Penuntutan Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Persidangan Dalam Tindak Pidana Narkotika

peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika. Akan tetapi, bukan berarti kewenangan penyidik BNN lebih besar dari pada penyidik Polri. Kewenangan yang ada pada BNN dan Polri dijalankan sesuai dengan porsi masing-masing melalui kerjasama antara satu dengan yang lainnya dalam memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika.

2. Penuntutan

Mengenai penuntutan Pasal 73 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyebutkan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan disidang pengadilan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain dalam undang- undang ini. Sebagaimana isi Pasal 73 tersebut proses penuntutan di lakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kecuali ditentukan lain dalam UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Maka yang dimaksud Peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu hukum acara pidana yang berlaku KUHAP. Tidak hanya proses penuntutan saja, melainkan juga proses penyidikan dan proses pemeriksaan di persidangan. Penuntutan adalah serangkaian dari tindakan penuntut umum guna untuk menuntut tersangka dalam perkara tindak pidana. 65 Penuntut umum dalam hal ini ialah Kepala Kejaksaan Negeri menerima berkas dari penyidik dari hasil penyidikannya yang nantinya akan dilimpahkan kepada Pengadilan Negeri untuk beracara di 65 www.hukumsumberhukum.com201408hukum-pidana-penuntutan.html?m=1 diakses tanggal 11 juni 2015 Universitas Sumatera Utara persidangan. Sebelum dilimpahkan ke Pengadilan, Kejaksaan Negeri wajib melakukan seperti : 66 a. Mengembalikan berkas perkara kepada penyidik karena ternyata belum lengkap, dengan disertai petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Kejaksaan untuk melengkapinya akan dilakukan oleh penyidik. b. Melakukan penggabungan atau pemisahan berkas. c. Hasil penyidikan telah lengkap, tetapi tidak terdapat bukti yang cukup atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan disetujui diterbitkan “surat ketetapan”. d. Hasil penyidikan telah lengkap dapat di ajukan ke Pengadilan Negeri. Dalam hal ini Kepala Kejaksaan Negeri menerbitkan surat penunjukan Penuntut Umum. Penuntut Umum membuat surat dakwaan dan setelah surat dakwaan selesai di buat surat pelimpahan perkara yang ditunjuk kepada Pengadilan Negeri. Dalam Pasal 143 KUHAP mengatur mengenai syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi dalam surat dakwaan yaitu : 1 Penuntut umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar segera mengadili perkara tersebut disertai dengan surat dakwaan 2 Penuntut umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta berisi : a Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka 66 Ibid., Universitas Sumatera Utara b Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan. 3 Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Ayat 2 huruf b batal demi hukum. 4 Turunan surat pelimpahan perkara beserta surat dakwaan disampaikan kepada tersangka atau kuasanya atau penasehat hukumnya dan penyidik, pada saat bersamaan dengan penyampaiaan surat pelimpahan perkara tersebut ke pengadilan negeri. Penuntut umum dapat mengubah surat dakwaan yang telah dilimpahkan ke Pengadilan. Pengubahan surat dakwaan oleh penuntut umum diatur dalam Pasal 144 menyatakan : 1 Penuntut umum dapat mengubah surat dakwaan sebelum pengadilan menetapkan hari sidang, baik dengan tujuan untuk menyempurnakan maupun untuk tidak melanjutkan penuntutannya. 2 Pengubahan surat dakwaan tersebut dapat dilakukan hanya satu kali selambat- lambatnya 7 tujuh hari sebelum sidang dimulai. 3 Dalam hal Penuntut Umum mengubah surat dakwaan ia menyampaikan turunannya kepada tersangka atau penasihat hukum dan penyidik.

3. Pemeriksaan di persidangan

Dokumen yang terkait

Penuntutan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penyalahguna Narkotika Diluar Golongan yang Diatur dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

4 89 158

Kebijakan Penanggulangan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Yang Dilakukan Oleh Anak Di Bawah Umur Dan Penerapan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Padang Sidimpuan No:770/Pid.Su

1 85 157

Penerapan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Terhadap Tindak Pidana Permufakatan Jahat Jual Beli Narkotika (Analisis Putusan Pengadilan Negeri No. 675/Pid.B/2010/PN.Mdn dan Putusan No. 1.366/Pid.B/2011/PN.Mdn)

3 76 145

Peranan Badan Narkotika Nasional (BNN) Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

33 230 74

Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Kurir Narkotika dalam Tinjauan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kebumen Perkara Nomor 139/Pid.B/2010/PN.Kbm )

3 111 106

Penegakan Hukum Terhadap Oknum Polri Sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 479/Pid.B/2011/Pn.Mdn)

1 50 102

Penerapan Hukum Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Terhadap Beberapa Putusan Hakim di Pengadilan Negeri Medan)

0 47 117

Tinjauan Hukum Terhadap Rehabilitasi Sebagai Sanksi Dalam Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

0 13 114

Penuntutan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penyalahguna Narkotika Diluar Golongan yang Diatur dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

0 0 15

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Terhadap Tindak Pidana Permufakatan Jahat Jual Beli Narkotika (Analisis Putusan Pengadilan Negeri No. 675/Pid.B/2010/PN.Mdn dan Putusan No. 1.366/Pid.B/201

0 0 38