapat menilai cost of capital yang merupakan tingkat pengembalian investasi yang harus dicapai oleh perusahaan agar dapat mempertahankan nilai sahamnya (Sundjaja, 2001, 291). Investor mengharapkan investasi yang dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan sumber dana yang disediakan dapat menghasilkan pengembalian yang menguntungkan dan tidak menimbulkan kerugian atas Investasi.

Menurut Sundjaja, (2001, 291) Cost of capital dapat juga digunakan sebagai informasi tingkat pengembalian oleh penyedia dana untuk menarik dananya kedalam perusahaan. Pengembalian dana kepada investor atas investasinya adalah dividen. Sehingga dapat dikatakan bahwa dividen adalah termasuk biaya modal yang timbul atas penggunaan sumber dana modal sendiri. Biaya modal berupa dividen berbeda dengan biaya modal berupa bunga hutang. Biaya modal – dividen tidak tetap, berubah-ubah seiring dengan profitabilitas yang dicapai perusahaan, sedangkan biaya modal – bunga adalah tetap sesuai dengan perjanjian kredit.


(17)

Laba persaham (EPS) adalah unit dasar yang digunakan untuk mengukur pendapatan yang dinikmati para pemegang saham (Weston & Copeand, 1995). Maka dapat dikatakan bahwa jika laba perusahaan meningkat, tingkat EPS pun akan meningkat pula, dan ini berarti biaya modal atas saham juga akan meningkat.

Informasi Peningkatkan performance perusahaan dapat ditunjukan dengan tercapainya pengembalian investasi aktiva (ROA) yang tinggi. Pencapaian tersebut menandakan bahwa manajer telah mengelola sumber dana yang tersedia dengan efisien dan efektif. Informasi tersebut dituangkan dalam Laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan (Investort) (Baridwan, 1999, 17). Oleh karena itu Informasi yang terdapat pada laporan keuangan seharusnya di ungkapkan oleh manajer dengan benar, sesuai hasil kinerja yang telah dicapai manajer dalam mengelola perusahaan.


(18)

Berdasarkan beberapa sumber literatur dan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya, peneliti mendapati bahwa masih jarang penelitian mengenai hubungan pengaruh Long Term Debt to Equity Ratio, Return on Asset dan Earning Per Share yang dihubungkan dengan variasi biaya modal, disamping itu dengan melihat bahwa komposisi struktur modal dapat menentukan biaya minimum atas penggunaan modal, namun acapkali perusahaan di Indonesia lebih memilih untuk tidak mempertahankan target strutur modalnya dalam pemilihan kebutuhan sumber dana (Sartono, 2001). Tingginya biaya pinjaman juga menambah keraguan manajer keuangan dalam mendanai perusahaannya dengan hutang.

Pada saat ini Perusahaan yang bergerak di sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) tengah diperhatikan oleh pemerintah akibat persetujuan area perdagangan bebas asia china (A-CFTA) (Munawaroh, 2010). Kesepakatan perdagangan bebas tersebut memaksa perusahaan-perusahaan yang memproduksi hasil yang sejenis dengan hasil unggulan china harus lebih berusaha keras untuk meningkatkan produktivitas yang efisien, dan ekonomis. Namun persoalannya bukan hanya terletak pada masalah produktivitas, tetapi salah satunya yaitu berkaitan juga dengan biaya modal (suku bunga pinjaman) yang juga lebih mahal (Pratomo, 2010).


(19)

1.1. Tabel Data ROA, EPS dan LDER WACC No. Nama Emiten Tahun WACC ROA EPS (Rp.'000.000) LDER

2004 5% -17,65% (0,000881) -262,19%

1 2005 5% -10,72% (0,000809) -276,87%

2006 6% -1,23% (0,000067) -654,52%

2007 4% -3,55% (0,000534) 277,03%

PT. ARGO PANTES. TBK (ARGO)

2008 4% -4,45% (0,000562) 815,58%

2004 8% -2,08% (0,000237) 8,85%

2 2005 13% 3,03% (0,000167) -538,08%

2006 1% 3,39% (0,000062) -460,35%

2007 3% -2,57% (0,000026) -202,14%

PT.ERATEX DJAJA.TBK

(ERTX)

2008 48% -30,40% (0,001123) -47,04%

2004 5% 3,10% (0,000023) 181,69%

3 2005 11% -2,10% 0,000082 10,90%

2006 12% 0,05% 0,000000 16,17%

2007 7% 0,29% 0,000001 34,82%

PT. PANASIA INDOSYNTEC. TBK (HDTX)

2008 14% 10,73% (0,000074) 41,01%

2004 8% -8,56% (0,000068) 300,44%

4 2005 8% -4,93% (0,000039) 340,79%

2006 -7% -6,68% (0,000027) 161,99%

2007 -19% -11,16% (0,000035) 247,78%

PT. PANASIA FILAMENT INTI TBK (PAFI)

2008 10% -23,38% (0,000091) -1594,23%

2004 4% -3,23% (0,000060) 66,82%

5 2005 -7% -1,73% (0,000060) 56,34%

2006 17% 3,91% (0,000019) 42,34%

2007 -8% 1,61% (0,000002) 90,38%

PT.SUNSON TEXTILE MANUFACTURE R. TBK (SSTX)

2008 -19% -11,83% (0,000059) 70,21%

2004 5% -4,08% (0,000018) 87,17%

6 2005 4% -5,63% (0,000032) 204,12%

2006 17% -14,97% (0,000055) -552,43%

PT. TIFICO. TBK (TIFICO)

2007 9% -7,24% (0,000027) -162,82%

2008 19% -25,61% (0,000048) -36,53%


(20)

Biaya modal yang ada di suatu perusahaan seharusnya di usahakan berada di bawah tingkat pengembalian investasinya, dengan begitu maka sisa pengembaliannya dapat meningkatkan nilai saham biasa (Keown dkk, 2000, 444). Namun keadaan pada tabel diatas menggambarkan sebaliknya, tabel diatas menunjukan bahwa biaya modal yang terjadi pada perusahaan-perusahaan tersebut relatif tinggi, hal ini dapat dibuktikan bahwa kondisi rata-rata tertimbang biaya modal (WACC) diatas return on Asset, atau tingkat pengembalian investasi (ROA) pada hampir setiap perusahaan tersebut. Dalam hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan-perusahaan yang tidak dapat mencukupi kewajiban jangka panjangnya atau terancam mengalami gagal bayar, komposisi hutang jangka panjang lebih tinggi, dan laba perusahaan negatif sepanjang tahun sehingga membuat EPS yang terlihat pun negatif.

Atas dasar issu-issu yang tengah berkembang tersebut maka peneliti disini tertarik untuk menelakukan penelitian pengaruh Struktur Modal yang diukur oleh LDER, ROA, dan Earning Per Share terhadap Biaya Modal perusahaan dengan membatasi obyek penelitian yaitu pada perusahaan go publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sektor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT).

Uraian ringkas yang telah peneliti sampaikan diatas baik dari penelitian terdahulu maupun fenomena yang terjadi maka peneliti mencoba mengadakan penelitian, dengan harapan perusahaan sebagai obyek penelitian mempunyai biaya modal (Cost of Capital) yang dapat dipengaruhi


(21)

oleh tingkat hutang jangka panjang terhadap modal sendiri perusahaan, pengembalian investasi modal (total Aktiva) dan peningkatan / penurunan harga per lembar saham perusahaan.

Sehingga penelitian ini mengambil judul “PENGARUH LONG TERM DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON ASSET DAN EARNING PER SHARE TERHADAP COST OF CAPITAL PADA PERUSAHAAN GO PUBLIK YANG TERDAFTAR DI BEI”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

“Apakah Long Term Debt to Equity Ratio dapat mempengaruhi Cost of Capital perusahaan?”

”Apakah Return On Asset dapat mempengaruhi Cost of Capital perusahaan?”

”Apakah Earning Per Share dapat mempengaruhi Cost of Capital perusahaan?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

Untuk menguji dan membuktikan Apakah ada pengaruh positif atau negatif dan signifikan antara Long Term Debt to Equity Ratio, Return On Asset dan Earning Per Share terhadap Biaya modal?


(22)

1.4. Manfaat penelitian

a. Bagi peneliti :

Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan tentang

pemilihan kebutuhan modal dalam penerapannya di perusahaan go public.

b. Bagi universitas :

Hasil dari penelitian ini diharap dapat menambah khasanah perpustakaan, sehingga dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut tentang materi yang sama.

c. Bagi Perusahaan :

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan emiten khususnya berkaitan dengan informasi atas penentuan pendanaan yang efektif dan efisien

d. Bagi investor :

Bagi investor dalam yang tertarik menanamkan modalnya di pasar modal, maka hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan dalam pengambilan keputusan.


(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Hasil penelitian terdahulu a. Agus Sartono

Judul : “LONG TERM FINANCING DECISIONS : Views and Practices of Financial Managers of Listed Public Firms in Indonesia”.

Rumusan masalah :

1) Sumber manakah yang lebih dipilih oleh perusahaan dalam melakukan penambahan peningkatan pendanaan baru.

2) Mengetahui kepentingan dari macam-macam sumber pendanaan jangka panjang bagi perusahaan

3) Mengevaluasi pandangan manajer keuangan terhadap penilaian pasar atas surat berharga mereka

4) Mengetahui serangkaian tindakan yang paling sering diambil oleh manajer keuangan dalam mengejar kesempatan investasi yang menarik.

5) Menganalisa ketergantungan rasio hutang pada pelaksanaan perusahaan dari sudut pandang manajer keuangan.


(24)

Hasil Penelitian :

1) Dari 39 sampel perusahaan, 20 perusahaan mengindikasikan bahwa mereka lebih memilih mengikuti hirarki pendanaan. Alasan utama dari pemilihan keputusan tersebut adalah karena laba ditahan merupakan sumber dana yang memiliki biaya modal langsung yang paling murah dibandingkan dengan mengeluarkan saham baru ataupun obligasi.

2) Maksimalisasi harga saham bukanlah Pertimbangan yang paling penting. keputusan keuangan yang dianggap paling penting merupakan mempertahankan peringkat (tingkat) hutang mereka. 3) Empat puluh enam responden pada sampel penelitian menyatakan

bahwa sekuritas mereka dihargai normal diantara 50 dan 80 persen, diskripsi ini menyimpulkan bahwa JSX (Jakarta Stock Exchange) tidak efisien dalam menilai sekuritas-sekuritas perusahaan.

4) Pada penelitian ini disimpulkan bahwa jika manajer dihadapkan dengan investasi baru yang menarik, maka manajer akan mengejar kesempatan tersebut, namun dana tambahan yang dibutuhkan didapatkan dengan menjual aktiva lain-lain, atau memotong pembayaran dividen

5) Pada penelitian ini dapat di simpulkan juga bahwa rasio dividen bukanlah faktor yang paling penting dalam memastikan berapa banyak hutang akan digunakan. Rasio hutang ditentukan dengan sangat tergantung pada rasio industrinya.


(25)

Kesimpulan :

1) Secara umum, manajer perusahaan terbuka yang terdaftar di JSX, lebi mengikuti hirarki pendanaan, berdasarkan teori pecking order. 2) Laba ditahan dan saham biasa masih menjadi sumber yang paling

penting untuk pendanaan investasi baru.

3) Hampir seluruh responden sependapat bahwa saham ataupun obligasi dinilai tidak wajar di pasar.

4) Ketika dihadapkan pada pengembangan investasi baru, hampir semua manajer keuangan mengambil kesempatan tersebut, dengan tindakan yang menyebabkan penyimpangan pada target struktur modal mereka.

5) Rata-rata rasio hutang (debt ratio) industri dan rasio pembayaran dividen berperan penting dalam menentukan rasio hutang perusahaan.

b. Budi Eko Soetjipto (Universitas Negeri Malang)

Judul : BIAYA MODAL : PERSPEKTIF BAGI MANAJER Rumusan Masalah :

Pentingnya biaya modal untuk penentuan menginvestasikan sumber-sumber keuangan bagi manajer dalam perusahaan, penentuan biaya modal serta manfaat manajemen risiko dan cash flow hedging.


(26)

Kesimpulan :

1) Biaya modal merupakan variable kritis yang perlu diperhitungkan karena penggunaan modal tertentu baik yang dikeluarkan untuk memperoleh modal tersebut, maupun biaya yang dikeluarkan saat menggunakan modal tersebut.

2) Untuk menemukan biaya modal sendiri dapat menggunakan beberapa cara yaitu model pertumbuhan Gordon, Capital Asset Pricing Model, menambah premi risiko modal terhadap biaya hutang jangka panjang.

3) Pelaksanaan program manajemen risiko korporat dan cash flow hedging telah memberikan manfaat yang jelas, termasuk peminimalan pembayaran pajak dan perlindungan program investasi yang optimal.

c. Djatu Rumawanti (Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”) Judul: PENGARUH HARGA PASAR SAHAM DAN EARNING PER SHARE TERHADAP COST OF CAPITAL PADA PERUSAHAAN ROKOK YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK JAKARTA

Rumusan masalah :

Apakah ada pengaruh antara Harga pasar saham dan Earning Per Share secara simultan terhadap Cost of Capital pada Perusahaan Rokok yang go public Di Bursa Efek Jakarta.


(27)

Hasil Penelitian:

Harga saham dan Earning Per Share berpengaruh terhadap Cost of Capital Equity, sedangkan Variabel bebas yang dominant mempengaruhi Cost of Capital adalah Variabel Earning Per Share

Kesimpulan :

Harga saham dan Earning Per Share berpengaruh terhadap Cost of Equity Capital, karena cost of equity capital adalah tingkat pengembalian yang diinginkan oleh investor untuk menarik dananya kedalam perusahaan.

d. Yamatuho Gulo(Universitas Gajah Mada) :

Judul : ANALISIS EFEK LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA DALAM LAPORAN TAHUNAN TERHADAP COST OF EQUITY CAPITAL PERUSAHAAN.

Rumusan masalah :

Efek luas pengungkapan sukarela yang disampaikan oleh manajemen dalam laporan keuangan tahunan terhadap cost of equity capital perusahaan.


(28)

Hasil Penelitian :

Hasil pengujian empiris menunjukkan bahwa variabel indek pengungkapan sukarela yang disampaikan oleh perusahaan dalam laporan keuangan tahunan secara statistik tidak mempunyai hubungan negatif yang signifikan dengaan estimasi cost of equity capital perusahaan.

Kesimpulan :

Penelitian ini menyimpulkan bahwa luasnya pengungkapan sukarela, beta saham serta nilai ekuitas perusahaan secara bersama - sama mempunyai kemampuan untuk menjelaskan hubungannya dengan naik turunnya biaya modal perusahaan.Luas pengungkapan sukarela yang disampaikan oleh manajemen dalam laporan keuangan tahunan perusahaan tidak menurunkan biaya modal.


(29)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan

Kegiatan akuntansi pada dasarnya merupakan kegiatan mencatat, menganalisa, menyajikan dan menafsirkan data keuangan dari lembaga perusahaan dan lembaga lain yang aktivitasnya berhubungan dengan produksi dan pertukaran barang atau jasa. Fungsi akuntansi seperti yang disebutkan oleh AICPA dalam Baridwan (1999, 01) adalah menyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari suatu usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam mengambil keputusan-keputusan ekonomi dalam memilih alternatif-alternatif dari suatu keadaan.

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.

2.2.1.1. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut PSAK no.1 tahun 2002, tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi:


(30)

a. Aktiva

Adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan.

b. Kewajiban

Merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.

c. Ekuitas

Adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.

d. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian

Pendapatan adalah aliran masuk atau pertambahan aktiva suatu perusahaan atau penyelesaian atas hutang dari penyerahan atau produksi barang, sedangkan beban adalah aliran keluar atau penggunaan aktiva atau terjadinya utang dari penyerahan atau produksi barang, penyerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan utama suatu perusahaan (FASB dalam SFAC No.6, 1985)

e. Arus kas

Adalah aliran kas masuk ataupun aliran kas keluar yang disebabkan oleh proses produksi maupun proses jual-beli. Informasi


(31)

tersebut diatas beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas pada masa depan khususnya dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

Setiap perusahaan pada suatu waktu (periode) akan melaporkan semua kegiatan keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan untuk memberikan gambaran mengenai hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan dalam satu periode waktu. Laporan keuangan akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhaap perusahaan. Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (IAI, 2004) pemakai laporan keuangan meliputi :

a. Investor

Penanam modal berisiko dan para penasihat mereka, serta para pemegang saham membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar deviden.

b. Karyawan

Karyawan yang mewakili kelompok-kelompok mereka tertarik mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan


(32)

perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja .

c. Pemberi Pinjaman Lainnya

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. d. Pemasok dan Kreditor Usaha Lainnya

Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang pendek dari pada pinjaman lainya kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan .

e. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.

f. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaanya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas


(33)

perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan lainya . g. Masyarakat

Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

Meskipun hanya para akuntan yang perlu mengetahui bagaimana cara membuat laporan keuangan, namun semua orang yang terlibat dalam bisnis perlu untuk mengetahui bagaimana cara mengartikannya (Brigham & Houston, 2006, 43). Informasi laporan keuangan pada akhirnya juga akan menjadi informasi yang menggambarkan hasil pengambilan keputusan oleh manajer dan kemudian menjadi salah satu dasar penilaian oleh para pengguna laporan keuangan, apakah keputusan tersebut dapat memaksimumkan (meningkatkan) nilai perusahaan, atau tidak (Husnan, 1990, 12).

2.2.2. Manajemen Keuangan

Manajer keuangan adalah salah satu instrument penting bagi perusahaan. Salah satu kunci kesuksesan perusahaan adalah karena adanya peran penting manajer keuangan dalam membuat suatu keputusan beradasarkan tujuan perusahaan untuk pengembangan dan pendanaan


(34)

perusahaan. Manajer keuangan berperan penting dalam menentukan suatu keputusan untuk memperoleh maupun dalam menggunakan dana dengan pertimbagan efisiensi dan efektifitas (Riyanto, 1995, 04). Pada dasarnya fungsi manajemen keuangan dibagi menjadi dua :

a. Fungsi penggunaan dana

Fungsi penggunaan dana harus dilakukan secara efisien, dalam hal ini berarti setiap aktiva yang dimiliki perusahaan harus dapat digunakan seefisien mungkin untuk dapat menghasilkan tingkat keuntungan investasi yang maksimal. Efisiensi penggunaan dana untuk investasi akan menentukan besar kecilnya tingkat keuntungan masa depan yang dihasilkan dari efektifitas atas aktiva yang diinvestasikan tersebut. Suatu keputusan investasi yang baik adalah keputusan yang diambil dalam membeli suatu aktiva yang ternyata kemudian aktiva tersebut memberi manfaat riil yang lebih besar dari biayanya (Husnan, 1984, 05).

b. Fungsi pendanaan

Manajer keuangan harus mengusahakan agar perusahaan dapat memperoleh dana (modal) dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling menguntungkan. Pertimbangan atas sifat dan biaya sumber dana yang akan digunakan oleh perusahaan juga harus dilakukan oleh manajer keuangan, karena masing-masing sumber dana untuk keputusan investasi mempunyai konsekuensi finansial yang berbeda-beda.


(35)

Tujuan normatif bagi perusahaan yaitu memaksimumkan nilai perusahaan. Dalam hal ini Nilai perusahaan tidak lain adalah harga saham perusahaan, dengan kata lain keberhasilan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen keuangan, keputusan-keputusan yang diambil, akan dinilai berdasarkan apakah harga saham perusahaan meningkat ataukah tidak (Husnan, 1990, 05). Jika dihubungkan dengan apa yang dinyatakan oleh Riyanto, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan perusahaan harus melandasi fungsi-fungsi dari manajer keuangan (manajemen perusahaan), karena kebijakan apapun yang ditetapkan oleh manajer perusahaan akan dinilai keberhasilan atau kegagalannya oleh para pengguna laporan keuangan. Menurut Baridwan (1999, 17) Laporan keuangan ini dapat berfungsi sebagai alat pertanggungjawaban tugas-tugas yang dibebankan kepada manajemen oleh para pemilik perusahaan.

2.2.3. Pengertian dan Konsep Biaya Modal (Cost of Capital)

Cost of Capital dalam perspektif manajerial merupakan tingkat pertukaran untuk membuat keputusan (Soetjipto, 2003). Cost of Capital adalah biaya yang diperhitungkan karena penggunaan modal tertentu, baik biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh modal tersebut, ataupun biaya yang terpaksa harus diperhitungkan selama penggunaan modal yang dimaksud.

Cost of Capital adalah biaya peluang yang harus diperhitungkan untuk keperluan pendanaan investasi perusahaan (Keown, 2000, 444),


(36)

karena keberhasilan atas investasi dapat diukur melalui kecukupan atas tingkat pengembalian investasi tersebut terhadap Cost of Capital-nya. Konsep Cost of Capital berarti perusahaan harus mengusahakan dimilikinya struktur modal yang dapat meminimumkan biaya penggunaan modal rata-rata (Riyanto, 1997, 294). Menurut (Sundjaja, 2001, 129) Cost of Capital adalah :

a. Tingkat pengembalian yang harus dicapai perusahaan atau investasi proyek untuk mempertahankan nilai pasar sahamnya.

b. Cost of capital juga dapat dianggap sebagai tingkat pengembalian yang diinginkan oleh penyedia dana untuk menarik dananya kedalam perusahaan.

Jika Cost of Capital ini dihubungkan dengan keputusan manajer keuangan atas pemilihan sumber dana untuk keperluan investasi perusahaan, maka menurut Iramani & Febrian (2005) Cost of Capital atau biaya modal mempunyai dua makna, tergantung dari sisi investor atau perusahaan. Dari sudut pandang investor cost of capital adalah opportunity cost dari dana yang ditanamkan investor pada suatu perusahaan (Keown 1999). Sedangkan, dari sudut pandang perusahaan, cost of capital adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh sumber dana yang dibutuhkan.


(37)

2.2.3.1. Faktor – faktor yang mempengaruhi biaya modal perusahaan

Keown dkk (2000, 448) menyebutkan bahwa terdapat empat faktor primer yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya cost of capital: a. Kondisi perekonomian secara umum

Kondisi perekonoman secara umum menentukan permintaan dan penawaran modal dalam perekonomian, begitu juga dengan tingkat inflasi yang diperkirakan.

b. Kemampuan pemasaran sekuritas perusahaan

Investor yang membeli sekuritas dengan risiko yang besar, akan mensyaratkan pengembalian yang tinggi pula. Ketika investor meningkatkan tingkat pengembalian yang disyaratkan maka cost of capital juga akan meningkat secara simultan

c. Keputusan operasi dan keuangan yang dibuat manajemen

Keputusan yang dibuat oleh perusahaan akan menghasilkan risiko, baik keuangan maupun operasi. Risiko operasi (usaha) adalah variable dalam pengembalian atas investasi (ROA) yang dipengaruhi oleh keputusan investasi perusahaan, sedangakan risiko keuangan, adalah risiko peningkatan variable pengembalian untuk pemegang saham akibat pembiayaan dari hutang ataupun saham preferen. Peningkatan kedua risiko tersebut akan meningkatkan cost of capital yang disyaratkan oleh investor.


(38)

d. Jumlah pembiayaan yang dibutuhkan.

Tingkat pembiayaan perusahaan menentukan cost of capital yang akan ditanggung oleh perusahaan. Bila persyaratan pembiayaan perusahaan semakin besar maka cost of capital tertimbang juga akan meningkat. Semakin banyak sekuritas yang diterbitkan perusahaan akan memperbesar biaya mengambangnya, begitu juga dengan saham, semakin besar cost of capital yang dibebankan kepada perusahaan maka tingkat pengembalian yang disyaratkan oleh investorpun akan semakin besar.

2.2.3.2. Fungsi Cost of Capital Dalam Berbagai Metode Pemilihan Investasi Pengertian cost of capital disini yang dimaksudkan sebagai biaya penggunaan modal secara menyeluruh (Riyanto, 1997, 261), maka :

a. Apabila perusahaan menggunakan ”Net Present Value” atau ”Profitability Indeks” sebagai cara untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usul investasi, maka cost of capital berfungsi sebagai ”discount rate” yang digunakan untuk menghitung nilai sekarang dari proceeds (masa depan) dan pengeluaran Investasi. b. Apabila perusahaan menggunakan metode ”Internal rate of return”,

maka fungsi cost of capital adalah sebagai ”hurdle rate” atau ”cut off rate” (tingkat pembatas atau pemotong) dalam hal kita mengadakan evaluasi usul-usul proyek investasi.


(39)

Pernyataan tersebut menjelaskan tentang pentingnya suatu perhitungan cost of capital untuk keperluan penetapan usul-usul investasi, sehingga jika dihubungkan dengan fungsi manajer keuangan sebagai pemilih alternatif-alternatif keputusan pendanaan untuk menciptakan struktur modal yang optimum, maka cost of capital menjadi suatu perhitungan atas ketepatan komposisi struktur modal untuk keperluan investasi / proyek perusahaan.

2.2.3.3. Cost of Capital Keseluruhan

Pendanaan yang dilakukan perusahaan akan meningkatkan proporsi perbandingan hutang dan modal sendiri perusahaan, sesuai dengan sumber dana mana yang digunakan oleh perusahaan. Dalam pendanaan perusahaan tidak akan terlepas dari biaya atas modal yang dibebankan kepada perusahaan sebagai imbal hasil atas penggunaan sumber dana tersebut.

Biaya riil yang ditanggung oleh perusahaan merupakan keseluruhan biaya untuk semua sumber pembiayaan yang digunakan, dimana perhitungannya dapat menggunakan rumus berikut (Brigham dan Houston, 2006, 484):

WACC = Wd . kd (1 – t) + Ws . ks

(Brigham dan Houston, 2006, 484) Dimana :

WACC : biaya modal rata – rata tertimbang (Weighted Avarage Cost of Capital


(40)

Wd : proporsi hutang dalam struktur modal kd : cost of debt

Ws : proporsi saham biasa dalam struktur modal ks : tingkat pengembalian yang diinginkan investor

Pada umumnya komponen cost of capital terdiri dari cost of debt dan cost of equity (Utomo, 1999 dalam Iramani & Febrian, 2005) :

a. Cost of Debt

Hutang dapat diperoleh dari lembaga pembiayaan atau dengan menerbitkan surat pengakuan hutang (obligasi). Biaya hutang yang berasal dari pinjaman adalah merupakan bunga yang harus dibayar perusahaan, sedangkan biaya hutang dengan menerbitkan obligasi adalah required of return yang diharapkan investor.

Besarnya Bunga Biaya hutang (Kd) =

Jumlah Hutang yang Beredar (Soetjipto, 2003) Biaya hutang (bunga) dibayar sebelum perusahaan memperhitungkan pajak pnghasilan (tax deductible), maka biaya riil yang ditanggung perusahaan adalah biaya hutang setelah pajak (cost of debt after tax).

(Soetjipto, 2003) Biaya Hutang Setelah Pajak = kd* = kd (1-t)


(41)

Dimana :

kd* : biaya hutang setelah pajak kd : biaya hutang sebelum pajak t : tarif pajak

b. Cost of Equity

Menurut Brigham dan Houston (2006), salah satu metode yang dapat digunakan dalam perhitungan biaya modal laba ditahan, yaitu pendekatan capital asset pricing model (CAPM), dimana biaya modal laba ditahan adalah tingkat pengembalian atas modal sendiri yang diinginkan oleh investor yang terdiri dari tingkat bunga bebas resiko dengan premi resiko pasar dikalikan dengan β (resiko saham perusahaan). Secara matematis ks (biaya modal sendiri) dapat dicari dengan rumus :

ks = Rf + ( Rm – Rf )β

(Iramani dan Febrian, 2005) Dimana :

ks : tingkat pengembalian yang diinginkan investor (opportunity of equity)

Rf : tingkat bunga investasi yang diperoleh tanpa resiko (risk free)

Rm : tingkat bunga investasi rata – rata dari pasar β : ukuran resiko saham perusahaan


(42)

Sebelum menghitung Ks, harus dihitung terlebih dahulu Rm, Rf, Ri, dan β. Rumus untuk menghitung masing-masing risiko tersebut adalah sebagai berikut:

(Gulo, 2000) Dimana :

IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan t : Periode waktu

Setelah Rm diketahui, berikutnya yaitu menentukan Ri untuk menentukan beta saham. Ri dapat dihitung dengan rumus berikut :

IHSIt - IHSIt -1

Ri =

IHSIt -1

(Gulo, 2000) Dimana :

IHSI : Indeks Harga Saham Individu

Sedangkan untuk menghitung beta saham (β) atau risiko sistematis untuk masing-masing tahun. Menurut Sartono (2001, ) adalah sebagai berikut :

CoVar (Ri , Rm) β =

Var (Rm)

(Sartono, 2001, ) Dimana :

Covar (Ri,Rm) : Covarian tingkat pengembalian saham terhadap tingkat pengembalian pasar.

Var (Rm) : Varian tingkat pengembalian pasar IHSGt – IHSGt -1

Rm =


(43)

2.2.4. Pengertian Struktur Modal

Struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan Copeland, 1997, 19). Sumber pendanaan bagi suatu perusahaan berasal dari dua sumber, yaitu sumber eksternal atau pinjaman yang berasal dari kreditur dengan balas jasa yang disebut bunga. Sedang sumber yang kedua berasal dari sumber internal atau modal sendiri yaitu berasal dari pemilik perusahaan, balas jasanya dinamakan dividen jika berasal dengan cara menjual surat berharga.

Struktur modal dapat didefinisikan sebagai perimbangan atau perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto 1997, 296). Jika dihubungkan dengan struktur keuangan yang merupakan seluruh sisi kanan neraca, maka dapat disimpulkan bahwa komposisi struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan.

Kriteria yang paling utama dalam memilih komponen sumber dana adalah risiko yang paling rendah dan tingkat pengembalian yang tinggi. Jika dihubungkan dengan konsep biaya modal maka struktur modal yang optimum adalah struktur modal yang meminimumkan biaya modal rata-rata tertimbang (Riyanto, 1997, ).


(44)

2.2.4.1. Komponen Struktur Modal

Pada umumnya tipe modal pada struktur modal sebagai pemilihan keputusan pendanaan bagi perusahaan dibagi menjadi dua yaitu:

a Pendanaan perusahaan dengan sumber modal asing

Modal asing menurut Bambang Riyanto (1997, 227) adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja didalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan “utang”, yang pada saatnya harus dibayar kembali.

Modal asing atau hutang yang termasuk dalam komponen struktur modal dan digunakan untuk melakukan pendanaan perusahaan adalah Hutang Jangka Panjang. Modal asing utang jangka panjang adalah utang yang jangka waktunya lebih dari sepuluh tahun. (Riyanto 1997, 238). Utang jangka panjang juga dapat didefinisikan sebagai kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca) (Munawir 2002, 19). Utang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar (Riyanto 1997, 238). Adapun jenis modal asing jangka panjang ini adalah :


(45)

a). Term Loans

Term loans atau hutang berjangka adalah suatu kontrak dimana peminjam setuju untuk membuat serangkaian pembayaran bunga dan pokok pinjaman pada waktu tertentu kepada pemilik dana (Atmaja, 2003, 309). Hutang berjangka jangka waktu peminjamannya berkisar dari 2 hingga 15 tahun. Bunga hutang ini bisa tetap (fixed interest rate) ataupun berubah-ubah (floatation interest rate), dan pada umumnya pokok hutangnya dapat diamortisasi.

b). Obligasi

Menurut BAPEPAM dalam Atmaja (2003, 309) Obligasi pada dasarnya merupakan surat pengakuan hutang atas pinjaman yang diterima oleh perusahaan penerbit obligasi dari masyarakat. Jangka waktu obligasi telah ditetapkan dan disertai dengan pemberian imbalan bunga yang jumlah dan syarat pembayarannya juga telah ditetapkan dalam perjanjian. Menurut Riyanto (1997, 239) jenis-jenis obligasi antara lain adalah :

(1). Obligasi biasa (Bonds)

Obligasi biasa adalah obligasi yang bunganya tetap dibayar oleh debitur dalam waktu-waktu tertentu, dengan tidak memandang apakah debitur memperoleh


(46)

keuntungan atau tidak. Biasanya kupon (bunga obligasi) dibayar dua kali setiap tahunnya.

(2). Obligasi pendapatan (income bonds)

Income bonds adalah jenis obligasi dimana pembayaran bunga hanya dilakukan pada waktu debitur atau perusahaan yang mengeluarkan surat obligasi tersebut mendapat keuntungan, namun di sini kreditur memiliki hak kumulatif.

(3). Obligasi yang dapat ditukarkan (convertible bonds)

Convertible bonds adalah obligasi yang memberikan kesempatan kepada pemegang surat obligasi tersebut untuk menukarkannya dengan saham dari perusahaan yang bersangkutan.

c). Utang hipotik (Mortgage)

Utang hipotik adalah pinjaman jangka panjang dimana pemberi uang (kreditur) diberi hak hipotik tentang suatu barang tidak bergerak, agar supaya bila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya, barang itu dapat dijual dan dari hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya (Riyanto 1997, 239).


(47)

b Pendanaan perusahaan dengan sumber modal sendiri

Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik dan tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya (Riyanto, 1997, 240). Modal sendiri juga dapat didefinisikan sebagai dana yang “dipinjam” dalam jangka waktu tak terbatas dari para pemegang saham. Secara umum dikatakan pinjaman baru dikembalikan kepada para pemegang saham bilamana perusahaan tersebut dipailitkan.

Sumber modal sendiri dapat berasal dari dalam perusahaan maupun luar perusahaan. Sumber dari dalam (internal financing) berasal dari hasil operasi perusahaan yang berbentuk laba ditahan, sedangkan sumber dari luar (external financing) dapat dalam bentuk saham biasa atau saham preferen (Husnan, 2000, 276). Komponen dari modal sendiri di dalam suatu perusahaan terdiri dari:

1) Modal saham

Saham menunjukkan bukti kepemilikan yang diterbitkan oleh perusahaan (Husnan, 2000, 276). Sedangkan menurut Riyanto (1997, 238) saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu perseroan terbatas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa saham adalah tanda bukti kepemilikan atau pengambil bagian dalam suatu perseroan terbatas. Menurut Riyanto (1997, 241), jenis-jenis modal saham terdiri dari:


(48)

a). Saham biasa (Common Stock)

Pemegang saham biasa akan mendapat dividen pada akhir tahun pembukuan, hanya kalau perusahaan tersebut mendapat keuntungan.

b). Saham Preferen (Prefered Stock)

Pemegang saham preferen mempunyai keistimewaan tertentu di atas pemegang saham biasa. Pertama, dividen dari saham preferen diambil terlebih dahulu barulah disediakan untuk pemegang saham biasa. Kedua, apabila perusahaan dilikuidir, maka dalam pembagian kekayaan saham preferen didahulukan daripada saham biasa.

c). Saham Preferen Kumulatif (Cummulative Prefered Stock) Jenis saham ini pada dasarnya adalah sama dengan saham preferen. Perbedaannya hanya terletak pada adanya hak kumulatif pada saham preferen kumulatif.

2) Cadangan

Menurut Riyanto (1997, 242) cadangan dimaksudkan sebagai cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang dibentuk oleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau dari tahun yang berjalan (reserve that are surplus).


(49)

3) Laba Ditahan

Laba ditahan adalah keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan yang tidak dibayarkan sebagai deviden (Riyanto, 1997, 243). Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan, bahwa laba ditahan adalah keuntungan sesudah pajak yang diperoleh perusahaan yang tidak dibagikan sebagai deviden.

Komponen modal sendiri merupakan modal dalam perusahaan yang dipertaruhkan untuk berbagai risiko, baik risiko usaha, risiko investasi, maupun risiko-risiko lainnya. Menurut Gitosudarmo dan Basri (2001, 16), risiko usaha (business risk) adalah risiko yang disebabkan tidak berhasilnya perusahaan untuk memperoleh hasil di dalam lingkungan di dunia bisnis. Hal ini disebabkan oleh produknya mungkin tidak laku terjual, mesin-mesin tidak berjalan secara normal dan sebagainya. Sedangkan risiko investasi yaitu kemungkinan bahwa perusahaan tidak dapat memperoleh laba yang cukup besar untuk menutup beban-beban finansiil yang berupa beban bunga, pengembalian cicilan utang ataupun pembayaran dividen kepada para pemegang saham.


(50)

2.2.4.2. Analisa Rasio Struktur Modal

Struktur modal sebagai suatu sumber pendanaan permanen yang mencerminkan perimbangan modal hutang dengan biaya tetap dan modal sendiri menjadi masalah penting bagi setiap tuntutan pemilik perusahaan terhadap tanggung jawab fungsi manajemen keuangan, karena baik - buruknya pertimbangan struktur modal mempunyai efek langsung terhadap biaya yang timbul atas penggunaan modal tersebut, dan pada akhirnya akan mempengaruhi kuatnya posisi finansial perusahaan. Ukuran rasio struktur modal mengaitkan komponen struktur modal satu sama lain atau dengan totalnya (Wild dkk, 2004, 219). Salah satu rasio Sttruktur modal untuk pengukuran komposisi modal adalah :

a. Long term Debt to Equity Ratio (LDER)

Rasio ini digunakan untuk menunjukan perbandingan antara pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh kreditur dan modal sendiri, baik dari akumulasi laba perusahaan, cadangan, dan dari pemilik perusahaan (saham). Rasio ini juga digunakan untuk mengukur seberapa besar hutang jangka panjang dijamin oleh modal sendiri (Riyanto, 1997, 333). Menurut Wild, dkk (2003) Rasio ini ditentukan sebagai berikut:

(Wild dkk, 2005, 221) Utang Jangka Panjang

LDER =


(51)

2.2.4.3. Pendekatan Teori Struktur Modal

Kebijakan struktur modal melibatkan antara risiko dan tingkat pengembalian. Peningkatan risiko akibat memperbesar pinjaman jangka panjang, akan cenderung menurunkan harga saham, disisi lain kenaikan tingkat pengembalian yang diharapkan akan meningkatkan harga saham. Karena itu dibutuhkan bauran struktur modal yang optimal yang dapat menurunkan biaya yang timbul akibat sumber pendanaan, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Tujuan utama dari pengukuran struktur modal adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan melalui perimbangan modal optimal. Pemenuhan kebutuhan modal setiap sumber dana akan mempengaruihi struktur modal dan selanjutnya struktur modal berpengaruh terhadap besaran biaya modal yang ditanggung oleh perusahaan. Pendekatakan teori struktur modal pada awalnya dikembangkan oleh Durand (1952). Durand (1952) dalam Sartono (2001, 228) mengemukakan empat pendekatan tentang struktur modal :

a. Pendekatan net income

pendekatan net income menyatakan bahwa kenaikan leverage dapat menurunkan total biaya. Nilai perusahaan naik dengan asumsi biaya ekuitas dan biaya hutang konstan, sehingga semakin besar jumlah hutang maka total biaya akan semakin menurun. Menurut Sartono (2001, 228) Jika perusahaan ingin meningkatkan nilai perusahaan maka harus


(52)

dapat menurunkan biaya modal perusahaan. Dengan kata lain biaya modal perusahaan dipengaruhi oleh struktur modalnya. b. Pendekatan Net Operating Income

pendekatan net operating income menggunakan asumsi bahwa investor memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan hutang perusahaan (Sartono, 2001, 229). Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang bersifat konstan. Penggunaan hutang yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan risiko perusahaan.

c. Pendekatan Tradisional

Perubahan tingkat kapitalisasi hutang dan modal sendiri dapat meningkatkan nilai perusahaan, ataupun sebaliknya menurunkan nilai perusahaan. Dalam hal ini proporsi pendanaan yang mempengaruhi struktur modal berperan penting terhadap biaya modal yang akan ditanggung oleh perusahaan, dan pada akhirnya akan menentukan tingkat pengembalian yang diharapkan atas modal tersebut serta mencukupi pemenuhan biaya atas modal yang telah digunakan oleh perusahaan.


(53)

2.2.4.4. Teori yang Melandasi Pengaruh Struktur Modal dan Biaya Modal Teori Struktur Modal serta biaya yang timbul akibat pemilihan komposisi struktur modal mengalami perkembangan dengan adanya beberapa pendapat yang berbeda tentang teori struktur modal. Menurut Laurent (2000) pengembangan teori struktur modal berfokus pada dua teori, kedua teori tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Teori Trade off (pengembangan Teori Modligiani dan Miller)

Pada dasarnya keputusan tentang struktur modal melibatkan analisa “trade off” antara risiko dan keuntungan, tapi juga meningkatkan keuntungan perusahaan. Struktur modal yang optimal akan menyeimbangkan risiko dan keuntungan perusahaan. (Atmaja 2003, 275). Teori trade off ini sejalan dengan pendekatan tradisional. Berasumsi bahwa struktur modal suatu perusahaan ditentukan dengan mempertimbangkan manfaat pengurangan pajak ketika hutang meningkat di satu sisi, kemudian meningkatnya biaya keagenan dan biaya kesulitan keuangan ketika hutang terus ditingkatkan pada sisi yang lain. Ketika manfaat pengurangan pajak masih lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan biaya keagenan maka perusahaan masih bisa meningkatkan hutangnya, namun peningkatan hutang harus dihentikan ketika pengurangan pajak atas tambahan hutang tersebut sudah lebih rendah dibandingkan dari peningkatan biaya keagenan dan biaya kesulitan keuangan.


(54)

Model Trade off merupakan pengembangan dari teori Modigliani dan Miller tanpa pajak dan dengan pajak. Berbeda dengan teori trade off, teori Modligiani dan Miller berlawanan dengan pendapat tradisional, serta menawarkan pembenaran perilaku tingkat kapitalisasi perusahaan yang konstan. Mendasarkan pada teori Trade off, perusahaan berupaya mempertahankan struktur modal yang ditargetkan dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan

Berdasar teori Modigliani dan Miller Tanpa Pajak (1958), dengan mengasumsikan bahwa tidak ada pajak perusahaan maupun pajak individu, Teori ini sejalan dengan pendekatan Net Operating Income yang telah disebutkan sebelumnya, Modligiani dan Miller (MM) menyatakann preposisi sebagai berikut :

1) preposisi I - Perubahan struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan, atau dengan kata lain tidak ada struktur modal yang optimal bagi perusahaan.

2) Preposisi II - Modligiani dan Miller menyatakan bahwa biaya modal sendiri akan semakin bertambah seiring dengan meningkatnya hutang. Hal ini menyebabkan keuntungan penggunaan hutang akan diimbangi dengan kenaikan biaya modal sendiri.

Pada pengembangan berikutnya Teori Modligiani Miller menambahkan kondisi dimana terdapat pajak perseroan (sartono,


(55)

2001, 238). Dalam kondisi terdapat pajak perseroan, Modligiani dan Miller menyatakan preposisi sebagai berikut :

1) Preposisi I - Modligiani dan Miller menyatakan bahwa nilai perusahaan yang memiliki hutang akan lebih besar dari pada nilai perusahaan tanpa hutang.

2) Preposisi II - Modligiani dan Millier menyatakan bahwa biaya modal pada perusahaan yang memiliki hutang sama dengan biaya ekuitas perusahaan tanpa hutang ditambah dengan premi risiko.

Teori MM dengan pajak ini sejalan dengan pendekatan Net Income, dan mengabaikan faktor kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut (financial distress) serta biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan hutang akan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan dan kreditur (agency cost).

b. Teori Berdasarkan Perilaku Manajemen

Salah satu model teori struktur modal berdasarkan perilaku manajemen yang dapat mempengaruhi biaya modal adalah :

1) Teori Keagenan

Teori keagenan (Agency Theory) pertama kali dikemukakan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Teori ini menegaskan bahwa konflik kepentingan timbul diantara investor, kreditur, dan manajer karena adanya keputusan perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan salah satu


(56)

kelompok tersebut namun acapkali menurunkan kesejahteraan kelompok lain (Jensen dan Smith, 1984). Agency theory adalah membahas hubungan antara pemegang saham perusahaan sebagai pemilik (principal) dengan eksekutif (direktur) yang disebut dengan agen untuk mengendalikan bisnis. Dalam konteks manajemen keuangan hubungan agen yang utama adalah antara pemegang saham dan manajer serta antara pemegang saham dan pemberi kredit.

a). Konflik antara Pemegang Saham dengan Kreditur

Kreditur menerima pengembalian dalam jumlah tetap dari perusahaan (biaya bunga), sedangkan pengembalian pemegang saham bergantung pada besaran laba perusahaan. Dalam kondisi dimana pemegang saham melalui manajer memutuskan untuk melaksanakan proyek yang mengakibatkan risiko yang besar, apabila pelaksanaan proyek yang berisiko itu berhasil, maka kreditur hanya dapat menikmati keberhasilan tersebut sebatas biaya tetap atas hutang sesuai dalam perjanjian awal, namun jika proyek mengalami kegagalan, sebaliknya mungkin kreditur akan menderita kerugian akibat dari ketidak-mampuan perusahaan memenuhi kewajibannya.


(57)

b). Konflik antara Pemegang Saham dengan Pihak Manajemen Pihak manajemen (agent) tidak selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemegang saham (principal), tetapi mungkin mengarah kepada kepentingan dirinya sendiri. Principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent, agent mempunyai cukup informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini menyebabkan ketidak seimbangan informasi antara agent dan principal, dan agent bisa menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui oleh principal, terutama apabila berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Dalam hal ini salah satu biaya keagenan yang timbul adalah kompensasi bagi akuntan publik untuk mengaudit perusahaan.

pada penelitian ini, peneliti bertujuan untuk mengetahui pengaruh salah satu variable yang digunakan yaitu long term debt to equity ratio terhadap cost of capital secara keseluruhan yang diukur melalui WACC. Sesuai teori dikatakan bahwa pemilihan proporsi Struktur modal akan mempengaruhi biaya modal secara keseluruhan, karena itu menurut Brigham dan Houston (2006, 484) perhitungan WACC acapkali digunakan sebagai suatu sasaran target, untuk memperoleh modal baru dengan tetap menjaga struktur permodalan aktual secara tepat.


(58)

Jadi dapat disimpulkan bahwa tinggi atau rendah nilai perimbangan pemilihan sumber dana permanen atau struktur modal yang diukur melalui perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri (LDER) memberikan pengaruh pada biaya modal secara keseluruhan.

2.2.5. Go Public

Go Public adalah salah satu cara bagi perusahaan yang sedang berkembang untuk mendapatkan tambahan dana dalam rangka pembiayaan atau pengambangan usahanya, salah satu tujuan untuk menambah struktur modal perusahaan. Penawaran umum (innicial public offering) merupakan peristiwa yang penting bagi perusahaan dalam hal ini perusahaan menawarkan saham pada publik untuk pertama kali. Menurut Sunariyah (2000, 28 dan 41) Perusahaan yang Go Publik adalah perusahaan yang melakukan emisi saham atau yang melakukan penawaran umum surat berharga dan membutuhkan dana guna membelanjai operasi maupun rencana investasi serta telah mencatatkan efeknya di bursa. Penerbitan saham ini merupakan alternatif pemenuhan dana yang juga menjadi pertimbangan manajer ketika perusahaan memerlukan pendanaan selain dari hutang ataupun modal sendiri laba ditahan.

Suatu penerbitan saham oleh perusahaan dilakukan jika perusahaan membutuhkan dana untuk kebutuhan pendanaan bagi perusahaan. Sedangkan investor sebagai pemenuh kebutuhan dana oleh


(59)

perusahaan juga mengharapkan imbalan berupa dividen ataupun keuntungan atas penjualan sahamnya kembali (capital gain). Pengembalian keuntungan yang diharapkan oleh investor ini dapat terwujud jika perusahaan memperoleh laba ditahan yang positif, sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan.

2.2.5.1. Profitability

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau earning sebagai pencapaian operasi perusahaan pada periode tertentu. Menurut Sartono (2001, 122) Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Pengertian laba tergantung dari definisi modal. Jika investasi modal didefinisikan sebagai aktiva, maka angka yang digunakan adalah laba sebelum beban bunga. Beban bunga perlu dikeluarkan dari laba karena bunga dianggap sebagai pembayaran pada pemasok atas modal hutang. (Wild dkk, 2004, 67)

Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Riyanto 2001, 35).

Analisa profitabilitas perusahaan merupakan salah satu analisa penting, khususnya bagi investor dan kreditor. Bagi investor ekuitas, laba merupakan faktor penentu perubahan nilai sekuritas, sedangkan


(60)

bagi kreditor laba dan arus kas operasi merupakan sumber pembayaran bunga dan pokok hutang.

2.2.5.2. Analisa Profitabilitas (Rentabilitas) Ekonomi

Profitabilitas ekonomi atau disebut juga rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha (EBIT) dengan asset operasi yang digunakan untuk menghasilkan laba (Operating Capital / Asset) dan dinyatakan dalam presentase (Riyanto, 1997, 36). Rentabilitas ekonomi dimaksudkan sebagai kemampuan perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba. Menurut Wild, dkk (2004, 64) kemampuan pengembalian atas modal yang diinvestasikan merupakan indikator penting atas kekuatan perusahaan dalam menghasilkan laba (Earning Power) untuk jangka panjang. Pengembalian atas investasi modal suatu perusahaan dinilai dari perspektif pendanaan keseluruhan, yaitu kewajiban ditambah ekuitas (Total Aktiva). Dalam literatur Anglosax pada umumnya pengertian rentabilitas ekonomi distilahkan sebagai “earning Power” atau kemampuan suatu modal yang diinvestasikan dalam menghasilkan pengembalian. Earning power dapat dirumuskan sebagai berikut :

(Riyanto, 1997, 37) EBIT

Return On Asset =


(61)

2.2.5.3. Teori yang Melandasi Pengaruh profitabilitas terhadap Biaya Modal

Pecking Order Theory yang merupakan pengembangan dari signaling theory, pada awalnya teori pecking order ini adalah pengembangan dari studi Donaldson (1984) (Keown dkk,2000, 537). Implikasi pecking order theory adalah sesuai dengan salah satu asumsi yang diutarakan oleh Djakman dan Halomoan (2001) bahwa perusahaan pertama kali memilih pendanaan internal (laba ditahan), kemudian pendanaan eksternal berupa hutang dan saham sebagai sumber terakhir, sehingga dalam hal ini, perusahaan yang mempunyai profitabilitas rendah, maka perusahaan akan cenderung menggunakan hutang untuk mendanai investasi perusahaan, sedangkan Perusahaan yang mempunyai profit tinggi memungkinkan mereka untuk menggunakan laba ditahan (retained earnings) sebagai sumber pendanaan perusahaan dari dalam. Saham adalah alternatif terakhir yang digunakan oleh perusahaan, dengan pertimbangan jika dana internal tidak cukup tersedia untuk mendanai kebutuhan perusahaan dan kapasitas hutang juga telah habis digunakan.

Profitabilitas juga merupakan variabel yang mempengaruhi biaya modal. Menurut Weston dan Brigham (1998) dalam Kesuma (2009), perusahaan dengan tingkat Return On Asset yang tinggi, umumnya menggunakan hutang dalam jumlah yang relatif sedikit. Hal ini disebabkan dengan return on assets yang tinggi tersebut, memungkinkan


(62)

bagi perusahaan melakukan permodalan dengan laba ditahan saja, sehingga biaya modal yang timbul pun akan lebih dapat diminimalkan. Asumsi yang lain mengatakan dengan return on assets yang tinggi, berarti bahwa laba bersih yang dimiliki perusahaan tinggi, sehingga kemampuan perusahaan dalam membayar bunga tetap juga tinggi. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Begitu juga biaya yang timbul dari pendanaan modal eksternalpun akan tergantung oleh kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa dengan semakin tingginya Return On Asset berarti profitabilitas - pun meningkat, dan kemungkinkan pembagian dividen saham biasa akan semakin besar, dengan semakin meningkatnya dividen yang diharapkan maka biaya modal pun akan dapat meningkat. Sedangkan untuk modal asing berupa hutang, menurut Sartono (2001, 249) perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian investasi yang tinggi umumnya akan membatasi penggunaan hutang untuk melakukan keperluan pendanaan perusahaan, hal ini karena manajer perusahaan cenderung memilih pembiayaan dengan risiko dan biaya yang paling rendah. Dengan kata lain, perusahaan yang memiliki pengembalian aktiva (ROA) yang tinggi akan cenderung meminimumkan biaya modalnya.


(63)

2.2.5.4. Earning Per Share

Menurut Fabozi (1999, 361) salah satu angka yang dipertimbangkan oleh analisis adalah Earning Per Share yang dihitung dengan membagi laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba setelah pajak dikurangi deviden) dengan rata-rata tertimbang jumlah lembar saham yang beredar selama periode perhitungan dilakukan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Laba per saham adalah pendapatan atau laba setiap per lembar saham biasa yang diberikan perusahaan terhadap para pemegang saham yang dianggap sebagai pemilik saham. Dalam hal ini berarti earning per share perusahaan merupakan suatu ukuran yang digunakan oleh para investor untuk mengukur pendapatan yang dapat dinikmati.

Earning Per Share menunjukan jumlah pendapatan bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa yang dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. Untuk mengukur EPS dapat digunakan rumus rasio sebagai berikut :

(Atmaja, 2003, 424) Laba Bersih Setelah Pajak

Earning Per Share =


(64)

2.2.5.5. Teori yang Melandasi Pengaruh Earning Per Share terhadap Biaya Modal

Pendapatan Per Lembar Saham (EPS) adalah suatu indikator yang mempengaruhi harga saham, dan investor menilai perusahaan berdasarkan kemampuannya menghasilkan pendapatan untuk setiap sahamnya.

Teori yang melandasi bahwa pendapatan per lembar saham (EPS) berpengaruh terhadap Cost of Capital adalah teori berdasarkan Perilaku Manajemen. Menurut Laurent (2000) salah satu model teori berdasarkan perilaku manajemen yaitu Signaling Theory. Teori ini didasarkan pada premis bahwa manajer dan pemegang saham tidak mempunyai akses informasi perusahaan yang sama. Ada informasi tertentu yang hanya diketahui oleh manajer, sedangkan pemegang saham tidak tahu informasi tersebut. Jadi, ada informasi yang tidak simetri (asymmetric information) antara manajer dan pemegang saham.

Signaling theory mendasarkan pada asumsi bahwa manajer mempunyai informasi yang lebih baik mengenai kesempatan investasi perusahaannya dari pada investor, dan tindakan manajer didasarkan pada kepentingan yang terbaik untuk para pemegang saham (Djakman & Halomoan, 2001). Model ini berpandangan jika perusahaan memiliki prospek bagus maka manajemen tidak menginginkan untuk menerbitkan sekuritas baru. Jadi dapat dikatakan jika perusahaan menerbitkan saham baru atau hutang dalam bentuk obligasi, maka dapat merupakan signal


(65)

negatif bagi perusahaan oleh pasar, sebab permintaan atas modal baru ataupun pinjaman menandakan bahwa perusahaan kekurangan dana.

Hal ini menandakan bahwa pendapatan / laba yang dihasilkan oleh perusahaan cenderung akan dialokasikan bagi kepentingan para pemegang saham. Asumsi bahwa pemegang saham akan makmur jika kantongnya bertambah tebal (Atmaja, 2003), Ungkapan ini menggambarkan bahwa jika laba perusahaan meningkat dan penghasilan per lembar saham naik maka akan menandakan bahwa dividen yang dibebankan dan diberikan oleh perusahaan juga akan meningkat, akibatnya peningkatan laba per saham (earning per share) berarti juga peningkatan pada biaya modal saham perusahaan.

2.3. Kerangka pikir

Kerangka pikir merupakan frame work bagi peneliti untuk membentuk pola analitis yang sistematik sehingga dapat diketahui secara tegas landasan yang digunakan untuk melakukan analisis data serta dapat diketahui pula hasil-hasil yang diharapkan.


(66)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan diatas dan dari uraian landasan teori maka dapat diambil suatu hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga terdapat pengaruh antara Long Term Debt to Equity Ratio terhadap Biaya Modal (Cost of Capital),

2. Diduga terdapat pengaruh positif Return On Asset terhadap Biaya Modal (Cost of Capital).

3. Diduga terdapat pengaruh antara Earning Per Share terhadap Biaya Modal (Cost of Capital).


(67)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional menurut Nazir (1988, 152) adalah suatu definisi kepada suatu variabel atau kontrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan, atau memberikan suatu operasionalyang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel terikat (dependent) / Y yaitu Weighted Cost of Capital dan dua variabel bebas (independent) / X yaitu Long term Debt to Equity (X1), Return On Asset (X2) dan Earning Per Share (X3).

Adapun definisi secara operasional tiap variable yang diajukan dalam penelitian ini dapat diukur sebagai berikut :

a. Cost of Capital

Cost of Capital atau biaya modal adalah biaya riil yang ditanggung oleh perusahaan yang merupakan keseluruhan biaya untuk semua sumber pembiayaan yang digunakan. Skala yang digunakan adalah skala rasio yang diukur dengan rumus :

WACC = Wd . kd (1 – t) + Ws . ks


(68)

Dimana :

WACC : biaya modal rata – rata tertimbang (Weighted Avarage Cost of Capital

Wd : proporsi hutang dalam struktur modal kd : cost of debt

Ws : proporsi saham biasa dalam struktur modal ks : tingkat pengembalian yang diinginkan investor

b. Long Term Debt To Equity Ratio

Struktur modal adalah susunan atau perbandingan antara modal sendiri dan pinjaman jangka panjang, sehingga sesuai dengan analisa Rasio struktur modal yang telah disebutkan diatas, maka pengukuran struktur modal dalam penelitian ini menggunakan Long term Debt to Equity Ratio sebagi proksi atas pengukuran struktur modal yang dihubungkan dengan biaya modal:

(Wild,dkk, 2005, 220)

c. Profitabilitas

diukur dengan menggunakan Return On Assets (ROA) yang menunjukkan kemampuan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam

Total Debt – Current Debt LDER =


(69)

aktiva untuk menghasilkan laba yang merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva.

(Weston dan Copeland, 1997, 240)

d. Earning Per Share

EPS adalah rasio atau perbandingan laba bersih setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar. Jadi EPS yang merupakan pendapatan bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa diukur melalui tingkat penghasilan (laba) setelah pajak. Skala penghasilan per lembar saham tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

Earning After Tax EPS =

Number shares published

(Atmaja, 2003, 424)

3.2. Populasi dan Pemilihan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi merupakan kelompok subyek / obyek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek/obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono,2004, 44). Populasi dalam penilitian ini mempunyai kriteria sebagai berikut : Populasi yang

EBIT Return On Asset =


(70)

digunakan adalah perusahaan-perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia di sektor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) lebih dari tahun 2004 sampai dengan 2008 (4 tahun) yang memiliki finansial statement yang lengkap.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007:56). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan pendekatan “non probability sampling“ dengan metode “purposive sampling”. Non probability sampling adalah cara pengambilan sampel dimana peneliti tidak memberikan kesempatan yang sama pada anggota populasi untuk dijadikan sampel (Sugiyono, 2007:60). Sedangkan metode yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penarikan sampel dengan menyeleksi responden-responden berdasarkan ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki sampel (Sumarsono, 2004, 52). Beberapa kriteria yang ditetapkan untuk memperoleh sampel sebagai berikut:

a. Perusahaan sampel adalah Perusahaan yang telah Go publik dan terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia yang mempunyai laporan keuangan lengkap, valid dan telah diaudit oleh auditor independen. b. Perusahaan sampel mempunyai hutang jangka panjang dalam


(71)

d. Perusahaan tekstil yang masih aktif dalam melakukan perdagangan saham tahun 2004 – 2008.

Berdasarkan kriteria tersebut diatas, maka didapatkan 6 perusahaan tekstil go publik di Bursa Efek Indonesia selama periode periode 6 tahun (2004-2008) yang terpilih sebagai sampel pada penelitian ini. Perusahaan-perusahaan tersebut diantaranya adalah :

Tabel 2.1 : Daftar sampel yang terpilih

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kepustakaan dan dokumentasi. Dalam studi kepustakaan, peneliti membaca dari berbagai literature dan jurnal yang berhubungan dengan masalah penelitian yang akan digunakan sebagai pedoman pembahasan, serta dengan dokumentasi, yaitu suatu cara untuk memperoleh data dari dokumen yang ada hubungannya dengan objek yang akan diteliti

1 PT. ARGO PANTES. TBK

ARGO

2 PT.ERATEX DJAJA. TBK ERTX

3 PT. PANASIA INDOSYNTEC. TBK HDTX

4 PT. PANASIA FILAMENT INTI. TBK PAFI 5 PT.SUNSON TEXTILE MANUFACTURER. TBK SSTX 6 PT TEIJIN INDONESIA FIBER CORPORATION.

TBK

TIFICO Lampiran 2


(72)

3.3.1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari publikasi yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini peneliti tidak mengumpulkan sendiri data yang diperoleh Penelitian ini menggunakan data-data yang ada di Bursa Efek Indonesia.

3.3.2. Sumber data

Sumber data yang digunakan yaitu data sekunder. Dalam hal ini peneliti memperoleh data sekunder dari pihak Bursa Efek Indonesia, berupa laporan keuangan perusahaan, indeks saham individual dan indeks saham gabungan periode tahun 2004 s/d tahun 2008.

3.4. Teknik Analisa Dan Pengujian Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisa Regresi Linier Berganda

Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda yaitu analisis yang berkaitan dengan studi ketergantungan satu variabel (yang disebut variabel tidak bebas) dengan dua atau lebih variabel lainnya (yang disebut variabel bebas).

Adapaun teknik analisis data yang digunakan adalah analisis linier berganda (multiple regression), bentuk persamaannya adalah sebagai berikut :


(1)

104

debt to equity ratio (X1), return on asset (X2), earning per share (X3) terhadap cost of capital keseluruhan / WACC (Y) perusahaan tekstil go public di Bursa Efek Indonesia, hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sartono (2000) dan Djatu Rumawanti (2003). 4.6.3. Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan yang ada dalam penelitian ini:

1. Penelitian ini hanya dibatasi pada perusahaan tekstil yang go public di Bursa Efek Indonesia, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi bagi perusahaan lainnya.

2. Periode penelitian ini hanya 5 tahun sehingga kurang memberikan informasi atau gambaran tentang pengaruh long term debt to equity ratio, return on asset, dan earning per share terhadap cost of capital.

3. Keterbatasan dalam mengambil variabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu hanya terbatas pada variabel long term debt to equity ratio, return on asset, dan earning per share tidak melibatkan faktor teknis seperti perkembangan kurs, dan faktor sosial, ekonomi dan politik seperti kondisi perekonomian secara umum.


(2)

105

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa uji hipotesis tidak teruji kebenarannya. Dimana variabel Long Term Debt to Equity Ratio, Return on Asset dan Earning Per Share tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, baik secara simultan (uji F) maupun secara parsial (uji t) terhadap Cost of Capital (WACC) pada perusahaan tekstil go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

5.2. Saran

1. Berbagai keterbatasan yang dimiliki penelitian ini mudah-mudahan dapat diperbaiki lagi pada penelitian-penelitian berikutnya. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan melanjutkan penelitian dengan menambahkan rasio yang lain, factor primer yang berpengaruh terhadap biaya modal, atau factor Economi Value Added yang diharapkan perusahaan, sehingga dapat diketahui factor-faktor apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap Cost of Capital.


(3)

106

2. Bagi Peneliti yang berminat melakukan penelitian hal yang sama, sebaiknya memperluas jangkauan penelitian, memperpanjang periode pengamatan sehingga data pengamatan menjadi lebih banyak, mengambil variabel independen yang berpengaruh pada variabel dependen.

3. Bagi perusahaan, dengan adanya pemfasilitasan dana dan dukungan dari pemerintah hendaknya perusahaan memanfaatkan dana dalam melakukan investasi dengan rate of return yang menjanjikan, namun tetap memperhitungkan Cost of Capital (WACC) dengan lebih hati-hati, sehubungan dengan tingginya risiko usaha yang sedang di hadapi oleh sektor industri tekstil, sehingga dengan biaya modal yang efisien, investasi dalam asset nantinya dapat tercapai dengan efektif dan efisien, serta output yang dihasilkan baik secara kualitas maupun secara kuantitas.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU TEKS :

Anonim, 2003, Buku Panduan Penyyusunan Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Vetaran”, Jawa Timur, Surabaya.

Baridwan, Zaki, 1994, Intermediate Accounting, Edisi Tujuh, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F, 2006, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Sepuluh, Penerbit Salemba Empat.

Dwi, Astuti, 2004, Manajemen Keuangan Perusahaan, Penerbit Ghalia Indonesia.

Fabozzi, Frank J, 1999, Manajemen Investasi, Edisi, Penerbit Salemba Empat Husnan, Suad, 1990, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan

Jangka Panjang), Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Keown, dkk, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Tujuh, Penerbit Salemba Empat

Levy, Haim. dan Sarnat, Marshal, 1994, Capital Investment and Financial Decisions, Penerbit Prentice Hall, Edisi empat.

Muljadi, A Bambang. dan Widodo, Heri, 2002, Manajemen Keuangan 1, Edisi Kesatu, Muhammadiyah University Press, Sidoarjo.

Munawir, 2002, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Empat, Penerbit Liberty. Nazir, Mohammed, 2005, Metode Penelitian,Cetakan Enam, Penerbit Ghalia

Indonesia, Jakarta.

Riyanto, Bambang, 1995, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Empat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Sartono, Agus, 2001, Manajemen Keuangan Teroi dan Aplikasi, Edisi Empat, BPFE, Yogyakarta.

Sunariyah, 2003, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Tiga, Penerbit UPP AMP YKPN.


(5)

 

Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi (Beserta Contoh Interprestasi Hasil Pengolahan Data), Edisi Revisi.

Sundjaja, 2005, Manajemen Keuangan, Edisi Empat, Penerbit Jakarta.

Weston, J Fred. dan Copeland, Thomas E 1992, Manajemen Keuangan, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Wild, dkk, 2005, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Delapan, Penerbit Salemba Empat.

JURNAL :

Djakman, Chaerul D. dan Halomoan, Gina, 2001, “Pengujian Pecking Order Hypotesis pada Emiten di Bursa Efek Jakarta 1994 dan 1995”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 04, No. 03, September, Hal : 303-313 Iramani, Rr. dan Febrian, Erie, 2005, “Financial Value Added : Suatu

Paradigma Dalam Pengukuran Kinerja dan Nilai Tmabah Perusahaan”, Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 07, No. 01, Mei, Hal 01-10.

Jensen, Michele C. dan Smith, W Clifford, 1984, “The Theory of Corporate Finance: A Historical Overview”, The Modern Theory of Corporate Finance, New York, Hal 2-20

Kesuma, Ali, 2009, “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang Go Public di Bursa Efek Indonesia” Jurnal Manajemen dan

Kewirausahaan, Vol.11, No. 1, Maret, Hal : 38-45

Laurent, Sandra, 2000, “Capital Structure Decision : The Use of Preference Share and Convertible Debt in The UK” Working Paper, Bristol Bussiness School, University of the West of England, Hal : 1-39

Martono, 2002, “Analisis Pengaruh Profitabilitas Industri, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang Dan Intensitas Modal Tertimbang Serta Pangsa Pasar Terhadap “ROA” Dan “ROE” Perusahaan Manufaktur Yang Go– Public Di Indonesia”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 04, No. 02, Nopember, Hal : 126 – 150


(6)

 

Prabansari, Yuke. dan Kesuma, Hadri, 2005, “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Go Publik Di Bursa Efek Jakarta” SINERGI, ISSN : 1410-9018, Hal : 01 – 15

.Sartono, Agus, 2001, “Long Tem Financing Decisions : Views and Practices of Financial Managers of Listed Public Firms in Indonesia”, Gajah Mada International Journal of Bussiness, Vol. 03, No. 01, January, Hal 35 - 44.

Soetjipto, Bagus Eko, 2003, “Biaya Modal : Perspektif Bagi Manajer”, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 07, No. 01, April, Hal 50 - 64.

ALAMAT WEB :

Bisnis, 2010, Pertumbuhan Industri Tekstil Cenderung Melambat, http://www.tempointeraktif.com

Bisnis, 2010, Resiko Industri Tekstil Masih Tinggi, http://www.tempointeraktif.com

Ekonomi, 2010, ACFTA Terbukti Berdampak Negatif, http://kompas.com IDX, 2010, Laporan Keuangan, http://idx.co.id

M Marta, Fajar, 2010, Biaya Modal Jadi Titik Lemah, http://kompas.com  


Dokumen yang terkait

Pengaruh Debt to Asset Ratio, Current Ratio dan Cash Ratio terhadap Return on Asset pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2011 - 2013

2 73 74

Pengaruh Opini Audit, Debt To Total Asset Ratio, Earning Per Share, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 64 99

Analisisis Pengaruh Price Earning Ratio, Return on Equity dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham pada Industri Kimia dan Dasar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 57 85

Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Total Assets Turn Over, Return On Investment, Return On Equity, dan Price Earnings Ratio terhadap Harga Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di BEI

1 68 87

Analisis Pengaruh Debt To Total Asset Ratio Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Earning Per Share Pada Perusahaan Sektor Properti Dan Sektor Manufaktur Yang Go Public Di Bei

2 49 90

Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia

0 50 79

Pengaruh Return On Equity, Capital Adequacy Ratio, Net Interest Margin Dan Dividen Payout Ratio Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

1 45 79

Pengaruh faktor fundamental perusahaan terhadap beta saham syariah (studi pada Jakarta Islamic Index tahun 2004-2010)

1 8 168

Pengaruh faktor-faktor fundamental terhadap risiko saham pada perusahaan LQ 45 periode 2004-2009

0 7 116

PENGARUH LONG TERM DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON ASSET, DAN EARNING PER SHARE TERHADAP COST OF CAPITAL PADA PERUSAHAAN TEKSTIL GO PUBLIK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 22