pengcoklatan non-enzimatik dapat menimbulkan warna coklat tanpa adanya aktivitas enzim Marshall, dkk., 2000.
Ogura dkk 1998 mengisi cangkang kapsul gelatin dan HPMC dengan asam askorbat dan membungkusnya dalam botol polietilen tanpa desikan dan
menyimpannya pada suu 40 CRH 75 selama 2 bulan. Cangkang kapsul gelatin
menjadi berwarna coklat, sedangkan cangkang kapsul HPMC tidak mengalami perubahan warna. Hal ini menandakan bahwa perubahan warna yang terjadi
merupakan reaksi antara asam askorbat dan cangkang kapsul gelatin dikenal dengan reaksi Maillard Honkanen, 2004.
Reaksi Maillard merupakan suatu reaksi kimia pengcoklatan non-enzimatik antara gula pereduksi dengan protein atau asam amino. Tergantung pada jenis bahan
dan jalannya reaksi, perubahan warna yang terjadi bisa dari kuning lemah sampai coklat gelap. Banyak faktor yang mempengaruhi reaksi Maillard, seperti temperatur,
aktivitas air, pH, kadar uap air dan komposisi kimia suatu bahan
Morales, dkk., 1998.
2.8.2 Kerapuhan
Perlu diketahui bahwa cangkang kapsul bukan tidak reaktif, secara fisika atau kimia. Perubahan kondisi penyimpanan seperti temperatur dan kelembaban
dapat mempengaruhi sifat kapsul. Dengan terjadinya kenaikan temperatur dan kelembaban dapat menyebabkan kapsul mengikatmelepaskan uap air. Sebagai
akibatnya kapsul dapat menjadi rapuh atau lunak Margareth, dkk., 2009. Laju pengeringan kapsul juga mempengaruhi kekerasan dan kerapuhan
kapsul, kemampuan pelarutan, dan kecenderungan untuk melekat satu sama lain.. Kadar uap air yang rendah pada kapsul dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
Jika kadar uap air pada kapsul gelatin kurang dari 10, kapsul cenderung menjadi
Universitas Sumatera Utara
rapuh, dan sebaliknya jika kadar air lebih tinggi dari 18 kapsul gelatin melunak. Kondisi penyimpanan yang direkomendasikan untuk bentuk sediaan kapsul
gelatin berkisar 15-30 C dan 30-60 kelembaban relatif RH. Margareth,
dkk., 2009. Perubahan kerapuhan kapsul oleh kelembaban relatif telah dipelajari oleh
Kontny dan Mulski. Pemantauan terhadap karakteristik kapsul yang disimpan pada kelembaban yang bervariasi membuktikan bahwa kelembaban merupakan
salah satu parameter yang penting dalam pembuatan dan penyimpanan kapsul. Kriteria yang diterima bahwa kerapuhan kapsul yang signifikan tidak boleh
terdeteksi pada kapsul yang disimpan pada kelembaban relatif 30 dan 50 selama 4 minggu Kontny, dkk., 1989.
Gambar 8. Kelembaban Relatif RH, Kandungan Uap Air Gelatin dan Sifat
Kapsul Gelatin Keras Kontny, dkk., 1989
Universitas Sumatera Utara
2.8.3 Waktu Hancur
Chiwele dkk. 2000 telah meneliti mengenai waktu hancur cangkang kapsul gelatin kosong dan kapsul HPMC Hydroxypropyl Methylcellulose setelah
penyimpanan selama 24 jam pada kondisi tropis lembab suhu 37 C, RH 75
dan pada temperatur kamar. Dalam metode ini, mereka menggunakan bola besi sebagai bahan pengisi dalam kapsul. Pada penyimpanan kondisi tropis lembab,
cangkang kapsul gelatin tidak mengalami perubahan waktu hancur dalam medium apapun, sedangkan waktu hancur kapsul HPMC tidak berubah hanya dalam
medium cairan lambung buatan Honkanen, 2004. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan yang dilaporkan Ogura 1998 bahwa
cangkang kapsul HPMC yang telah diisi dengan spiramisin dan disimpan pada suhu 60
C, RH 75 selama 10 hari tidak mengalami perubahan sifat waktu hancur. Tetapi, mereka menggunakan prosedur standar uji waktu hancur dalam
farmakope, yang tidak dapat menentukan waktu hancur cangkang kapsul dan bahan obat secara terpisah. Sedangkan dalam metode yang digunakan Chiwele
dkk. 2000, bola besi yang digunakan tidak mempengaruhi waktu hancur Honkanen, 2004.
2.9 Spektroskopi IR