Hubungan Masa Kerja Dan KVP Pada Pekerja Pengolahan Batu

beberapa tahun pada kadar yang rendah tetapi diatas batas limit paparan menunjukkan efek toksik yang jelas. Tetapi hal ini tergantung pada pertahanan tubuh dari masing-masing pekerja Sirait, 2010.

6.5 Hubungan Lama Paparan Dan KVP Pada Pekerja Pengolahan Batu

Split PT. Indonesia Putra Pratama Cilegon Tahun 2015 Lama paparan adalah waktu yang dihabiskan seseorang berada dalam lingkungan kerja dalam waktu sehari Mengkidi, 2006. Lamanya seseorang bekerja pada umumnya berkisar 6 – 8 jam dalam sehari, apabila waktu kerja diperpanjang maka akan menimbulkan ketidakefisienan yang tinggi bahkan menimbulkan penyakit diakibatkan lamanya seseorang terpapar polutan seperti debu yang berada di lingkungan kerja Suma’mur, 1996. Menurut UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dijelaskan bahwa waktu kerja yang diperbolehkan untuk pekerja yaitu 8 jamhari. Pada kenyataannya masih banyak ditemukan pekerja yang terpapar lebih dari 8 jamhari. Hal ini didukung oleh penelitian Hamzah 2013 yang mengemukakan bahwa sebagian besar pekerja tambang kapur tradisional di Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat 94,3 terpapar lebih dari 8 jamhari. Selain itu, hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Irjayanti dan Nurjazuli 2012, yang menyatakan bahwa 90 pekerja mebel kayu di Kota Jayapura terpapar lebih dari 8 jamhari. Berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa pekerja yang terpapar lebih dari 8 jamhari lebih banyak jumlahnya 87,5 dibanding dengan pekerja yang terpapar kurang dari 8 jamhari 12,5. Berdasarkan analisis bivariat, didapatkan nilai p sebesar 1 yaitu lebih dari 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lama paparan dengan KVP. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mengkidi 2006 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara lama paparan dengan gangguan fungsi paru KVP dibawah normal pada karyawan PT. Semen Tonasa Pangkep Sulawesi Selatan. Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Rantung dan Umboh 2013 pada tenaga kerja mebel di CV. Mariska dan CV. Mercusuar Desa Leilem Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa yaitu tidak adanya hubungan antara lama paparan dengan gangguan fungsi paru KVP dibawah normal. Menurut Asna 2013, lama paparan berpengaruh negatif bagi seseorang yang bekerja karena semakin lama terpapar, bahaya yang ditimbulkan oleh tempat kerja dapat mempengaruhi kesehatan terutama saluran pernapasan. Mengkidi 2006 juga menjelaskan, lama paparan berkaitan dengan jumlah jam kerja yang dihabiskan pekerja di area kerja. Semakin lama pekerja menghabiskan waktu untuk bekerja di area kerjanya, maka semakin lama pula paparan debu di terimanya, sehingga untuk terjadinya gangguan fungsi paru KVP dibawah normal juga akan lebih besar, tetapi hal itu juga tergantung dari konsentrasi debu yang ada di area kerja dan mekanisme clearance dari masing-masing individu, kadar partikel debu dan kerentanan individu. Tidak adanya hubungan antara dua variabel ini dapat dijelaskan karena lamanya waktu kerja tidak berarti bahwa paparannya juga semakin besar. Hasil pengukuran di lapangan menunjukkan, meskipun memiliki waktu kerja relatif sama, antara pekerja satu dengan pekerja lainnya mempunyai dosis paparan debu yang berbeda sesuai dengan lokasi pekerja tersebut bekerja. Hal ini disebabkan karena pengukuran debu yang dilakukan pada penelitian ini berfokus pada pengukuran debu lingkungan bukan pengukuran debu pada pekerja. Tidak adanya hubungan juga dikaitkan dengan penggunaan masker pada pekerja. Diketahui bahwa 11 pekerja 52,4 dari 21 pekerja yang memiliki paparan lebih dari 8 jam menggunakan masker. Maka dari itu, paparan debu dapat diminimalisir dengan adanya penggunaan masker pada pekerja. Dari penjelasan diatas, pekerja disarankan untuk menggunakan masker selama berada di lingkungan karena seringnya pekerja terpapar debu. Sedangkan perusahaan sebaiknya melakukan upaya promosi kesehatan dengan mengadakan penyuluhan mengenai bahaya kerja yang berhubungan dengan kesehatan paru bagi pekerja dan melakukan pemeriksaan kesehatan berkala secara periodik dilakukan untuk memantau perkembangan kesehatan pekerja selama bekerja di perusahaan. Adanya kebiasaan olahraga pada pekerja juga dapat menjadi faktor tidak berhubungannya lama paparan dengan KVP pekerja. Olahraga yang dilakukan oleh pekerja adalah futsal yang menurut teori merupakan olahraga dengan tingkat kebugaran sangat baik Guam, 1996. Menurut Sahab 1997, terdapat hubungan timbal balik antara kapasitas paru dan olahraga. Gangguan pada paru dapat mempengaruhi kemampuan olahraga sebaliknya olahraga yang teratur dapat meningkatkan kapasitas paru. Olahraga dapat meningkatkan aliran darah melalui paru-paru sehingga menyebabkan oksigen dapat berdifusi ke dalam kapiler paru dengan volume yang lebih besar atau maksimum Prasetyo, 2010. Maka dari itu, pekerja sebaiknya melakukan olahraga secara rutin untuk menjaga kebugaran badan dan meningkatkan kapasitas paru. Selain itu, banyaknya pekerja yang tidak mempunyai kebiasaan merokok juga menjadi salah satu faktor normalnya kapasitas vital paru pekerja. Hal ini sejalan dengan Harrington dan Gill 2003, yang menjelaskan bahwa penurunan kapasitas paru tidak hanya disebabkan oleh faktor pekerjaan maupun lingkungan kerja, namun ada sejumlah faktor non-pekerjaan yang dapat menjadi faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah kebiasaan merokok.

6.6 Hubungan Penggunaan Masker Dan KVP Pada Pekerja Pengolahan

Batu Split PT. Indonesia Putra Pratama Cilegon Tahun 2015 Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja sangat perlu diutamakan Suma’mur, 1996. Alat pelindung diri APD adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja Nedved, 1991. Pekerja yang aktivitas pekerjaannya banyak terpapar oleh partikel debu memerlukan alat pelindung diri berupa masker untuk mereduksi jumlah partikel yang kemungkinan dapat terhirup. Pekerja yang taat menggunakan masker saat bekerja akan meminimalkan jumlah paparan partikel yang dapat terhirup Budiono, 2007. Berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa pekerja yang menggunakan masker lebih banyak jumlahnya 54,2 dibanding dengan pekerja yang tidak menggunakan masker 45,8. Berdasarkan analisis bivariat, didapatkan nilai p sebesar 0,01 yaitu kurang dari 0,05 sehingga dapat dikatakan adanya hubungan yang signifikan antara penggunaan masker dengan KVP. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho 2012 yang menyatakan bahwa adanya hubungan penggunaan masker dengan gangguan fungsi paru KVP dibawah normal pada pekerja di PT. KS. Selain itu penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyana 2012 pada pekerja tambang batubara PT. Indominco Mandiri Kalimantan Timur yaitu adanya