IMPLEMENTASI METODE AMM76;Q21;L QUR’Q21;NQ53; DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM :Studi Deskriptif Implementasi Metode AmM77;Q13;l Qur’Q13;nī Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMP Negeri 40 Bandung.

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah telah menangani bidang pendidikan, sebab dengan pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Reformasi pendidikan merupakan respons terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak asasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan. Adapun tujuan pendidikan nasional menurut UU SPN RI Bab II Pasal 3 No. 20 tahun 2003, sebagai berikut:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban, bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta tanggung jawab.


(2)

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlakukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Itulah tujuan pendidikan agama Islam yang dicantumkan dalam pasal Undang-undang RI No. 20 tentang SISDIKNAS.

Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang merubah karakter seseorang menjadi lebih baik lagi, karena di dalam ajaran Islam berisi tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama serta lebih banyak menekankan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan sendiri maupun orang lain. (Daradjat, 1996: 28)

Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu bagian dalam mencapai tujuan pendidikan yang menjadikan manusia untuk beriman dan bertakwa kepada Allah SWT atau menjadi insᾱn kᾱmil. Pendidikan merupakan tombak

utama dalam menyampaikan ajaran-ajaran yang tertuang dalam Al-Qur`ān dan Al-Hadīṡ sebagai sumber utama ajaran Agama Islam. Adanya pendidikan ini maka ajaran-ajaran agama dapat diwariskan kepada generasi berikutnya dan benar-benar terinternalisasi dalam diri generasi mendatang. (Rohaya, 2009: 2).

Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah atau di Madrᾱsah, dalam

pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai permasalahan yang kurang menyenangkan. Seperti halnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam


(3)

di Sekolah saat ini masih sebatas proses penyampaian pengetahuan tentang Agama Islam. Hanya sedikit yang arahnya pada proses internalisasi nilai-nilai Islam pada diri siswa. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru masih dominan dengan metode-metode konvensional. Seperti dijelaskan dalam buku Psikologi Pendidikan dengan Pendidikan Baru, di sana dijelaskan mengenai kekurangan dalam metode konvensional seperti ceramah, diskusi, dan demonstrasi (Syah, 2008 : 202).

Sedangkan proses internalisasi tidak secara otomatis terjadi ketika nilai-nilai tertentu sudah dipahami oleh siswa. Artinya, metode ceramah yang digunakan guru ketika mengajar PAI, berpeluang besar gagalnya dalam proses internalisasi nilai-nilai Agama Islam pada diri siswa, hal ini disebabkan siswa kurang termotivasi untuk belajar materi PAI. Dalam upaya untuk merealisasikan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, guru dituntut untuk menguasai pengetahuan yang memadai dan metode-metode mengajar yang baik agar ia mampu menciptakan suasana pengajaran sebagai variasi sehingga tujuan pendidikan Agama Islam dapat tercapai dengan lebih mudah. Memang pada dasarnya untuk memilih metode atau teknik yang digunakan itu memerlukan keahlian tersendiri, akan tetapi seorang pendidik harus pandai memilih metode yang akan dipergunakan, dan metode tersebut harus dapat memotivasi serta memberikan kepuasan bagi anak didiknya. (Hamdani, 2003: 1).

Metodologi pendidikan Islam merupakan jalan untuk memudahkan pendidikan dalam membentuk pribadi muslim yang berkepribadian Islam dan


(4)

sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh Al-Qur`ān dan

Al-Hadīṡ. Oleh karena itu penggunaan metode dalam pendidikan tidak harus terfokus pada satu bentuk metode, tetapi dapat memilih di antara metode-metode yang ada sesuai dengan situasi dan kondisi, sehingga dapat memudahkan pendidik dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Metode pendidikan Islam dalam penerapannya banyak menyangkut masalah individual atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri, sehingga dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan Islam. Sebab metode pendidikan itu hanyalah merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar metode pendidikan tersebut. Dalam hal ini tidak lepas dari dasar agama.

Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia maka pengembangan iman dan takwa sangat penting untuk ditanamkan, karena menjadi fondasi bagi kehidupan manusia dan membangun generasi muda bangsa. Salah satu di antaranya yakni mengkaji Al-Qur`ān dengan berbagai metode. Kurangnya pemahaman dalam mempelajari Al-Qur`ān maka hal ini mungkin disebabkan metode pembelajaran Qur’ᾱnī yang kurang menarik. Oleh karena itu, perlu adanya motivasi yang dapat membawa anak mau memahami metode pendidikan dalam Al-Qur`ān.

Dalam memahami metode pendidikan Al-Qur`ān ini diperlukan pemahaman tentang metode pendidikan Al-Qur`ān yang telah dipaparkan oleh Al-Nahlawi yakni: Metode Amśāl, Metode kisah Qur’ānī, Metode Ibroh


(5)

Mau’īẕoh, Metode Targhīb-tarhīb, Metode Tajribī, Metode Uswah Ḫᾱsanah,

dan Metode Ḫiwᾱr Qur’ānī. Dari sekian banyak metode yang ditawarkan peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang metode Amśāl.







































“Kalau sekiranya kami turunkan Al-Qur`ān Ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.” (Al-Ḥasyr [59]: 21)* Metode Amśāl yaitu sifat sesuatu itu yang menjelaskannya dan menyingkap hakikatnya, atau apa yang dimaksudnya untuk dijelaskannya, baik

na’atnya maupun ahwalnya. (Abdurrahman An-Nahlawi : 1995:252)

Metode Amśāl merupakan suatu metode yang bisa memberikan dampak edukatif perumpamaan Qur’ānī seperti halnya memudahkan pemahaman mengenai suatu konsep, mempengaruhi emosi yang sejalan dengan konsep yang diumpamakan dan untuk mengembangkan aneka perasaan ketuhanan, dan juga bisa membina akal untuk terbiasa berpikir secara valid dan analogis. (An Nahlawi, 2004: 254)

Metode Pendidikan Islami sangatlah penting untuk mengkaji Al-Qur’ān, sebab Al-Qur’ān dan Al-Hadiś merupakan sumber berbagai ilmu pengetahuan

* Seluruh teks dan terjemah Al-Qurᾱn dalam skripsi ini dikutip dari Ms. Word Menu Add-Ins Al-Qur ᾱn, disesuaikan dengan Al-Jumᾱnaħal-Alī, Al-Qur ᾱn dan Terjemahannya. Penerjemah Departemen Agama RI, Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur ᾱn, Penerbit: CV Jumᾱnaħ


(6)

yang tak akan pernah kering walaupun digali terus menerus, termasuk dalam bidang pendidikan. Pada bagian ini kita akan dipusatkan pada “Amśāl

Qur’ānī” untuk dideskripsikan dan dianalisis sehingga dapat diterapkan dalam lapangan pendidikan. (Syahidin, 2009: 77)

Kajian Metode Amśāl belum banyak dilakukan, maka diambil satu permasalahan pemberantasan kebodohan dalam memahami metode Pendidikan

Qur’ānī. Peneliti akan mengamati penggunaan metode Amśāl dalam memahami metode pendidikan Qur’ānī. Pembuktian apakah metode tersebut benar-benar efektif dan efisien dalam mempengaruhi kemampuan perkembangan peserta didik dalam memahami metode AmśālQur’ānī.

Berdasarkan sebab-sebab dan beberapa permasalahan di atas, maka yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah: “Implementasi Metode

Amśāl Qur’ānī dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri

40 Bandung.”

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka penulis merumuskan masalah terhadap “Implementasi Metode Amśāl Qur’ᾱnī dalam Pembelajaran PAI di SMP Negeri 40 Bandung.“

Maka dilihat dari problematika di atas, untuk memudahkan penelitian yang akan dilakukan, peneliti membuat pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:


(7)

1. bagaimana perencanaan pembelajaran berdasarkan metode Amśāl Qur’ᾱnī

pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di kelas VII SMPN 40 Bandung?

2. bagaimana prosedur pembelajaran berdasarkan metode Amśāl Qur’ᾱnī pada mata pelajaran PAI di kelas VII SMPN 40 Bandung?

3. bagaimana proses evaluasi dalam metode Amśāl Qur’ᾱnī pada mata pelajaran PAI di kelas VII SMPN 40 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara objektif tentang Implementasi Metode AmśālQur’ᾱnī Dalam Pembelajaran PAI di kelas VII SMP Negeri 40 Bandung.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:

1. memperoleh gambaran mengenai perencanaan metode AmśālQur’ᾱnī Pada

mata pelajaran PAI di kelas VII SMPN 40 Bandung;

2. memperoleh gambaran mengenai prosedur metode Amśāl Qur’ᾱnī Pada mata pelajaran PAI di kelas VII SMPN 40 Bandung;

3. memperoleh gambaran mengenai proses evaluasi dalam metode Amśāl

Qur’ᾱnī pada mata pelajaran PAI di kelas VII SMPN 40 Bandung.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kegunaan bagi pihak tertentu yang terkait dengan penelitian.


(8)

1. Secara teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat bagi peningkatan mutu pembelajaran metode Amśāl Qur’ᾱnī dan menambah khazanah teori pendidikan pembelajaran Al-Qur’ān tentang materi keimanan kepada peserta didik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Secara Praktis

a. Bagi Peneliti, supaya lebih mampu mengimplementasikan metode

Amśāl terhadap pelajaran PAI.

b. Bagi Guru, hasil penelitian ini berguna agar dijadikan salah satu rujukan pada materi keimanan melalui metode AmśālQur’ānī.

c. Bagi siswa, proses penelitian ini bisa dijadikan sebagai pemahaman dalam materi keimanan melalui metode AmśālQur’ānī.

d. Bagi orang tua, agar mampu menanamkan pendidikan keimanan tidak hanya sekadar pemahaman materi saja akan tetapi harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan salah satu menggunakan Metode

AmśālQur’ānī.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menyeluruh sehingga pembaca dapat memahami tentang isi skripsi ini, peneliti menyajikan struktur organisasi skripsi dengan penjelasan secara garis besar. Skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing saling berkait.

Bab I Pendahuluan, merupakan bab pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah dan batasan masalah, tujuan penelitian,


(9)

manfaat hasil penelitian dan struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, berisi teori-teori yang berkaitan dengan implementasi atau penerapan Metode Amśāl Qur’ānī terhadap mata pelajaran PAI. Mengenai konsep metode Amśāl yang terdiri dari: landasan filosofi, pengertian, pendidikan metode Amśāl, model-model Amśāl dalam Al-Qur’ānī, aplikasi metode Amśāl Qur’ᾱni di sekolah. Dalam Konsep Pendidikan Agama

Islam terdiri dari: Pengertian PAI, Tujuan PAI, Metode-Metode PAI. Dan dalam konsep pembelajaran terdiri dari: pengertian pembelajaran, ciri-ciri pembelajaran, tujuan pembelajaran, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran, perencanaan, tujuan perencanaan pembelajaran, langkah-langkah penyusunan RPP.

Bab III Metode Penelitian, pembahasan lebih mengarah pada metode penelitian, pendekatan penelitian, definisi operasional, lokasi dan subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, desain penelitian, analisis dan pengolahan data.

Bab VI Pada bab ini dijelaskan tentang hasil penelitian serta analisis mengenai gambaran umum implementasi metode Amśāl terhadap mata pelajaran PAI di SMPN 40 Bandung, dalam perencanaan implementasi metode

Amśāl, proses implementasi metode Amśāl, dan hasil dari implementasi metode

Amśāl.

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi, bab terakhir ini membahas tentang kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan saran-saran yang diberikan.


(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan suatu penelitian, untuk mendapatkan informasi yang dapat menjawab pertanyaan penelitian, sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang menjadi objek penelitian. Metode penelitian merupakan metode ilmiah yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan tujuan tertentu, diantaranya untuk menguji kebenaran suatu penelitian. Oleh karena itu, bagi seorang peneliti, pemilihan metode pendekatan dan prosedur penelitian yang tepat yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti merupakan faktor yang sangat penting.

Langkah-langkah yang diambil oleh penulis, adalah sebagai berikut: A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan Secara umum metode penelitian membahas bagaimana penelitian dilakukan. Metode penelitian merupakan metode ilmiah yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan tujuan tertentu, diantaranya untuk menguji kebenaran suatu penelitian. Dengan demikian dalam sebuah penelitian perlu ditentukan metode yang akan digunakan, sebab keberhasilan suatu penelitian tergantung kepada metode apa yang digunakan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk menggambarkan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang terjadi pada masa sekarang, sejalan dengan hal ini Surakhmad (1998:140)

mengatakan bahwa: “penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah


(11)

Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan atau pengubahan pada variable-variabel bebas, tetapi menggambarkan kondisi apa adanya (Sukmadinata, 2007:54).

Selanjutnya Fathoni, (2006: 97) menyatakan bahwa “penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala-gejala tertentu”.

Adapun Moleong (2010: 10) mengatakan

“Metode deskriptif akan menghasilkan laporan penelitian yang berisi kutipan-kutipan data (berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka) untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.”

Menurut Arif Furchan (2004: 447)

“Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala saat penelitian dilakukan. Penelitian ini diarahkan untuk menetapkan sifat suatu situasi pada waktu penyidikan itu dilakukan.” Metode ini dipilih karena peneliti bermaksud untuk mendapatkan gambaran secara sistematis, faktual, akurat mengenai implementasi metode amtsal Qur’ani Pada Mata Pelajaran PAI siswa kelas VII di SMPN 40 Bandung, kemudian dilakukan analisis dan interpretasi dalam bentuk kesimpulan dan rekomendasi. Oleh karena itu, penelitian ini tergolong pada penelitian deskriptif.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.


(12)

Menurut Sugiyono (2011 : 8) mengatakan bahwa :

Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.

Menambahkan menurut Sukmadinata (2007: 60) bahwa :

“Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisi fenomena, peristiwa aktivitas social, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.”

Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan. Sugiyono (2011 : 13 – 14) menyatakan bahwa karakteristik penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :

a. Dilakukan pada kondisi yang alamiah

b. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankanpada angka

c. Penelitian kualitatif lebh menekankan pada proses daripada produk atau outcome.

d. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif

e. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan sebagai upaya penjelasan tentang variabel-variabel penelitian, sesuai dengan konsep dan konteks dari setting


(13)

penelitian yang merujuk pada judul penelitian ini. Sehingga konsep tersebut dapat diamati dan dapat diukur.

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kekeliruan dalam memahami konsep dan konteks permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti akan menjelaskan beberapa istilah yang terdapat pada judul penelitian, yaitu:

1. Implementasi

Implementasi dalam kamus Bahasa Indonesia (1997) diartikan dengan penerapan atau pelaksanaan, penerapan merupakan kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari ke dalam situasi kongkret atau nyata. Kata implementasi bermuara pada aktifitas adanya aksi, tindakan atau mekanisme suatu sistem yang dilaksanakan dengan terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh. Dalam hal ini peneliti memfokuskan pada mekanisme penerapan pembelajaran mulai dari perencanaan, prosedur pelaksanaan, dan proses evaluasi dengan identifikasi berbagai hambatan yang ada dalam pelaksanaannya.

2. Metode Amṡāl Qur’ᾱnī

Amṡāl adalah bentuk jamak dari “maṡalā” sama dengan

“syabanā”, baik lafaẓ maupun maknanya. Jadi arti lughawi Amṡāl adalah

membuat permisalan, perumpamaan dan bandingan.

Maka Amṡāl dapat disederhanakan pengertiannya, yaitu mengumpamakan sesuatu yang abstrak dengan yang lain yang lebih konkrit untuk mencapai tujuan dan atau manfaat dari perumpamaan tersebut. (Syahidin, 2009 : 79)


(14)

3. Pendidikan Agama Islam

Menurut Zakiyah Daradjat (1987 : 87) Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

4. Pembelajaran

Sagala (2009: 61) mengemukakan bahwa:

Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama

keberhasilan pendidikan, pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.

Konsep pembelajaran menurut Corey (1986: 195) yang dikutip oleh Sagala (2009: 61) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkahlaku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.

D. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini yaitu SMP N 40 merupakan sekolah Negeri yang berada di bawah pengelolaan Negara, sekolah tersebut beralamat di Jl. Wastukancana No 75 A Bandung.

Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah : 1. KS atau WKS Kurikulum


(15)

3. Siswa – siswi kelas VII E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga

harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian

yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti semdiri, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan (Sugiyono, 2011: 222).

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara atau langkah yang ditempuh dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab masalah penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan beberapa cara, yaitu:

1. Observasi

Observasi digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi, baik mengenai aspek-aspek material maupun tingkah laku manusia. Observasi memungkinkan peneliti untuk mendapatkan kesempatan dalam mengumpulkan data dan informasi, yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk memperoleh data yang lebih banyak, lebih terperinci, tepat, dan mendalam.


(16)

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesoner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam lain. Dalam teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, peneliti berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. (Sugiyono, 2011 : 145)

Fathoni (2006 : 104) observasi adalah teknik pengumpulan ddata yang dilakukan memalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran. Orang yang melakukan observasi disebut pengobservasi (observee).

Fathoni menyatakan (2006 : 105) menyatakan bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan observasi:

a). Diarahkan pada tujuan tertentu, bukan bersifat spekulatif, melainkan sistematis dan terencana.

b).Dilakukan pencatatan sesegera mungkin, jangan ditangguhkan mengandalkan kekuatan daya ingat.

c). Diusahakan sedapat mungkin, pencatatan secara kuantitatif d). Hasilnya harus dapat dperiksa kembali untuk diuji kebenaranya. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, menurut Sugiyono (2011: 145) observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant observation, adalah sebagai berikut:


(17)

a. Observasi berperan serta (participant observation)

Dalam observasi ini, peneliti terlhat dengan kegiatan sehari – hari orang yang sedang di amati atau yang sedang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peniliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang yang diperoleh akan lebih lengkap, taam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang Nampak.

b. Onservasi Nonpartisipan

Kalau observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka dalam observasi nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.

Peneliti mengobservasi langsung terhadap kegiatan pembelajaran di kelas dengan penerapan metode Amṡā pada mata pelajaran PAI yang diberikan kepada siswa di SMPN 40 Bandung, namun tidak ikut serta mengikuti kegiatan yang sedang berlangsung sehingga dalam hal ini termasuk kedalam observasi nonpartisipan. Teknik ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui peningkatan Īmān dan takwa siswa dalam pembelajaran PAI dengan menggunakan metode Amṡā.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden


(18)

yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. (Sugiyono, 2011: 137)

Menambahkan Fathoni (2006: 105) wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses Tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan dari pihak yang mewancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara.

Menurut Fathoni (2006 : 105) bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara:

a. Menjalani hubungan baik dengan yang akan diwawancarai serta menjelaskan maksud dari wawancara yang akan dilakukan dengan harapan dapat mengungkapkan sebanyak mungkin data yang ingin digali.

b. Menyampaikan pernyataan yang tercantum dalam kuesoner yang disusun secara sistematikan (Wibser 1978)

c. Mencatat semua jawaban lisan yang diberikan oleh responden / informan secara teliti, efisien dan efektif dengan memperhatikan maksud yang tersirat dalam jawaban itu.

Menurut Fathoni (2006: 108) ditinjau dari segi sistem kegiatan yang dilaksanakan, wawancara dibedakan dalam tiga macam, yaitu:

a. Wawancara berstandar ialah wawancara yang direncanakan berdasarkan pedoman atau daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan lebih dahulu. b. Wawancara tidak berstandar ialah wawancara yang tidak direncanakan


(19)

dahulu. Wawancara macam ini dibedakan kedalam dua golongan, yaitu: 1) Wawancara berstruktur ialah wawancara tidak berstandar yang mengajukan pola dan aturan tertentu dalam mengajukan pertanyaan. 2) Wawancara tidak bestruktur ialah wawancara tidak berstandar yang tidak menggunakan pola aturan tertentu dalam mengajukan pertanyaan. Dalam pelaksanaannya wawancara macam ini juga dibedakan kedalam dua golongan, yaitu:

a) Wawancara fokus ialah wawancara tidak berstruktur yang pola pertanyaannya terpusat pada pokok masalah tertentu.

b) Wawancara bebas ialah wawancara tidak berstruktur yang tidak berpusat pada masalah pokok tertentu, tetapi beralih-alih dari satu pokok masalah ke pokok masalah yang lain.

c. Wawancara sambil lalu ialah wawancara yang objek sasaran tidak diseleksi lebih dahulu melalu metode sampling tertentu, tetapi dipilih secara aksidental. Sistem kegiatan wawancara dapat dilakukan secara berstandar atau tidak berstandar baik yang berstruktur maupun tidak berstruktur yang berfokus atau bebas.

Untuk mengungkap data dan informasi mengenai implementasi metode

Amṡā pada Mata Pelajaran PAI, peneliti menggunakan teknik wawancara karena dalam penelitiannya menggunakan pendekatan kualitatif sehingga membutuhkan gambaran deskriptif dan eksploratif mengenai implementasi atau penerapan metode Amṡā dalam meningkatkan iman dan takwa siswa tersebut.


(20)

Awal penelitian menggunakan wawancara tidak berstruktur. Setelah memperoleh sejumlah keterangan, kemudian mengadakan wawancara lebih berstruktur yang disusun berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh responden.

Adapun pedoman wawancara yang dipergunakan dalam penelitian ini yang disusun berdasarkan data kasar yang didapat saat wawancara awal yang tidak berstruktur.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi ialah teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribai responden. (Fathoni, 2006: 112)

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain- lain. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. (Sugiyono, 2011: 240)

Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mempelajari dan mendalami berbagai dokumen yang berkaitan dengan penelitian pembelajaran metode amtsal untuk memperoleh data atau informasi untuk melengkapi data yang diperlukan.


(21)

G. Desain Penelitian

Adapun desain penelitian yang digunakan yaitu tahap-tahap penelitian kualitatif menurut Bogdan yang dikutip oleh Suwandi (2008:24) yaitu tahap pra lapangan, tahap kegiatan lapangan, dan tahap analisis data.

1. Pra lapangan

Pada tahapan ini terdapat beberapa kegiatan yang dimulai dengan menemukan masalah yang akan diteliti, kemudian menyusun rancangan penelitian dengan membuat proposal skripsi. Setelah proposal disetujui, peneliti mengurus perizinan kepada pihak-pihak yang berwenang memberikan izin bagi pelaksanaan penelitian diantaranya yaitu mengajukan surat perizinan kepada pihak universitas untuk diserahkan kepada pihak sekolah. Kemudian peneliti menjajaki dan menilai keadaan lapangan sebagai pra penelitian yang ditujukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai masalah yang akan diteliti.

2. Kegiatan lapangan

Pada tahap ini peneliti sudah mendapat gambaran dan fokus permasalahan lebih jelas, sehingga dapat menggali data secara spesifik. Data yang telah diperoleh dari hasil observasi, wawancara serta studi dokumentasi kemudian dikumpulkan sesuai dengan fokus permasalahan penelitian dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Pengumpulan data-data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Jika dalam tahap pra lapangan wawancara masih bersifat umum dan terbuka, maka pada tahap


(22)

ini wawancara dilakukan lebih berstruktur untuk memperoleh informasi lebih mendalam.

3. Tahap Member Check

Tahap ini merupakan tahap pengecekan ulang dari data-data dan informasi yang diperoleh dari responden. Kegiatan ini dilakukan guna menguji kebenaran dan kesesuaian informasi yang telah dituangkan dalam bentuk laporan yang bersifat naratif. Pengecekan ini dilakukan dengan cara data-data yang sudah diperoleh melalui wawancara, observasi serta studi dokumentasi disusun kembali untuk selanjutnya dilaporkan dan diperiksa oleh pihak-pihak yang menjadi sumber data tersebut, apabila dirasakan ada kekurangan atau kesalahan terhadap data yang diperoleh, maka akan dilakukan koreksi atau penambahan bila dianggap perlu.

1. Validitas dan Reliabilitas Hasil Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Namun perlu diketahui dalam

penelitian kualitatif, ”kebenaran realitas data itu bersifat jamak dan tergantung

pada kemampuan peneliti mengkonstruksi fenomena yang diamati, serta dibentuk dalam diri seseorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan

berbagai latar belakangnya”(Sugiyono, 2010:365). Lebih lanjut lagi penjelasan

dalam penelitian sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.

Reliabilitas penelitian ini akan sangat bergantung kepada kemungkinan adanya pihak-pihak lain yang melakukan penelitian yang sama dengan hasil


(23)

yang sama pula. Untuk menjaga konsistensi dan kebenaran dari hasil penelitian, peneliti melakukan langkah-langkah untuk menjaga konsistensi dan kebenaran hasil penelitian yang dilakukan oleh manusia. Dalam menjaga kredibilitas hasil penelitian, peneliti melakukan audit trail, artinya dapat dikonfirmasikan dengan jejak yang dapat diukur dengan melakukan pemeriksaan guna meyakinkan hal-hal yang dilaporkan sesuai dengan kenyataannya (Romli, 2011:111).

2. Analisis dan pengolahan data

Pada prinsipnya analisis dan pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara terus menerus dari awal sampai akhir penulisan laporan penelitian. Dengan kata lain analisis data dilakukan selama pengumpulan data di lapangan dan setelah data terkumpul. Data-data dan informasi yang telah terkumpul, selanjutnya dilakukan pengorganisasian dan analisis satu persatu sesuai dengan fokus permasalahan penelitian yang dirumuskan dalam penelitian.

Menurut Miles and Huberman yang dikutip oleh Sugiyono (2010: 337) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data yaitu:

a. Reduksi Data

Mereduksi data berarti peneliti merangkum, mengambil data yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian dicari tema dan polanya. Data yang telah terkumpul dan diperoleh dari lapangan kemudian dirangkum


(24)

dan disusun secara sistematis dalam bentuk uraian atau laporan agar mudah dipahami. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

b. Display Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menampilkan atau mendisplaykan data. Untuk mempermudah dalam membaca data yang diperoleh dan melihat gambaran penelitian secara keseluruhan, maka data yang telah direduksi tersebut kemudian disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan deskripsi yang menyeluruh pada setiap aspek yang diteliti. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja penelitian berdasarkan data yang telah diperoleh.

c. Kesimpulan dan Verifikasi

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti atau data yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oelh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.


(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, implementasi metode Amṡāl Qur’ānī pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 40 Bandung memang dapat mengasah siswa untuk memiliki kemampuan dalam memahami konsep yang abstrak dan berlatih untuk beranalogi. Hal ini terlihat selama peneliti melakukan observasi dan wawancara. Pembelajaran PAI dengan menggunakan metode Amṡāl Qur’ānī juga merangsang motivasi siswa untuk berusaha meningkatkan iman dan ‘amāl şᾱleḥ sebab fungsi iman begitu penting (urgent), serta dapat menggambarkan keimanan yang abtrak menjadi yang konkrit, menggambarkan fungsi dan urgensi iman dalam kehidupan sehari-hari

dan Amṡāl Qur’ānī bagus untuk diterapkan dalam pembelajaran PAI.

Lebih khusus lagi kesimpulan yang dapat dikemukakan yaitu:

1. Pendeskripsian perencanaan pembelajaran berdasarkan metode Amṡāl

Qur’ānī pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN

40 Bandung.

Perencanaan yang dilakukan dalam pembelajaran ini dimulai dengan mengintegrasikan kurikulum nasional ke dalam kurikulum sekolah. Setelah silabus ditetapkan maka RPP disusun dengan cara menentukan tujuan pembelajaran, menentukan materi pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran, menentukan media dan sumber belajar, menentukan indikator


(26)

pembelajaran, menyusun rencana evaluasi pembelajaran, menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Adapun RPP yang disusun bertujuan agar seluruh siswa memperoleh pemahaman dan ketercapaian hasil belajar yang setara.

2. Pendeskripsian mengenai prosedur metode Amṡāl Qur’ānī pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 40 Bandung.

a. Prosedur implementasi metode Amṡāl Qur’ānī pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 40 Bandung

Kegiatan ini terdiri atas kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Metode yang dipakai yaitu menggunakan metode permisalan, dengan metode permisalan dapat memunculkan sikap yang positif diantara siswa sehingga saling mendukung untuk mencapai pemahaman akan materi secara bersama-sama dalam pembelajarannya.

Kemampuan dalam memahami konsep yang abstrak dan beranalogi siswa terasah mulai dari pembahasan materi yang telah disampaikan guru kepada siswa, sampai pengevaluasian.

b. Peran guru dalam implementasi metode Amṡāl Qur’ānī pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 40 Bandung

Peran guru dalam Amṡāl Qur’ānī yang dilaksanakan oleh guru PAI di SMPN 20 Bandung, yaitu sebagai fasilitator, tutor, pembimbing, model atau contoh, dan partner selama proses pembelajaran berlangsung. Pengajar memposisikan diri sebagai penyedia, rekan, pemberi bimbingan sekaligus instruktur para siswa sehingga dapat saling membantu dalam


(27)

proses pembelajarannya. Agar tidak canggung guru memposisikan diri menjadi partner mereka, sehingga siswa dapat bertanya sebanyak-banyaknya dan berperan dengan sebaik mungkin.

c. Peran siswa dalam implementasi metode Amṡāl Qur’ānī pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 40 Bandung

Peran siswa yang muncul antara lain siswa sebagai patner yang siap merespon dengan mengkorelasikan antara dialogis dan psikologis dalam menggambarkan kehidupan nyata, siswa menyiapkan diri untuk menerima materi yang akan disampaikan oleh guru serta siswa berperan untuk berkompetisi, bersikap tanggung jawab, belajar mandiri dan menyiapkan diri untuk dapat memahami konsep abstrak yang dapat diindrai dalam penyesuaian materi yang dibahas, menyiapkan diri untuk menerima materi dengan menggunakan metode perupamaan sehingga pikiran siswa akan terlatih untuk beranalogi agar mendapatkan kesimpulan yang benar dan Siswa dituntut untuk merangkum materi yang sedang dibahas agar apa yang telah dipahami tidak lupa kembali.

3. Pendeskripsian mengenai proses evaluasi dalam metode Amṡāl Qur’ānī pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 40 Bandung.

Proses evaluasi dalam implementasi metode Amṡāl Qur’ānī pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 40 Bandung

Proses evaluasi dalam pembelajaran ini berorientasi pada evaluasi proses, guru mencermati aktifitas siswanya mulai dari kegiatan pembuka sampai


(28)

kegiatan penutup dalam setiap pembelajarannya untuk mengetahui ketercapaian aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Evaluasi kelas, guru mempersilahkan siswa untuk membuat pertanyaan mengenai materi yang akan dibahas dan guru sebelum menjawab pertanyaan itu dilemparkan kepada siswa yang lainnya untuk menjawab pertanyaan rekannya tersebut. Hal ini untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menganalisis soal dan jawaban sehingga mendapatkan pemahaman yang sama. Evaluasi hasil, guru melakukan evaluasi dengan menyusun tugas dan pertanyaan untuk mengetahui hasil ketercapaian pemahaman dan kemampuan analisis siswa.

B. REKOMENDASI

1. Departemen Pendidikan Nasional

Untuk meningkatkan output sekolah yang memiliki akhlaq karīmah untuk

terjun ke masyarakat, penulis menyarankan pihak pemegang kebijakan untuk memberikan tambahan jam pelajaran PAI dan mengadakan eskul mengenai Qiro’atul Qur’ān.

2. Kepala Sekolah SMPN 40 Bandung

Tujuan utama dari sekolah adalah menghasilkan para lulusan yang kompeten guna menghadapi masa depannya, untuk itu peneliti sarankan kepada Kepala Sekolah untuk memfasilitasi dengan maksimal para siswanya sehingga dapat tercipta suasana belajar yang kondusif, representatif, dan inovatif. Dalam hal kualitas pengajar seharusnya dapat konsisten memberikan pembekalan-pembekalan, baik berupa tutorial,


(29)

diskusi keagamaan ataupun kegiatan lainnya yang dapat menunjang pelaksanaan pembelajaran yang lebih baik.

3. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini membuktikan bahwa sebuah metode dapat menjadi solusi atas ketiadaan fasilitas. Bagi para peneliti selanjutnya yang berkecimpung dalam dunia sekolah, perlu diadakan kembali penelitian dengan metode yang sama, namun dikaji lebih dalam sehingga dapat mendeskripsikan pembelajaran dengan menggunakan metode Amṡāl Qur’ānī yang lebih sempurna dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari bagi peserta didik.


(30)

DAFTAR PUSTAKA Alex, (2005). Kamus Ilmiah Populer. Surabaya : Alfa.

An Nahlawi, Abdurrahman. (1995). Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan

Masyarakat. Jakarta: Gema Insani.

Arikunto, Suharsimi. (2003). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Fathoni, A. (2006). Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hamdani, A.S. Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran PAI.

Surabaya : NIZAMIA Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam. Surabaya:

Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel.

Hamalik, Oemar. (2003). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem. Bumi Aksara: Jakarta.

Hamalik, Oemar. (2004). Psikologi Belajar dan Mengajar. Sinar Baru Algensindo: Bandung.

Majid, Abdul. (2006). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosda.

Majid, Abdul. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Rosda: Bandung.

Moleong, Lexy J. (2010). Metodelogi penelitian kualitatif. Bandung: Rosda. Purwanto, Ngalim. (2010). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Bandung: Rosda

Rohaya, (2009). Minat Belajar Pendidikan Agama Islam Hubungannya dengan

Ibadah Shalat Wajib. Skripsi pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Sunan Gunung Djati. Bandung: Tidak diterbitkan.

Romli, U. (2011). Model Pendidikan Tauhid pada Keluarga Pengusaha Religius. Bandung: Tidak Diterbitkan (Skripsi Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam UPI Bandung).

Sagala, Syaiful, (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Pustaka Alfabeta

____________, (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Pustaka Alfabeta

Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktek

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:

Kencana

Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.

_________(2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2007). Metode Penelitian Pendidikan . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(31)

Suryosubroto, (2002). Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Rineka Cipta : Jakarta.

Sutikno, M. S. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect.

Suwandi, B. d. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Syah, M. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT.

Remaja Rosda Karya.

Syahidin.2009. Menulusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an. Bandung: Alfabeta.


(32)

RIWAYAT HIDUP

Alinda Aimmatul Khairiyah, dilahirkan tanggal 05

Maret 1989 di desa Juntikebon, Kec. Juntinyuat, Indramayu, Jawa Barat. Putri dari pasangan Bapak H. A.H. Budiono. HS. S.Hi dan Ibu Dra. Eliyati. B ini merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Penulis menempuh pendidikan semenjak umur enam tahun di TK Nusa Indah, dan melanjutkan ke Madrasah Ibtidaiyah (MI) PUI Juntikebon lulus tahun 2002, selanjutnya penulis meneruskan ke Madrasah Tsanaiyah Negeri (MTsN) Ciwaringin Cirebon lulus tahun 2005, penulis sambil melanjutkan sekolah dan tinggal di Pesantren Balai Pendidikan Pondok Putri (Bapenpori) Al-Istiqomah Ciwaringin Cirebon, kemudian penulis melanjutkan Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri Model (MAN Model) Ciwaringin Cirebon lulus tahun 2008, Terakhir peneliti mengikuti Seleksi PMDK yang kemudian diterima di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) jurusan Ilmu pendidikan Agama Islam (IPAI). Selain mengikuti pendidikan formal. Pengalaman organisasi yang pernah peneliti ikuti adalah Rohis 2005/2006, Palang Merah Remaja (PMR) tahun 2006/2007, Ketua Koordinator Keamanan di Bapenpori 2005/2006, Ketua Koordinator Peribadatan di Bapenpori 2006/2007dan aktif di BEM HIMA IPAI sebagai Bendahara PSDO 2009/2010.


(1)

proses pembelajarannya. Agar tidak canggung guru memposisikan diri menjadi partner mereka, sehingga siswa dapat bertanya sebanyak-banyaknya dan berperan dengan sebaik mungkin.

c. Peran siswa dalam implementasi metode Amṡāl Qur’ānī pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 40 Bandung

Peran siswa yang muncul antara lain siswa sebagai patner yang siap merespon dengan mengkorelasikan antara dialogis dan psikologis dalam menggambarkan kehidupan nyata, siswa menyiapkan diri untuk menerima materi yang akan disampaikan oleh guru serta siswa berperan untuk berkompetisi, bersikap tanggung jawab, belajar mandiri dan menyiapkan diri untuk dapat memahami konsep abstrak yang dapat diindrai dalam penyesuaian materi yang dibahas, menyiapkan diri untuk menerima materi dengan menggunakan metode perupamaan sehingga pikiran siswa akan terlatih untuk beranalogi agar mendapatkan kesimpulan yang benar dan Siswa dituntut untuk merangkum materi yang sedang dibahas agar apa yang telah dipahami tidak lupa kembali.

3. Pendeskripsian mengenai proses evaluasi dalam metode Amṡāl Qur’ānī pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 40 Bandung.

Proses evaluasi dalam implementasi metode Amṡāl Qur’ānī pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 40 Bandung

Proses evaluasi dalam pembelajaran ini berorientasi pada evaluasi proses, guru mencermati aktifitas siswanya mulai dari kegiatan pembuka sampai


(2)

kegiatan penutup dalam setiap pembelajarannya untuk mengetahui ketercapaian aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Evaluasi kelas, guru mempersilahkan siswa untuk membuat pertanyaan mengenai materi yang akan dibahas dan guru sebelum menjawab pertanyaan itu dilemparkan kepada siswa yang lainnya untuk menjawab pertanyaan rekannya tersebut. Hal ini untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menganalisis soal dan jawaban sehingga mendapatkan pemahaman yang sama. Evaluasi hasil, guru melakukan evaluasi dengan menyusun tugas dan pertanyaan untuk mengetahui hasil ketercapaian pemahaman dan kemampuan analisis siswa.

B. REKOMENDASI

1. Departemen Pendidikan Nasional

Untuk meningkatkan output sekolah yang memiliki akhlaq karīmah untuk terjun ke masyarakat, penulis menyarankan pihak pemegang kebijakan untuk memberikan tambahan jam pelajaran PAI dan mengadakan eskul mengenai Qiro’atul Qur’ān.

2. Kepala Sekolah SMPN 40 Bandung

Tujuan utama dari sekolah adalah menghasilkan para lulusan yang kompeten guna menghadapi masa depannya, untuk itu peneliti sarankan kepada Kepala Sekolah untuk memfasilitasi dengan maksimal para siswanya sehingga dapat tercipta suasana belajar yang kondusif,


(3)

diskusi keagamaan ataupun kegiatan lainnya yang dapat menunjang pelaksanaan pembelajaran yang lebih baik.

3. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini membuktikan bahwa sebuah metode dapat menjadi solusi atas ketiadaan fasilitas. Bagi para peneliti selanjutnya yang berkecimpung dalam dunia sekolah, perlu diadakan kembali penelitian dengan metode yang sama, namun dikaji lebih dalam sehingga dapat mendeskripsikan pembelajaran dengan menggunakan metode Amṡāl Qur’ānī yang lebih sempurna dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari bagi peserta didik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alex, (2005). Kamus Ilmiah Populer. Surabaya : Alfa.

An Nahlawi, Abdurrahman. (1995). Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insani.

Arikunto, Suharsimi. (2003). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Fathoni, A. (2006). Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hamdani, A.S. Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran PAI. Surabaya : NIZAMIA Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam. Surabaya: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel.

Hamalik, Oemar. (2003). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara: Jakarta.

Hamalik, Oemar. (2004). Psikologi Belajar dan Mengajar. Sinar Baru Algensindo: Bandung.

Majid, Abdul. (2006). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosda.

Majid, Abdul. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Rosda: Bandung.

Moleong, Lexy J. (2010). Metodelogi penelitian kualitatif. Bandung: Rosda. Purwanto, Ngalim. (2010). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Bandung: Rosda

Rohaya, (2009). Minat Belajar Pendidikan Agama Islam Hubungannya dengan Ibadah Shalat Wajib. Skripsi pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati. Bandung: Tidak diterbitkan.

Romli, U. (2011). Model Pendidikan Tauhid pada Keluarga Pengusaha Religius. Bandung: Tidak Diterbitkan (Skripsi Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam UPI Bandung).

Sagala, Syaiful, (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Pustaka Alfabeta

____________, (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Pustaka Alfabeta

Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana

Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.


(5)

Suryosubroto, (2002). Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Rineka Cipta : Jakarta.

Sutikno, M. S. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect.

Suwandi, B. d. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Syah, M. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT.

Remaja Rosda Karya.

Syahidin.2009. Menulusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an. Bandung: Alfabeta.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Alinda Aimmatul Khairiyah, dilahirkan tanggal 05

Maret 1989 di desa Juntikebon, Kec. Juntinyuat, Indramayu, Jawa Barat. Putri dari pasangan Bapak H. A.H. Budiono. HS. S.Hi dan Ibu Dra. Eliyati. B ini merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Penulis menempuh pendidikan semenjak umur enam tahun di TK Nusa Indah, dan melanjutkan ke Madrasah Ibtidaiyah (MI) PUI Juntikebon lulus tahun 2002, selanjutnya penulis meneruskan ke Madrasah Tsanaiyah Negeri (MTsN) Ciwaringin Cirebon lulus tahun 2005, penulis sambil melanjutkan sekolah dan tinggal di Pesantren Balai Pendidikan Pondok Putri (Bapenpori) Al-Istiqomah Ciwaringin Cirebon, kemudian penulis melanjutkan Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri Model (MAN Model) Ciwaringin Cirebon lulus tahun 2008, Terakhir peneliti mengikuti Seleksi PMDK yang kemudian diterima di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) jurusan Ilmu pendidikan Agama Islam (IPAI). Selain mengikuti pendidikan formal. Pengalaman organisasi yang pernah peneliti ikuti adalah Rohis 2005/2006, Palang Merah Remaja (PMR) tahun 2006/2007, Ketua Koordinator Keamanan di Bapenpori 2005/2006, Ketua Koordinator Peribadatan di Bapenpori 2006/2007dan aktif di BEM HIMA IPAI sebagai Bendahara PSDO 2009/2010.