Jika Terdakwa Tidak Ditahan

yang didakwakan. Terserah pada penilaiannya seberapa beratkah hukuman pidana yang pantas dijatuhkan kepada terdakwa sesuai dengan berat ringannya kesalahan terdakwa dalam perbuatan tindak pidana yang dilakukannya. Sebagimana yang dapat dilihat dalam berbagai keputusan Mahkamah Agung, antara lain dalam putusan tanggal 17 Januari 1983 No. 553KPid1982, yang menegaskan bahwa “mengenai hukuman adalah wewenang judex factie yang tidak tunduk pada kasasi, kecuali apabila judex factie menjatuhkan hukuman yang tidak diatur oleh undang-undang, atau kurang memberikan pertimbangan tentang hal-hal yang memberatkan dan meringankan hukuman.” Mari kita lihat bagaimana menempatkan terdakwa dalam putusan pemidanaan. Yang dimaksudkan dengan bagaimana menempatkan terdakwa dalam putusan pemidanaan ialah mengenai “status terdakwa”. Status apakah yang dapat diperintahkan pengadilan terhadap seorang terdakwa berbarengan dengan saat putusan pemidanaan diucapkan? Untuk melihat status terdakwa yang dapat diperintahkan pengadilan berbarengan dengan putusan yang diucapkan, berpedoman kepada pasal 193 ayat 2 KUHAP. Dari ketentuan ayat 2 ini, ada berbagai status yang dapat diperintahkan pengadilan terhadap seorang terdakwa yang dijatuhi dengan hukuman pidana.

a. Jika Terdakwa Tidak Ditahan

Seandainya saat putusan pemidanaan dijatuhkan terdakwa berada dalam status “tidak” ditahan, berarti setelah selama atau setelah berjalan beberapa lama persidangan, terdakwa berada dalam status tidak ditahan. Mungkin mulai dari penyidikan, penuntutan sampai pada pemeriksaan persidangan, terdakwa tidak pernah ditahan. Dalam hal seperti ini pengadilan dapat memilih “alternative” status yang akan diperintahkan terhadap terdakwa: 78 1 Memerintahkan terdakwa tetap berada dalam status “tidak ditahan”. Tidak semua putusan pemidanaan dibarengi dengan perintah supaya terdakwa ditahan. Sekalipun terdakwa berada dalam status tidak ditahan, kemudian putusan yang dijatuhkan berupa putusan pemidanaan, pengadilan dapat memerintahkan dalam putusan supaya terdakwa “tidak ditahan”. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 193 ayat 2 huruf b KUHAP. Dari bunyi ketentuan ini, pengadilan dalam menjatuhkan putusan, jika terdakwa tidak ditahan, ‘dapat” memerintahkan supaya terdakwa tersebut ditahan apabila dipenuhi ketentuan pasal 21 KUHAP dan terdapat alasan untuk itu. Dalam ketentuan ini jelas kita lihat adanya perkataan “dapat” memerintahkan supaya terdakwa ditahan. Jika “dapat”, bukan mesti memerintahkan supaya ditahan, berarti pengadilan “dapat” memerintahkan supaya terdakwa yang dijatuhi hukuman pidana “tidak ditahan”. Tidak ada kemestian bagi pengadilan untuk memerintahkan terdakwa supaya ditahan sekalipun terhadap terdakwa dijatuhi putusan pidana. Tindakan atau kebijaksanaan pengadilan pengadilan ynag tidak memerintahkan terdakwa supaya ditahan dalam suatu putusan pemidanaan, tentu ada baik dan buruknya. Segi keburukannya, seolah-olah putusan pemidanaan itu dianggap masyarakat kurang sungguh-sungguh. Kenapa terhadap terdakwa yang dijatuhi putusan pemidanaan, berkeliaran ditengah kehidupan masyarakat. Tentu masyarakat 78 M. Yahya Harahap, Op.cit., hal. 355. menilainya kurang masuk akal. Kalau orangnya sudah dipidana; sewajarnya terdakwa diperintahkan supaya ditahan. Akan tetapi dari segi kebaikannya juga ada. Mungkin pengadilan berpendapat, untuk apa buru-buru memerintahkan terdakwa ditahan sekalipun kepadanya telah dijatuhi putusan pemidanaan. Bukankah masih besar kemungkinan, putusan itu akan dibatalkan oleh peradilan tingkat banding atau kasasi. 79 Alangkah fatalnya seandainya Pengadilan Negeri memerintahkan terdakwa supaya ditahan pada saat ia menjatuhkan putusan pemidanaan, ternyata putusan itu dibatalkan pengadilan tingkat banding atau tingkat kasasi. Atas alasan pertimbangan seperti ini, ada baiknya Pengadilan Negeri tidak terburu nafsu memerintahkan penahanan terhadap terdakwa. Sebab apabila putusan dibatalkan oleh pengadilan yang lebih tinggi, penahanan yang dikenakan kepada terdakwa merupakan penahanan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara moral. 2 Pengadilan dapat memerintahkan supaya terdakwa ditahan. Jika terdakwa tidak ditahan pada saat putusan dijatuhkan, pengadilan “dapat” memerintahkan supaya terdakwa ditahan. Berarti pada saat pengadilan menjatuhkan putusan pemidanaan terhadap terdakwa, sekaligus memerintahkan supaya terdakwa ditahan. Misalnya, pengadilan menjatuhkan putusan pidana 4 tahun penjara kepada terdakwa yang ditahan, pada saat putusan dijatuhkan, sekaligus dibarengi dengan perintah supaya terdakwa ditahan. Cuma dalam hal yang seperti ini, sebelum pengadilan memerintahkan penahanan, lebih dulu meneliti apakah perkara yang didakwakan benar-benar memenuhi syarat ketentuan Pasal 21 KUHAP. Tidak semua 79 Ibid. tindak pidana memenuhi syarat sah perintah penahanan sesuai dengan ketentuan Pasal 21 KUHAP. Perintah penahanan terhadap terdakwa baru sah dan memenuhi syarat yang ditentukan pada pasal 21 KUHAP. 80

b. Jika Terdakwa berada dalam Status Tahanan

Dokumen yang terkait

Analisa Hukum Penetapan Ahli Waris (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Medan No. 1229/Pdt.G/2010/PA/Mdn)

10 177 117

Penegakan Hukum Terhadap Kasus Penggelapan Premi Asuransi (Analisis Putusan No. 1952/Pid.B/2013/PN-Mdn)

7 150 82

Hukum Tidak Tertulis Sebagai Sumber Hukum untuk Putusan Pengadilan Perkara Pidana

7 92 392

Penerapan Sanksi Pidana Pada Kasus Kelalaian Pengemudi Yang Menimbulkan Kecelakaan Lalu Lintas (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan No.854 /Pid.B/2012/Pn.Mdn )

2 81 84

Analisis Yuridis Atas Perbuatan Notaris Yang Menimbulkan Delik-Delik Pidana (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan NO. 2601/Pid.B/2003/PN.Mdn)

0 60 119

Analisa Kasus Tindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak (Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932/Pid.B/2005/PN.MDN)

4 52 94

Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank (Studi Kasus : No.1945 / Pid.B / 2005 / PN-MDN)

2 61 120

Peranan Visum Et Refertum Dalam Tindak Pidana Penganiayaan Yang Mengakibatkan Kematian (Study Kasus: Putusan Pengadilan Medan No. 1066/Pid.B/2002/PN Mdn

0 36 90

Penegakan Hukum Pidana Terhadap Perdagangan Ilegal Satwa Liar Yang Dilindungi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Register No.2.640/Pid.B/2006/PN.Medan, Register No.2.641/Pid.B/2006/PN.Medan dan Register No.2.642/Pid.B/2006/PN.Medan)

4 83 81

Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Kasus Putusan No:2438/Pid.B/2014/Pn.Mdn )

5 117 134