Pengembangan pemahaman siswa tentang prinsip Archimedes (peristiwa mengapung, tenggelam dan melayang) melalui pembelajaran menggunakan simulasi PhETsebuah studi kasus
PENGEMBANGAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG
PRINSIP ARCHIMEDES (PERISTIWA MENGAPUNG,
TENGGELAM DAN MELAYANG) MELALUI
PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN SIMULASI PhET:
SEBUAH STUDI KASUS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh: Veranda Nova NIM: 131424019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(2)
i
PENGEMBANGAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG
PRINSIP ARCHIMEDES (PERISTIWA MENGAPUNG,
TENGGELAM DAN MELAYANG) MELALUI
PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN SIMULASI PhET:
SEBUAH STUDI KASUS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh: Veranda Nova NIM: 131424019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(3)
(4)
(5)
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“If you can’t fly, then run, If you can’t run, then walk, If you can’t walk, then crawl,
But whatever you do, You have to keep moving forward”
(Martin Luther King)
“Karena setiap orang yang meminta, menerima, Dan setiap orang yang mencari, mendapat,
Dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan” (Lukas 11:10)
Karya kecil ini saya persembahkan untuk: Tuhan Yesus dan Bunda Maria Bapak Kadok dan Ibu Nurgia Klaudius Rangga dan Maria Mandela Keluarga besar di Linggam, Kec. Kayan Hilir, Kab. Sintang, Kalimantan Barat Keluarga besar Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma
(6)
(7)
(8)
vii ABSTRAK
Nova, Veranda. 2017. Pengembangan Pemahaman Siswa tentang Prinsip Archimedes (Peristiwa Mengapung, Tenggelam dan Melayang) Melalui Pembelajaran Menggunakan Simulasi PhET: Sebuah Studi Kasus. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui tingkat pemahaman awal siswa tentang prinsip Archimedes (mengapung, tenggelam dan melayang) (2)mengembangkan pemahaman siswa tentang prinsip Archimedes (mengapung, tenggelam dan melayang) dengan menggunakan simulasi PhET.
Penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian dilakukan pada bulan April 2017. Responden penelitian berjumlah enam orang siswa SMA Negeri 10 Yogyakarta. Metode pengambilan data berupa tes esai dan video proses pembelajaran. Tes esai yang digunakan berjumlah 3 nomor. Tes esai ini untuk mengukur pemahaman awal dan pemahaman akhir responden. Data yang diperoleh berupa lembar pengerjaan repsonden, Lembar Kerja Siswa, dan transkrip data proses pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pemahaman awal masing-masing responden berbeda-beda (2) semua responden mengalami perkembangan pemahaman sebagai berikut: (a) semua responden dari awal telah dapat mengubah kalimat kedalam bentuk gambar; (b) semua responden mengalami perkembangan pemahaman dalam menggambar gaya-gaya yang bekerja; (c) semua responden tidak mengalami perkembangan pemahaman dalam menjelaskan perbandingan massa jenis fluida dan massa jenis benda pada masing-masing peristiwa mengapung, melayang dan tenggelam (d) responden A, B, D, dan F mengalami perkembangan pemahaman dalam menentukan bahwa gaya apung air lebih besar dari pada gaya apung minyak zaitun, responden C telah memiliki pemahaman ini sedangkan responden E tidak mengalami perkembangan pemahaman; (e) responden A, B, C, D dan F mengalami perkembangan pemahaman dalam menentukan bahwa massa benda tidak mempengaruhi besar gaya apung sedangkan responden E tidak mengalami perkembangan pemahaman.
(9)
viii ABSTRACT
Nova, Veranda Nova. 2017. The Development of Student’s Understanding about Archimedes Principle (the Float, Sink and a Drift) Through Learning Using PhET Simulation: A Case Study. Thesis. Yogyakarta: Physics Education, Department of Mathematics and Natural Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.
This research was aiming to (1) find out the level of students’ initial understanding about Archimedes principle (the float, sink and a drift) (2) develop of students’ understanding about Archimedes principle (the float, sink and a drift) using PhET simulation.
The research was a qualitative research. The research was held on April 2017. Respondents were six students of SMA Negeri 10 Yogyakarta. The data collection methods used an essay test and video learning process. The number of items used in the essay test is three item. This essay test to measure the initial understanding and final understanding of respondents. The data were obtained in the form of students’ answer sheets, students worksheet and transcript data of learning process.
The result showed that (1) initial understanding of each respondents is different. (2) all respondents are experiencing the development of an understanding of the following: (a) all respondents from the beginning have been able to change the sentences into the shape of a picture; (b) all respondents are experiencing the development of understanding in drawing forces (c) all respondents did not experience the progession of understanding in explaining the density of fluid and density of the object at each even the float, drift and sink; (d) respondent A, B, D, and F progression of understanding in determining that the buoyancy of the water is greater than buoyancy of olive oil, respondent C has had this understanding while the respondents E do not experience the development of understanding; (e) responden A, B, C, D and F progression of understanding in determining that massa of objects does not affect to buoyancy while the respondent E do not experience the development of understanding
Keywords: PhET simulation, development of understanding, Archimedes principle
(10)
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengembangan Pemahaman Siswa tentang Prinsip Archimedes (Peristiwa Mengapung, Tenggelam dan Melayang) Melalui Pembelajaran Menggunakan Simulasi PhET: Sebuah Studi Kasus”. Skripsi ini disusun sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian bersama yang melibatkan penulis dan rekan, yaitu Brigita Perada. Topik utama penelitian yang diambil sama tetapi materi fisika yang berbeda.
Strategi kerja penelitian bersama ini adalah dengan mendiskusikan rumusan masalah dan mempelajari teori pokok secara bersama-sama. Metode penelitian dan analisis data dikembangkan bersama. Pembahasan dibahas dan ditafsirkan dengan kalimat sendiri. Jika secara kebetulan ditemukan kalimat yang sama, hal itu karena hasil diskusi dan sudah dengan persetujuan bersama.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, penilaian, saran dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan dengan sabar dan memberi masukan sebagai penyempurnaan;
2. Bapak Dr. Ign. Edi Santosa, M.S., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika dan seluruh dosen program studi Pendidikan Fisika yang telah memberi ilmu, bimbingan, dan pengalaman belajar yang memadai kepada penulis selama belajar di Universitas Sanata Dharma;
(11)
x
3. Bapak Domi Severinus, M.Si., selaku ketua laboratorium microteaching Pendidikan Fisika dan segenap staf laboratorium microteaching Pendidikan Fisika yang telah membantu sarana berupa handycam selama proses pengambilan data;
4. Segenap karyawan sekretariat JPMIPA yang telah membantu segala hal terkait administrasi penulis selama kuliah;
5. Bapak Agus Mardiyono, S.Pd., selaku guru mata pelajaran fisika di SMA Negeri 10 Yogyakarta yang telah membantu selama pelaksanaan penelitian di sekolah;
6. Siswa-siswi yang telah bersedia menjadi responden penelitian ini; 7. Brigita Perada selaku sahabat dan rekan kerja dalam penelitian ini; 8. Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2013 Universitas Sanata
Dharma yang telah belajar dan berjuang bersama guna menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma, terimakasih atas cerita-cerita indah yang telah kita ukir bersama.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Penulis membuka diri untuk menerima kritik dan saran yang membangun demi pengembangan kea rah yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat menjadi referensi untuk keperluan studi dan penelitian lebih lanjut.
Yogyakarta, 17 Juli 2017
(12)
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
(13)
xii BAB II LANDASAN TEORI
A. Filsafat Konstruktivisme ... 7
B. Konstruktivisme Sosial ... 8
C. Pemahaman Konsep Fisika ... 9
D. Tingkatan Dimensi Proses Kognitif ... 10
1. Mengingat ... 13
2. Memahami... 14
3. Mengaplikasikan ... 17
4. Menganalisis ... 18
5. Mengevaluasi ... 19
6. Mencipta ... 20
E. Simulasi Komputer ... 21
Simulasi PhET ... 23
F. Kerangka Berpikir ... 25
G. Materi ... 27
Prinsip Archimedes ... 27
1. Mengapung ... 29
2. Tenggelam ... 30
3. Melayang ... 31
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 34
B. Responden Penelitian ... 34
C. Desain Penelitian ... 34
D. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36
E. Metode Pengumpulan Data ... 36
F. Instrument Penelitian ... 38
(14)
xiii
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 38
G. Metode Analisis Data ... 39
1. Mengidentifikasi Proses Kognitif Responden ... 39
2. Transkrip Data ... 40
BAB IV DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 41
B. Data ... 42
C. Analisis Data dan Pembahasan ... 42
1. Tingkat Pemahaman Awal Responden ... 42
a) Responden A (Anggota kelompok 1) ... 43
b) Responden B (Anggota kelompok 1) ... 51
c) Responden C (Anggota kelompok 1) ... 58
d) Responden D (Anggota kelompok 1) ... 66
e) Responden E (Anggota kelompok 2) ... 73
f) Responden F (Anggota kelompok 2) ... 80
Rincian Pemahaman Awal Seluruh Responden ... 87
Rangkuman Pemahaman Awal Seluruh Responden ... 89
2. Proses Perkembangan Pemahaman Responden ... 91
Proses Perkembangan Pemahaman Kelompok 1 ... 91
Proses Perkembangan Pemahaman Kelompok 2 ... 103
3. Tingkat Pemahaman Akhir Responden ... 118
a) Responden A (Anggota kelompok 1) ... 119
b) Responden B (Anggota kelompok 1) ... 126
c) Responden C (Anggota kelompok 1) ... 133
d) Responden D (Anggota kelompok 1) ... 140
(15)
xiv
f) Responden F (Anggota kelompok 2) ... 154
Rincian Pemahaman Akhir Semua Responden ... 161
Rangkuman Pemahaman Akhir Seluruh Responden ... 163
4. Perkembangan Pemahaman Seluruh Responden ... 164
Rangkuman Perkembangan Pemahaman Responden ... 168
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 172
B. Saran ... 174
(16)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rangkuman Dimensi Proses Kognitif ... 11
Tabel 3.1 Indikator proses kognitif ... 39
Tabel 4.1 Identifikasi proses kognitif (tes awal) responden A... 43
Tabel 4.2 Identifikasi proses kognitif (tes awal) responden B ... 51
Tabel 4.3 Identifikasi proses kognitif (tes awal) responden C ... 58
Tabel 4.4 Identifikasi proses kognitif (tes awal) responden D... 66
Tabel 4.5 Identifikasi proses kognitif (tes awal) responden E ... 73
Tabel 4.6 Identifikasi proses kognitif (tes awal) responden F ... 80
Tabel 4.7 Pemahaman awal seluruh responden ... 87
Tabel 4.8 Proses Perkembangan Pemahaman Kelompok 1 ... 91
Tabel 4.9 Proses Perkembangan Pemahaman Kelompok 2 ... 103
Tabel 4.10 Identifikasi proses kognitif (tes akhir) responden A ... 119
Tabel 4.11 Identifikasi proses kognitif (tes akhir) responden B ... 126
Tabel 4.12 Identifikasi proses kognitif (tes akhir) responden C ... 133
Tabel 4.13 Identifikasi proses kognitif (tes akhir) responden D ... 140
Tabel 4.14 Identifikasi proses kognitif (tes akhir) responden E ... 147
Tabel 4.15 Identifikasi proses kognitif (tes akhir) responden F ... 154
(17)
xvi
Tabel 4.16 Perkembangan pemahaman yang dialami seluruh responden setelah melakukan proses belajar ... 165
(18)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Rangkuman kerangka berpikir ... 27
Gambar 2.2 Gambar peristiwa mengapung ... 29
Gambar 2.3 Gambar peristiwa tenggelam ... 30
Gambar 2.4 Gambar peristiwa melayang ... 31
Gambar 4.1 Kunci jawaban peristiwa mengapung ... 43
Gambar 4.2 Kunci jawaban peristiwa melayang... 43
Gambar 4.3 Kunci jawaban peristiwa tenggelam ... 44
Gambar 4.4 Peristiwa mengapung oleh reponden A (tes awal) ... 43
Gambar 4.5 Peristiwa melayang oleh reponden A (tes awal) ... 43
Gambar 4.6 Peristiwa tenggelam oleh reponden A (tes awal) ... 44
Gambar 4.7 Peristiwa mengapung oleh reponden B (tes awal) ... 51
Gambar 4.8 Peristiwa melayang oleh reponden B (tes awal) ... 51
Gambar 4.9 Peristiwa tenggelam oleh reponden B (tes awal) ... 52
Gambar 4.10 Peristiwa mengapung oleh reponden C (tes awal) ... 58
Gambar 4.11 Peristiwa melayang oleh reponden C (tes awal) ... 58
Gambar 4.12 Peristiwa tenggelam oleh reponden C (tes awal) ... 59
Gambar 4.13 Peristiwa mengapung oleh reponden D (tes awal) ... 66
(19)
xviii
Gambar 4.15 Peristiwa tenggelam oleh reponden D (tes awal) ... 67
Gambar 4.16 Peristiwa mengapung oleh reponden E (tes awal) ... 73
Gambar 4.17 Peristiwa melayang oleh reponden E (tes awal) ... 73
Gambar 4.18 Peristiwa tenggelam oleh reponden E (tes awal) ... 74
Gambar 4.19 Peristiwa mengapung oleh reponden F (tes awal) ... 80
Gambar 4.20 Peristiwa melayang oleh reponden F (tes awal) ... 81
Gambar 4.21 Peristiwa tenggelam oleh reponden F (tes awal) ... 82
Gambar 4.22 Gambar gaya yang muncul ketika tanda “gravity” di klik (kelompok1) .... 91
Gambar 4.23 Gambar gaya yang muncul ketika tanda “buoyancy dan contact” di klik (kelompok1) ... 92
Gambar 4.24 Gambar gaya yang muncul ketika tanda “force values” di klik (kelompok1) ... 93
Gambar 4.25 Gambar tampilan peristiwa yang dialami balok es (kelompok1) ... 93
Gambar 4.26 Gambar tampilan peristiwa yang dialami kayu (kelompok1) ... 95
Gambar 4.27 Gambar tampilan peristiwa yang dialami es (kelompok1)... 96
Gambar 4.28 Soal nomor 4 pada LKS (kelompok1)... 97
Gambar 4.29 Jawaban soal nomor 4 yang ditulis oleh responden (kelompok1) ... 97
Gambar 4.30 Soal nomor 5 pada LKS (kelompok1)... 98
Gambar 4.31 Jawaban soal nomor 5 yang ditulis oleh responden (kelompok 1) ... 98
(20)
xix
Gambar 4.33 Soal nomor 3 pada LKS (kelompok 1)... 99
Gambar 4.34 Jawaban soal nomor 3 yang ditulis oleh responden (kelompok 1) ... 100
Gambar 4.35 Data yang diperoleh responden pad percobaan II bagian c (kelompok 1) 100 Gambar 4. 36 Soal diskusi nomor 8 pada LKS (kelompok 1) ... 101
Gambar 4. 37 Soal nomor 3 bagian kesimpulan pada LKS (kelompok 1) ... 101
Gambar 4. 38 kesimpulan nomor 3 yang ditulis responden pada LKS (kelompok 1) .... 101
Gambar 4. 39 Data yang diperoleh siswa pada percobaan II bagian a (kelompok1) ... 101
Gambar 4.40 Pertanyaan diskusi percobaan II bagian a pada LKS (kelompok 1) ... 102
Gambar 4.41 Jawaban nomor 7 yang ditulis oleh responden (kelompok 1) ... 103
Gambar 4.42 Gambar gaya yang muncul ketika tanda “gravity” di klik (kelompok 2) . 104 Gambar 4.43 Gambar gaya yang muncul ketika tanda “buoyancy dan contact” di klik (kelompok 2) ... 104
Gambar 4.44 Gambar tampilan gaya-gaya yang bekerja pada balok es (kelompok 2) ... 105
Gambar 4.45 Gambar tampilan Styrofoam ketika dicelupan ke dalam fluida (kelompok 2) ... 106
Gambar 4.46 Gambar tampilan peristiwa yang dialami kayu (kelompok 2) ... 107
Gambar 4.47 Gambar tampilan peristiwa yang dialami es (kelompok 2)... 107
Gambar 4.48 Soal nomor 4 pada LKS (kelompok 2)... 108
Gambar 4.49 Jawaban soal nomor 4 yang ditulis oleh responden (kelompok 2) ... 109
(21)
xx
Gambar 4.51 Jawaban soal nomor 5 yang ditulis oleh responden (kelompok 2) ... 111
Gambar 4.52 Data yang diperoleh siswa pada percobaan I (kelompok 2) ... 111
Gambar 4.53 Soal nomor 3 pada LKS (kelompok 2)... 111
Gambar 4.54 Jawaban soal nomor 3 yang ditulis oleh responden (kelompok 2) ... 113
Gambar 4.55 Data yang diperoleh responden pad percobaan II bagian c (kelompok 2) 113 Gambar 4. 56 Soal diskusi nomor 8 pada LKS (kelompok 2) ... 113
Gambar 4. 57 Jawaban yang ditulis responden pada LKS (kelompok 2) ... 114
Gambar 4.58 Soal nomor 3 bagian kesimpulan pada LKS (kelompok 2) ... 114
Gambar 4. 59 kesimpulan nomor 3 yang ditulis responden pada LKS (kelompok 2) .... 115
Gambar 4. 60 Data yang diperoleh siswa pada percobaan II bagian a (kelompok 2) ... 115
Gambar 4.61 Pertanyaan diskusi percobaan II bagian a pada LKS (kelompok 2) ... 116
Gambar 4.62 Jawaban nomor 7 yang ditulis oleh responden (kelompok 2) ... 116
Gambar 4.63 Peristiwa mengapung oleh reponden A (tes akhir) ... 119
Gambar 4.64 Peristiwa melayang oleh reponden A (tes akhir) ... 119
Gambar 4.65 Peristiwa tenggelam oleh reponden A (tes akhir) ... 120
Gambar 4.66 Peristiwa mengapung oleh reponden B (tes akhir)... 126
Gambar 4.67 Peristiwa melayang oleh reponden B (tes akhir) ... 126
Gambar 4.68 Peristiwa tenggelam oleh reponden B (tes akhir)... 127
(22)
xxi
Gambar 4.70 Peristiwa melayang oleh reponden C (tes akhir) ... 133
Gambar 4.71 Peristiwa tenggelam oleh reponden C (tes akhir)... 134
Gambar 4.72 Peristiwa mengapung oleh reponden D (tes akhir) ... 140
Gambar 4.73 Peristiwa melayang oleh reponden D (tes akhir) ... 140
Gambar 4.74 Peristiwa tenggelam oleh reponden D (tes akhir) ... 141
Gambar 4.75 Peristiwa mengapung oleh reponden E (tes akhir) ... 147
Gambar 4.76 Peristiwa melayang oleh reponden E (tes akhir) ... 147
Gambar 4.77 Peristiwa tenggelam oleh reponden E (tes akhir) ... 148
Gambar 4.78 Peristiwa mengapung oleh reponden F (tes akhir) ... 154
Gambar 4.79 Peristiwa melayang oleh reponden F (tes akhir) ... 154
(23)
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 177 LAMPIRAN 2. Surat Rekomendasi Penelitian (Badan Kesatuan Bangsa dan Politik) .. 178 LAMPIRAN 3. Surat Rekomendasi Penelitian (Dinas Pendidikan, Pemuda, dan
Olahraga) ... 179 LAMPIRAN 4. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 180 LAMPIRAN 5. Soal dan Kunci Jawaban (Pretest dan Posttest) ... 181 LAMPIRAN 6. Lembar Jawaban Pretest Kelompok 1 ... 186 LAMPIRAN 7. Lembar Jawaban Pretest Kelompok 2 ... 191 LAMPIRAN 8. LKS Kelompok 1 ... 193 LAMPIRAN 9. LKS Kelompok 2 ... 211 LAMPIRAN 10. Lembar Jawaban Posttest Kelompok 1 ... 229 LAMPIRAN 11. Lembar Jawaban Posttest Kelompok 2 ... 233 LAMPIRAN 10. Dokumentasi Penelitian... 234
(24)
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang ilmu dan fenomena
atau gejala alam serta seluruh interaksi yang terjadi di alam. Untuk mempelajari
fenomena atau gejala alam diperlukan proses pengamatan, pengukuran, analisis,
dan menarik kesimpulan. Ilmu Fisika adalah ilmu dasar yang dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Banyak aplikasi ilmu Fisika yang bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu sangat penting bagi siswa untuk
mempelajari konsep Fisika.
Setelah mengikuti kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL),
peneliti menemukan banyak siswa kurang memahami tentang konsep Fisika,
salah satunya pada Prinsip Archimedes (peristiwa mengapung, tenggelam, dan
melayang). Peristiwa mengapung, tenggelam, dan melayang sangat dekat dengan
kehidupan sehari-hari tetapi siswa kesulitan mengaitkan dengan konsep Fisika
karena siswa tidak bisa mengamati gaya-gaya yang bekerja pada benda ketika
benda dicelupkan kedalam zat cair. Hal ini menyebabkan sering terjadinya
miskonsepsi, siswa menganggap bahwa benda yang lebih berat akan tenggelam
sedangkan benda yang lebih ringan akan mengapung (peristiwa mengapung,
(25)
Pemahaman siswa tentang konsep Fisika tidak bisa diperoleh begitu saja.
Pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) seseorang sendiri (Von Glaserfeld
dalam Suparno 1997: 14). Budyatna (2015: 61) mengungkapkan bahwa
pemahaman dapat terbentuk dari struktur-struktur dasar secara genetik, lainnya
berasal dari pengalaman individual, dan banyak lagi diwarisi dari kelompok sosial
melalui bahasa serta bagian dari sistem-sistem simbol. Oleh karena itu, untuk
mengembangkan pemahaman tentang konsep fisika, siswa memerlukan
pengalaman dari kelompok sosial yaitu teman kelompok dan guru yang berperan
untuk membantu siswa membangun pengetahuannya sendiri secara aktif.
Teman kelompok dapat membantu siswa dalam berinteraksi sehingga
siswa dapat saling mengkomunikasikan pemahamannya satu sama lain, selain itu
peran guru sebagai fasilitator adalah guru perlu mengetahui cara yang tepat untuk
dapat membantu siswa dalam membentuk pengetahuan tentang konsep Fisika.
Kedua hal ini dapat membantu siswa untuk mengembangkan pemahamannya
menuju pemahaman yang lebih lengkap dan tepat.
Dengan berkembangnya Ilmu Teknologi dan Informasi seperti sekarang
ini, sangat banyak media belajar Fisika yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk
membantu siswa dalam memahami konsep Fisika. Salah satunya yaitu dengan
simulasi komputer. Simulasi komputer adalah model pembelajaran menggunakan
program komputer untuk mensimulasikan beberapa percobaan fisika, tidak lewat
(26)
mempelajarinya dari simulasi itu (Suparno, 2013: 117). Simulasi komputer
digunakan karena lebih memudahkan siswa belajar daripada dengan praktikum
yang biasa (Suparno, 2013: 67). Dengan simulasi komputer, siswa dapat
melakukan eksperimen dimanapun dan kapanpun. Salah satu simulasi komputer
yang dapat digunakan adalah Virtual Laboratory PhET (Physics Educational
Technology). PhET (Physics Educational Technology) merupakan sebuah aplikasi yang menyediakan simulasi pembelajaran interaktif yang mengajak siswa untuk
belajar dengan mengeksplorasi secara langsung, sehingga siswa dapat mengamati
fenomena fisika yang abstrak. Selain itu, simulasi PhET ini juga telah
menyediakan berbagai alat ukur di dalamnya. Sehingga siswa dapat melakukan
eksperimen meskipun tidak menggunakan alat-alat laboratorium.
Oleh karena itu, simulasi PhET ini sangat cocok digunakan sebagai media
belajar Fisika dalam hal ini tentang Prinsip Archimedes (peristiwa mengapung,
tenggelam, dan melayang). Karena dengan menggunakan simulasi PhET siswa
dapat mengamati gaya-gaya yang bekerja pada benda ketika dicelupkan kedalam
zat cair serta mengamati variabel apa saja yang mempengaruhi suatu benda
sehingga mengalami peristiwa mengapung, tenggelam, dan melayang.
Berdasarkan berbagai uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan
sebuah penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan semacam penelitian
terhadap seseorang atau beberapa siswa yang mempunyai masalah (Sukmadinata,
(27)
belajar berbasis IT, dalam hal ini simulasi komputer, peran sosial dari kelompok
belajar dan peran guru sebagai fasilitator untuk membantu siswa mengembangkan
pemahamannya tentang fisika, dalam hal ini yaitu tentang Prinsip Archimedes
(peristiwa mengapung, tenggelam, dan melayang).
Penelitian yang serupa pernah dilakukan oleh seorang mahasiswa
Universitas Sanata Dharma yaitu Hana Natalia Pamungkas, penelitian tersebut
berjudul “Proses Belajar Metode Problem Solving Berbantuan Simulasi PhET: Studi Kasus Siswa Kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2
Klaten Materi Hukum Boyle dan Hukum Gay-Lusac”. Pada penelitian tersebut siswa diberi treatment berupa simulasi PhET dalam kelompok yang terdiri dari 3
siswa. Salah satu hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa proses belajar
dengan metode problem solving berbantuan simulasi PhET ternyata mampu
mengembangkan keaktifan, eksplorasi dan dinamika siswa dalam mempelajari
materi fisika. Sedangkan pada penelitian ini, siswa belajar menggunakan simulasi
PhET, belajar didalam kelompok, dan bimbingan guru sebagai fasilitator
dilakukan untuk mengembangkan pemahaman siswa tetang Prinsip Archimedes
(peristiwa mengapung, tenggelam, dan melayang).
Ketika siswa mengalami perkembangan pemahaman, siswa juga
mengalami peningkatan dimensi kognitif berdasarkan Taksonomi Bloom.
Perkembangan pemahaman yang dialami siswa dapat diukur dengan mengukur
(28)
dilakukan oleh seorang mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang bernama
Timotius Vivid Nugroho, penelitian tersebut berjudul “Identifikasi Proses Kognitif Siswa dalam Menyelesaikan Soal Fisika Tentang Perubahan wujud
(Sebuah Studi Kasus)”. Penelitian tersebut bertujuan mengidentifikasi proses kognitif siswa dalam menyelesaikan soal fisika tentang perubahan wujud dan
melihat tahapan problem solving-nya. Sedangkan pada penelitian ini juga akan
dilakukan identifikasi proses kognitif siswa dalam menyelesaikan soal fisika
tentang prinsip Archimedes (mengapung, tenggelam, dan melayang), kemudian
berdasarkan hasil identifikasi, tingkat pemahaman siswa dikembangkan dengan
menggunakan media belajar berbasis IT yang digunakan oleh siswa secara
berkelompok serta dibimbing guru sebagai fasilitator.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian
yang berjudul “PENGEMBANGAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG PRINSIP ARCHIMEDES (PERISTIWA MENGAPUNG, TENGGELAM DAN
MELAYANG) DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI PhET: SEBUAH
STUDI KASUS”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana tingkat pemahaman awal siswa tentang prinsip Archimedes
(29)
2. Bagaimana perkembangan pemahaman siswa tentang prinsip Archimedes
(mengapung, tenggelam dan melayang) setelah belajar dengan menggunakan
simulasi PhET?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasakan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui tingkat pemahaman awal siswa tentang prinsip Archimedes
(mengapung, tenggelam, dan melayang)
2. Mengembangkan pemahaman siswa tentang prinsip Archimedes (mengapung,
tenggelam, dan melayang) dengan menggunakan simulasi PhET.
D. MANFAAT 1. Bagi Guru
Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu guru untuk menambah
referensi media pembelajaran yang memanfaatkan perkembangan teknologi
informasi dan menambah desain pembelajaran yang efektif.
2. Bagi Peneliti
Dapat menambah ilmu dan pengalaman dalam mempersiapkan diri sebagai
(30)
7 BAB II
LANDASAN TEORI
A. FILSAFAT KONSTRUKTIVISME
Menurut filsafat konstruktivisme, pengetahuan itu adalah bentukan
(konstruksi) seseorang sendiri (Von Glaserfeld dalam Suparno 1997: 14). Oleh
karena pengetahuan itu merupakan konstruksi seseorang yang sedang
mengolahnya, maka jelas bahwa pengetahuan itu bukanlah sesuatu yang sudah
jadi dan tidak terubahkan (Suparno, 1997 : 15). Pengetahuan yang dimiliki siswa
bukanlah pengetahuan yang sudah jadi diluar dirinya, tetapi siswa
membentuk/mengkonstruksi pengetahuan itu sendiri melalui pengalamannya.
Ketika siswa memperoleh pengetahuan baru, maka pengetahuan lamanya dapat
berubah atau berkembang, sehingga pengetahuan lamanya dapat dibangun
kembali (Berg, 1991: 12).
Suparno (1997: 15) mengungkapkan bahwa pengetahuan bukanlah suatu
barang yang dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa. Ketika guru
menyampaikan sebuah konsep Fisika, siswa harus mengkonstruksi sendiri konsep
tersebut sehingga dapat memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu, guru hanya
dapat membantu menyampaikan konsep atau materi dengan cara tertentu, namun
(31)
B. KONSTRUKTIVISME SOSIAL
Konstruktivisme sosial berpandangan bahwa pengetahuan itu merupakan
hasil penemuan sosial dan sekaligus juga merupakan faktor dalam perubahan
sosial. Kenyataan dibentuk secara sosial dan ditentukan secara soaial (Berger dan
Luckmann dalam Suparno, 1997). Konstruktivisme sosial menekankan bahwa
pengetahuan ilmiah merupakan konstruksi sosial, bukan konstruksi individual.
Kelompok ini menekankan lingkungan, masyarakat dan dinamika pembentukan
ilmu pengetahuan (Matthews dalam Suparno, 1997). Dalam kaitannya dengan
belajar bahwa siswa membutuhkan teman atau orang lain dalam proses
memperoleh pengetahuan dan meningkatkan pemahamannya.
Belajar dalam kelompok merupakan salah satu penerapan belajar yang
melibatkan teman atau orang lain. Dalam kelompok belajar siswa harus
mengungkapkan bagaimana ia melihat persoalan dan apa yang akan dibuatnya
dengan persoalan itu (Von Grasersfeld dalam Suparno, 1997). Kelompok belajar
akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif membuat
abstraksi. Siswa dapat berdinamika dalam kelompok menjelaskan kepada
teman-temannya untuk membantu memperoleh pengetahuan dengan lebih dalam dan
lebih luas.
Belajar dalam kelompok juga membutuhkan bimbingan dan arahan dari
guru. bimbingan dan arahan tersebut dapat berupa pertanyaan yang membantu
(32)
tersebut sangat membantu dan meransang siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuan mereka.
C. PEMAHAMAN KONSEP FISIKA
King (2010) mengatakan bahwa salah satu aspek mendasar dalam proses
berpikir adalah pemahaman tentang konsep. Pemahaman juga didefinisikan
sebagai proses berpikir dan belajar (Slameto, 2010). Pemahaman dalam
pembelajaran adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu
memahami arti atau konsep, situasi atau fakta yang diketahuinya. Sedangkan
konsep adalah hasil pemikiran seseorang yang bersifat abstrak dan
menggambarkan peristiwa, benda, atau fakta yang dapat mempermudah
komunikasi antar manusia (Berg, 1991: 8). Contoh konsep dalam Fisika antara
lain adalah kosep gaya, gaya apung, kalor, gerak, usaha dan energi. Dengan
demikian, untuk menuju kearah pemahaman konsep Fisika, pengalaman yang
diperoleh siswa dalam kehidupan sehari-hari perlu diikuti dengan proses belajar
dan berpikir. Dalam hal ini pemahaman tidak hanya hafalan, tetapi memahami
konsep berdasarkan fakta untuk dapat menyelesaikan suatu masalah. Dengan
paham, seseorang tidak hanya bisa menghafal sesuatu yang dipelajari, tetapi juga
mempunyai kemampuan untuk menangkap makna dan memahami konsep dari
pelajaran tersebut. Schunk (2012;410) menyatakan bahwa pemahaman anak-anak
(33)
Kriteria seseorang dapat dikatakan memahami konsep (Berg, 1991) yaitu :
a. Dapat mendefinisikan konsep yang bersangkutan dengan kata-kata
sendiri
b. Dapat menjelaskan perbedaan antara konsep yang bersangkutan
dengan konsep-konsep yang lain
c. Dapat menjelaskan hubungan konsep yang satu dengan konsep yang
lain
d. Dapat menjelaskan arti konsep dalam kehidupan sehari-hari
Jika seorang siswa dapat memenuhi kriteria di atas, maka siswa tersebut dapat
dikatakan telah memahami konsep yang disampaikan oleh guru. Dengan
memahami konsep atau memperoleh pengetahuan, maka pengetahuan tersebut
akan tertanam dalam diri siswa sehingga siswa dapat mengaplikasikan
pengetahuannya ketika menghadapi persoalan dalam kehidupan sehari-hari.
D. TINGKATAN DIMENSI PROSES KOGNITIF
Kognitif didefinisikan sebagai proses internal atau aktivitas pikiran
(Suharnan, 2005: 2). Proses mental atau pikiran itu meliputi bagaimana seseorang
memperoleh informasi, bagaimana informasi itu direpresentasikan dan
ditransformasikan sebagai pengetahuan, bagaimana pengetahuan itu disimpan
dalam ingatan kemudian dimunculkan kembali. Jadi, proses kognitif adalah
(34)
pengetahuan dalam dirinya, berdasarkan informasi yang diterima dari lingkungan
sekitarnya.
Dalam buku hasil revisi yang dipublikasikan oleh Lorin W. Anderson dan
David R. Krathwohl pada tahun 2010, menurut Taksonomi Bloom dimensi
kognitif dikelompokkan menjadi enam kategori, yaitu mengingat, memahami,
mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Tabel 2.1. Rangkuman Dimensi Proses Kognitif
No. Kategori dan Proses Kognitif
Nama-nama lain Definisi
1. MENGINGAT-Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang.
Mengenali Mengidentifikasi Menempatkan pengetahuan dalam memori jangka panjang yang sesuai dengan pengetahuan.
Mengingat kembali Mengambil Mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang.
2. MEMAHAMI-Mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk
apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Menafsirkan Mengklarifikasi,
memparafrasakan, merepresentasikan, menerjemahkan.
Mengubah satu bentuk gambaran (misalnya, angka) jadi bentuk lain (misalnya, kata-kata).
Mencontohkan Mengilustrasikan, memberi contoh.
Menemukan contoh atau ilustrasi tentang konsep atau prinsip.
Mengklasifikasikan Mengategorikan, mengelompokkan.
Menentukan sesuatu dalam satu kategori.
Merangkum Mengabstraksi, menggeneralisasi.
Mengabstraksikan tema umum atau poin-poin pokok. Menyimpulkan Menyarikan,
mengekstrapolasi, menginterpolasi, memprediksi
Membuat kesimpulan yang logis dari informasi yang diterima.
Membandingkan Mengontraskan, memetakan, mencocokkan
Menentukan hubungan antara dua ide, dua objek, dan semacamnya.
(35)
dalam sebuah sistem. 3. MENGAPLIKASIKAN-Menerapkan atau menggunakan suatu prosedur
dalam keadaan tertentu.
Mengeksekusi Melaksanakan Menerapkan suatu prosedur pada tugas yang familiar. Mengimplementasikan Menggunakan Menerapkan suatu prosedur
pada tugas yang tidak familiar.
4. MENGANALISIS-Memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya
dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan.
Membedakan Menyendirikan, memilah, memfokuskan, memilih
Membedakan bagian dari materi pelajaran yang relevan, bagian yang penting dari bagian yang tidak penting.
Mengorganisasi Menemukan koherensi, memadukan, membuat garis besar, mendeskripsikan peran, menstrukturkan Menentukan bagaimana elemen-elemen bekerja atau berfungsi dalam sebuah struktur.
Mengatribusikan Mendekonstruksi Menentukan sudut pandang, bias, nilai, atau maksud dibalik materi pelajaran. 5. MENGEVALUASI-menambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau
standar
Memeriksa Mengoordinasi, mendeteksi, memonitor, menguji
Menemukan inkonsistensi atau kesalahan dalam suatu proses atau produk; menentukan apakah suatu proses atau produk memiliki konsistensi internal;
menemukan efektivitas suatu prosedur yang sedang dipraktikkan.
Mengkritik Menilai Menemukan inkonsistensi antara suatu produk dan kriteria eksternal;
menentukan apakah suatu produk memilik konsistensi eksternal; menemukan ketepatan suatu produk untuk menyelesaikan maslah.
(36)
6. MENCIPTA-Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru
dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal.
Merumuskan Membuat hipotesis Membuat hipotesis-hipotesis berdasarkan kriteria.
Merencanakan Mendesain Merencanakan prosedur untuk menyelesaikan suatu tugas.
Memproduksi Mengkonstruksi Menciptakan suatu produk.
Dimensi Proses Kognitif
1. Mengingat
Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan
dari memori jangka panjang. Pengatahuan mengingat penting sebagai bekal
untuk belajar yang bermakna dan menyelesaikan masalah karena pengetahuan
tersebut dipakai dalam tugas-tugas yang lebih kompleks. Dalam belajar yang
bermakna, mengingat pengetahuan berguna untuk mengkonstruksi
pengetahuan baru atau menyelesaikan masalah baru. Kategori mengingat
terdiri dari proses kognitif mengenali dan mengingat kembali.
a. Mengenali
Proses mengenali adalah mengambil pengetahuan identik yang
dibutuhkan dari memori jangka panjang untuk membandingkannya
dengan informasi yang baru saja diterima. Jika menerima informasi baru,
seseorang menentukan apakah informasi tersebut sesuai dengan
(37)
kesesuaian diantara keduanya. Istilah lain dari mengenali adalah
mengidentifikasi. b. Mengingat kembali
Proses mengingat kembali adalah mencari dan mengambil
pengetahuan dari memori jangka panjang dan dibawa ke memori kerja
untuk diproses. Seseorang mengambil pengetahuan tersebut ketika diberi
soal atau pertanyaan. Istilah lain untuk mengingat kembali adalah
mengambil. 2. Memahami
Proses memahami adalah mengkonstruksi makna dari pesan-pesan
pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan maupun grafis, yang
disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer. Pengetahuan
baru dihubungkan dengan pengetahuan lama, sehingga pengetahuan
konseptual menjadi dasar untuk memahami. Kategori memahami terdiri dari
proses kognitif menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum,
menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan. a. Menafsirkan
Proses menafsirkan adalah proses perubahan informasi dari satu
bentuk ke bentuk lain. Menafsirkan dapat berarti bahwa seseorang dapat
mengubah informasi baru yang diterima menjadi pengetahuan yang
(38)
kata-kata, kata-kata jadi gambar, angka jadi kata-kata, kata-kata jadi
angka, not balok jadi suara musik, dan semacamnya. Istilah lain dari
menafsirkan adalah menerjemahkan, memparafrasakan, menggambarkan dan mengklarifikasi.
b. Mencontohkan
Proses mencontohkan adalah seseorang memberikan contoh
tentang konsep atau prinsip umum. Mencontohkan melibatkan proses
identifikasi ciri-ciri pokok dari konsep atau prinsip umum dan
menggunakan ciri-ciri ini untuk memilih atau membuat contoh. Istilah lain
dari mencontohkan adalah mengilustrasikan dan memberi contoh.
c. Mengklasifikasikan
Proses mengklasifikasikan adalah menentuan bahwa sesuatu
termasuk dalam kategori tertentu. Untuk dapat mengklasifikasikan, maka
seseorang harus mengetahui ciri-ciri atau pola-pola yang sesuai dengan
contoh dan konsep atau prinsip tersebut. Istilah lain dari
mengklasifikasikan adalah mengategorikan dan mengelompokkan. d. Merangkum
Proses merangkum adalah mengemukakan satu kalimat yang
merepresesntasikan informasi yang diterima atau mengabstraksikan
sebuah tema. Merangkum dapat juga diartikan sebagai suatu kegiatan
(39)
menjadi suatu uraian yang lebih singkat dan ditulis dengan kata-kata yang
dibuatnya sendiri. Istilah lain dari merangkum adalah menggeneralisasi
dan mengabstraksi.
e. Menyimpulkan
Proses menyimpulkan adalah proses menemukan pola dalam
sejumlah contoh. Proses menyimpulkan terjadi ketika seseorang dapat
mengabstraksikan sejumlah konsep atau prinsip yang menerangkan contoh
tersebut dengan mencermati dan menarik hubungan antara ciri-ciri setiap
contohnya. Kegiatan menyimpulkan dilakukan untuk memperoleh
kesudahan pendapat atau keputusan akhir. Istilah lain menyimpulkan
adalah mengekstrapolasi, menginterpolasi, dan memprediksi.
f. Membandingkan
Proses membandingkan adalah usaha untuk menemukan
persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, peristiwa, ide,
masalah, atau situasi. Istilah lain dari membandingkan adalah
mengontraskan, memetakan, dan mencocokkan. g. Menjelaskan
Proses menjelaskan adalah proses membuat dan menggunakan
model sebab-akibat dalam sebuah sistem. Menjelaskan berarti menyajikan
(40)
menunjukkan hubungan atau gambaran akan sesuatu. Istilah lain dari
menjelaskan adalah membuat model. 3. Mengaplikasikan
Proses mengaplikasikan melibatkan penggunaan prosedur-prosedur
tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah.
Mengaplikasikan dapat juga diartikan kemampuan menggunakan konsep dalam praktek atau situasi yang baru. Mengaplikasikan berkaitan erat dengan
pengetahuan procedural. Kategori mengaplikasikan terdiri dari proses kognitif
mengeksekusi dan mengimplementasikan. a. Mengeksekusi
Proses mengeksekusi adalah proses menerapkan prosedur ketika
menghadapi suatu tugas terutama tugas yang familiar. Tugas yang familiar
memudahkan untuk memilih prosedur yang tepat dan menggunakannya.
Istilah lain dari mengeksekusi adalah melaksanakan.
b. Mengimplementasikan
Proses mengimplementasikan adalah pemilihan dan penggunaan
sebuah prosedur untuk menyelesaikan tugas yang tidak familiar. Ketika
dituntut untuk memilih, seseorang harus memahami jenis masalahnya dan
alternatif-alternatif prosedur yang tersedia. Maka, mengimplementasikan
terjadi bersama proses kognitif lain, seperti memahami dan mencipta.
(41)
4. Menganalisis
Proses menganalisis adalah proses memecah-mecah materi menjadi
bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan
antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Menganalisis juga dapat
dipandang sebagai perluasan dari kaegori memahami atau sebagai pembuka
untuk kategori mengevaluasi atau mencipta. Ketegori memahami,
menganalisis dan mengevaluasi sering kali saling terkait. Namun, seseorang yang memahami belum tentu dapat menganalisis dengan baik. Seseorang yang
dapat menganalisis juga belum tentu dapat mengevaluasi. Kategori
menganalisis meliputi proses kognitif membedakan, mengorganisasi, dan
mengatribusikan. a. Membedakan
Proses membedakan adalah proses memilah-milah bagian-bagian
yang relevan atau penting dari sebuah struktur. Membedakan terjadi ketika
seseorang mendiskriminasikan informasi yang relevan dan tidak relevan,
yang penting dan tidak penting, dan kemudian memerhatikan informasi
yang relevan atau penting. Membedakan melibatkan proses
mengorganisasi secara struktural dan menentukan bagaimana
bagian-bagian sesuai dengan struktur keseluruhannya. Membedakan juga
(42)
dan mana yang tidak. Istilah lain dari membedakan adalah menyendirikan,
memilah, memfokuskan, dan memilih. b. Mengorganisasi
Proses mengorganisasi adalah proses mengidentifikasi
elemen komunikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana
elemen-elemen ini membentuk sebuah struktur yang koheren. Mengorganisasi
juga merupakan proses membangun hubungan-hubungan yang sistematis
dan koheren antarpotongan informasi. Istilah lain dari mengorganisasi
adalah menstrukturkan, memadukan, menemukan koherensi, membuat
garis besar, dan mendeskripsikan peran. c. Mengatribusikan
Proses mengatribusikan adalah proses menentukan sudut pandang,
pendapat, nilai, atau tujuan dibalik komunikasi. Proses ini melibatkan
proses dekonstruksi yang didalamnya seseorang menentukan tujuan
pengarang suatu tulisan yang diberikan oleh guru. Istilah lain dari
mengatribusikan adalah mendekonstruksi. 5. Mengevaluasi
Proses mengevaluasi adalah membuat keputusan berdasarkan kriteria
dan standar tertentu. Kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas,
efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Mengevaluasi membantu seseorang
(43)
mengevaluasi mencakup proses memeriksa (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria internal) dan mengkritik (keputusan-keputusan
yang diambil berdasrkan kriteria eksternal).
a. Memeriksa
Proses memeriksa adalah proses menguji inkonsistensi atau
kesalahan internal dalam suatu operasi atau produk. Memeriksa
melibatkan proses menguji apakah suatu kesimpulan sesuai dengan
premis-premisnya atau tidak, apakah data-datanya mendukung atau
menolak hipotesis, atau apakah suatu bahan pelajaran berisikan
bagian-bagian yang saling bertentangan. Memeriksa berfungsi untuk menentukan
seberapa baik rencana itu berjalan. Istilah lain dari memeriksa adalah
menguji, mendeteksi, memonitor dan mengoordinasi. b. Mengkritik
Proses mengkritik adalah proses penilaian suatu produk atau proses
berdasarkan kriteria eksternal. Dalam mengkritik, diperlukan mencatat
ciri-ciri positif dan negatif dari suatu produk dan membuat keputusan
berdasarkan ciri-ciri tersebut. Istilah lain dari mengkritik adalah menilai.
6. Mencipta
Proses mencipta adalah proses menyusun elemen-elemen menjadi
sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Mencipta adalah membuat
(44)
tidak pernah ada sebelumnya. Kategori mencipta terdiri dari proses
merumuskan, merencanakan, dan memproduksi. a. Merumuskan
Proses merumuskan adalah proses menggambarkan masalah dan
membuat pilihan atau hipotesis yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu.
Merumuskan melampaui batasan pengetahuan lama dan teori-teori yang ada. Istilah lain dari merumuskan adalah membuat hipotesis.
b. Merencanakan
Proses merencanakan adalah merancang metode penyelesaian
masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria masalahnya, yakni membuat
rencana untuk menyelesaikan masalah. Proses merencanakan adalah
mempraktikkan langkah-langkah untuk menciptakan solusi yang nyata
bagi suatu masalah. Istilah lain dari merencanakan adalah mendesain.
c. Memproduksi
Proses memproduksi adalah melaksanakan rencana untuk
menyelesaikan masalah yang memenuhi spesifikasi tertentu. Istilah lain
dari memproduksi adalah mengkonstruksi.
E. SIMULASI KOMPUTER
Simulasi komputer adalah model pembelajaran menggunakan program
komputer untuk mensimulasikan beberapa percobaan fisika, tidak lewat
(45)
mempelajarinya dari simulasi itu (Suparno, 2013: 117). Simulasi komputer
digunakan untuk memperlihatkan sebuah perilaku dari suatu sistem. Sehingga
dapat digunakan untuk menggali pengetahuan lebih dalam dan lebih jauh dengan
cara yang lebih mudah seperti menyajikan sebuah peristiwa yang sulit untuk
diamati secara langsung ataupun sulit untuk dibayangkan. Karena dalam
kehidupan sehari-hari tidak semua hal dapat dipraktekkan dan ditunjukkan
langsung didalam kehidupan nyata. Oleh karena itu dibutuhkan simulasi agar
proses pengamatan sistem nyata dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien.
Beberapa keuntungan pembelajaran dengan simulasi komputer (Suparno,
2013: 119) adalah sebagai berikut :
a. Dapat dilakukan oleh siswa kapan pun termasuk di rumah sehingga mereka
dapat belajar lebih lama dan mengulangi bahan lebih lama tanpa terikat guru,
jam atau waktu.
b. Dapat menyajikan simulasi dari percobaan yang sulit dan alatnya mahal,
dengan cara yang murah dan mudah bahkan dapat dilihat mahasiswa lebih
jelas. Misalnya percobaan nuklir, dapat dilihat dalam simulasi tanpa harus
mencoba nuklir sendiri.
c. Reaksi dan kejadian mikro dapat disimulasikan dengan jelas dalam model
sehingga siswa makin jelas menangkap konsepnya. Misalnya, model gerak
atom atau molekul yang sulit dilihat mata dapat dilakukan dengan simulasi
(46)
d. Di internet banyak sekali percobaan dengan simulasi yang dapat dijadikan
tugas siswa untuk mengamati dan mempelajarinya.
e. Para ahli miskonsepsi menemukan bahwa simulasi komputer dapat membantu
menghilangkan miskonsepsi siswa karena siswa dapat membandingkan
pemikirannya yang tidak benar dengan simulasi yang mereka lakukan dan
lihat.
Simulasi PhET
Physics Education Technology (PhET) menciptakan simulasi interaktif
dengan tujuan untuk meningkatkan minat siswa dan proses pembelajaran
(Wieman & Perkins, 2006: 290). Simulasi interaktif adalah simulasi yang
memberikan informasi kepada pelajar tentang suatu objek atau kejadian yang
dilandasi oleh asas-asas ilmu (Alessi &Trollip, 2001: 217). Pembelajaran dengan
menggunakan simulasi PhET merupakan pembelajaran yang memanfaatan media
komputer untuk menjalankan aplikasi PhET yang telah disediakan oleh website
PhET yaitu https://phet.colorado.edu (Perkins, 2006: 18). Simulasi PhET
merupakan aplikasi berupa games yang mengandung unsur pembelajaran dan
berfungsi untuk menjelaskan konsep tertentu. Simulasi PhET dapat membantu
dalam memudahkan siswa untuk mempelajari konsep baru atau memahami
konsep yang sudah diketahui. Melalui simulasi PhET siswa diharapkan lebih
(47)
Simuasi PhET dapat diatur dengan sederhana dan mudah digunakan
seperti click-drag, menggeser dan terdapat tombol-tombol yang dapat digunakan.
Selain itu, pada simulasi PhET juga menampilkan hal yang abstrak dan tidak
dapat dilihat oleh mata seperti atom, elektron, foton, dan medan listrik sehingga
dapat memberikan sedikit gambaran kepada siswa. Pada simulasi ini juga
menyediakan berbagai instrumen/alat pengukuran seperti penggaris, stopwatch,
voltmeter, termometer, dan alat pengukur tekanan untuk melakukan pengukuran
kuantitatif.
Simulasi PhET ini dibuat dalam Java dan Flash sehingga dapat dijalankan
langsung dari website PhET (http://phet.colorado.edu) menggunakan web
browser standar. Selain itu, PhET juga dapat diunduh secara gratis dan dipasang pada komputer (perangkat lokal) sehingga dapat digunakan secara offline (Perkins
dkk, 2006: 19).
Dengan demikian, Simulasi PhET sangat membantu siswa untuk
mengeksplorasi peristiwa fisika sehingga siswa dapat membentuk
pengetahuannya sendiri. Simulasi yang ditampilkan oleh PhET juga berdasarkan
konsep Fisika yang benar, sehingga tidak menyebabkan terjadinya miskonsepsi.
Dengan simulasi PhET yang menampilkan simulasi menarik seperti sebuah
(48)
F. KERANGKA BERPIKIR
Ilmu Fisika adalah ilmu yang banyak diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga penting bagi siswa untuk memiliki pemahaman yang
lengkap tentang konsep Fisika. Untuk memperoleh pemahaman konsep yang
lengkap, siswa harus mengkonstruksi sendiri pemahamannya. Namun, untuk
dapat mengkonstruksi pemahaman ini, siswa memerlukan informasi yang berasal
dari lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial yang dimaksud adalah dari media
belajar, teman kelompok dan juga guru. Karena pemahaman adalah konstruksi
siswa sendiri, maka media belajar berperan sebagai tempat atau wadah bagi siswa
untuk memperoleh informasi, sedangkan teman kelompok dan guru berperan
untuk membantu siswa dalam mengkonstruksi pemahamannya.
Salah satu cara untuk dapat memperoleh pemahaman adalah dengan
mencari informasi dari media belajar, dalam hal ini menggunakan simulasi
komputer. Dengan menggunakan simulasi komputer, siswa dapat mengamati
suatu peristiwa sehari-hari dengan lebih mudah karena siswa dapat
mengulang-ulang sebuah peristiwa yang berhubungan dengan konsep fisika dalam bentuk
simulasi. Selain melakukan pengamatan, siswa juga dapat melakukan pengukuran
serta memvariasi variabel sebab-akibat dalam peristiwa tersebut. Sehingga siswa
dapat menganalisis dan mengambil kesimpulan berdasarkan peristiwa tersebut.
Oleh karena itu, simulasi komputer menyediakan informasi bagi siswa untuk
(49)
Ketika siswa memiliki pemahaman awal dalam pikirannya, siswa dapat
mengomunikasikan pemahaman ini kepada teman kelompoknya, begitu juga
sebalikya. Sehingga siswa dapat saling bertukar pikiran dan siswa dapat mencapai
pemahaman yang lebih baik. Namun, pemahaman yang dikonstruksi siswa
bersama anggota kelompok belum tentu tepat. oleh karena itu, guru berperan
mengarahkan pemahaman siswa menuju pemahaman yang tepat dengan cara
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mendukung perkembangan
pemahamannya.
Untuk dapat mengetahui perkembangan pemahaman yang dialami siswa,
maka pemahaman siswa dikelompokkan berdasarkan dimensi kognitif menurut
Taksonomi Bloom. Dimensi kognitif ini meliputi proses mengingat, memahami,
mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Ketika siswa
membentuk pemahamannya, maka siswa mengalami berbagai dimensi kognitif
ini. Oleh karena itu, perkembangan pemahaman yang dialami siswa dengan cara
belajar menggunakan simulasi komputer, diskusi kelompok, dan bimbingan dari
(50)
Gambar 2.1 Rangkuman kerangka berpikir
G. MATERI
Prinsip Archimedes (mengapung, tenggelam dan melayang)
Suatu benda yang dicelupkan dalam zat cair mendapat gaya ke atas sehingga
beratnya menjadi berat semu. Gaya ke atas ini disebut dengan gaya apung
(buoyancy) yaitu suatu gaya ke atas yang dikerjakan oleh zat cair pada benda.
Dengan,
(51)
Prinsip Archimedes menyatakan bahwa “ketika sebuah benda tercelup seluruhnya atau sebagian didalam fluida, fluida akan memberikan gaya keatas
(gaya apung) pada benda, dimana besarnya gaya keatas (gaya apung) sama
dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut.” Gaya apung = Berat fluida yang dipindahkan oleh benda
Dengan,
(52)
1. Mengapung
Keadaan benda mengapung dalam zat cair diperlihatkan melalui gambar di
atas. Di mana pada benda mengapung, sebagian volume benda berada di
udara (tidak tercelup dalam air) dan sebagian lainnya berada di dalam air.
Pada peristiwa benda mengapung, benda tidak menyentuh dasar wadah zat
cair. Gaya yang bekerja pada benda mengapung adalah gaya apung ( ) dan
gaya berat (W), dimana besar gaya apung ( ) sama dengan besar gaya berat
(W).
(53)
Karena pada peristiwa mengapung volume benda tercelup sebagian kedalam
fluida maka volume fluida yang tercelup ( ) lebih kecil dibandingkan
volume benda seluruhnya ( )
Oleh sebab itu,
Pada peristiwa mengapung terjadi karena massa jenis fluida ( ) lebih besar
dari pada massa jenis benda ( )
2. Tenggelam
Keadaan benda tenggelam dalam zat cair diperlihatkan melalui gambar di
atas. Di mana pada benda tenggelam, seluruh volume benda tercelup dalam
zat cair. Pada peristiwa benda tenggelam, benda menyentuh dasar wadah zat
cair sehingga terdapat gaya Normal dari bidang. Gaya yang bekerja pada
peristiwa benda tenggelam adalah gaya apung ( ), gaya berat (W), dan gaya
Normal (N).
(54)
Karena pada peristiwa tenggelam, volume benda tercelup seluruhnya kedalam
fluida maka volume fluida yang tercelup ( ) sama dengan volume benda
seluruhnya ( )
Sehingga
Pada peristiwa tenggelam terjadi karena massa jenis fluida ( ) lebih kecil
dari pada massa jenis benda ( ).
3. Melayang
Keadaan benda melayang dalam zat cair diperlihatkan melalui gambar di atas.
Di mana pada benda melayang, seluruh volume benda tercelup dalam zat cair Gambar 2.4 gambar peristiwa melayang
(55)
tetapi pada peristiwa benda melayang, benda tidak menyentuh dasar wadah
zat cair. Gaya yang bekerja pada benda tenggelam adalah gaya apung ( ) dan
gaya berat (W) dimana besar gaya apung ( ) sama dengan besar gaya berat
(W).
Karena pada peristiwa melayang, volume benda tercelup seluruhnya kedalam
fluida maka volume fluida yang tercelup ( ) sama dengan volume benda
seluruhnya ( )
Sehingga
Pada peristiwa melayang terjadi karena massa jenis fluida ( ) lebih kecil dari pada massa jenis benda ( )
dimana :
gaya angkat ke atas/gaya apung (N)
gaya berat benda (N) massa jenis fluida (kg/m3)
(56)
massa jenis benda (kg/m3)
volume benda yang tercelup (m3) = volume fluida yang dipindahkan (m3)
volume benda (m3) percepatan gravitasi (m/s2)
(57)
34 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan termasuk dalam jenis penelitian kualitatif.
Menurut Bodan & Biklen dalam Suparno (2014), data dalam riset kualitatif
adalah semua hal, barang, tulisan, benda yang dikumpulkan peneliti untuk dapat
menjelaskan persoalan yang sedang dialami. Dalam penelitian ini, metode yang
digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif
merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan
menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya (Best, 1982 dalam Sukardi
2008). Penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan penjelasan/uraian
tertentu (Suparno, 2007). Metode penelitian ini dipilih karena penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan pemahaman siswa.
B. Responden Penelitian
Responden penelitian ini berjumlah enam orang siswa SMA kelas XI yang
belum diketahui kemampuannya dan diambil secara acak.
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi
(58)
yang mempunyai masalah (Sukmadinata, 2009: 224). Dapat pula dimengerti
bahwa studi kasus merupakan salah satu desain yang mendetail dari suatu subjek
pada keadaan khusus. Bahan yang diteliti hanya satu atau kecil ruang lingkupnya,
sehingga tidak perlu menggeneralisasi apapun.
Dalam penelitian ini, pengembangan pemahaman siswa terbentuk didalam
kelompok belajar. Kelompok pertama berjumlah 4 orang siswa. Pada awalnya
masing-masing siswa diberikan tes individu berupa tes tertulis yang berjumlah 3
soal esai yang dikerjakan selama 45 menit. Soal ini digunakan untuk melihat
tingkat pemahaman awal siswa yang akan dikelompokkan berdasarkan dimensi
proses kognitif menurut Taksonomi Bloom.
Setelah mengerjakan soal tes awal, 4 orang siswa ini dijadikan satu
kelompok dan belajar menggunakan simulasi komputer. Untuk membantu siswa
selama proses belajar ini, peneliti memberikan LKS kepada siswa dan
membimbing serta menuntun siswa dalam mengumpulkan data dan menjawab
pertanyaan diskusi yang terdapat didalam LKS. Bimbingan yang diberikan oleh
peneliti berupa pertanyaan-pertanyaan yang berguna untuk mengarahkan
pemahaman siswa. Siswa melakukan diskusi selama proses penggunaan simulasi
yaitu mengumpulkan data dan juga menjawab pertanyaan diskusi yang terdapat
didalam LKS. Proses belajar ini bertujuan untuk menuntun siswa dalam
meningkatkan dimensi proses kognitifnya. Proses ini berlangsung selama 55:16
(59)
Kemudian dilakukan konfirmasi tentang pemahaman akhir siswa dengan
melakukan tes tertulis yang sama dengan soal tes awal dan dikerjakan dalam
waktu 45 menit juga. Dari semua proses yang telah dilakuan maka akan
disimpulkan bagaimana pemahaman akhir siswa dengan bantuan simulasi
komputer, belajar dalam kelompok dan bimbingan dari peneliti.
Kemudian penelitian dilakukan pada kelompok kedua yang berjumlah 2
siswa. Pada kelompok kedua, dilakukan hal yang sama dengan kelompok pertama
yaitu dilakukan tes awal pada masing-masing siswa selama 45 menit, kemudian
dilakukan proses belajar selama 69:46 menit, dan dilakukan tes akhir selama 45
menit. Soal tes awal dan soal tes akhir serta LKS yang digunakan pada kelompok
kedua sama dengan yang digunakan oleh kelompok pertama.
D. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan April 2017 di SMA N 10 Yogyakarta
E. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada kelompok pertama terlebih dahulu
kemudian dilakukan pada kelompok kedua. Metode pengumpulan data yang
dilakukan adalah tes tertulis berupa soal esai dan video proses pembelajaran.
Pada kelompok pertama dengan anggota kelompok 4 siswa,
masing-masing responden diminta mengerjakan soal tes awal berupa 3 soal esai mengenai
(60)
dalam waktu 45 menit. Lembar pengerjaan responden masing-masing dikumpul
untuk dijadikan data.
Peneliti meminta keempat reponden untuk membentuk satu kelompok
kemudian belajar menggunakan Simulasi PhET. Peneliti membagikan Lembar
Kerja Siswa (LKS) sebagai panduan siswa dalam belajar menggunakan simulasi
PhET. Siswa mengisi LKS dengan cara berdiskusi dan dibimbing oleh peneliti.
LKS yang telah dilengkapi oleh siswa kemudian dikumpulkan untuk dijadikan
data. Proses belajar berlangsung selama 55:16 menit. Proses belajar ini direkam
menggunakan handycam dan kemudian diubah ke dalam bentuk narasi.
Setelah melaksanakan proses belajar, responden diminta mengerjakan soal
tes akhir. Soal tes ini sama dengan soal tes awal. Lembar pengerjaan soal tes awal
dan soal tes akhir kemudian dianalisis untuk mengelompokkan tingkat
pemahaman siswa berdasarkan Taksonomi Bloom.
Pada kelompok kedua dengan anggota kelompok 2 orang siswa, metode
pengumpulan data dilakukan seperti pada kelompok pertama. Data yang diambil
adalah lembar pengerjaan soal awal yang dikerjakan masing-masing responden
selama 45 menit, transkrip data berdasarkan video rekaman proses belajar yang
berlansung selama 69:46 menit, dan lembar pengerjaan soal akhir yang juga
(61)
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Proses Belajar
Instrumen yang digunakan selama proses belajar adalah Lembar Kerja
Siswa (LKS) yang terdiri dari petunjuk penggunaan Simulasi PhET tentang
Prinsip Archimedes (mengapung, tenggelam dan melayang), tujuan
percobaaan, dasar teori, langkah percobaaan menggunakan simulasi, tabel
data hasil percobaan, pertanyaan diskusi serta kesimpulan. LKS terlampir
pada lampiran.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan meliputi soal tes esai
dan video proses belajar.
a. Soal Tes Esai
Soal tes esai terdiri dari 3 soal yang dapat mengukur pemahaman
konsep siswa mengenai Prinsip Archimedes (mengapung, tenggelam, dan
melayang). Tingkatan soal dibuat untuk melihat proses kognitif pada
kategori mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis dan
mengaplikasi. Soal tidak dibuat sampai pada kategori mencipta. Soal yang
(62)
b. Video Proses Belajar
Video diambil selama siswa melaksanakan proses belajar kelompok
menggunakan simulasi PhET. Video ini digunakan untuk mendeskripsikan
pengembangan pemahaman yang terjadi selama proses belajar
berlangsung.
G. Metode Analisis Data
1. Mengidentifikasi Proses Kognitif Resonden
Identifikasi proses kognitif responden mengacu pada tingkatan
dimensi proses kognitif menurut Taksonomi Bloom hasil revisi. Indikator dan
soal untuk mengidentifikasi proses kognitif yang dimiliki responden ketika
menyelesaikan soal disajikan dalam tabel 3.1 dibawah ini. Soal yang
diberikan telah sesuai dengan tingkat kognitif tertentu, oleh sebab itu jika
responden menjawab soal dengan benar maka responden dikatakan telah
mencapai tingkat kognitif sesuai dengan soal tersebut. Soal ini diberikan
sebelum dan sesudah siswa melakukan proses belajar untuk melihat
perkembangan pemahaman siswa.
Tabel 3.1 Indikator proses kognitif
Kategori kognitif Proses kognitif Indikator No soal
Mengingat Mengenali Responden menuliskan semua besaran-besaran dengan benar dan simbol yang sesuai
1a
Memahami Menafsirkan Responden dapat mengubah peristiwa menjadi bentuk gambar
1a Mengklasifikasikan Responden dapat menggambar gaya- 1a
(63)
gaya yang bekerja pada benda dengan arah dan posisi yang benar serta sesuai dengan peristiwa yang dialaminya yaitu mengapung, tenggelam, dan melayang Menjelaskan Responden dapat menjelaskan bahwa
jika peristiwa yang terjadi adalah mengapung maka memenuhi syarat peristiwa benda mengapung, begitu juga jika peristiwa tenggelam dan melayang.
1b
Mengaplikasikan Mengeksekusi Responden menggunakan konsep variabel yang mempengaruhi gaya apung (volume benda yang tercelup dan massa jenis fluida) dalam menentukan besar gaya apung
2
Menganalisis Membedakan Responden dapat memilih apakah massa benda mempengaruhi besar gaya apung atau tidak
3
Mengevaluasi Memeriksa Responden dapat memeriksa apakah kesimpulan siswa tersebut benar
3 Mengkritik Responden dapat memutuskan mengapa
kesimpulan siswa tersebut benar ataupun mengapa kesimpulan siswa tersebut salah.
Soal dan Jawaban Tes Terlampir
2. Transkrip Data
Hasil rekaman video yang diambil selama proses belajar diubah menjadi bentuk
narasi untuk mempermudah proses analisis data. Transkrip hasil analisis video ini
digunakan untuk mendeskripsikan pengembangan pemahaman yang terjadi selama
(64)
41 BAB IV
DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2017 di SMA N 10
Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada siang hingga sore hari setelah jam
sekolah. Responden penelitian berjumlah empat siswa kelas XI IPA1 dan dua
siswa kelas XI IPA3 SMA N 10 Yogyakarta. Responden diambil secara acak
dan merupakan siswa yang bersedia menjadi responden penelitian. Peneliti
tidak memberitahukan materi yang menjadi bahan penelitian, tetapi peneliti
menyampaikan bahwa materi yang diteliti merupakan materi kelas XI dan
telah diperoleh responden pada pembelajaran disekolah. Penelitian pada
kelompok pertama dilakukan pada tanggal 6 April 2017 dan kelompok kedua
pada tanggal 26 dan 28 April 2017.
Proses pengambilan data dilakukan dengan cara tes awal, belajar
kelompok menggunakan simulasi PhET, serta tes akhir. Peneliti memberikan
tes awal kepada masing-masing responden, tes awal berupa soal esai yang
dikerjakan responden secara individu selama 45 menit. Tes awal ini digunakan
untuk melihat tingkat pemahaman awal responden tentang Prinsip Archimedes
(mengapung, tenggelam, dan melayang) berdasarkan Taksonomi Bloom.
Kemudian peneliti meminta siswa membentuk satu kelompok dan belajar
bersama mengunakan simulasi PhET dengan panduan Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang diberikan oleh peneliti. Siswa melengkapi LKS dengan cara
(65)
menit dan direkam sehingga dapat digunakan untuk mendeskripsikan
perkembangan pemahaman yang dialami oleh responden. Setelah melakukan
prses belajar, responden kemudian mengerjakan soal tes akhir selama 45
menit. Tes akhir ini digunakan untuk memeriksa apakah terjadi peningkatan
pemahaman siswa setelah melakukan proses belajar berdasarkan Taksonomi
Bloom.
B. Data
Data berupa lembar jawaban tes awal dan tes akhir, Lembar Kerja
Siswa (LKS), dan transkrip rekaman video selama responden melaksanakan
proses belajar. Lembar jawaban tes awal dan tes akhir masing-masing
responden dianalisis berdasarkan tingkatan kognitif menurut Taksonomi
Bloom. Sedangkan perkembangan pemahaman responden dianalisis melalui
transkrip rekaman video selama proses belajar serta Lembar Kerja Siswa
(LKS).
C. Analisis Data dan Pembahasan
1. Tingkat Pemahaman Awal Responden
Bagian ini berisi tentang tingkat pemahaman awal responden
anggota kelompok 1 (responden A,B, C, dan D) dan anggota kelompok 2
(responden E dan F). Pemahaman awal ini di analisis berdasarkan soal
pretest menggunakan tingkat kognitif Taksonomi Bloom dan diakhir
(66)
43 a) Responden A (Anggota kelompok 1)
Tabel 4.1 Identifikasi proses kogitif (tes awal) responden A
Kategori Kognitif
Proses Kognitif, Indikator dan Nomor Soal
Soal Kunci Jawaban Jawaban Responden Keterangan
Mengingat Mengenali Indikator:
Responden menuliskan semua besaran-besaran dengan benar dan simbol yang sesuai
Nomor soal: 1a
1. Seorang siswa melakukan penelitian dengan
menggunakan balok kayu, balok es, dan juga balok aluminium. Pertama, siswa tersebut memasukkan sebuah balok kayu kedalam sebuah ember berisi zat cair ternyata balok kayu tersebut mengapung. Kemudian, ia mengganti balok kayu dengan menggunakan balok es ternyata balok es melayang. Dan terakhir, ia memasukkan balok aluminium kedalam ember tersebut ternyata balok aluminium tenggelam. a. Ubahlah ketiga peristiwa
tersebut kedalam bentuk gambar dan gambarlah gaya-gaya yang bekerja
1.Penyelesaian :
a.Gambar peristiwa yang terjadi : -Balok kayu yang mengapung
Gambar 4.1 kunci jawaban perstiwa mengapung
-Balok Es yang melayang
Gambar 4.2 kunci jawaban perstiwa melayang
-Balok aluminium yang tenggelam
- Peristiwa mengapung
Gambar 4.4 Perisiwa mengapung oleh
responden A - Peristiwa melayang
Gambar 4.5 Perisiwa melayang oleh
responden A
Responden sudah dapat menuliskan besaran gaya berat dengan simbol W dan gaya normal dengan simbol N pada masing-masing
peristiwa mengapung, melayang dan tenggelam. Namun pada peristiwa mengapung dan melayang responden keliru menuliskan gaya normal (N) seharusnya gaya yang bekerja adalah gaya apung dengan simbol Fa. Sedangkan pada peristiwa tenggelam, responden kurang menuliskan gaya apung dengan simbol Fa.
Memahami Menafsirkan Indikator:
Responden dapat mengubah peristiwa menjadi bentuk gambar
Nomor soal: 1a
Responden sudah dapat mengubah kalimat kedalam bentuk gambar untuk masing-masing peristwa mengapung, melayang dan tenggelam
(67)
44 Mengklasifikasikan
Indikator:
Responden dapat menggambar gaya-gaya yang bekerja pada benda dengan arah dan posisi yang benar serta sesuai dengan peristiwa yang dialaminya yaitu mengapung, tenggelam, dan melayang
Nomor soal: 1a
pada ketiga benda saat mengalami peristiwa mengapung, tenggelam, dan melayang!
Gambar 4.3 kunci jawaban perstiwa tenggelam
- Peristiwa tenggelam
Gambar 4.6 Perisiwa tenggelam oleh
responden A
Responden sudah mampu menggambar gaya-gaya dalam bentuk setimbang namun pada peristiwa mengapung dan melayang responden keliru menuliskan gaya normal (N) seharusnya gaya yang bekerja adalah gaya apung (Fa). Sedangkan pada peristiwa tenggelam, responden kurang menuliskan gaya apung (Fa).
Menjelaskan Indikator:
Responden dapat menjelaskan bahwa jika peristiwa yang terjadi adalah mengapung maka memenuhi syarat peristiwa benda
mengapung, begitu juga jika peristiwa
tenggelam dan melayang.
Nomor soal: 1b
b. Jelaskan mengapa ketiga benda tersebut masing-masing mengalami peristiwa mengapung, tenggelam, dan melayang, terkait dengan massa jenis benda dan massa jenis zat cair!
b. Peristiwa mengapung, tenggelam dan melayang
- Balok kayu mengalami peristiwa mengapung dalam ember berisi zat cair, sehingga
Karena pada peristiwa mengapung volume benda tercelup sebagian kedalam fluida maka volume benda yang tercelup ( ) lebih kecil dibandingkan volume benda seluruhnya ( )
Oleh sebab itu,
-Peristiwa mengapung Karena
Responden sudah benar dalam menuliskan syarat masing-masing peristiwa mengapung, melayang, dan tenggelam terkait massa jenis benda dan massa jenis fluida. Namun, dalam peristiwa ini responden langsung
menuliskan kesimpulan tanpa menjelaskan
(68)
45
Pada peristiwa mengapung terjadi karena massa jenis fluida ( ) lebih besar dari pada massa jenis benda ( )
- Balok es mengalami peristiwa melayang dalam ember berisi zat cair, sehingga,
Karena pada peristiwa melayang, volume benda tercelup seluruhnya kedalam fluida maka volume benda yang tercelup ( ) sama dengan volume benda seluruhnya ( )
Sehingga
Pada peristiwa melayang terjadi karena massa jenis fluida ( ) sama dengan massa jenis benda ( ) - Balok aluminium mengalami
peristiwa tenggelam dalam ember berisi zat cair, sehingga
Karena pada peristiwa tenggelam, volume benda tercelup seluruhnya kedalam fluida maka volume benda yang tercelup ( ) sama dengan volume benda seluruhnya ( )
-Peristiwa melayang Karena
- Peristiwa tenggelam Karena
(69)
46
Sehingga
Pada peristiwa tenggelam terjadi karena massa jenis fluida ( ) lebih kecil dari pada massa jenis benda ( ). Mengaplik asikan Mengeksekusi Indikator: Responden menggunakan konsep variabel yang mempengaruhi gaya apung (volume benda yang tercelup dan massa jenis fluida) dalam menentukan besar gaya apung
Nomor soal: 2
2. Seorang siswa melakukan eksperimen menggunakan batu-bata bervolume 2 L. Perrtama, batu-bata dimasukkan kedalam
minyak zaitun (ρ=0,92
kg/L) kemudian batu-bata dimasukkan kedalam air
(ρ=1,00 kg/L). Batu-bata tersebut tenggelam ketika didalam minyak zaitun maupun didalam air. Apakah gaya apung didalam minyak zaitun lebih besar dibandingkan gaya apung didalam air? Atau sebaliknya? Ataukah gaya apung didalam minyak zaitun sama besar dengan didalam air? Jelaskan!
2. Gaya apung yang dialami oleh batu-bata bervolume 2 L lebih besar ketika tenggelam didalam air dibandingkan ketika tenggelam didalam minyak zaitun karena massa jenis air lebih besar dibandingkan massa jenis minyak zaitun. Gaya apung
dipengaruhi oleh massa jenis fluida. Jika massa jenis fluida semakin besar maka gaya apung juga semakin besar pada volume benda yang tercelup sama besar.
2. Diketahui: V = 2 L
Minyak zaitun
= 0,92. 2. 10 = 18,4 N Air
= 1. 2. 10 = 20 N
Fa di dalam air Fa di dalam minyak zaitun karena sesuai konsep rumus
Responden sudah mampu menilai bahwa gaya apung di dalam air lebih besar
dibandingkan gaya apung di dalam minyak zaitun, namun responden menjawab
berdasarkan penerapan rumus, tidak berdasarkan konsep bahwa massa jenis fluida mempengaruhi besar gaya apung.
(70)
47 Menganali sis Membedakan Indikator: Responden dapat memilih apakah massa benda mempengaruhi besar gaya apung atau tidak
Nomor soal: 3
3. Seorang siswa
memasukkan batu-bata 4 kg dan alumunium 4,5 kg kedalam suatu ember berisi zat cair. Kedua benda memiliki volume sama dan sama-sama mengalami peristiwa tenggelam. Ia
menyimpulkan bahwa aluminium mengalami gaya apung yang lebih besar dibandingkan batu-bata karena memiliki massa yang lebih besar. Apakah kesimpulan yang diberikan siswa tersebut benar atau salah? Jika salah maka berikan kesimpulan yang benar!
3. Kesimpulan yang diberikan siswa tersebut salah karena massa benda tidak mempengaruhi besar gaya apung. Gaya apung dipengaruhi oleh massa jenis benda (dalam hal ini kedua benda dimasukkan kedalam zat cair yang sama) dan oleh volume benda yang tercelup (dalam hal ini volume kedua benda sama dan sama-sama mengalami peristiwa tenggelam) sehingga kesimpulan yang benar adalah gaya apung yang dialami oleh batu-bata sama besar dengan gaya apung yang dialami aluminium meskipun massa aluminium lebih besar dibandingkan massa batu-bata.
3. Diketahui :
sama-sama tenggelam Kesimpulan
Iya benar dikarenakan volume kedua benda tersebut kemudian gravitasi kedua benda tersebut maka tinggal sebagai penentu gaya apung diantara kedua benda tersebut adalah massa.
Responden memilih bahwa massa benda mempengaruhi besar gaya apung. Padahal massa benda tidak
mempengaruhi besar gaya apung. Karena massa jenis benda tidak berpengaruh terhadap gaya apung, yang mempengaruhi besar gaya apung adalah massa jenis fluida. Mengevalu asi Memeriksa Indikator: Responden dapat memeriksa bahwa kesimpulan siswa tersebut salah dan dapat memberikan alasan mengapa kesimpulan tersebut salah
Nomor soal: 3
Responden sudah mampu dalam menilai kesimpulan siswa pada soal nomor 3, namun responden tidak mampu memutuskan bahwa kesimpulan siswa tersebut salah dan tidak mampu memberikan alasan yang tepat.
Mengkritik Indikator:
Responden dapat memberikan
kesimpulan serta alasan yang benar
Nomor soal: 3
Responden menganggap kesimpulan siswa pada soal nomor 3 tersebut benar, sehingga responden tidak membuat kesimpulan serta alasan yang benar.
(71)
Responden A sudah dapat mengubah kalimat kedalam bentuk
gambar untuk masing-masing peristiwa mengapung, melayang dan
tenggelam.
Dalam menggambar gaya-gaya yang bekerja pada
masing-masing peristiwa, responden A sudah dapat menggambar gaya-gaya
dalam bentuk setimbang namun pemahaman responden masih belum
tepat karena responden tidak menggambar gaya apung dengan simbol
Fa dan gaya berat dengan simbol W pada benda yang tercelup kedalam
fluida (peristiwa mengapung, melayang, dan tenggelam), tetapi
responden menggambar gaya normal dengan simbol N dan gaya berat
dengan simbol W pada ketiga peristiwa tersebut. Pada peristiwa
tenggelam, karena benda menyentuh dasar wadah fluida maka
responden benar dalam menggambar gaya normal (N) dan gaya berat
(W) namun responden kurang menggambar gaya apung (Fa). Pada
peristiwa tenggelam, responden A sudah benar dalam menggambar
posisi dan arah gaya normal (N) dan gaya berat (W). Responden A
sudah dapat mengubah kalimat kedalam bentuk gambar untuk
masing-masing peristiwa mengapung, melayang dan tenggelam. Dalam
menggambar gaya-gaya yang bekerja pada masing-masing peristiwa,
responden A sudah dapat menggambar gaya-gaya dalam bentuk
setimbang namun pemahaman responden masih belum tepat karena
responden tidak menggambar gaya apung dengan simbol Fa dan gaya
(72)
(peristiwa mengapung, melayang, dan tenggelam), tetapi responden
menggambar gaya normal dengan simbol N dan gaya berat dengan
simbol W pada ketiga peristiwa tersebut. Pada peristiwa tenggelam,
karena benda menyentuh dasar wadah fluida maka responden benar
dalam menggambar gaya normal (N) dan gaya berat (W) namun
responden kurang menggambar gaya apung (Fa). Pada peristiwa
tenggelam, responden A sudah benar dalam menggambar posisi dan
arah gaya normal (N) dan gaya berat (W).
Dalam menjelaskan tentang peristiwa mengapung, melayang,
dan tenggelam, responden A sudah benar dalam menuliskan syarat
masing-masing peristiwa mengapung, melayang, dan tenggelam terkait
massa jenis benda dan massa jenis fluida. Namun, dalam hal ini
responden langsung menuliskan kesimpulan masing-masing peristiwa
tanpa menjelaskan langkah-langkahnya.
Responden sudah mampu menilai bahwa gaya apung di dalam
air lebih besar dibandingkan gaya apung di dalam minyak zaitun,
namun responden menjawab berdasarkan penerapan rumus, tidak
berdasarkan konsep bahwa massa jenis fluida mempengaruhi besar
(73)
Responden A menganggap bahwa massa benda mempengaruhi
massa jenis benda dan massa jenis benda mempengaruhi besar gaya
apung. Padahal gaya apung tidak dipengaruhi oleh massa jenis benda,
melainkan dipengaruhi oleh massa jenis fluida. Sehingga responden A
menganggap kesimpulan siswa pada soal nomor 3 tersebut benar, oleh
sebab itu responden A tidak membuat kesimpulan serta alasan yang
(1)
(2)
(3)
(4)
Lampiran 11-Lembar Jawaban Posttest Kelompok 2 Responden E (Anggota kelompok 2)
(5)
(6)
Lampiran 12-Dokumentasi Penelitian Pretest Kelompok 1
Proses Belajar Kelompok 1
Posttest Kelompok 1
Pretest Kelompok 2
Proses Belajar Kelompok 2