Perkembangan zaman dan masyarakat yang semakin maju, dibutuhkan regulasi yang sejalan dalam hal pengaturan tentang undang-undang Narkotika, maka
pemerintah membuat kebijakan merevisi UU No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika dengan UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Adapun dasar kebijakan pemerintah untuk melakukan revisi UU No.22 Tahun 1997 yaitu faktor materil undang-undang yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan
kejahatan narkoba, juga secara tidak langsung adalah faktor aparat penegak hukum yang juga berpotensi melakukan pelanggaran dalam penegakan hukum tindak pidana
narkotika. Selain karena faktor perundang-undangan dan aparat penegak hukum , maka faktor kultur hukum legal culture masyarakat juga mempunyai peran yang
signifikan dan menentukan apakah kinerja penegak hukum akan menjadi efektif atau tidak dalam penaggulangan tindak pidana narkotika. Hal ini karena unsue perundang-
undangan substance, aparat penegak hukum structure, dan budaya hukum masyarakat legal culture merupakan tiga komponen dalam sistem hukum legal
system yang satu sama lain saling melengkapi dan mempengaruhi efektifitas penegakan hukum dalam masyarakat.
57
B. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika mengatur upaya pemberantasan terhadap tindak pidana Narkotika melalui ancaman pidana denda,
pidana penjara, pidana seumur hidup, dan pidana mati. Disamping itu, UU No. 22 Tahun 1997 juga mengatur mengenai pemanfaatan Narkotika untuk kepentingan
57
Hukumonlinesiboro.blogspot.com201112faktor-faktor-lahirnya-kebijakan- untuk.html?m=1 diakses tanggal 22 mei 2015
Universitas Sumatera Utara
pengobatan dan kesehatan serta mengatur tentang rehabilitasi medis dan sosial. Namun, dalam kenyataannya tindak pidana Narkotika di dalam masyarakat
menunjukkan kecendurungan yang semakin meningkat baik secara kuntitatif maupun kualitatif dengan korban yang meluas, terutama di kalangan anak-anak, remaja, dan
generasi muda pada umumnya.
58
Tindak pidana Narkotika tidak lagi dilakukan secara perseorangan, melainkan melibatkan banyak orang yang secara bersama-sama, bahkan merupakan suatu
sindikat yang terorganisir dengan jaringan yang luas yang bekerja secara rapi dan sangat rahasia baik ditingkat nasional maupun internasional. Bedasarkan hal tersebut
guna peningkatan upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Narkotika perlu dilakukan pembaharuan terhadap Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika. Hal ini juga untuk mencegah adanya kecenderungan yang semakin meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan korban yang meluas,
terutama dikalangan anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya.
59
Untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika yang sangat merugikan dan membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa,
dan negara, pada Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2002 melalui Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor VIMPR2002 telah merokomendasikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia untuk melakukan perubahan atas
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Baik dalam UU No. 9 Tahun 1976 dan UU No. 22 Tahun 1997 tentang narkotika tidak mengatur secara tergs
58
Bagian Penjelasan Umum UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
59
Ibid.,
Universitas Sumatera Utara
mengenai tugas dan fungsi dari Badan Narkotika Nasional BNN. Maka dilakukan pembaharuan terhadap UU Narkotika ini, dengan di undangkannya UU No. 35 Tahun
2009 tentang Narkotika yang mengatur secara jelas mengenai fungsi dan tugas BNN. Untuk lebih mengefektifkan tindakan pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, diatur mengenai penguatan kelembagaan yang sudah ada yaitu Badan Narkotika Nasional
BNN. BNN tersebut didasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika Provinsi dan Badan Narkotika
KabupatenKota. BNN tersebut merupakan lembaga non struktural yang berkedudukann dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden, yang
hanya mempunyai tugas dan fungsi melakukan koordinasi. Dalam UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika, BNN tersebut ditingkatkan menjadi lembaga pemerintah
nonkementerian LPNK dan diperkuat kewenangannya untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan. BNN berkedudukan dibawah Presiden dan bertanggung
jawab kepada Presiden. Selain itu, BNN juga mempunyai perwakilan di daerah provinsi dan kabupatenkota sebagai instansi vertikal, yakni BNN provinsi dan BNN
kabupatenkota.
60
Badan Narkotika Nasional BNN mempunyai tugas dan fungsi pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan Narkotika dan Prekursor Narkotika, adapun tugas
dan fungsinya yaitu :
61
60
Ibid.,
61
Id.m.wikipedia.orgwikiBadan_Narkotika_Nasional Diakses tanggal 30 mei 2015
Universitas Sumatera Utara
1. Tugas Badan Narkotika Nasional sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2
Peraturan Presiden Perpres No. 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional BNN, meliputi :
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.
b. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika
dan Prekorsor Narkotika. c.
Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika. d.
Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun
masyarakat. e.
Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.
f. Memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan masyarakat dalam
pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan Psikotropika Narkotika.
g. Melaui kerja sama bilateral dan multiteral, baik regional maupun internasional,
guna mencegah dan memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekorsor Narkotika.
h. Mengembangkan laboraturium Narkotika Dan Prekursor narkotika.
Universitas Sumatera Utara
i. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap perkara
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan Prekurso Narkotika, dan j.
Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang. Selain tugas sebagaimana diatas, BNN juga bertugas menyusun dan
melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika, prekursor dan bahan adiktif lainnya
kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol. 2.
Fungsi Badan Narkotika Nasional sebagaimana yang diatur dalam Pasal 3 Perpres No. 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional, antara lain:
a. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional dibidang pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau
dan alkohol yang selanjutnya disingkat dengan P4GN. b.
Penyusunan, perumusan dan penetapan norma, standar, kriteria, dan prosedur c.
Penyusunan perencanaan, program dan anggaran BNN d.
Penyusunan, perumusan kebijakan teknis pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerjasama dibidang
P4GN. e.
Pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakan teknis P4GN dibidang pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum
dan kerjasama. f.
Pelaksanaan pembinaan teknis dibidang P4GN kepada instansi vertikal dilingkungan BNN.
Universitas Sumatera Utara
g. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat dalam
rangka penyusunan dan perumusan serta pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN.
h. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi di lingkungan BNN
i. Pelaksanaan fasilitas dan pengkoordinasian wadah peran serta masyarakat.
j. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika. k.
Pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi di bidang narkotika, psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif
untuk tembakau dan alkohol. l.
Pengoordinasian instansi pemerintah terkait maupun komponen masyarakat dalam pelaksanann rehabilitasi dan peyatuan kembali kedalam masyarakat
serta perawatan lanjutan bagi penyalahguna danatau pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau
dan alkohol ditingkat pusat dan daerah. m.
Pengkoordinasian peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif
lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat.
n. Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi penyalahgunaan danatau
pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif tembakau dan alkohol berbasis komunitas terapeutik atau metode lain
yang telah teruji keberhasilannya.
Universitas Sumatera Utara
o. Pelaksanaan penyusunan, pengkajian dan perumusan peraturan perundang-
undangan serta pemberian bantuan hukum dibidang P4GN. p.
Pelaksanaan kerjasama nasional, regional dan internasional di bidang P4GN. q.
Pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan P4GN di lingkungan BNN.
r. Pelaksanaan koordinasi pengawsan fungsional instansi pemerintah terkait dan
komponen masyarakat di bidang P4GN. s.
Pelaksanaan penegakan disiplin, kode etik pegawai BNN dan kode etik Profesi penyidik BNN.
t. Pelaksanaan pendataan dan informasi nasional penelitian dan pemgembagan,
serta pendidikan dan pelatihan di bidang P4GN. u.
Pelaksaan pengujian narkotika, psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.
v. Pengembangan laboraturium uji narkotika, psikotropika dan prekursor serta
bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif tembakau dan alkohol. w.
Pelaksanaan evaluasi dan palaporan palaksanaan kebijakan nasional dibidang P4GN.
Untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika yang modus operandinya semakin canggih, dalam
undang-undang ini juga diatur mengenai perluasan teknik penyidikan penyadapan wiretapping, teknik pembelian terselubung under cover buy, dan teknik penyerahan
yang diawasi controlled delevery, serta teknik penyidikan lainnya guna melacak dan
Universitas Sumatera Utara
mengungkap penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.
62
Dalam UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika di atur juga peran serta masyarakat dalam usaha pencegahan dan pemberantasan penyalahggunaan narkotika
dan prekursor narkotika termasuk pemberian penghargaan bagi anggota masyarakat yang berjasa dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkotika
dan prekursor narkotika. Penghargaan tersebut diberikan kepada penegak hukum atau masyarakat yang telah berjasa dalam upaya pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika. Pada P
asal 104 UU No.35 Tahun 2009 menyebutkan bahwa “Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta membantu
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika”.
Masyarakat diberikan hak dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika. Hak-hak
masyarakat ini diatur pada Pasal 106 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yaitu diwujudkan dalam bentuk :
a. Mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi
tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika. b.
Memperoleh pelayanan dalam mencari,memperoleh, dan memberikan informasitentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana narkotika dan prekursor
62
Bagian Penjelasan Umum UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Universitas Sumatera Utara
narkotika kepada penegak hukum atau BNN yamg menangani perkara tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika.
c. Menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada penegak
hukum atau BNN yang menangani perkara tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika.
d. Memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya yang diberikan kepada
penegak hukum atau BNN. e.
Memperoleh perlindungan hukum pada saat yang bersangkutan melaksanakan haknya atau diminta hadir dalam proses peradilan.
Badan Narkotika Nasional menyatakan bahwa metode pencegahan dan pemberantasan narkoba yang paling mendasar dan efektif adalah promotif dan
preventif, yaitu :
63
a. Promotif
Program ini ditujukan kepada masyarakat yang belum memakai narkoba, atau bahkan belum mengenal narkoba. Prinsipnya adalah dengan meningkatkan
peranan atau kegiatan agar kelompok ini secara nyata lebih sejahtera sehingga tidak pernah berpikir untuk memperoleh kebahagian semua dengan memakai
narkoba. b.
Preventif Program ini ditujukan kepada masyarakat sehat yang belum mengenal narkoba
agar mengetahui seluk beluk narkoba, sehingga tidak tertarik untuk menyalahgunakanya. Selain dilakukan oleh pemerintah, program ini juga sangat
63
AR. Sujono, Bony Daniel, Op. cit., hal 207
Universitas Sumatera Utara
efektif jika dibantu oleh instansi dan institusi lain, termasuk lembaga profesionalterkait, lembaga swadaya masyarakat, perkumpulan, ormas dan lain-
lain. Selain upaya promotif dan preventif ada juga upaya kuratif, rehabilitatif dan
represif :
64
a. Kuratif
Program kuratif di tujkan kepada pemakai narkoba. Tujuannya adalah mengobati ketergantungan dan menyembuhkan penyakit sebagai akibat dari pemakaian
narkoba, sekaligus menghentikan pemakaian narkoba. Pengobatan harus dilakukan oleh dokter yang mempelajari narkoba secara khusus. Pengobatan terhadap
pemakai narkoba sangat rumit dan membutuhkan kesabaran luarbiasa dari dokter, keluarga dan penderita.
b. Rehabilitatif
Upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang di tunjukkan kepada pemakai narkoba yang sudah menjalani program kuratif. Tujuannya agar dia tidak memakai
lagi dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakai narkoba. Seperti kerusakan fisik syaraf, otak, darah, jantung, paru-paru, ginjal, hati dan
lain-lain, kerusakan mental, perubahan karakter ke arah negatif, asosial dan penyakit-penyakit ikutan HIVAIDS, hepatitis, sifilis, dan lain-lain.
c. Represif
Program penindakan terhadap produsen, bandar, pengedar, dan pemakain berdasarkan hukum. Program ini merupakan instansi pemerintah yang
64
Ibid., hal 208
Universitas Sumatera Utara
berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi maupun distribusi semua zat yang tergolong narkoba. Selain mengendalikan produksi dan distribusi,
program represif berupa penindakan juga dilakukan terhadap pemakai sebagai pelanggar undang-undang tentang narkoba
C. Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Persidangan Dalam Tindak Pidana Narkotika