Pengertian Kurir Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif NAPZA

Pada pasal 6 Ayat 1 bagian penjelasan UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika membahas ketentuan yang di maksud penggolongan narkotika, adalah sebagai berikut : a Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat di gunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. b Narkotika Golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi danatau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. c Narkotika Golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Jenis-jenis narkotika dapat dimasukkan ke dalam 3 tiga penggolongan narkotika, yaitu : 25 a Golongan narkotika Golongan I ; seperti opium, morphin, heroin, dan lain-lain b Golongan psikotropika Golongan II ; seperti ganja, ectacy, shabu-shabu, hashis, dan lain-lain c Golongan zat adiktif lain Golongan III ; sperti beer, wine, whisky, vodka, dan lain-lain

3. Pengertian Kurir

25 Moh. Taufik makarao,Suhasril dan H. Moh. Zakky,”Tindak Pidana Narkotika, Jakarta : Ghalia Indonesia,2003, hal 27 Universitas Sumatera Utara Pengertian kurir dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI adalah utusan yang menyampaikan sesuatu yang penting dengan cepat. Dalam tulisan ini kurir yang dimaksud adalah orang yang mengantar atau menjemput narkotika untuk diserahkan kepada seseorang atau suatu tempat. Dalam artikel BNN amankan kurir narkoba asal Pakistan, antara lain dikatakan bahwa kurir asal Pakistan melakukan transaksi narkotika dengan cara menerima tas berisi narkoba dari seseorang di luar Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Tanggerang dan menyerahkan kepada kurir lainnya. Pria asal Pakistan tersebut menjalankan profesi sebagai kurir narkotika bersama dua orang Warga Negara Indonesia WNI lainnya. Profesi sebagai kurir tersebut dikatakan juga sebagai perantara peredaran narkoba. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kurir narkotika bisa juga dikatakan sebagai perantara atau calo dalam transaksi narkotika. Misalnya, untuk perantara dalam transaksi narkotika golongan I, terhadap pelakunya dapat diancam sesuai Pasal 114 ayat 1 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika UU Narkotika yang berbunyi : setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 lima tahun dan paling lama 20 duapuluh tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah dan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah. 26 26 M.hukumonline.comklinikdetaillt52f93ee68a431perlindungan-hukum-bagi-anak-yang- dijadikan-kurir-narkotika diakses tanggal 23 april 2015 Universitas Sumatera Utara Dalam Pasal 114 A yat 1 unsur “menjadi perantara dalam jual beli”, ini dapat dipersamakan dengan istilah kurir. Sebagai penghubung antara penjual dan pembeli dan atas tindakannya tersebut mendapatkan jasakeuntungan. Jika seseorang menghubungkan antara penjual dan pembeli kemudian orang tersebut mendapat barang barupa narkotika sudah dapat digolongkan sebagai perantara dalam jual beli, oleh karena itu jasa atau keuntungan disini dapat berupa uang atau barang atau bahkan fasilitas. Jasa atau keuntungan merupakan faktor yang penting, tanpa jasa ataupun keuntungan yang diperoleh maka tidak dapat disebut sebagai perantara dalam jual beli. Jika seseorang telah mempertemukan penjual dengan pembeli, tetapi tidak mendapatkan jasa atau keuntungan, maka orang tersebut bukanlah bertindak sebagai perantara dalam jual beli, akan tetapi sebagai penghubung dan tindak pidana yang dikenakan setidak- tidaknya dijuntokan dengan Pasal 132 tentang Percobaan atau Pemufakatan Jahat, apakah dalam rangka membeli atau menjual dan sebagainya. Perantara berbeda dengan pengantar. 27

4. Pengertian Tindak Pidana dan Sanksi Pidana a. Pengertian Tindak Pidana

Dokumen yang terkait

Penuntutan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penyalahguna Narkotika Diluar Golongan yang Diatur dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

4 89 158

Kebijakan Penanggulangan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Yang Dilakukan Oleh Anak Di Bawah Umur Dan Penerapan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Padang Sidimpuan No:770/Pid.Su

1 85 157

Penerapan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Terhadap Tindak Pidana Permufakatan Jahat Jual Beli Narkotika (Analisis Putusan Pengadilan Negeri No. 675/Pid.B/2010/PN.Mdn dan Putusan No. 1.366/Pid.B/2011/PN.Mdn)

3 76 145

Peranan Badan Narkotika Nasional (BNN) Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

33 230 74

Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Kurir Narkotika dalam Tinjauan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kebumen Perkara Nomor 139/Pid.B/2010/PN.Kbm )

3 111 106

Penegakan Hukum Terhadap Oknum Polri Sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 479/Pid.B/2011/Pn.Mdn)

1 50 102

Penerapan Hukum Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Terhadap Beberapa Putusan Hakim di Pengadilan Negeri Medan)

0 47 117

Tinjauan Hukum Terhadap Rehabilitasi Sebagai Sanksi Dalam Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

0 13 114

Penuntutan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penyalahguna Narkotika Diluar Golongan yang Diatur dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

0 0 15

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Terhadap Tindak Pidana Permufakatan Jahat Jual Beli Narkotika (Analisis Putusan Pengadilan Negeri No. 675/Pid.B/2010/PN.Mdn dan Putusan No. 1.366/Pid.B/201

0 0 38