PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DALAM MATA PELAJARAN PENERAPAN KONSEP DASAR LISTRIK DAN ELEKTRONIKA.
PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
KONVENSIONAL DALAM MATA PELAJARAN PENERAPAN KONSEP DASAR LISTRIK DAN ELEKTRONIKA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI Program Studi S-1
Oleh :
YUGA GAUTAMA E.044. 011118
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2009
(2)
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
KONVENSIONAL DALAM MATA PELAJARAN PENERAPAN KONSEP DASAR LISTRIK DAN ELEKTRONIKA
Oleh: Yuga Gautama
E.044.011118
Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I
Drs. Bambang Trisno, MSIE. NIP. 131 647 624
Pembimbing II
Drs. Tasma Sucita, ST., MT. NIP. 131 930 255
Mengetahui :
Ketua Tim Penyelesaian Skripsi
Program S-1 Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Indonesia
Prof. Dr. Janulis P Purba, M.Pd NIP. 130 809 449
Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Indonesia
Drs. Tasma Sucita, ST., MT. NIP. 131 930 255
(3)
DAFTAR ISI PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 3
1.3Tujuan Penelitian ... 4
1.4Asumsi ... 5
1.5Hipotesis ... 6
1.6Metode Penelitian ... 6
1.7Lokasi dan Sampel Penelitian ... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
2.1Konsep Belajar ... 9
2.2Tinjauan Terhadap Pembelajaran Konvensional ... 14
2.3Tinjauan Terhadap Pembelajaran Induktif ... 17
2.4Tinjauan Terhadap Mata Pelajaran PKDLE ... 24
(4)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42
3.1Metode dan Desain Penelitian ... 42
3.2Variabel dan Alur Penelitian ... 43
3.3Populasi dan Sampel ... 45
3.4Instrumen Penelitian ... 45
3.4.1Uji Validitas ... 47
3.4.2Uji Realibilitas ... 49
3.4.3Tingkat Kesukaran ... 50
3.4.4Daya Pembeda (DP) ... 51
3.5Prosedur Penelitian ... 51
3.6Teknik Pengolahan Data ... 53
3.6.1Analisis Hasil Pretes dan Postes ... 53
3.6.2Uji Normalitas Data ... 55
3.6.3Uji Homogenitas ... 56
3.6.4Uji Wilcoxon ... 57
3.6.5Uji t’ ... 57
3.6.6Uji t ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60
4.1Hasil Penelitian ... 60
4.1.1Analisis Hasil Pretest dan Postest ... 60
4.1.2Uji Normalitas Data ... 63
4.1.3Uji Homogenitas Dua Varians ... 64
(5)
4.2Pembahasan ... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70
5.1Kesimpulan ... 70
5.2Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 72
(6)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan di Indonesia saat ini adalah KTSP, dimana KTSP didasarkan pada peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 tahun 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. KTSP berlaku pada jenjang pendidikan dasar (Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama) dan menengah (Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan), dan disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
KTSP akan dapat berjalan sesuai harapan, bila didukung dengan kemampuan penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran. Penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran berhubungan dengan daya serap siswa terhadap materi pelajaran tersebut. Daya serap siswa terhadap suatu materi pelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor yang meliputi faktor intern dan ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang terdapat pada siswa itu sendiri diantaranya faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor ekstern atau faktor luar terdiri dari faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
(7)
Program KTSP di SMK umumnya dan SMK 1 Cililin khususnya yang telah dilakukan adalah:
1) Membuat sendiri KTSP dengan berpedoman pada panduan penyusunan KTSP yang disusun oleh BSNP.
2) Mengadaptasi atau mengadopsi model-model yang telah dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Hasil yang ada dengan melihat data yang diperoleh dari guru mata pelajaran, hanya 15 dari 35 siswa yang lulus pada mata pelajaran Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika.(± 42,85 % siswa yang lulus,data terlampir pada Tabel 1.1).
Dilihat dari data-data yang didapat di atas maka penulis menyimpulkan bahwa ada permasalahan pada pelaksanaan KTSP, salah satunya yaitu model pembelajaran yang kurang efektif, dimana penyampaian materi pelajaran dari guru ke siswa hanya berjalan satu arah, hingga siswa berperan pasif. Bila dilihat dari model pembelajaran ini, penulis berpendapat bahwa model pembelajaran ini lebih cenderung konvensional.
Dengan berbagai macam model pembelajaran yang ada, peneliti mencoba untuk menggunakan model pembelajaran induktif. Alasannya menurut peneliti model pembelajaran induktif sangat tepat khususnya bagi siswa di SMK 1 Cililin pada mata pelajaran Penerapan Konsep Dasar Listrik Dan Elektronika, karena dengan model pembelajaran induktif siswa dibantu untuk berpikir dan berlatih untuk membuat kesimpulan dan prinsip, hingga diharapkan siswa dapat aktif dalam proses KBM. Pembuktian ini akan dilakukan melalui metode eksperimen dengan membandingkan antara prestasi belajar siswa yang menggunakan model
(8)
pembelajaran induktif dengan model pembelajaran konvensional dalam proses belajar mengajar di kelas.
1.2 Perumusan Masalah
Dalam sebuah penelitian terlebih dahulu harus dirumuskan masalah yang akan diteliti secara jelas, dengan maksud dan tujuan agar penelitian lebih terarah dan mudah dalam menentukan metode mana yang cocok untuk dapat digunakan dalam pemecahan tersebut.
Seperti yang dikemukan oleh Suharsimi Arikunto (2002:27) mengemukakan: “Perumusan masalah merupakan langkah pertama dalam merumuskan suatu problematika penelitian dan merupakan pokok dari kegiatan penelitian “.
Perumusan masalah untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar siswa yang mendapatkan model pembelajaran induktif dan siswa yang mendapatkan model pembelajaran konvensional ?
2. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran induktif terhadap prestasi belajar siswa ?
Agar penelitian ini lebih terarah, maka masalah dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
1 Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pembelajaran induktif dan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika, dengan kompetensi dasarnya Menguasai Dasar Listrik dan Elektronika, dan materi pembelajarannya Magnetisme Dalam Kelistrikan dan Medan Listrik.
(9)
2 Dalam penelitian ini kelas yang menggunakan pembelajaran induktif disebut sebagai kelas eksperimen dan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional disebut sebagai kelas kontrol.
3 Model pembelajaran induktif yang dimaksud adalah model pembelajaran induktif yang dikembangkan Hilda Taba (model of teaching :1990) dengan tahapanya yaitu: pembentukan konsep, interpretasi data, dan aplikasi prinsip/konsep.
4 Pengukuran terhadap perbedaan hasil belajar siswa dalam penelitian ini yaitu hasil dari tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test) dalam bentuk tes objektif.
5 Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas X SMK Negeri 1 Cihampelas (Cililin), tahun ajaran 2007-2008.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan prestasi belajar siswa dalam menguasai penerapan konsep dasar listrik dan elektronika antara yang menggunakan pembelajaran induktif dengan pembelajaran konvensional.
Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui tingkat penguasaan siswa dalam mata pelajaran Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika setelah mendapat perlakuan pembelajaran induktif.
(10)
2. Membandingkan 2 model pembelajaran (model pembelajaran induktif dan model pembelajaran konvensional), dengan tujuan agar dapat diketahui model pembelajaran yang efektif dan efisien bagi siswa maupun bagi guru. 3. Mencari pembaharuan ke arah yang lebih baik dengan maksud untuk
memperbaiki model pembelajaran yang lama (konvensional)
1.4 Asumsi
Asumsi atau anggapan dasar diperlukan dalam sebuah penelitian. Diknas UPI (2004 : 1) menyebutkan bahwa :
“Fungsi asumsi dalam sebuah skripsi, tesis atau desertasi merupakan titik pangkal penelitian dalam rangka penulisan skripsi, tesis atau desertasi itu. Asumsi dapat berupa teori, evidensi-evidensi dan dapat pula pemikiran seperti penelitian itu sendiri. Adapun materinya, asumsi tersebut harus sudah merupakan sesuatu yang tidak perlu dipersoalkan atau dibuktikan lagi kebenarannya, sekurang-kurangnya bagi masalah yang diteliti pada masa itu.”
Berangkat dari hal diatas maka penulis merumuskan asumsi dalam penelitian ini sebagai berikut :
1) Siswa telah menggunakan kemampuan yang optimal dalam mengerjakan tes awal dan tes akhir hingga nilai-nilai yang dicapai siswa merupakan pencerminan dari prestasi belajar siswa.
2) Proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
(11)
4) Peran guru sangat berpengaruh dalam keberhasilan prestasi belajar siswa, dalam hal ini peneliti dibantu oleh guru pamong yang sudah mengetahui masalah siswa.
5) Berhasil tidaknya prestasi belajar siswa bukan saja dari kondisi siswa tapi juga dari berberapa aspek, diantaranya yaitu prasarana belajar mengajar dan peran guru dalam mengajar.
1.5 Hipotesis
Menurut pendapat Suharsimi Arikunto (2005: 64) hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Hipotesis nol ( H0)
Tak ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran induktif dengan model pembelajaran konvensional.
2. Hipotesis alternatif ( H1)
Terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran induktif dengan model pembelajaran konvensional
1.6 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, dengan model true eksperimental design control group pretest-postest. Penelitian ini dilakukan pada 2 kelompok dimana kelompok pertama dikenai perlakuan (treatment) dengan menggunakan model pembelajaran induktif sebagai kelas
(12)
eksperimen, dan kelompok kedua dengan menggunakan model pembelajaran konvensional sebagai kelas kontrol. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan diberikan dan pengaruh perlakuan diukur dari perbedaan antara pengukuran awal (01) dan pengukuran akhir (02).
Tabel 1.2 Desain Penelitian
Kelompok Pretest Treatment Postest
Eksperimen 01a X1 02a
Kontrol 01b X2 02b
(Sumber:Suharsimi A, 2002:79)
Keterangan:
01a : Kondisi kelas eksperimen sebelum mendapat perlakuan.
01b : Kondisi kelas kontrol sebelum mendapat perlakuan
X1 : Perlakuan menggunakan pembelajaran induktif
X2 : Perlakuan menggunakan pembelajaran konvensional
02a : Kondisi kelas eksperimen setelah mendapat perlakuan
02b : Kondisi kelas kontrol setelah mendapat perlakuan
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi belajar berbentuk soal pilihan ganda dengan 4 option.
1.7 Lokasi dan Sampel Penelitian 1.7.1Lokasi
Menurut Riduwan (2002:3) mengatakan bahwa, “Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri 1 Cihampelas (Cililin), tahun ajaran 2007-2008, sebanyak 66 orang.
(13)
1.7.2Sampel Penelitian
Suharsimi A.(1998:117) mengatakan bahwa, “Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti)”. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas satu sebanyak dua kelas A dan B, karena mata pelajaran PKDLE diberikan di kelas satu. Kelas pertama (A) diperlakukan sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran induktif sebanyak 33 siswa dan kelas kedua (B) sebagai kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional sebanyak 33 siswa.
(14)
(15)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis pretest-postest, uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis dengan menggunakan uji t. Semua pengujian umumnya dilakukan dengan taraf signifikansi 5% meskipun ada beberapa yang diluar taraf tersebut. Hasil penelitian diuraikan seperti dibawah ini.
4.1.1 Analisis Hasil Pretest dan Postest
Soal – soal yang telah diujikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol selanjutnya dianalisis untuk mengetahui keefektifan suatu model pengajaran yang telah diberikan kepada siswa.
Berdasarkan dari hasil pretest dan posttest maka didapatkan skor rata-rata, standar deviasi, dan gain kelas, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Tabel 4.1
Perolehan Skor Rata-Rata, Standar Deviasi, Dan Gain Kelas Eksperimen
Kelas Eksperimen
Tes Skor Ideal x SD g
Pretest 20 7,909 2,296
0,456 Postest 20 13,48 1,805
Tabel 4.2
Perolehan Skor Rata-Rata, Standar Deviasi, Dan Gain Kelas Kontrol
Kelas Kontrol
Tes Skor Ideal x SD g
Pretest 20 8,273 1,807
0,318 Postest 20 11,97 2,023
(16)
Gambar 4.1 Grafik Data Skor Pretest dan Postest
Adapun untuk nilai rata-rata, standar deviasi, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Perolehan Nilai Rata-Rata, Dan Standar Deviasi Pretest-Postest
Eksperimen Kontrol
Rata-rata SD g Rata-rata SD g
Pretest 6,47 0,83
0,456 5,76 0,99 0,318
Posttest 7,92 1,25 6,6 1,01
7,909
Grafik Skor Pretest-Postest
2,296 8,237 1,807 13,48 1,805 11,97 2,023 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
rata-rata SD rata-rata SD
eksperimen kontrol
Mean & SD
Skor pretest
(17)
Gambar 4.2 Grafik Data Nilai Pretest dan Postest
Bila dibandingkan antara rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol, terdapat selisih yang tidak begitu jauh. Hal tersebut menandakan bahwa kemampuan awal kedua kelompok yang ditandai oleh nilai rata-rata pretest tidak jauh berbeda.
Berdasarkan tabel diatas, terdapat peningkatan prestasi belajar pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol yang ditunjukan dari nilai kedua rata-rata kedua kelas. Hasil analisis terhadap kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata pretest sebesar 38,77 dengan standar deviasi 11,724. Sedangkan nilai rata-rata posttest 67,42 dengan standar deviasi 8,91. Hasil analisis terhadap kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata untuk pretest 41,32 dengan standar deviasi 9,89 dan nilai rata-rata
Grafik Pretest-Postest 39,55 11,481 41,36 9,037 67,42 9.024 59,85 10,12 0 1 2 30 4 50 60 70 80 9
rata-rata S rata-rata SD
eksperimen kontrol
Mean & SD Nilai
pretest postest
(18)
posttest 59,55 dengan standar deviasi 10,47. Perolehan gain untuk kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
Untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran yang diterapkan pada masing-masing kelompok, maka terlebih dahulu harus menghitung skor gain normal kedua kelompok tersebut. Nilai gain ternormalisasi ditunjukan dalam tabel 4.4
Tabel 4.4
Efektivitas Pembelajaran Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol Kelompok g Kriteria
Eksperimen 0,461 Efektif
Kontrol 0,315 Kurang efektif
Data diatas menunjukan bahwa nilai gain ternormalisasi untuk kelas eksperimen sebesar 0,461 yang termasuk kriteria efektif. Sedangkan untuk kelas kontrol memproleh gain normal sebesar 0,318 yang termasuk kedalam kriteria kurang efektif. Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran induktif lebih efektif digunakan pada kelas eksperimen dan berpengaruh positif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.
4.1.2 Uji Normalitas Data
Perhitungan hasil tes belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol melalui perhitungan chi-kuadrat
( )
χ2 sebagaimana tertera pada lampiran diperoleh nilai-nilai χ2hitung seperti terlihat pada tabel dibawah ini.(19)
Hasil perhitungan uji normalitas pretest : Tabel 4.5
Interpretasi Normalitas Data
Kelompok χ2hitung χ2tabel Interpretasi
Eksperimen 6,374 7,815 Normal Kontrol 7,697 7,815 Normal Hasil perhitungan uji normalitas posttest :
Tabel 4.6
Interpretasi Normalitas Data
Kelompok χ2hitung χ2tabel Interpretasi
Eksperimen 5,320 7,815 Normal Kontrol 1,549 7,815 Normal
Kriteria pengujian yaitu data berdistribusi normal jika χ2hitung <χ2tabel
begitu juga sebaliknya χ2hitung >χ2tabel maka data tidak berdistribusi normal.
Dengan membandingkan χ2hitung denganχ2tabel yang berada pada tabel distribusi
dengan dk = k-3, maka dapat diperoleh keterangan normalitas data penelitian ini. Berdasarkan tabel di atas pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
4.1.3 Uji Homogenitas Dua Varians
Langkah selanjutnya jika kedua data berdistribusi normal dilakukan pengujian homogenitas dua varians. Hasil perhitungan uji homogenitas varians yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh data :
Tabel 4.7
Interpretasi Homogenitas Data Fhitung Ftabel Interpretasi
(20)
Kriteria homogenitas suatu sampel yaitu apabila Fhitung<Ftabel maka suatu
data dikatakan homogen dan hasil analisis didapat bahwa Fhitung<Ftabel maka dapat
diambil suatu keputusan bahwa data homogen. 4.1.4 Pengujian Hipotesis
Karena data yang didapat homogen maka langkah selanjutnya untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan tes t
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran induktif dengan konvensional
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran induktif
dengan konvensional
Berdasarkan hipotesis di atas, Ho akan diterima jika t berada dalam rentang ttabel.
Berdasarkan hasil analisis didapat bahwa pada taraf signifikansi 1% rentang ttabel
berada pada nilai -2,75< t < 2,75, sedangkan nilai thitung berada di luar rentang
tersebut yaitu 3,288 berarti Ho ditolak, karena t berada di luar nilai pada taraf signifikansi 1%. Ketika diujikan pada taraf signifikansi 5% nilai thitung masih
diluar ttabel, hal tersebut bdapat dilihat diatas dimana pada taraf signifikansi 5%
ttabel berada pada rentang ± 2,04 , sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
kedua model pembelajaran tersebut berbeda signifikan. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang nilai rata-ratanya paling tinggi, adapun dalam penelitian ini pembelajaran induktif xinduktif =67, 42sedangkan pada pembelajaran konvensional x=59, 55, sedangkan skor rata-rata untuk pembelajaran induktif adalah 13,48 dan skor ratra-rata untuk pembelajaran konvensional adalah 12.
(21)
4.2 Pembahasan
Setelah dilakukan penelahaan terhadap teori yang menunjang disertai dengan analisis data yang telah dibuat, maka dapat dibahas penelitian ini sebagai berikut :
1Karena hanya 15 dari 35 siswa yang lulus pada mata pelajaran PKDLE, maka peneliti mencoba mencari pembaharuan ke arah yang lebih baik, dengan membuat eksperimen pada model pembelajaran induktif, dengan harapan dapat dijadikan alternatif lain bagi model pembelajaran yang sudah ada. Untuk melihat berhasil tidaknya model pembelajaran ini adalah dengan membandingkan model pembelajaran yang sudah ada (cenderung konvensional) dengan model pembelajaran induktif. Yang dilihat di sini adalah prestasi belajar siswanya. Sebelum masuk ke hasil prestasi belajar siswa, maka perlu dilihat dahulu pendistribusian data tes. Hal tersebut ditunjukan oleh perhitungan statistik, dimana χ2tabel yang diperoleh sebesar
7.815 pada dk = 3 dengan taraf kepercayaan 95%. Sedangkan χ2hitung tes
awal dan tes akhir kedua kelompok secara berturut-turut seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.5 dan tabel 4.6 nilainya lebih kecil dari χ2tabel,
hingga dapat disimpulkan data sampel penelitian berdistribusi normal. Pada perbandingan besarnya varian menurut hasil pengolahan data hasil tes awal dan tes akhir kedua kelompok adalah homogen. Hal tersebut ditunjukan hasil uji F didapatkan Ftabel sebesar 2,322 dengan dk = 32/32 pada taraf signifikansi 0,01. Sedangkan Fhitung adalah sebesar 0,724. Dilihat
(22)
dari distribusi data hasil tes awal dan tes akhir pada masing-masing kelompok, diperoleh kesimpulan bahwa data berdistribusi normal. 2Uji t dilakukan pada taraf kepercayaan 1% dan 5%, dengan maksud untuk
lebih membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar siswa antara yang menggunakan pembelajaran induktif dengan pembelajaran konvensional. Perbedaan tersebut salah satunya akibat adanya perbedaan perlakuan dimana pada kelas eksperimen siswa mendapat pembelajaran induktif, sedangkan pada kelas kontrol siswa mendapat pembelajaran secara konvensional. Terlihat adanya perbedaan yang signifikan pada hasil uji t di atas dimana thitung = 3,288 berada diluar ttabel,
pada taraf signifikansi 1% nilai ttabel berada pada rentang ±2, 75 dan pada
taraf signifikansi 5% ttabel berada pada rentang ±2, 04sehingga untuk uji
hipotesis dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang signifikan pada kedua model pembelajaran di atas. 3Untuk melihat pengaruh model pembelajaran induktif terhadap prestasi
belajar siswa di kelompok eksperimen, maka dapat dilihat pada tabel 4.8. Jika hasil tes diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu tinggi, sedang rendah, maka dapat terlihat perbedaan peningkatan hasil tes setelah dilakukan perlakuan berupa model pembelajaran induktif. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata penguatan (gain) pada setiap kelompoknya, dimana perbandingan rata-rata gain diantara 3 kelompok yang ditunjukkan pada tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa kelompok rendah memiliki rata-rata peningkatan yang lebih tinggi sebesar 0,489 dibandingkan dengan kelompok
(23)
sedang sebesar 0,459 dan kelompok tinggi sebesar 0,414. Hal tersebut dimungkinkan terjadinya ketertarikan siswa tingkat rendah dalam mengikuti pembelajaran induktif dibandingkan dengan siswa kelompok tinggi dan sedang. Selain itu juga pada uji kefektifan kedua model mengajar di atas dapat dilihat bahwa nilai gain untuk kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol hal tersebut menandakan bahwa pembelajaran induktif lebih berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Pada nilai gain normal untuk model pembelajaran induktif termasuk kedalam kriteria efektif yang berarti model pembelajaran induktif efektif untuk peningkatan prestasi belajar siswa, sedangkan pada kelas kontrol nilai gain normal termasuk kedalam kriteria kurang efektif yang berarti peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlalu signifikan. sehingga jelas bahwa pembelajaran induktif berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. Begitu juga tingkat kefektifan suatu model pembelajaran, model pembelajaran induktif efektif untuk mengajarkan siswa menguasai mata pelajaran penerapan konsep dasar listrik dan elektronika.
(24)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data dan pengujian hipotesis yang telah diuraikan sebelumnya,maka kesimpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tingkat penguasaan siswa dalam mata pelajaran PKDLE setelah mendapat perlakuan pembelajaran induktif dinilai ada peningkatan yang signifikan, hal tesebut dapat dilihat dari peningkatan prestasi belajar siswa yang menggunakan pembelajaran induktif, dimana perbandingan rata-rata gain (penguatan/peningkatan) diantara 3 kelompok (tinggi,sedang,rendah), dengan gain kelompok tinggi sebesar 0,414, gain kelompok sedang sebesar 0,459, gain kelompok rendah sebesar 0,489.
2. Pembelajaran induktif, efektif digunakan pada mata pelajaran penerapan konsep dasar listrik dan elektronika dan berpengaruh positif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Dapat dilihat dari nilai rata-rata pembelajaran induktif xinduktif =67, 42sedangkan pada pembelajaran konvensional x=59, 55, gain normal 〈 〉 kelompok eksperimen 0,461 termasuk kriteria efektif dan gain normal 〈 〉 kelompok kontrol 0,315 termasuk kriteria kurang efektif.
(25)
3. Pembelajaran induktif dapat dijadikan alternatif pilihan untuk memperbaiki atau melengkapi model pembelajaran yang sudah ada (konvensional).
5.2 SARAN
Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka maka dengan ini penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Hendaknya model pembelajaran harus disesuaikan dengan pokok bahasan yang diajarkan. Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sehingga harus yang efektif untuk guru dan siswa.
2. Model pembelajaran induktif menuntut guru berperan sebagai pemonitor cara-cara siswa memperoleh informasi, sehingga pembelajaran ini lebih berpusat pada siswa.
3. Guru harus merencanakan secara sistematis penggunaan model pembelajaran induktif agar kegiatan dapat berlangsung dengan baik.
(26)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. S (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Budimansyah, B (2002). Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio. Bandung: Genesindo
Dewi K. Retno (2001). Penggunaan Model Pengajaran Induktif Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Medan Magnet. Skripsi pada FPMIPA UPI: tidak diterbitkan.
Ikhsan (2007). Penerapan Model Pembelajaran Induktif Menurut Hilda Taba untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Rasional dalam Pembelajaran Fisika di SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI: tidak diterbitkan
Joyce, Bruce dan Weil. (1980). Models Of Teaching. 2nd edition. Prentice Hall, Inc, New Jersey 0762
Makmun, AS (1996). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Nurgana, E (1993). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Permadi
Riduwan (2006). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta
Sagala, S (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta Sudjana (1992). Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sudjana, N(1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya Sudrajat, Akhmad (2004). Kurikulum dan Pembelajaran. FKIP Universitas
Kuningan.
UPI. (2006),Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung
Wilantara. I Putu Eka (2003).Implementasi Model Belajar Kontruktivis dalam Pembelajaran Fisika Untuk Mengubah Miskonsepsi Ditinjau dari Penalaran Formal Siswa. Tesis pada IKIP Singaraja: tidak diterbitkan
(27)
(1)
dari distribusi data hasil tes awal dan tes akhir pada masing-masing kelompok, diperoleh kesimpulan bahwa data berdistribusi normal. 2 Uji t dilakukan pada taraf kepercayaan 1% dan 5%, dengan maksud untuk
lebih membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar siswa antara yang menggunakan pembelajaran induktif dengan pembelajaran konvensional. Perbedaan tersebut salah satunya akibat adanya perbedaan perlakuan dimana pada kelas eksperimen siswa mendapat pembelajaran induktif, sedangkan pada kelas kontrol siswa mendapat pembelajaran secara konvensional. Terlihat adanya perbedaan yang signifikan pada hasil uji t di atas dimana thitung = 3,288 berada diluar ttabel, pada taraf signifikansi 1% nilai ttabel berada pada rentang ±2, 75 dan pada taraf signifikansi 5% ttabel berada pada rentang ±2, 04sehingga untuk uji hipotesis dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang signifikan pada kedua model pembelajaran di atas. 3 Untuk melihat pengaruh model pembelajaran induktif terhadap prestasi
belajar siswa di kelompok eksperimen, maka dapat dilihat pada tabel 4.8. Jika hasil tes diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu tinggi, sedang rendah, maka dapat terlihat perbedaan peningkatan hasil tes setelah dilakukan perlakuan berupa model pembelajaran induktif. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata penguatan (gain) pada setiap kelompoknya, dimana perbandingan rata-rata gain diantara 3 kelompok yang ditunjukkan pada tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa kelompok rendah memiliki rata-rata peningkatan yang lebih tinggi sebesar 0,489 dibandingkan dengan kelompok
(2)
sedang sebesar 0,459 dan kelompok tinggi sebesar 0,414. Hal tersebut dimungkinkan terjadinya ketertarikan siswa tingkat rendah dalam mengikuti pembelajaran induktif dibandingkan dengan siswa kelompok tinggi dan sedang. Selain itu juga pada uji kefektifan kedua model mengajar di atas dapat dilihat bahwa nilai gain untuk kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol hal tersebut menandakan bahwa pembelajaran induktif lebih berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Pada nilai gain normal untuk model pembelajaran induktif termasuk kedalam kriteria efektif yang berarti model pembelajaran induktif efektif untuk peningkatan prestasi belajar siswa, sedangkan pada kelas kontrol nilai gain normal termasuk kedalam kriteria kurang efektif yang berarti peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlalu signifikan. sehingga jelas bahwa pembelajaran induktif berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. Begitu juga tingkat kefektifan suatu model pembelajaran, model pembelajaran induktif efektif untuk mengajarkan siswa menguasai mata pelajaran penerapan konsep dasar listrik dan elektronika.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data dan pengujian hipotesis yang telah diuraikan sebelumnya,maka kesimpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tingkat penguasaan siswa dalam mata pelajaran PKDLE setelah mendapat perlakuan pembelajaran induktif dinilai ada peningkatan yang signifikan, hal tesebut dapat dilihat dari peningkatan prestasi belajar siswa yang menggunakan pembelajaran induktif, dimana perbandingan rata-rata gain (penguatan/peningkatan) diantara 3 kelompok (tinggi,sedang,rendah), dengan gain kelompok tinggi sebesar 0,414, gain kelompok sedang sebesar 0,459, gain kelompok rendah sebesar 0,489.
2. Pembelajaran induktif, efektif digunakan pada mata pelajaran penerapan konsep dasar listrik dan elektronika dan berpengaruh positif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Dapat dilihat dari nilai rata-rata pembelajaran induktif xinduktif =67, 42sedangkan pada pembelajaran konvensional x=59, 55, gain normal 〈 〉 kelompok eksperimen 0,461 termasuk kriteria efektif dan gain normal 〈 〉 kelompok kontrol 0,315 termasuk kriteria kurang efektif.
(4)
3. Pembelajaran induktif dapat dijadikan alternatif pilihan untuk memperbaiki atau melengkapi model pembelajaran yang sudah ada (konvensional).
5.2 SARAN
Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka maka dengan ini penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Hendaknya model pembelajaran harus disesuaikan dengan pokok bahasan yang diajarkan. Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sehingga harus yang efektif untuk guru dan siswa.
2. Model pembelajaran induktif menuntut guru berperan sebagai pemonitor cara-cara siswa memperoleh informasi, sehingga pembelajaran ini lebih berpusat pada siswa.
3. Guru harus merencanakan secara sistematis penggunaan model pembelajaran induktif agar kegiatan dapat berlangsung dengan baik.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. S (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Budimansyah, B (2002). Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio. Bandung: Genesindo
Dewi K. Retno (2001). Penggunaan Model Pengajaran Induktif Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Medan Magnet. Skripsi pada FPMIPA UPI: tidak diterbitkan.
Ikhsan (2007). Penerapan Model Pembelajaran Induktif Menurut Hilda Taba untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Rasional dalam Pembelajaran Fisika di SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI: tidak diterbitkan
Joyce, Bruce dan Weil. (1980). Models Of Teaching. 2nd edition. Prentice Hall, Inc, New Jersey 0762
Makmun, AS (1996). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Nurgana, E (1993). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Permadi
Riduwan (2006). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta
Sagala, S (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta Sudjana (1992). Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sudjana, N(1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya Sudrajat, Akhmad (2004). Kurikulum dan Pembelajaran. FKIP Universitas
Kuningan.
UPI. (2006),Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung
Wilantara. I Putu Eka (2003).Implementasi Model Belajar Kontruktivis dalam Pembelajaran Fisika Untuk Mengubah Miskonsepsi Ditinjau dari Penalaran Formal Siswa. Tesis pada IKIP Singaraja: tidak diterbitkan
(6)