B. Analisa Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor. 1384 Pid.B
2004 PN. Mdn Terhadap Pertimbangan Hukum Hakim Pengadilan Negeri Medan sebagai
dasar pembebasan Terdakwa H.Imbalo Rangkuti, SH dari semua Dakwaan Jaksa Penuntut Umum sebagaimana tersebut diatas, dapat diberikan analisa sebagai berikut:
a. Tentang Unsur Barang Siapa
hij die
Sebelum membahas unsur ini, menurut hemat penulis perlu diketahui terlebih dahulu mengenai apa yang dimaksud dengan delik strafbaar feit, karena unsur
“barang siapa” hij die dengan delik mempunyai hubungan erat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Delik ialah perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena
merupakan pelanggaran terhadap undang-undang.
97
Mengenai apa yang dimaksud dengan Delik strafbaar feit, beberapa ahli mengemukakan pendapatnya, antara lain:
1. Moelyatno mengatakan: Delik adalah perbuatan yang dilarang dan diancam
dengan pidana barang siapa melanggar larangan tersebut dan perbuatan itu harus pula betul-betul dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang tak
boleh atau menghambat akan tercapainya tata dalam pergaulan masyarakat yang dicita-citakan oleh masyarakat itu. Makna delik secara mutlak harus
termaktub unsur formil, yaitu mencocoki rumusan undang-undang Tatbestandmaszigheit dan unsur materiil, yaitu sifat bertentangan dengan
97
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1999, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hal. 193.
cita-cita mengenai pergaulan masyarakat atau sifat melawan hukum Rechtswirdigheit.
98
2. Simons berpendapat Delik adalah suatu: handeling perbuatantindakan
melanggar hukum yang dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja oleh seseorang yang tindakannya tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan oleh
undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu perbuatan yang dapat dihukum.
99
Sedangkan Van Hammel mengatakan Delik adalah suatu serangan atau ancaman terhadap hak-hak orang lain.
Dari pendapat para ahli tersebut diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa untuk menganggap suatu perbuatantindakan sebagai delik stafbaar feit, maka
perbuatan atau tindakan tersebut harus memenuhi beberapa Unsur-unsur Delik, yaitu: Menurut PAF. Lamintang, unsur Delik terdiri dari dua 2 macam yakni: a. Unsur
Subjektif dan b. Unsur Objektif. Yang dimaksud dengan “Unsur Subjektif” adalah unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku
dan termasuk di dalamnya segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Sedangkan “Unsur Objektif” adalah unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-
keadaan, yaitu dalam keadaan ketika tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan,”
100
98
S.R Sianturi, Op.cit. hal. 208.
99
Balai Lektur Mahasiswa, Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Prof .Satochid Kartanegara, SH., Pendapat Para Ahli Hukum Terkemuka, Bagian Satu, Tanpa Tahun, hal. 74.
100
P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung, Sumur Batu, 1983, hal.70.
Unsur Subjektif terdiri dari: 1. Kesengajaan, yang terdiri dari a. Kesengajaan sebagai Maksud Oogmerk b. Kesengajaan dengan Keinsafan Pasti Opzet als
zekerheidsbewustzijn c. Kesengajaan dengan Keinsafan Akan Kemungkinan Dolus Evantualis 2. Kealpaan Culpa terdiri dari a. Tak Berhati-hati b. Dapat Menduga
c. Lalai. Sedangkan Unsur Objektif terdiri dari: 1. Perbuatan Manusia terdiri dari a. Perbuatan Aktif atau Positif Act b. Perbuatan Pasif atau Omission 2. Akibat
Perbuatan 3. Sifat Melawan Hukum Wederrechtelijkheid 4.Keadaan Circumstan. Teori tentang pengertian Kesengajaan dalam Hukum Pidana dikenal dengan
dua 2 Teori yakni: 1. Teori Kehendak Wilstheorie, dikemukakan oleh Von
Hippel dalam bukunya Die GrenzeVorzats und Fahrlassigheit terbitan tahun 1903. Menurut beliau Kesengajaan adalah: kehendak membuat suatu tindakan dan
kehendak menimbulkan suatu akibat dari tindakan itu. 2. Teori Membayangkan Voorstellingstheorie, dikemukakan oleh Frank dalam bukunya Festschrift
Gieszen tahun 1907. Teori ini mengemukakan bahwa manusia tidak mungkin dapat menghendaki suatu akibat; manusia hanya dapat mengingini, mengharapkan atau
membayangkan voorstellen kemungkinan adanya suatu akibat. Adalah “sengaja” apabila suatu akibat yang ditimbulkan dari suatu tindakan dibayangkan sebagai
maksud dari tindakan itu.
101
Kesalahan Schuld dalam hubungannya dengan pemidanaan sangatlah penting, karena kita sering mendengar adagium “Geen straf zonder schuld” yang
artinya Tidak ada Pemidanaan, Tanpa Kesalahan. Jadi schuld atau kesalahan terdiri
101
Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2005 hal. 14.
atas: a. Kesengajaan dolus, dan b. Kealpaan culpa. Kedua hal tersebut dibedakan, “kesengajaan” adalah dikehendaki, sedang “kealpaan” tidak dikehendaki,
umumnya kealpaan adalah bentuk kesalahan yang lebih ringan dari kesengajaan. Itulah sebabnya, sanksi atau ancaman hukuman terhadap pelanggaran norma pidana
yang dilakukan dengan “kealpaan” lebih ringan.
b. Tentang Unsur Melawan Hukum