Analisis terhadap putusan hakim

Pada kasus ini terdakwa Parwoto, dalam kondisi sehat sehingga terdakwa dapat mengikuti jalanya persidangan, selain itu kondisi terdakwa juga cukup sehat untuk mempertanggungjawabkan perbuatanya Selain didasarkan pada pertimbangan yuridis maupun pertimbangan non yuridis menurut analisis penulis hakim juga mendasarkan putusanya tersebut juga didasarkan pada pertimbangan yang meringankan maupun pertimbangan yang memberatkan. Dimana pada kasus Narkotika yang terdakwanya Parwoto ini adapun yang menjadi hal-hal yang memberatkan antara lain: 1 Perbuatan terdakwa dapat merusak generasi muda 2 Perbuatan terdakwa tidak mendukung program pemerintah yang sedang memberantas peredaran Narkotika di Indonesia Disamping adanya hal-hal yang memberatkan, Hakim juga memberikan pertimbangan yang meringankan terdakwa seperti: 1 Terdakwa bersikap sopan dan berterus terang sehingga memperlancar jalanya persidangan 2 Terdakwa menyesali perbuatanya dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatanya tersebut 3 Terdakwa sebagai tulang punggung keluarganya yang masih mempunyai anak yang masih kecil.

d. Analisis terhadap putusan hakim

Putusan hakim haruslah didasarkan kepada pertimbangan-pertimbangan baik itu pertimbangan yuridis maupun pertimbangan non yuridis, serta telah sesuai dengan pasal-pasal yang didakwakan oleh Penuntut Umum kepada terdakwa. dimana berat Universitas Sumatera Utara ringanya pidana yang dijatuhkan tentu bagi seorang Hakim haruslah disesuaikan dengan apa yang menjadi niat, motivasi, dan akibat perbuatan pelaku. Tiap putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim kepada terdakwa tentunya harus sesuai dengan pasal yang didakwakan dalam artian bahwa batas maksimal dan batas minima, sehingga Hakim dianggap telah menjalankan dan menegakan undang-undang dengan benar dan tepat. 89 Terhadap putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim dalam perkara yang terdakwanya Parwoto, maka menurut analisis penulis Putusan Hakim yang memutuskan untuk menjatuhkan Dakwaan Primair yaitu melanggar Pasal 114 Ayat 1 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika telah benar, karena Pasal 114 Ayat 1 ini lebih mengkhususkan lagi untuk diterapkan kepada kurir narkotika dibandingkan Pasal 112 Ayat 1. Sehingga oleh karena terbukti Dakwaan Primair maka Dakwaan Subsidair tidak perlu dibuktikan. Selain karena putusan hakim yang memperhatikan pertimbangan yuridis yaitu dengan memutuskan untuk menjatuhkan Dakwaan Primair kepada terdakwa. putusan hakim juga dianggap tepat menurut penulis karena putusan tersebut juga didasarkan pada pertimbangan non yuridis seperti misalnya bahwa terdakwa merupakan tulang punggung keluarga serta terdakwa dalam kondisi yang sehat sehingga mampu mempertanggungjawabkan perbutanya. 89 http:Yenniwidiastuti.blogspot.com2014-html?m=1. Diakses pada tanggal 20 Oktober, 2015 Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Undang-undang Narkotika yang pernah berlaku di Indonesia di mulai dari Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika kemudian Uundang- undang ini diganti dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 dan di ganti lagi dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika sebagai pembaharuan terbaru yang berlaku sampai sekarang. Dari undang-undang sebelumnya terdapat kelemahan-kelemahan dalam pengaturan narkotika seperti bagian penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di depan pengadilan, tugas dan fungsi Badan Narkotika Nasional BNN yang tidak di atur secara tegas dan Juga adanya perubahan ketentuan pidana dari undang-undang sebelumnya. Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika ini mengatur secara lebih jelas dengan melakukan pembaharuan dalam hal pemberantasan dan peredaran gelap narkotika agar berjalan dengan efektif. 2. Bahwa kendala-kendala dalam pemberantasan tindak pidana narkotika itu dapat dilihat baik secara nasional maupun secara transnasional, dimana adapun yang menjadi kendala pemberantasan tindak pidana narkotika secara nasional meliputi kendala dari segi penegakan hukum serta kendala dari segi pengaturan tindak pidana narkotika. Selain kendala secara nasional, kendala lain yang dihadapi adalah kendala secara transnasional yang meliputi kendala dari segi yurisdiksi kriminal dan kendala dari segi perjanjian ekstradisi yang masih terbatas. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Penuntutan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penyalahguna Narkotika Diluar Golongan yang Diatur dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

4 89 158

Kebijakan Penanggulangan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Yang Dilakukan Oleh Anak Di Bawah Umur Dan Penerapan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Padang Sidimpuan No:770/Pid.Su

1 85 157

Penerapan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Terhadap Tindak Pidana Permufakatan Jahat Jual Beli Narkotika (Analisis Putusan Pengadilan Negeri No. 675/Pid.B/2010/PN.Mdn dan Putusan No. 1.366/Pid.B/2011/PN.Mdn)

3 76 145

Peranan Badan Narkotika Nasional (BNN) Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

33 230 74

Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Kurir Narkotika dalam Tinjauan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kebumen Perkara Nomor 139/Pid.B/2010/PN.Kbm )

3 111 106

Penegakan Hukum Terhadap Oknum Polri Sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 479/Pid.B/2011/Pn.Mdn)

1 50 102

Penerapan Hukum Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Terhadap Beberapa Putusan Hakim di Pengadilan Negeri Medan)

0 47 117

Tinjauan Hukum Terhadap Rehabilitasi Sebagai Sanksi Dalam Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

0 13 114

Penuntutan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penyalahguna Narkotika Diluar Golongan yang Diatur dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

0 0 15

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Terhadap Tindak Pidana Permufakatan Jahat Jual Beli Narkotika (Analisis Putusan Pengadilan Negeri No. 675/Pid.B/2010/PN.Mdn dan Putusan No. 1.366/Pid.B/201

0 0 38