kesesuaian komoditas yang diusahakan, kesesuaian media tumbuh yang digunakan, kesesuaian larutan nutrisi yang akan diberikan dan teknik
pemeliharaan. Lingkungan tempat tumbuh meliputi larutan nutrisi dalam media tumbuh dan lingkungan sekitarnya, perlu dijaga kesehatannya untuk menghindari
adanya hama serta penyakit. Keuntungan hidroponik antara lain adalah banyaknya variasi penanaman,
pengendalian lebih baik, tanpa media tanah, hasil lebih besar, hasil lebih seragam, lebih bersih, lebih sedikit tenaga kerja, hampir tidak ada rumput liar dan
sebagai suatu pengembangan hobi. Menurut Resh 1981, keuntungan dari sistem hidroponik antara lain kemudahan sterilisasi media, penanganan nutrisi tanaman,
menghemat luasan lahan, mudah penanganan gulma dan serangan hama penyakit, kemudahan dalam hal penyiraman, kualitas produk bagus, menghemat
pupuk dan panen lebih besar. Menurut Zulkarnain 2002, sistem hidroponik sangat mahal, terutama
untuk pemberian nutrisi tanamannya 70 biaya produksi digunakan untuk hal ini. Dilain pihak produksi yang rendah disebabkan beberapa hal, yaitu banyak
petani yang belum menerapkan cara budidaya yang baik, seperti penggunaan pupuk yang kurang berimbang, perawatan yang kurang intensif dan salah
perhitungan waktu tanam.
2.3. Sistem Nutrient Film Technique
Ada empat sistem berbeda dalam budidaya hidroponik yaitu kultur pasir, sistem terbuka agregat, sistem hidroponik mengapung dan teknik selaput hara
Nutrient Film Tecnique NFT. Kata “film” pada hidroponik menunjukkan aliran
air tipis. Pada sistem NFT ini, tanaman diupayakan berada pada daerah perakaran sesuai kondisi optimal pertumbuhan tanaman. NFT merupakan metode budi daya
tanaman tanpa tanah dengan akar tanaman berada dalam aliran dangkal bersirkulasi dalam air mengandung unsur yang diperlukan tanaman. Lapisan
aliran tersebut sangat dangkal tipis seperti film sehingga sebagian akar tanaman terendam dalam lapisan larutan dan sebagian lagi berada pada bagian atasnya
Cooper, 1979 dalam Dermawati, 1996. Dengan demikian, hidroponik ini hanya menggunakan aliran air nutrien sebagai medianya.
Keunggulan sistem hidroponik ini antara lain air yang diperlukan tidak banyak, kadar oksigen terlarut dalam larutan hara cukup tinggi, air sebagai media
mudah didapat dengan harga murah, pH larutan mudah diatur, dan ringan sehingga dapat disangga dengan talang. Pada pangkal talang bagian atas
dikucurkan larutan hara. Secara gravitasi larutan hara meluncur ke bagian bawah, membasahi helaian plastik dan kubus rockwool, serta akar anak semai. Di ujung
talang bagian bawah, kelebihan larutan ditampung dan dialirkan kembali ke tangki tandon larutan hara untuk diresirkulasi ke talang.
Tebal tipisnya larutan hara pada sistem ini hanya 3-4 mm. Bentuknya berupa lapisan film tipis dan secara konstan mengairi akar. Sistem dijalankan
selama 24 jamhari, tetapi dapat dijalankan secara terputus dan berseling intermitted antara on dan off asalkan waktu off-nya cukup singkat, maksimum
10 menit sehingga tanaman tidak sempat layu karena segera tersiram air kembali Karsono et. al., 2002. Hal ini telah diterapkan pada tanaman tomat dengan
mempertahankan suhu larutan nutrisi pada 22°C dan dengan menggunakan
sirkulasi larutan nutrisi secara berkala. Sistem NFT, pertumbuhan tanaman tetap baik, walaupun temperatur udara dalam green house mencapai 37°C Matsuoka et
al., 1992. Menurut Graves dan Hurd 1995, yang menggunakan sirkulasi berkala
30 menit on, 30 menit off, produksi mentimun naik 15-18 dan kualitas harga meningkat 8-10 bila dibandingkan dengan sirkulasi kontinyu Graves dan Hurd,
1995 dalam Dermawati, 1996. Cara lebih praktis melakukan penyiraman dari alat ini bisa diatur sesuai kebutuhan Karsono et al., 2002.
Salah satu faktor penting dalam larutan hidroponik pada sistem NFT yaitu harus mempertimbangkan nilai Electrical Conductivity EC. EC ialah
konduktivitas listrik atau kemampuan untuk menghantarkan ion listrik yang ada di dalam larutan ke akar tanaman. Konduktivitas listrik merupakan parameter yang
menunjukkan konsentrasi ion terlarut di dalam larutan. Semakin banyak ion terlarut maka semakin tingi konduktivitas listrik larutan nutrisi tersebut. Hal ini
mempengaruhi metabolisme tanaman, yaitu kecepatan fotosintesis tanaman, aktivitas enzim, dan potensial penyerapan ion larutan oleh akar sehingga
mempengaruhi absorbsi hara Kristanti, 1998. Dengan demikian EC menunjukkan kepekatan dalam suatu larutan.
Penurunan kepekatan ini dapat dilihat dengan menggunakan alat yang disebut EC meter. EC meter ini penting peranannya karena dapat dengan cepat memantau
tinggi rendahnya kepekatan bahan kimia dalam suatu larutan. Larutan ini harus terus dipantau kepekatannya. Kalau turun, itu berarti tanaman sudah berhasil
menyerap unsur kimia yang terkandung didalamnya. Penurunan kepekatan juga
dapat timbul jika matahari bersinar cerah, tetapi kelembaban udara masih tinggi. Daya serap tanaman akan meningkat dan menghabiskan unsur makanan lebih
cepat, sehingga kepekatan larutan pun akan turun dengan cepat pula. Jika hal itu terjadi, maka kepekatan larutan harus dinaikkan dengan cepat Soeseno, 1999.
EC diukur dalam satuan mScm, nilai EC dapat juga diberikan dalam uScm dimana 1 mScm = 1000 ppm.
Penggunaan tingkat EC dalam hidroponik untuk kelompok selada termasuk bayam berkisar antara 0,5-2,5 mS cm
-1
5-25 unit. Konsentrasi larutan juga diukur dalam satuan ppm parts per million, dimana total konsentrasi 1000
dan 1500 ppm sebanding dengan 1,5 dan 3,5 mS cm
-1
dalam satuan EC. Nilai pH yang sesuai untuk tanaman bayam berkisar antara 6-7.
Agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu, maka konsentrasi larutan harus selalu diperiksa. Pemeriksaan larutan hara terutama pH dan nilai EC,
apabila kualitas larutan berkurang, maka dapat dilakukan penambahan bahan tertentu dan jika larutan sudah tidak mungkin dipakai, harus diganti dengan
larutan baru Roan, 1998.
2.4. Pupuk Sebagai Sumber Nutrisi