Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas Saham dan Return Saham pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP LIKUIDITAS SAHAM DAN RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

AGNESIA PUSPASARI TONDANG 090502141

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP LIKUIDITAS SAHAM DAN RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah pemecahan saham

(stock split) berpengaruh terhadap likuiditas saham dan return saham perusahaan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia’’. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris secara parsial tentang pengaruh pemecahan saham

(stock split) terhadap likuiditas saham dan return saham pada perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari Januari 2010-Agustus 2012. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 20 perusahaan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemecahan saham (stock split) sebagai variabel independen, likuiditas saham dan return saham sebagai variabel dependen. Likuiditas saham diproksikan dengan menggunakan volume perdagangan dan return saham diukur dengan menggunakan abnormal return.

Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan Uji-T berpasangan (paired t-test). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemecahan saham (stock split) tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas saham (volume perdagangan) dan return saham (abnormal return).


(3)

ABSTRACT

An Analysis of Stock Split Influence on Stock Liquidity and Stock Returns in Bursa Efek Jakarta

Formulation of the problem in this study is "Does the stock split effect on stock liquidity and stock returns of listed companies in Indonesia Stock Exchange''. This study aims to obtain empirical evidence about the effect of the partial stock split on stock liquidity and stock returns on companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX).

Population of this study is that the stock-split companies in Indonesia Stock Exchange (BEI) from January 2010-August 2012. The sample in this study amounted to 20 companies. Variables used in this study were split shares as independent variables, stock liquidity and stock returns as the dependent variable. Stock liquidity is proxied by using trading volume and stock returns is measured by using the abnormal return.

The analytical method used is descriptive analysis and paired T-test (paired t-test). The results of this study indicate that the stock split does not significantly influence stock liquidity (trading volume) and stock returns (abnormal returns).


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus atas limpahan kasih-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan pembuatan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas Saham dan Return Saham pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada orang tua tercinta Jisman Tondang dan Bonur Situmorang yang senantiasa mendoakan dan mendukung, serta limpahan kasih sayang yang luar biasa, dan atas setiap pengorbanan materil yang tak dapat penulis sebutkan. Ucapan terima kasih juga diberikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Univesitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

5. Ibu Drs. Syahyunan, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis.

6. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah banyak memberikan saran dalam penulisan dan perbaikan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama masa perkuliahan.

8. Adik-adikku tersayang Yolanda Tondang, A.md., Dewi Tondang dan James Tondang atas segala doa dan dukungan selama ini.

9. Teman-temanku “Rangers” (Gina, Bina, Chiby, Beka, Je, Kocu, Nova, dan Irene), Sri Aslina, Heriko, Rudolffo serta teman-teman Manajemen’09 lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu. Terima kasih atas persahabatan yang luar biasa, atas suka duka yang telah kita lewati bersama, dan atas segala bantuannya selama masa perkuliahan.

10. Teman KTBku “ac@fa” (k’Anita, Clara, Arta, dan Fitri), adik-adik kelompokku (Gita, Fretty, Netty, Juwyta, Samuel dan Putra), terima kasih buat semangat dan dukungan doanya.

11. Teman-temanku Naposobulung HKBP Gedung Johor, terima kasih buat dukungan dan semangat yang kalian berikan. Buat Tetty, Ana, Lasma dan Fenny, terima kasih untuk persahabatan dan kebersamaannya. Terkhusus Kak Hana yang telah menjadi kakak yang sangat baik dan penuh perhatian padaku.


(6)

12. Rekan-rekan sepergerakan di Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) FE USU yang telah memberiku banyak pengalaman dan pembelajaran sampai saat ini.

13. Seseorang yang kehadirannya bermakna saat penulis sedang menyelesaian penyusunan skripsi ini, untuk partner terbaikku Teguh Citra Oktovari Sidabutar yang selalu memberi waktu dan perhatiannya dalam menemani penulis menyelesaikan skripsi.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya.

Medan, September 2013 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pasar Modal ... 9

2.2 Efisiensi Pasar ... 11

2.3 Studi Peristiwa (Event Study) ... 13

2.4 Pemecahan Saham (Stock Split)... 14

2.4.1Pengertian Stock Split ... 14

2.4.2Alasan Melakukan Stock Split ... 16

2.4.3Teori Pemecahan Saham (Stock Split) ... 18

2.5 Likuiditas Saham ... 20

2.6 Return Saham... 21

2.7 Penelitian Terdahulu ... 23

2.8 Kerangka Konseptual... 28

2.9 Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

3.3 Batasan Operasional ... 32

3.4 Definisi Operasional ... 33

3.5 Populasi dan Sampel ... 34

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 35

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 36

3.8 Teknik Analisis Data ... 37

3.8.1 Statistik Deskriptif ………... 37

3.8.2 Uji Normalitas...………... 37

3.8.3 Pengujian Hipotesis………...………... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41


(8)

4.1.1 Gambaran Umum Pasar Modal di Indonesia ... 41

4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan yang Melakukan Stock Split di Bursa Efek Indonesia (BEI) ….……….... 44

4.2 Hasil Penelitian ... 58

4.2.1 Analisis Deskriptif ... 58

4.2.2 Uji Normalitas Likuiditas Saham ... 66

4.2.3 Uji Hipotesis Likuiditas Saham ... 67

4.2.4 Uji Normalitas Return Saham ... 69

4.2.5 Uji Hipotesis Return Saham ... 70

4.3 Pembahasan ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1. Jumlah Perusahaan yang Melakukan Stock Split

di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012 ... 3

1.2. Rata-Rata Volume Perdagangan Untuk Perusahaan yang Melakukan Stock Split Tahun 2010-Agustus 2012 ... 4

1.3. Rata-Rata Abnormal Return Untuk Perusahaan yang Melakukan Stock Split Tahun 2010-Agustus 2012 ... 5

2.1. Daftar Penelitian Terdahulu ... 26

3.1. Operasionalisasi Variabel ... 34

3.2. Daftar Perusahaan yang Melakukan Stock Split pada Januari 2010-Agustus 2012 ... 35

4.1. Rata-Rata Likuiditas Saham ... 59

4.2. Average Trading Volume Activity... 60

4.3. Rata-Rata Return Saham ... 61

4.4. Average Abnormal Return ... 62

4.5. Statistik Deskriptif Likuiditas Saham ... 63

4.6. Paired Samples Statistics ... 64

4.7. Statistik Deskripsi Return Saham ... 64

4.8. Paired Samples Statistics ... 65

4.9. One-Sample Kolmogorov-Smirnov ... 66

4.10. Paired Samples Correlations ... 67

4.11. Paired Samples Test ... 68

4.12. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 69

4.13. Paired Samples Correlations ... 71


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No.Lampiran Judul Halaman

1. Data Perusahaan yang Melakukan Stock Split ... 76

2. Data Harga Saham, Indeks Harga Saham, Actual Return,

Expected Return, Abnormal Return, Volume Saham yang

Diperdagangkan, Volume Saham Beredar, dan Trading

Volume Activity ... 77 3. Hasil Pengolahan SPSS ... 85


(12)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP LIKUIDITAS SAHAM DAN RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah pemecahan saham

(stock split) berpengaruh terhadap likuiditas saham dan return saham perusahaan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia’’. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris secara parsial tentang pengaruh pemecahan saham

(stock split) terhadap likuiditas saham dan return saham pada perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari Januari 2010-Agustus 2012. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 20 perusahaan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemecahan saham (stock split) sebagai variabel independen, likuiditas saham dan return saham sebagai variabel dependen. Likuiditas saham diproksikan dengan menggunakan volume perdagangan dan return saham diukur dengan menggunakan abnormal return.

Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan Uji-T berpasangan (paired t-test). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemecahan saham (stock split) tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas saham (volume perdagangan) dan return saham (abnormal return).


(13)

ABSTRACT

An Analysis of Stock Split Influence on Stock Liquidity and Stock Returns in Bursa Efek Jakarta

Formulation of the problem in this study is "Does the stock split effect on stock liquidity and stock returns of listed companies in Indonesia Stock Exchange''. This study aims to obtain empirical evidence about the effect of the partial stock split on stock liquidity and stock returns on companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX).

Population of this study is that the stock-split companies in Indonesia Stock Exchange (BEI) from January 2010-August 2012. The sample in this study amounted to 20 companies. Variables used in this study were split shares as independent variables, stock liquidity and stock returns as the dependent variable. Stock liquidity is proxied by using trading volume and stock returns is measured by using the abnormal return.

The analytical method used is descriptive analysis and paired T-test (paired t-test). The results of this study indicate that the stock split does not significantly influence stock liquidity (trading volume) and stock returns (abnormal returns).


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembiayaan kegiatan operasional setiap perusahaan membutuhkan dana. Sumber dana tersebut dapat diperoleh dari beberapa sumber, yaitu dari dalam perusahaan melalui modal pemilik maupun laba ditahan, sedangkan yang berasal dari luar perusahaan dalam bentuk pinjaman atau hutang dari pihak luar perusahaan. Selain pinjaman, untuk beberapa perusahaan yang telah go public

dalam upaya menambah dana kegiatan operasionalnya dapat diperoleh melalui penjualan saham kepada para investor/pemilik modal. Media yang digunakan perusahaan dalam menjual sahamnya adalah pasar modal.

Pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana akan dipertemukan dalam pasar modal, dimana akan terjadi transaksi memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Sekuritas yang biasa diperjualbelikan dalam pasar modal dapat berupa saham ataupun obligasi (Tandelilin, 2010:26).

Pasar modal merupakan salah satu media yang dapat dimanfaatkan untuk memobilisasi dana, baik dari dalam maupun luar negeri. Keberadaan pasar modal memperbanyak pilihan sumber dana bagi perusahaan. Hal ini berarti keputusan pembelanjaan dapat menjadi semakin bervariasi. Sebagai media penghimpun dana, pasar modal akan mempunyai hubungan yang erat dengan investor selaku pihak yang berinvestasi. Oleh sebab itu, calon investor memerlukan informasi


(15)

yang berhubungan dengan keputusan investasi. Informasi dapat mengurangi tingkat ketidakpastian yang terjadi, sehingga keputusan yang diambil dapat sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Dalam pasar modal, ada berbagai informasi yang dapat diperoleh, baik informasi yang tersedia dari dalam maupun luar perusahaan. Informasi ini dapat berarti dan memiliki nilai jika informasi tersebut menyebabkan investor melakukan transaksi di pasar modal yang tercermin dalam perubahan harga saham, volume perdagangan, dan karakteristik pasar lainnya.

Kecepatan dan keakuratan informasi yang diperoleh dan direspon oleh suatu pasar akan menyebabkan pasar yang efisien. Kunci utama untuk mengukur pasar yang efisien adalah hubungan antara harga sekuritas dengan informasi, baik informasi yang lama, informasi yang sedang dipublikasikan atau semua informasi termasuk informasi privat (Jogiyanto, 2003:370)

Stock split merupakan salah satu cara yang dilakukan emiten untuk menjaga

agar saham tetap berada pada kisaran perdagangan yang maksimal, sehingga para calon investor memiliki kemampuan untuk membeli saham. Stock split

menjadikan harga saham lebih rendah sehingga akan menarik para investor khususnya investor kecil untuk membeli saham sesudah terjadi pemecahan saham, yang berdampak pada peningkatan permintaan yang mengakibatkan saham akan menjadi likuid. Meskipun secara teoritis stock split tidak memiliki nilai ekonomis tapi banyak peristiwa stock split di pasar modal menunjukkan bahwa stock split


(16)

Likuiditas (liquidity) mengacu pada biaya dan seberapa mudah suatu asset

dapat diubah menjadi kas, atau dijual. Para pedagang di bursa dalam jangka panjang mengakui pentingnya likuiditas, dan sejumlah bukti memperlihatkan bahwa likuiditas dapat menjatuhkan harga saham. Sejumlah studi memperlihatkan bagaimana likuiditas memainkan peran penting untuk menjelaskan tingkat imbal hasil dari asset keuangan (Bodie et al. 2008: 376-378).

Umumnya perusahaan melakukan stock split dikarenakan harga saham yang terlalu tinggi sehingga saham tersebut tidak likuid, jika saham tidak likuid maka transaksi perdagangan terhadap saham tersebut akan semakin sedikit. Sedikitnya transaksi perdagangan yang terjadi menyebabkan harga tidak bergerak fluktuatif, sehingga harapan untuk mendapatkan abnormal return juga akan semakin sedikit.

Tabel 1.1

Jumlah Perusahaan yang Melakukan Stock Split Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012

Tahun Jumlah Perusahaan

2010 5

2011 7

2012 8

Total 20

Sumber: JSX Statistics, Januari 2010–Agustus 2012 (Data Diolah)

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia. Semakin banyak peristiwa stock split di pasar modal menunjukkan bahwa stock split merupakan peristiwa yang penting dalam praktik pasar modal.


(17)

Stock split tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split

tidak mempengaruhi jumlah modal yang dimiliki perusahaan (Edward, 2008). Semakin bertambahnya perusahaan yang melakukan stock split, maka peneliti ingin melihat pengaruhnya terhadap likuiditas saham dan return saham perusahaan sebelum dan sesudah terjadinya peristiwa stock split. Likuiditas saham diproksikan ke dalam volume perdagangan.

Tabel 1.2

Rata-rata Volume Perdagangan Untuk Perusahaan yang Melakukan Stock Split Tahun 2010-Agustus 2012

No. Emiten Periode Pengamatan

H-5 hingga H-1 H+1 hingga H+5

1 KKGI 0.000836 0.010520

2 CPIN 0.000522 0.000818

3 LSIP 0.001842 0.003246

4 MTFN 0.001046 0.002870

5 BFIN 0.000034 0.000054

6 CTRA 0.000048 0.000018

7 TURI 0.001308 0.000770

8 DVLA 0.000220 0.000014

9 AUTO 0.003240 0.001030

10 PTRO 0.000098 0.000026

Sumber:http://finance.yahoo.com/ (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat perkembangan rata-rata likuiditas saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 sampai Agustus 2012. Dalam hal ini, likuiditas saham diproksikan ke dalam volume perdagangan yang mengalami keadaan meningkat dan menurun selama periode yang diteliti. Tabel 1.2 menampilkan 10 perusahaan yang melakukan stock split, dimana disajikan masing-masing lima perusahaan yang mengalami peningkatan dan penurunan setelah terjadinya peristiwa stock split.


(18)

Tabel 1.3

Rata-rata Abnormal Return Untuk Perusahaan yang Melakukan Stock Split Tahun 2010-Agustus 2012

No. Emiten Periode Pengamatan

H-5 hingga H-1 H+1 hingga H+5

1 KKGI -0.0066 0.0012

2 CPIN 0.0040 0.0042

3 LSIP -0.0048 0.0068

4 MTFN -0.0056 0.0700

5 BFIN 0 0.0042

6 CTRA 0.0208 -0.0198

7 TURI 0.0036 -0.0064

8 DVLA 0.0272 -0.0086

9 AUTO 0.0038 -0.0036

10 PTRO 0.0622 -0.0112

Sumber:http://finance.yahoo.com/ (Data Diolah)

Dampak suatu peristiwa di pasar modal diukur melalui returnnya, khusus untuk event studies yang mempelajari peristiwa spesifik, tolak ukur retrun yang digunakan adalah abnormal return (Samsul, 2006:275). Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dilihat bagaimana rata-rata perkembangan return saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 sampai Agustus 2012. Tabel 1.3 menampilkan 10 perusahaan yang melakukan stock split, dimana disajikan masing-masing lima perusahaan yang mengalami peningkatan dan penurunan setelah terjadinya peristiwa stock split.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rusliati dan Nur Farida (2010), meneliti pengaruh pemecahan saham terhadap likuiditas dan return saham pada 30 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 sampai tahun 2008. Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat penurunan baik pada volume


(19)

perdagangan saham maupun return saham. Sehingga pemecahan saham berpengaruh signifikan terhadap return saham dan volume perdagangan saham. Sutrisno (2000) meneliti pengaruh stock split terhadap likuiditas dan return

saham pada 15 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada periode Juli 1995-Juli 1997. Diperoleh hasil penelitian bahwa terdapat peningkatan volume perdagangan saham tetapi tidak terdapat perbedaan pada abnormal return. Sehingga pemecahan saham berpengaruh terhadap volume perdagangan saham tapi tidak berpengaruh pada return saham.

Hasil penelitian mengenai pengaruh pemecahan saham (stock split) terhadap likuiditas dan return saham yang ditunjukkan peneliti sebelumnya masih sangat membingungkan, artinya ada sebagian peneliti menyimpulkan bahwa pemecahan saham (stock split) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham dan likuiditas saham, namun ada sebagian peneliti yang menyimpulkan bahwa pemecahan saham (stock split) ternyata berpengaruh signifikan terhadap return

saham dan likuiditas saham. Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini mengambil judul analisis pengaruh stock split terhadap likuiditas saham dan

return saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)


(20)

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah pemecahan saham (stock split) berpengaruh terhadap likuiditas saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah pemecahan saham (stock split) berpengaruh terhadap return saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pemecahan saham (stock split) terhadap likuiditas saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pemecahan saham (stock split) terhadap return saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai pemecahan saham (stock split) dan hubungannya terhadap likuiditas saham dan return saham.


(21)

2. Bagi Perusahaan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan dan masukan dalam melakukan kebijakan perusahaan khususnya pemecahan saham (stock split).

3. Bagi investor dan calon investor

Sebagai salah satu pertimbangan sebelum pengambilan keputusan dalam melakukan investasi berdasarkan pemecahan saham (stock split).

4. Bagi peneliti lainnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan atau tambahan referensi untuk penelitian yang berhubungan dengan pemecahan saham (stock split) yang akan dilakukan di masa yang akan datang.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pasar Modal

Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagi pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Sedangkan tempat dimana terjadinya jual beli sekuritas disebut dengan bursa efek. Oleh karena itu, bursa efek merupakan arti dari pasar modal secara fisik. Untuk kasus di Indonesia terdapat satu bursa efek, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI). Sejak tahun 2007, Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) bergabung dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (Tandelilin, 2010:26).

Pasar modal merupakan pasar yang dimanfaatkan untuk memobilisasi dana, baik dari dalam maupun luar negeri. Kehadiran pasar modal memperbanyak pilihan sumber dana (khususnya dana jangka panjang) bagi perusahaan. Hal ini berarti keputusan pembelanjaan dapat menjadi semakin bervariasi.

Produk pasar modal merupakan alternatif investasi yang sangat menarik bagi para pemodal atau investor karena dapat memberikan tingkat hasil dan tingkat likuiditas yang tinggi yang dapat diperjualbelikan setiap saat, sehingga investor dapat dengan mudah melakukan penjualan asset apabila memerlukan dana yang segera sifatnya.


(23)

Disamping sebagai alternatif investasi yang sangat menarik bagi para pemodal, pasar modal juga dapat dijadikan sebagai alternatif sumber pembiayaan yang tidak kalah menariknya bagi dunia usaha dibandingkan dengan perbankan atau lembaga keuangan lainnya yang terdapat di pasar uang. Menariknya pasar modal sebagai alternatif sumber biaya bagi dunia usaha, dikarenakan keunggulan pasar modal didalam hal memberikan pembiayaan dalam jumlah yang relatif besar dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Sumber pembiayaan yang diperoleh dunia usaha melalui pasar modal umumnya mencapai ratusan miliar bahkan triliunan rupiah dan bersifat jangka panjang sehingga dapat disimpulkan bahwa sumber dana dari pasar modal adalah sesuatu yang sangat tepat bagi pembiayaan proyek-proyek investasi yang dilakukan dunia usaha guna menunjang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang.

Pasar modal berperan penting dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Disamping itu, pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling optimal. Asumsinya, investasi yang memberikan

return relatif besar adalah sektor-sektor yang paling produktif yang ada di pasar.

Dengan demikian, dana yang berasal dari investor dapat digunakan secara produktif oleh perusahaan-perusahaan tersebut.

Pada pasar modal Indonesia, cakupan tujuan dan misinya bersifat lebih luas, sesuai dengan idealisme bangsa Indonesia yang berusaha untuk menjalankan


(24)

perekonomian yang berasaskan kekeluargaan. (Publikasi dan Brosur Informasi BAPEPAM).

Untuk mewujudkan tujuan tersebut ada tiga aspek mendasar yang ingin dicapai pasar modal Indonesia, yaitu:

1. Mempercepat proses perluasan partisipasi masyarakat dalam pemilikan saham-saham perusahaan.

2. Pemerataan pendapatan masyarakat melalui pemilikan saham.

3. Menggairahkan masyarakat dalam mengerahkan dan penghimpunan dana untuk digunakan secara produktif.

2.2 Efisiensi Pasar

Pasar yang efisien adalah pasar dimana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia (Tandelilin, 2010:219). Secara umum, efisiensi pasar didefinisikan sebagai hubungan antara harga sekuritas dengan informasi. Bagaimana suatu pasar bereaksi terhadap suatu informasi untuk mencapai harga keseimbangan yang baru merupakan hal yang penting. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar yang seperti ini disebut pasar efisien.

Pasar efisien dapat terjadi karena peristiwa-peristiwa sebagai berikut (Jogiyanto, 2003:393):

1. Investor adalah penerima harga (price takers), yang berarti harga sekuritas ditentukan oleh banyak investor yang menentukan demand dan supply. Hal ini dapat terjadi jika pelaku pasar terdiri dari sejumlah besar institusi-institusi dan


(25)

individual-individual rasional yang mampu menginterpretasikan informasi dengan baik.

2. Informasi tersedia secara luas kepada semua pelaku pasar pada saat yang bersamaan dan harga untuk memperoleh informasi tersebut murah.

3. Informasi yang dihasilkan secara acak (random) dan tiap-tiap pengumuman informasi sifatnya random satu dengan yang lainnya. Informasi dihasilkan secara random mempunyai arti bahwa investor tidak dapat memprediksi kapan emiten akan mengumumkan informasi yang baru.

4. Investor bereaksi dengan menggunakan informasi secara penuh dan cepat, sehingga harga dari sekuritas berubah dengan semestinya mencerminkan informasi tersebut untuk mencapai keseimbangan harga yang baru.

Konsep pasar efisien dapat membantu dalam memahami bagaimana sebenarnya mekanisme harga yang terjadi di pasar, Fama (1970) mengklasifikasikan bentuk pasar yang efisien ke dalam tiga Efficient Market

Hypothesis (EMH), sebagai berikut: (Tandelilin, 2010:223-224)

1. Efisien dalam bentuk lemah (weak form)

Pasar efisien dalam bentuk lemah berarti semua informasi di masa lalu

(historis) akan tercermin dalam harga yang terbentuk sekarang. Oleh karena

itu, informasi historis tersebut (seperti harga dan volume perdagangan, serta peristiwa di masa lalu) tidak bisa lagi digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa yang akan datang, karena sudah tercermin pada harga saat ini. Implikasinya adalah bahwa investor tidak akan bisa


(26)

memprediksi nilai pasar saham di masa datang dengan menggunakan data historis, seperti yang dilakukan dalam analisis teknikal.

2. Efisien dalam bentuk setengah kuat (semi strong)

Pasar efisien dalam bentuk setengah kuat berarti harga pasar saham yang terbentuk sekarang telah mencerminkan informasi historis ditambah dengan semua informasi yang dipublikasikan (seperti earning, dividen, pengumuman

stock split, penerbitan saham baru, kesulitan keuangan yang dialami

perusahaan, dan peristiwa-peristiwa terpublikasi lainnya yang berdampak pada aliran kas perusahaan di masa mendatang). Pada pasar edisien bentuk setengah kuat, return tak normal hanya terjadi di seputar pengumuman (publikasi) suatu peristiwa sebagai representasi dari respon pasar terhadap pengumuman tersebut. Suatu pasar dinyatakan efisien dalm bentuk setengah kuat bila informasi terserap atau direspon dengan cepat oleh pasar (dalam satu hingga dua spot waktu atau hari di seputar pengumuman). Return tak normal yang terjadi berkepanjangan (lebih dari tiga spot waktu) mencerminkan sebagian repson pasar terlambat dalam menyerap atau menginterpretasi informasi, dan dengan demikian dianggap pasar tidak efisien dalam bentuk setengah kuat.

3. Efisien dalam bentuk kuat (strong form)

Pasar efisien dalam bentuk kuat berarti harga pasar saham yang terbentuk sekarang telah mencerminkan informasi historis ditambah dan semua informasi yang dipublikasikan ditambah dengan informasi yang tidak


(27)

dipublikasikan. Pada pasar efisien bentuk kuat tidak akan ada seorang investor pun yang bisa memperoleh return tak normal.

2.3 Studi Peristiwa (event study)

Studi peristiwa (event study) digunakan untuk mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa, baik pada saat peristiwa itu terjadi maupun beberapa saat setelah peristiwa itu terjadi. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga sekuritas yang bersangkutan. Untuk melihat apakah harga saham akan meningkat atau menurun setelah peristiwa itu terjadi, atau sudah terpengaruh sebelum peristiwa tersebut terjadi secara resmi. Besarnya dampak suatu peristiwa terhadap jenis saham tidaklah sama. Dampak tersebut dapat berupa dampak negatif dan positif. Investor menggunakan ‘return’, yaitu perbandingan harga saat ini dengan harga sebelumnya, sebagai tolak ukur dampak suatu peristiwa. Khusus dalam event studies yang mempelajari peristiwa spesifik, tolak ukur return yang digunakan adalah abnormal return (Samsul, 2006:273).

2.4 Pemecahan Saham (Stock Split) 2.4.1 Pengertian Pemecahan Saham

Menurut kamus besar istilah keuangan dan investasi, “pemecahan saham atau

stock split merupakan pemecahan jumlah saham yang beredar dari suatu

perusahaan tanpa penambahan apapun dalam ekuitas pemegang saham.” Stock

split adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh para manager perusahaan dengan

melakukan perubahan terhadap jumlah saham yang beredar dan nominal perlembar saham sesuai dengan split factor-nya.


(28)

Stock split merupakan hal yang biasa terjadi dalam suatu perusahaan. Stock

split berarti memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Stock split

mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar tanpa transaksi jual beli yang mengubah besarnya modal. Stock split merupakan perubahan nilai nominal per lembar saham dan menambah jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahan (split factor). Harga per lembar saham baru setelah

stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Stock split dilakukan pada

saat harga saham dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi kemampuan investor untuk membelinya. Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomis (Jogiyanto, 2003:415).

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pemecahan saham atau stock split akan meningkatkan jumlah lembar saham yang diperdagangkan dan secara proporsi akan menurunkan nilai per lembar sahamnya. Pemecahan saham (stock split) merupakan upaya yang dilakukan agar saham terlihat lebih menarik bagi investor, sekalipun tidak meningkatkan kemakmuran investor.

Misalnya jumlah saham yang beredar adalah 1 juta lembar dengan nilai Rp 1,000,- per lembar. Nilai ekuitas perusahaan adalah sebesar 1 juta x Rp 1,000,- = Rp 1 milyar. Perusahaan memecah dari satu lembar saham untuk dijadikan sebanyak 2 lembar saham, sehingga harga per lembar saham baru adalah menjadi Rp 500,- dan jumlah saham beredar menjadi sebanyak 2 juta lembar. Nilai ekuitas


(29)

perusahaan tidak berubah, yaitu tetap sebesar 2 juta x Rp 500,- = Rp 1 milyard (Jogiyanto, 2003:416).

Menurut Samsul (2006:190), ada dua jenis stock split yang dapat dilakukan yaitu:

1. Split up, berarti satu saham lama ditarik dari peredaran dan diganti dengan 2

saham baru tetapi nominal saham baru itu lebih kecil, yaitu ½ dari nominal sebelumnya. Tindakan split up hanya akan menaikkan jumlah saham dan menurunkan nominal saham, tetapi tidak mengubah total modal disetor dan total ekuitas.

2. Split down atau reverse split, berarti tindakan menurunkan jumlah saham

beredar. Tujuan split down adalah untuk meningkatkan harga saham di pasar agar image perusahaan meningkat. Split down dilakukan dengan menarik kembali sejumlah saham yang beredar dan diganti dengan satu saham baru yang nominalnya lebih tinggi, tetapi tidak mengubah total modal disetor dan total ekuitas. Split 5:1 berarti 5 saham lama diganti dengan satu saham baru.

2.4.2 Alasan melakukan Stock Split

Pemecahan saham atau stock split menjadi sesuatu yang perlu dipertimbangkan oleh para investor dalam mengambil keputusan, karena para manajer memiliki alasan atau motivasi yang berbeda dalam memecah saham.

Ada beberapa alasan mengapa manajer perusahaan melakukan stock split

seperti yang dikemukakan oleh Scott, et al (dalam Margaretha, 2004:74):

1. Agar harga saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah pemegang saham dan meningkatkan likuiditas perdagangan saham.


(30)

2. Sebagian besar manajer perusahaan yang melakukan split percaya bahwa stock

split akan mengembalikan harga saham pada kisaran perdagangan yang

optimal yang selanjutnya dapat menambah daya tarik investor untuk memiliki saham tersebut sehingga membuat saham likuid untuk diperdagangkan. Hal ini akan mengubah investor odd lot menjadi round lot.

3. Untuk membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang berupa peningkatan laba dan deviden kas.

Menurut Kieso dan Weygandt (2007:60), alasan perusahaan melakukan stock

split yaitu:

1. Untuk menyesuaikan harga pasar saham perusahaan pada tingkat dimana individu dapat lebih banyak menginvestasikan dananya pada saham tersebut. 2. Untuk menyebarkan atau memperluas pemegang saham dengan meningkatkan

jumlah saham yang beredar dengan nilai pasar yang dapat dijangkau.

3. Untuk menguntungkan pemegang saham yang ada dengan memberi kesempatan pada mereka untuk mengambil manfaat dari suatu penyesuaian pasar yang tidak sempurna setelah stock split.

Perusahaan melakukan stock split untuk menambah jumlah saham yang beredar dengan menjadikan harga saham lebih murah sehingga dapat menarik minat investor dan saham perusahaan menjadi lebih likuid diperdagangkan di bursa saham. Tujuan umum yang diperoleh dari stock split adalah penurunan harga saham yang selanjutnya menambah daya tarik untuk memiliki saham tersebut sehingga membuat saham lebih likuid diperdagangkan dan mengubah investor add lot menjadi round lot. Add lot adalah kondisi dimana investor


(31)

membeli saham dibawah 500 lembar (1 lot), sedangkan round lot adalah investor yang membeli saham minimal 500 lembar (1 lot).

Menurut Ahmad (2004:196) stock split bertujuan untuk menurunkan harga saham sehingga dapat menarik investor dan memberikan keuntungan bagi para investor jika dividen yang dibayarkan lebih besar.

Menurut Irham dan Yovi (2009;107) menyatakan bahwa ada beberapa tujuan suatu perusahaan melakukan stock split, yaitu:

1. Untuk menghindari harga saham yang terlalu tinggi sehingga memberatkan publik untuk membeli/memiliki saham tersebut.

2. Mempertahankan tingkat likuiditas saham.

3. Menarik investor yang berpotensi lebih banyak guna memiliki saham tersebut. 4. Menarik minat investor kecil untuk memiliki saham tersebut karena jika terlalu

mahal maka kepemilikan dana dari investor kecil tidak akan terjangkau. 5. Menambah jumlah saham yang beredar.

6. Memperkecil risiko yang akan terjadi, terutama bagi investor yang ingin memiliki saham tersebut dengan kondisi harga saham yang rendah maka karena sudah dipecah tersebut artinya telah terjadi diversifikasi investasi.

2.4.3 Teori Pemecahan Saham (Stock Split)

Secara teoritis, motivasi yang melatarbelakangi perusahaan yang melakukan pemecahan saham serta dampak yang telah ditimbulkan tertuang dalam beberapa teori, antara lain Signaling Theory dan Trading Range Theory (Mason dan Roger, 1998 dalam Ayu, 2010:11).


(32)

Signaling theory menyatakan bahwa stock split dianggap perusahaan memberikan sinyal yang baik kepada publik berkaitan dengan prospek perusahaan yang bagus dimasa depan, karena perusahaan yang melakukan pemecahan saham adalah perusahaan yang memiliki saham dengan harga yang tinggi, harga saham yang tinggi tersebutlah sebagai sinyal bahwa perusahaan memilik prospek masa depan yang baik, dimana harga saham yang tinggi mencerminkan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik (Jogiyanto, 2003:419).

Copeland (1979) dalam Jogiyanto (2003) menyatakan bahwa stock split

memerlukan biaya transaksi yang besar, misalnya mencetak sertifikat baru sehingga perusahaan yang memiliki prospek yang baik saja yang mampu menanggung biaya tersebut. Jika bereaksi pada waktu pemecahan saham bukan berarti pasar bereaksi atas informasi stock split yang tidak memiliki nilai ekonomis, melainkan mengetahui prospek perusahaan di masa depan yang disinyalkan melalui pemecahan saham. Jadi faktor yang memotivasi perusahaan melakukan pemecahan saham adalah kinerja perusahaan.

Menurut Trading Range Theory, harga saham yang terlalu tinggi menyebabkan saham tidak likuid, hal tersebut berkaitan dengan kemampuan tiap-tiap investor yang berbeda-beda, oleh karena itu perusahaan melakukan pemecahan saham dalam upaya mengarahkan harga saham pada interval tertentu yang tidak terlalu mahal. Dengan melakukan pemecahan saham maka harga saham menjadi tidak terlalu tinggi sehingga mampu dijangkau oleh calon investor dan pada akhirnya meningkatkan likuiditas saham. Sehingga menurut teori ini, perusahaan melakukan stock split karena memandang harga sahamnya terlalu


(33)

tinggi, dengan kata lain harga saham yang terlalu tinggi itu yang akan mendorong perusahaan melakukan pemecahan saham.

2.5 Likuiditas Saham

Likuiditas saham merupakan salah satu indikator untuk melihat reaksi pasar terhadap suatu pengumuman. Likuiditas saham dapat dilihat dari volume perdagangan yang terjadi pada suatu saham. Volume perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham perusahaan yang diperdagangankan pada waktu tertentu dengan jumlah lembar saham perusahaan yang beredar pada waktu tertentu.

Menurut Asri dan Faizal (1998) Trading Volume Activity (TVA) merupakan suatu instrumen yang digunakan sebagai alat ukur untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi volume perdagangan saham suatu perusahaan di pasar modal. Volume perdagangan saham merupakan salah satu parameter aktivitas jual beli saham di Bursa, semakin meningkat jual beli saham maka aktivitas perdagangan saham di bursa juga akan semakin meningkat. Hal tersebut akan berpengaruh pada permintaan dan penawaran akan saham tersebut. Semakin meningkat permintaan dan penawaran suatu saham, maka pengaruhnya pun akan semakin besar terhadap fluktuasi harga saham di bursa. Sedangkan semakin meningkatnya volume perdagangan saham hal tersebut menandakan bahwa saham tersebut semakin diminati oleh masyarakat sehingga akan membawa pengaruh terhadap naik atau turunnya return saham tersebut.

Trading Volume Activity (TVA) atau aktivitas volume perdagangan adalah


(34)

informasi melalui parameter volume saham yang diperdagangkan di pasar (Sutrisno, 2000:6). Adapun formula untuk menghitung Trading Volume Activity

(TVA) adalah sebagai berikut:

Saham perusahaan i yang diperdagangkan pada waktu t, dimana: i = Nama perusahaan

t = Waktu tertentu 2.6 Return Saham

Return saham atau pengembalian saham merupakan salah satu aspek terpenting dalam melakukan analisis investasi. Return saham adalah tingkat keuntungan yang akan dinikmati oleh investor atas suatu investasi yang dilakukannya. Besarnya return saham dapat terlihat dari adanya abnormal return

yang diperoleh investor berkaitan dengan adanya peristiwa pemacahan saham. Abnormal return adalah selisih antara return yang sesungguhnya terjadi dengan return ekspektasi. Abnormal return yang positif menunjukkan bahwa

return yang diterima lebih besar dari pada return yang diharapkan, sebaliknya jika

return yang diterima itu lebih kecil dari pada yang diharapkan maka disebut

abnormal return negatif.

Perhitungan abnormal return pada penelitian ini menggunakan model yang disesuaikan pasar yaitu market adjusted model. Pada model ini menganggap bahwa penduga paling baik untuk return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat itu. Jika return indeks pasar pada saat pengumuman adalah 10%


(35)

maka expected return semua sekuritas pada saat yang sama adalah sama dengan

return indeks pasarnya yaitu 10%. Jika return suatu sekuritas pada saat yang sama

sebesar 25% maka abnormal return untuk sekuritas tersebut adalah 15% (Jogiyanto, 2003:445).

Rumus yang digunakan yaitu sesuai dengan market adjusted model sebagai berikut:

Menghitung abnormal return:

Keterangan:

ARit = abnormal return saham i pada hari ke t

Rit = actual return saham i pada hari ke t

ER = expected return pasar pada hari ke t

Langkah-langkah dalam menghitung abnormal return, yaitu: 1. Menghitung actual return

Actual return saham yang diperoleh dengan mencari selisih antara harga

sekarang dikurangi dengan harga saham hari sebelumnya dibagi harga saham hari sebelumnya. Menghitung actual return untuk mengetahui perbandingan harga saham hari ini dengan harga saham pada hari sebelumnya digunakan persamaan sebagai berikut:


(36)

Keterangan:

Rit = Return saham i pada waktu t

Pit = Harga saham i pada waktu t Pit-1 = Harga saham i pada waktu t-1 2. Menghitung expected return

Expected return dihitung dengan mengunakan indeks pasar karena menurut

market adjusted model penduga terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas

adalah indeks pasar pada saat hari itu. Indeks pasar yang digunakan adalah IHSG, maka untuk menghitung expected returnnya digunakan rumus :

Keterangan:

ER = expected return

IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan pada hari ke t

IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada hari ke t-1

2.7 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah: 1. Edward Ferdyca Sitompul (2011) melakukan penelitian untuk menganalisis

pengaruh pemecahan saham terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham (Studi Kasus:Perusahaan yang Go Publik di BEI ). Hasil penelitian diperoleh terdapat perbedaan yang signifikan terhadap harga saham sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan ukuran kecil, sedangkan harga saham pada perusahaan ukuran besar tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada


(37)

saat sebelum dan sesudah stock split. Hasil uji beda Paired T-Test pada volume perdagangan saham menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada saat sebelum dan sesudah dilakukannya stock split.

2. Ellen Rusliati dan Nur Farida (2010) meneliti pengaruh pemecahan saham terhadap likuiditas saham dan return saham pada 30 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006–2008. Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat penurunan baik pada volume perdagangan saham maupun return saham. Sehingga pemecahan saham berpengaruh signifikan terhadap return saham dan volume perdagangan saham.

3. Winda Sari Lubis (2010) meneliti pengaruh pemecahan saham terhadap perubahan harga saham dan likuiditas saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemecahan saham tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham, pemecahan saham berpengaruh negatif terhadap likuiditas saham (bid ask spread) secara signifikan, dan pemecahan saham tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap naik turunnya likuiditas saham (Trading Volume Activity).

4. I Gusti Mila W. (2010) meneliti tentang analisis pengaruh pemecahan saham terhadap volume perdagangan dan abnormal return saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa pada hipotesis pertama tidak ada pengaruh signifikan rata-rata volume perdagangan sebelum dan sesudah pemecahan saham. Sedangkan hipotesis kedua menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang


(38)

signifikan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pemecahan saham. Artinya volume perdagangan saham dan abnormal return tidak mendapatkan reaksi dari pasar.

5. Wang Sutrisno (2000) melakukan penelitian tentang pengaruh stock split

terhadap likuiditas saham dan return saham di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini mengambil sampel perusahaan yang melakukan kebijakan pemecahan saham pada periode tahun 1996–1997, sampel yang digunakan adalah 15 perusahaan. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa pemecahan saham mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, persentase spread dan volumeperdagangan saham, tapi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap varians saham dan abnormal return baik ditinjau secara individual maupun sebagai sebuah portofolio sehingga dapat disimpulkan bahwa stock split tidakmempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return

saham.

6. Iguh Wijanarko (2012) meneliti tentang analisis pengaruh pemecahan saham

(Stock Split) terhadap likuiditas saham dan return saham (study kasus pada

perusahaan yang terdaftar di BEI Periode 2007-2011). Penelitian ini dilakukan pada 31 perusahaan yang melakukan pemecahan saham terdaftar di BEI pada tahun 2007-2011. Penelitian ini menggunakan analisis uji statistik uji beda dua rata-rata dengan periode pengamatan selama 10 hari yaitu t = -5 (5 hari sebelum pemecahan saham) dan t = 5 (5 hari sesudah pemecaham saham). Sedangkan metode penentuan sample menggunakan purposive


(39)

bereaksi secara cepat dilihat dari abnormal return dengan tingkat signifikansi 0,003 pada hari pertama setelah stock split dan tingkat signifikansi 0,001 untuk trading volume activity. Sedangkan berdasarkan hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan pada abnormal return sebelum dan setelah stock split dengan tingkat signifikan 0,582 namun menunjukkan perbedaan terhadap trading volume activity dimana tingkat signifikan 0,027.

Tabel 2.1

Daftar Penelitian Terdahulu

No

Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian Variabel

Teknik Analisis

Data

Hasil Penelitian

1. Edward Ferdyca Sitompul (2011) Analisis Pengaruh Pemecahan Saham Terhadap Harga Saham Dan Volume Perdagangan Saham (Studi Kasus: Perusahaan yang Go Publik di BEI Periode 2006-2007) Volume perdagangan saham dan harga saham Uji beda Paired T-Test terdapat perbedaan yang signifikan terhadap harga saham sebelum dan sesudah stock split

pada perusahaan ukuran kecil, sedangkan harga saham pada perusahaan ukuran besar tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada saat sebelum dan sesudah stock split. Hasil uji beda Paired T-Test pada volume

perdagangan saham menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada saat sebelum dan sesudah

dilakukannya stock split.

2. Ellen Rusliati dan Esti Nur Farida (2010) Pengaruh Pemecahan Saham Terhadap Likuiditas Saham dan

Return Saham Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI

Abnormal return dan

bid-ask spread

Sample t test Menunjukkan hasil pengujian bid-ask spread dan

abnormal return

sebelum dan sesudah dilakukan


(40)

periode 2006 – 2008. stock split berbeda signifikan, artinya berpengaruh terhadap likuiditas, 3. Winda

Sari Lubis (2010)

Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) terhadap Perubahan Harga Saham dan Likuiditas Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

Harga saham dan bid ask spread

uji beda dua sampel berpasangan Tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham, pemecahan saham berpengaruh negatif terhadap likuiditas saham (bid ask spread) secara signifikan, dan pemecahan saham tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap naik turunnya likuiditas saham (Trading Volume Activity)

4. I Gusti Ayu Mila W. (2010)

Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Volume Perdagangan Saham dan Abnormal Return Saham pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI tahun 2007 – 2009

Volume perdagangan saham dan

abnormal return

Uji beda dua rata-rata Tidak ada pengaruh signifikan rata-rata volume perdagangan sebelum dan sesudah pemecahan saham. Dan tidak terdapat pengaruh yang signifikan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pemecahan saham. Artinya volume perdagangan saham dan abnormal return

tidak mendapatkan reaksi dari pasar. 5. Wang

Sutrisno (2000)

Pengaruh Stock Split

Terhadap Likuiditas dan Return Saham di Bursa Efek Jakarta

Volume perdagangan saham dan

abnormal return saham

Uji beda dua rata-rata dan analisis regresi berganda

Aktivitas split

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap volume Perdagangan tetapi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan


(41)

terhadap abnormal return

6. Iguh Wijanar ko (2012) Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Likuiditas Saham Dan Return Saham

(Study Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar BEI Periode 2007-2011) Volume perdagangan saham dan abnormal return

uji beda dua rata-rata dan uji one sample t test

hasil uji one sample t test yang

menunjukkan bahwa pasar bereaksi

secara cepat dilihat dari abnormal return dengan tingkat signifikansi 0,003 pada

hari pertama setelah

stock split dan tingkat signifikansi 0,001 untuk trading volume activity. Sedangkan berdasarkan hasil uji beda

menunjukkan tidak terdapat perbedaan pada abnormal return sebelum dan setelah stock split

dengan tingkat signifikan 0,582 namun menunjukkan perbedaan terhadap trading volume activity dimana tingkat signifikan 0,027.

2.8 Kerangka Konseptual

Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh pemecahan saham terhadap likuiditas saham yang diproksikan kepada volume perdagangan dan melihat bagaimana pengaruh pemecahan saham terhadap return saham, yang diukur dari abnormal return.

Pemecahan saham atau stock split merupakan salah satu cara yang dilakukan emiten untuk menjaga agar saham tetap berada pada kisaran perdagangan yang maksimal, sehingga para calon investor masih memiliki kemampuan untuk


(42)

membeli saham. Pemecahan saham yang menjadikan harga saham menjadi lebih murah diharapkan akan mampu menjaga tingkat perdagangan saham dalam rentang yang optimal dan menjadikan saham lebih likuid. Harga saham yang murah akan menyebabkan investor membelinya sehingga akan meningkatkan volume perdagangan saham.

Volume perdagangan saham merupakan salah satu parameter aktivitas jual beli saham di bursa, semakin meningkat jual beli saham maka aktivitas perdagangan saham di bursa juga akan semakin meningkat. Hal tersebut akan berpengaruh pada permintaan dan penawaran akan saham tersebut. Semakin meningkat permintaan dan penawaran suatu saham, maka pengaruhnya pun akan semakin besar terhadap fluktuasi harga saham di bursa. Sedangkan semakin meningkatnya volume perdagangan saham hal tersebut menandakan bahwa saham tersebut semakin diminati oleh masyarakat sehingga akan membawa pengaruh terhadap naik atau turunnya return saham tersebut.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Copeland (1979), mengenai pemecahan saham (stock split) menemukan bahwa stock split berpengaruh terhadap likuiditas saham. Studi yang dilakukan oleh Fama, Fisher, Jansen, dan Roll (1969) menemukan adanya abnormal return sebelum pengumuman stock


(43)

Kerangka konseptual dalam penelitian ini dirumuskan berdasarkan tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual

Namun, beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa pemecahan saham tidak memberikan peningkatan return yang berarti. Untuk itu perlu dilakukan pengujian tentang adanya potensi return yang akan diterima oleh investor setelah melakukan pemecahan saham. Untuk melihat apakah pemecahan saham (stock split) saham mempengaruhi return yang akan diterima oleh investor. Bila pemecahan saham mempunyai kandungan informasi yang menguntungkan maka akan berpengaruh terhadap saham yang terlihat dari perubahan volume perdagangan saham, hal ini disebabkan karena pemecahan saham membuat harga saham menjadi lebih rendah yang akan mendorong investor melakukan transaksi. Besarnya pengaruh tersebut tercemin dalam besarnya perubahan yang terjadi dalam volume perdagangan saham.

Likuiditas Saham Pemecahan saham

(Stock Split)


(44)

2.9 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual, maka dihipotesiskan sebagai berikut:

1. Pemecahan saham (stock split) berpengaruh signifikan terhadap likuiditas saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Pemecahan saham (stock split) berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua varibel atau lebih atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala. (Sugiyono, 2006:11).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan situs

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan mulai bulan April 2013 sampai bulan Mei 2013.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan pemecahan saham (stock split).

2. Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah Likuiditas Saham yang diukur dengan Trading Volume Activity (TVA), dan return saham yang diukur dari abnormal return.


(46)

3. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode antara bulan Januari 2010- Agustus 2012.

4. Perusahaan yang melakukan stock split periode antara bulan Januari 2010-Agustus 2012.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini adalah:

1. Stock Split (X)

Stock split berarti memecah selembar saham menjadi n lembar saham,

sehingga mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar tanpa transaksi jual beli yang mengubah besarnya modal.

2. Likuiditas Saham (Y1)

Likuiditas (liquidity) saham adalah seberapa cepat saham yang dimiliki dapat diubah menjadi dana. Pada dasarnya, perusahaan yang memiliki aktivitas transaksi yang tinggi dapat dikatakan sebagai saham yang likuid. Likuiditas saham diproksikan melalui volume perdagangan yang diukur dengan Trading

Volume Activity (TVA). Adapun formula untuk menghitung TradingVolume

Activity (TVA) adalah dengan membandingkan saham perusahaan i yang

diperdagangkan pada waktu t, dengan saham perusahaan i yang beredar pada waktu t.

3. Return saham (Y2)

Return saham merupakan pendapatan per lembar saham yang dinikmati oleh

investor atas suatu investasi yang dilakukan. Return juga dapat digunakan sebagai alat pengukuran untuk menilai pertumbuhan atau kinerja suatu


(47)

perusahaan. Besarnya return saham dapat terlihat dari adanya abnormal

return yang diperoleh investor berkaitan dengan adanya peristiwa pemecahan

saham. Abnormal return adalah selisih antara return yang sesungguhnya terjadi dengan return ekspektasi.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Parameter Skala

Ukur Stock split (X) Memecah selembar saham menjadi n lembar saham Rasio Likuiditas saham

(Y1)

seberapa cepat saham yang dimiliki dapat diubah menjadi dana. Rasio Return saham

(Y2)

Pendapata n per lembar

saham

Abnormal Return:

ARi,t = Ri,t – ER

Rasio

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Adapun kriteria sampel perusahaan antara lain:

1. Perusahaan yang melakukan stock split pada bulan Januari 2010 sampai dengan Agustus 2012.

2. Pada saat melakukan aktivitas stock split tidak mengeluarkan kebijakan– kebijakan lainnya seperti right issue, stock dividen, bonus share dan lain–lain pada periode Januari 2010 sampai dengan Agustus 2012.


(48)

3. Memiliki data lengkap yang dibutuhkan dalam penelitian.

Daftar perusahaan yang melakukan stock split pada periode Januari 2010 sampai dengan Agustus 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.2

Daftar Perusahaan Stock Split Januari 2010-Agustus 2012

No. Nama Perusahaan Kode Tanggal

Stock Split 1. Resource Alam Indonesia Tbk KKGI 18/03/2010 2. Ciputra Development Tbk CTRA 15/06/2010

3. Tunas Redean Tbk TURI 17/06/2010

4. Darya–Varia Laboratoria Tbk DVLA 12/11/2010 5. Charoen Pokphan Indonesia Tbk CPIN 08/12/2010 6. London Sumatera Plantation Tbk LSIP 25/02/2011 7. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk BTPN 28/03/2011

8. Intraco Penta Tbk INTA 06/06/2011

9. Astra Otopart Tbk AUTO 24/06/2011 10. Surya Semesta Internusa Tbk SSIA 07/07/2011 11. Capitalinc Investment Tbk MTFN 11/07/2011 12. Jasuindo Tiga Perkasa Tbk JTPE 26/07/2011 13. Pool Advista Indonesia Tbk POOL 03/01/2012

14. Petrosea Tbk PTRO 06/03/2012

15. Hero Supermarket Tbk HERO 05/04/2012 16. Astra International Tbk ASII 05/06/2012 17. Indomobil Sukses International Tbk IMAS 07/06/2012 18. Modern International Tbk MDRN 03/07/2012 19. BFI Finance Indonesia Tbk BFIN 07/08/2012 20. Surya Toto Indonesia Tbk TOTO 09/08/2012 Sumber :JSX Statistics, Januari 2010–Agustus 2012

3.6 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. (Kuncoro, 2009:148).


(49)

Data yang digunakan adalah data historis tentang volume perdagangan saham dan harga saham secara harian. Data-data tersebut diperoleh dari media internet,

yaitu

Data yang digunakan adalah sebagai berikut: 1) Diketahui tanggal pemecahan saham (stock split)

2) Volume perdagangan pada saat melakukan stock split, 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah peristiwa pemecahan saham (stock split)

3) Harga saham perusahaan pada saat melakukan stock split, 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah peristiwa pemecahan saham (stock split)

4) Jumlah saham yang beredar dan yang diperdagangkan perusahaan pada saat melakukan stock split, 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah peristiwa pemecahan saham (stock split)

5) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada saat melakukan stock split, 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah peristiwa pemecahan saham (stock split).

3.7 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode studi dokumentasi, dimana peneliti mengumpulkan data, teori, pendapat para pakar dan praktisi, dan berbagai informasi lainnya yang mendukung dan relevan terhadap permasalahan yang akan diteliti dari berbagai literatur dan media internet seperti buku-buku ilmiah, jurnal-jurnal penelitian, penelitian-penelitian terdahulu, dan data-data lainnya yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI):


(50)

3.8 Teknik Analisis Data 3.8.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah proses pengumpulan, penyajian peringkasan berbagai karakteristik data untuk memberikan informasi dan gambaran yang dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum.

3.8.2 Uji Normalitas

Salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi yaitu uji normalitas data populasi. Hasil uji normalitas yang baik adalah bentuk distribusi normal atau mendekati normal. Jika data berdistribusi normal, titik-titik plotnya harus berada pada suatu garis lurus. Sedangkan jika titik-titik tersebut membentuk seperti huruf S, maka menunjukkan bahwa data menjulur (skew) (Rochaety, et.al, 2009:104).Uji ini juga dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain:

a. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov

Alat uji ini digunakan untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal. Hipotesisnya sebagai berikut:

H0 = data residual berdistribusi normal

Ha = data rasidual tidak berdistribusi normal

Dengan menggunakan tingkat signifikan (�)5%. Jika nilai Asymp.Sig (2 tailed) > taraf nyata (α), maka H0 diterima artinya data residual berdistribusi

normal. Sebaliknya jika nilai Asymp.Sig (2 tailed)< taraf nyata (α), maka H0

diterima artinya data residual tidak berdistribusi normal.

Pada pengujian data normal, juga dapat dilakukan pengujian terhadap Data


(51)

yang lain. Data outlinear bisa terjadi karena kesalahan dalam pemasukan data, kesalahan pada pengambilan sampel. Keberadaan data-data ekstrim yang tidak bisa dihindarkan. Data outlinear dihilangkan karena dianggap tidak mencerminkan sebaran data yang sesungguhnya. Jika sebuah data outlinear, maka nilai Z yang di dapat lebih besar dari angka +2,5 atau lebih kecil dari angka -2,5 (Santoso, 2005:112).

b. Pendekatan Histogram

Untuk menguji normalitas data dapat dilihat dengan kurva normal. Kurva normal yaitu kurva yang memiliki ciri-ciri khusus, salah satu diantaranya adalah mean, modus, dan median pada tempat yang sama. Ukuran kemiringan puncak kurva ke kiri atau ke kanan dikenal dengan nama “kemiringan kurva” atau “kemencengan kurva” (skewness). Kemencengan suatu kurva distribusi data dapat bertanda positif (arah kanan) dan bertanda negatif (arah kiri).

c. Pendekatan Grafik

PP plot akan membentuk plot antara nilai-nilai teoritis (sumbu x) melawan nilai-nilai yang didapat dari sampel (sumbu y). Apabila plot dari keduanya berbentuk linier (didekati garis lurus), maka hal ini merupakan indikasi bahwa residual menyebar normal. Bila pola-pola titik yang terletak selain di ujung-ujung plot masih berbentuk linier, meskipun ujung-ujung plot agak menyimpang dari garis lurus, dapat dikatakan bahwa sebaran data adalah menyebar normal.


(52)

3.8.3 Pengujian Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas data, maka dilakukan pengujian statistic untuk menguji hipotesis. Pengujian statistik yang digunakan adalah Uji-T berpasangan (paired t-test). Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh stock split terhadap likuiditas saham dan return saham. Uji paired t-test

ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.

Bentuk pengujiannya adalah: Likuiditas Saham

H1 : b1 = 0, artinya pemecahan saham (stock split) tidak berpengaruh signifikan

terhadap likuditas saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H2 : b1 ≠ 0, artinya pemecahan saham (stock split) berpengaruh signifikan terhadap

likuiditas saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Return Saham

H1 : b1 = 0, artinya pemecahan saham (stock split) tidak berpengaruh signifikan

terhadap return saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H2 : b1 ≠ 0, artinya pemecahan saham (stock split) berpengaruh signifikan terhadap

return saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek


(53)

Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5 %, jika nilai sig. t > 0.05 H1

diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika sig. t < 0.05 H1 diterima, artinya ada pengaruh

yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai thitung juga

dapat dibandingkan dengan nilai ttabel. Kriteria pengambilan keputusannya, yaitu:

H1 diterima jika- ttabel< thitung < ttabel pada α = 5%


(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Gambaran Umum Pasar Modal Di Indonesia

Perkembangan pasar modal Indonesia mengalami pasang dan surut, seirama dengan perjalanan Negara Indonesia. Pada zaman penjajahan Belanda, misalnya, pasar modal Indonesia pernah mengalami pasang. Kemudian, seiring dengan berakhirnya kekuasaan Belanda di Indonesia, pasar modal juga mengalami kemunduran. Selanjutnya, saat negara Indonesia mengalami kemelut (termasuk kesulitan ekonomi), pada tahun 1960-an, pasar modal juga tidak bisa menunjukkan aktivitas yang baik. Catatan terakhir menunjukkan, pasar modal Indonesia mengalami masa pasang ketika pembangunan ekonomi yang dilakukan sejak Orde Baru mulai menunjukkan hasil pada ahir tahun 1980-an. Pada tahun 1997, ekonomi Indonesia dilanda krisis moneter yang menyebabkan pasar modal juga terkena imbasnya.

Kegiatan perdagangan saham sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda, yaitu ketika nama Indonesia masih Hindia Belanda. Kegiatan perdagangan efek di Batavia (sekarang Jakarta) dimulai pada tanggal 14 desember 1912, Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925, dan di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Kegiatan ini ditutup ketika Perang Dunia II berlangsung (1940). Pada waktu itu, perdagangan efek tidak terorganisasi dengan baik sehingga sulit untuk mendapatkan data historis tentang kemajuan perdagangan.


(55)

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Bursa efek Indonesia memaparkan tentang perkembangan pasar modal di Indonesia dalam situsnya 1. 14 Desember 1912: Bursa efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh

pemerintah Hindia Belanda.

2. 1914-1918: Bursa efek di Batavia ditutup selama Perang Duni I.

3. 1925-1942: Bursa efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan bursa efek di Semarang dan Surabaya.

4. Awal tahun 1939: Karena isu politik (Perang Dunia II) bursa efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

5. 1942-1952: Bursa efek di Jakarta di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II.

6. 1952: Bursa efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan Undang-Undang Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri Keuangan (Prof. DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan adalah Obligasi Pemerintah Republik Indonesia (tahun 1950).

7. 1956: Program nasionalisasi perusahaan Belanda, bursa efek mengalamai kelesuan.


(56)

9. 10 Agustus 1977: Bursa efek diresmikan kembali oleh Presiden Suharto. Bursa Efek Jakarta (BEJ) dijalankan BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai hari berdirinya Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.

10. 1977-1987: Perdagangan di bursa efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrument perbankan dibandingkan instrument pasar modal.

11. 1987: Pemerintah mengeluarkan Paket Des 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

12. 1988-1990: Paket deregulasi dibidang perbankan dan pasar modal diluncurkan. Pintu Bursa Efek Jakarta (BEJ) terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

13. 2 Juni 1988: Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE) sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

14. Desember 1988: Pemerintah mengeluarkan Paket Des 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

15. 16 Juni 1989: Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.


(57)

16. 13 Juli 1992: Swastanisasi Bursa Efek Jakarta (BEJ). BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai hari berdirinya Bursa Efek Jakarta.

17. 22 Mei 1995: Sistem otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).

18. 10 November 1995: Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal yang diberlakukan mulai Januari 1996.

19. 1995: Bursa Paralel Indonesia mergerdengan Bursa Efek Surabaya.

20. 2000: Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

21. 2002: Bursa Efek Jakarta (BEJ) mulai mengaplikasikan system perdagangan jarak jauh (remote trading).

22. 2007: Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

23. 2 Maret 2009: Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG.

4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan yang Melakukan Stock Split di Bursa Efek Indonesia (BEI)

1) PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI)

PT Resource Alam Indonesia Tbk atau dahulunya bernama PT Kurnia Kapuas Utama Glue Industries Tbk didirikan tanggal 8 Juli 1981, dan memulai kegiatan komersilnya pada tahun 1983. Kantor pusat KKGI berpusat di Gedung Bumi Raya Utama, Jl. Pembangunan I No. 3, Jakarta, dan tersebar di Kabupaten


(58)

Kubu Raya, Kalimantan Barat dengan lokasi pabrik di Pontianak dan Palembang. Berdasarkan Anggaran Dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan KKGI adalah menjalankan usaha dibidang pertambangan batubara dan industri High Pressure Laminate.

Pada tanggal 18 mei 1991, KKGI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepem-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) KKGI kepada masyarakat sebanyak 4.500.000 dengan nilai nominal Rp 1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp 5.700,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 1 Juli 1991.

2) PT Ciputra Development T

PT Ciputra Development T memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1984. Kantor pusat CTRA berlokasi di Jalan Prof. Dr. Satrio Kav. 6, Jakarta. Proyek real estate-nya yaitu Perumahan Citra 1, 2 dan 5 berlokasi di Kalideres, Jakarta.

Berdasarkan Anggaran Dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan CTRA adalah mendirikan dan menjalankan usaha di bidang pembangunan dan pengembangan perumahan (real estate), rumah susun (apartemen), perkantoran, pertokoan, pusat niaga, tempat rekreasi dan kawasan wisata beserta fasilitas-fasilitasnya serta mendirikan dan menjalankan usaha-usaha di bidang yang berhubungan dengan perencanaan, pembuatan serta pemeliharaan sarana perumahan, seperti klub keluarga, restoran dan tempat hiburan lain beserta fasilitas-fasilitasnya.


(59)

Pada tanggal 18 Februari 1994, CTRA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) perusahaan kepada masyarakat sebanyak 50.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp 5.200,- per saham. Saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 28 Maret 1994. 3) PT Tunas Ridean Tbk (TURI)

PT Tunas Ridean Tbk (TURI) didirikan tanggal 24 Juli 1980 dan kegiatan komersial dimulai tahun 1981. Berdasarkan Anggaran Dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan TURI adalah keagenan, penyaluran, industri, perdagangan, pengangkutan dan kontraktor. Ruang lingkup kegiatan utama entitas anak meliputi keagenan, penyaluran, industri, perdagangan, pengangkutan dan penyewaan kendaraan bermotor.

Pada tanggal 16 Mei 1995, TURI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) perusahaan kepada masyarakat sebanyak 28.000.000 dengan harga penawaran Rp7.500,- per saham. Saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Mei 1995.

4) PT Darya-Varia Laboratoria Tbk

PT Darya-Varia Laboratoria Tbk dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1976. Kantor pusat DVLA beralamat di Talavera Office Park, Lantai 8-10, Jln. Letjend. T.B. Simatupang No. 22-26, Jakarta 12430 dan pabrik berada di Bogor.


(60)

Berdasarkan Anggaran Dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan DVLA adalah bergerak dalam bidang manufaktur, perdagangan, jasa dan distribusi produk-produk farmasi, produk-produk kimia yang berhubungan dengan farmasi, dan perawatan kesehatan.

Pada tanggal 12 Oktober 1994, DVLA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) DVLA kepada masyarakat sebanyak 10.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp6.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Nopember 1994. 5) PT Charoen Pokphand Indonesia T

PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk rangka Penanaman Modal Asing (PMA) dan beroperasi secara komersial mulai tahun 1972. Kantor pusat CPIN terletak di Jl. Ancol VIII No. 1, Jakarta dengan kantor cabang di Sidoarjo, Medan, Tangerang, Balaraja, Serang, Lampung, Denpasar, Surabaya, Semarang, Makasar, Salahtiga dan Cirebon.

Berdasarkan Anggaran Dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan CPIN terutama meliputi produksi dan perdagangan pakan ternak, peralatan peternakan dan pengolahan daging ayam serta penyertaan saham pada perusahaan lain.

Pada tahun 1991, CPIN memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) perusahaan kepada masyarakat sebanyak 2.500.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp5.100,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 18 Maret 1991.


(61)

6) PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia T PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia T tanggal 18 Desember 1962 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1962. Kantor pusat LSIP terletak di Prudential Tower Lantai 15, Jl. Jend. Sudirman Kav. 79, Setiabudi, Jakarta Selatan, sedangkan kantor cabang operasional berlokasi di Medan, Palembang, Makassar, Surabaya dan Samarinda.

Berdasarkan Anggaran Dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan LSIP bergerak di bidang usaha perkebunan yang berlokasi di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Produk utamanya adalah minyak kelapa sawit dan karet, serta kakao, teh dan benih dalam kuantitas yang lebih kecil. Di samping mengelola perkebunannya sendiri, LSIP juga mengembangkan perkebunan di atas tanah yang dimiliki petani kecil setempat (perkebunan plasma) sesuai dengan pola perkebunan “inti-plasma” yang dipilih pada saat perusahaan melakukan ekspansi perkebunan.

Pada tanggal 7 Juni 1996, LSIP memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) LSIP kepada masyarakat sebanyak 38.800.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp 4.650,- per saham. Saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 5 Juli 1996.

7) PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tb

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 1985. Kantor pusat BTPN terletak di Menara Cyber 2, Lantai 24 dan 25 Jalan H.R. Rasuna Said Blok X-5 No. 13, Jakarta Selatan 12950. Saat ini BPTN


(1)

Lampiran 3

Hasil Stastistik Deskripsi Likuiditas Saham

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 sebelum .002494137500

000

20 .004274523508 801

.000955812513 710 sesudah .002156105950

000

20 .003154377821 381

.000705340323 532

Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (Data Diolah)

Hasil Stastistik Deskripsi

Return

Saham

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 sebelum .0081471085500

00

20 .0242403699578 61

.00542031150255 2 sesudah .0001109392000

00

20 .0248618275117 42

.00555927363611 3


(2)

Hasil Uji Normalitas Likuiditas Saham

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

sebelum Sesudah

N 20 20

Normal Parametersa,b Mean .002494137500 000

.002156105950 000 Std. Deviation .004274523508

801

.003154377821 381 Most Extreme Differences Absolute .280 .271

Positive .278 .271

Negative -.280 -.247

Kolmogorov-Smirnov Z 1.251 1.212

Asymp. Sig. (2-tailed) .087 .106

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (Data Diolah)

Hasil Uji Normalitas

Return

Saham

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

sebelum Sesudah

N 20 20

Normal Parametersa,b Mean .008147108550 000

.000110939200 000 Std. Deviation .024240369957

861

.024861827511 742 Most Extreme Differences Absolute .299 .219

Positive .299 .219

Negative -.203 -.210

Kolmogorov-Smirnov Z 1.339 .978

Asymp. Sig. (2-tailed) .055 .294

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (Data Diolah)


(3)

Uji Hipotesis Likuiditas Saham

Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (Data Diolah)

Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (Data Diolah) Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 sebelum & sesudah 20 .724 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

t Df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair

1

sebelum - sesudah

.0003380 31550000

.0029513 42331341

.00065994 0207775

-.00104323 9179344

.00171930 2279344


(4)

Uji Hipotesis

Return

Saham

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 sebelum & sesudah 20 .698 .001

Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (Data Diolah)

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair

1

sebelum - sesudah

.00803616 9350000

.01908024 0393414

.00426647 1454671

-.00089365 8032073

.01696599 6732073

1.884 19 .075

Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (Data Diolah)


(5)

Average Abnormal Return

dan

Average Trading Volume Activity

Sebelum dan

Sesudah

Stock Split

Average Trading Volume Activity

No.

Kode

Sebelum

Sesudah

1

KKGI

0.001273200

0.000040700

2

CTRA

0.001011881

0.001591626

3

TURI

0.002691183

0.005233710

4

DVLA

0.000229285

0.000023750

5

CPIN

0.004707250

0.001345434

6

LSIP

0.004279361

0.002598923

7

BTPN

0.000391534

0.000213486

8

INTA

0.018408779

0.008678447

9

AUTO

0.000101665

0.000104051

10

SSIA

0.005023325

0.011037141

11

MTFN

0.000163544

0.000199596

12

JTPE

0.007183219

0.004796630

13

POOL

0.000000299

0.000000150

14

PTRO

0.001653769

0.004593969

15

HERO

0.000036428

0.000107522

16

ASII

0.001062999

0.000805265

17

IMAS

0.000958746

0.000981529

18

MDRN

0.000002815

0.000008608

19

BFIN

0.000017098

0.000006576

20

TOTO

0.000686370

0.000755006


(6)

Average Abnormal Return

No.

Kode

Sebelum

Sesudah

1

KKGI

0.001660677

0.019591131

2

CTRA

0.023949672

-0.017509295

3

TURI

-0.000459696

-0.018922760

4

DVLA

0.026931937

-0.017279305

5

CPIN

-0.005035139

0.004119988

6

LSIP

-0.001059175

0.012303881

7

BTPN

0.005713581

-0.005219967

8

INTA

-0.000396197

-0.013096320

9

AUTO

0.006216125

-0.011819618

10

SSIA

-0.004089509

0.006316512

11

MTFN

0.007104360

0.002021516

12

JTPE

-0.011965258

-0.015419390

13

POOL

-0.001409609

-0.004197809

14

PTRO

0.008186231

-0.019979156

15

HERO

0.101152336

0.092345961

16

ASII

0.002674176

-0.005350793

17

IMAS

-0.006876226

-0.006074981

18

MDRN

-0.009812871

0.020104936

19

BFIN

-0.000281033

-0.010057580

20

TOTO

0.020737789

-0.009658167


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 84 79

Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Perubahan Harga Saham dan Likuiditas Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 24 112

PENGARUH PEMECAHAN SAHAM ( STOCK SPLIT ) TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 5 20

PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP LIKUIDITAS DAN RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas Dan Return Saham Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 16

PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP LIKUIDITAS DAN RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas Dan Return Saham Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 17

Analisis Likuiditas Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 0 19

Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas Saham dan Return Saham pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 23

PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP LIKUIDITAS DAN RETURN SAHAM PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 13

PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP LIKUIDITAS DAN RETURN SAHAM PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 14