Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Analisis Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai Februari 2009 sampai dengan bulan April 2009. Penelitian ini dilaksanakan dalam Green house di Depok I, Jawa Barat.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih bayam, pupuk daun, pupuk akar, dan air. Pupuk daun yang digunakan yaitu pupuk daun dengan merk dagang NASA, sedangkan pupuk akar yang digunakan yaitu pupuk akar AB mix fertimix dan air. Alat yang digunakan yaitu styrofoam, wadah bekas jelly, pipa paralon, kayu, plastik transparan UV, paranet, Electro Conductivitty EC, pH meter, rockwool, termometer, gelas ukur, ember ukuran 60 liter, pompa air celup submersible pump, balvalve keran buka tutup, timbangan, timer, sprayer, dan asbes.

3.3. Cara Kerja 1. Pembuatan Larutan Nutrisi

Pupuk akar yang digunakan AB mix fertimix yang sudah mengandung unsur-unsur lengkap. Pembuatan larutan nutrisi dilakukan dengan membuat larutan pekat terlebih dahulu. 19 Membuat pekatan A Kemasan A diisi dengan 1.100 g CaNO 3 , 530 g KNO 3 , 38 g Fe-kelat 13,2 Fe. Kemudian ditambahkan air hingga 5 liter, dikocok semua bahan hingga larut. Dengan demikian, pekatan A telah siap dipergunakan. Membuat pekatan B Kemasan B diisi dengan 335 g kalium di-hidro fosfat, 55 g amonium sulfat, 140 g kalium sulfat, 700 g magnesium sulfat, 14 g campuran unsur mikro. Kemudian ditambahkan air hingga 5 liter, dikocok semua bahan hingga larut, pekatan B telah siap dipergunakan. Membuat pekatan larutan siap pakai Pembuatan larutan siap pakai dilakukan dengan cara melarutkan pekatan A dan B tersebut menjadi larutan AB mix yang merupakan pupuk akar, masing- masing sebanyak 0 cc, 2,5 cc, 3,3 cc, 4,17 cc ke dalam 1 liter air. Pupuk daun yang digunakan adalah pupuk NASA dengan cara melarutkan larutan pupuk ke tiap-tiap konsentrasi sebanyak 0 cc, 7,5 cc, 15 cc, 22,5 cc ke dalam 1 liter air. Masing-masing konsentrasi pupuk akar dan daun tersebut digunakan sebagai kombinasi perlakuan dalam penelitian ini.

2. Penanaman

Benih bayam yang digunakan adalah Know you seed yang diimport dari Taiwan. Setelah benih disebar atau disemai, pada umur 4-6 hari benih tersebut sudah berkecambah dan tumbuh menjadi bibit kecil. Pada umur 12-14 hari setelah benih disemai bibit yang telah berdaun 3-4 helai dicabut untuk dibungkus dengan rockwool dan disanggah dengan wadah bekas jelly. Bibit siap dipindakan dan ditanam ke dalam sistem hidroponik NFT. Penanaman dilakukan di green house yang berbentuk piggy back jenis serra. Green house dibangun dengan rangka terbuat dari kayu, atapnya menggunakan plastik UV. Sisi serra menggunakan kasa, sehingga dapat mengurangi intensitas cahaya yang diterima oleh bibit bayam. Di bawah atap juga digunakan net hitam plastik untuk mengurangi teriknya sinar matahari yang masuk dari sisi atas serra. Pintu serra menggunakan kawat yang harus selalu tertutup untuk mengurangi munculnya hama penyakit tanaman. Di dalam green house dibuat tempat aliran hara NFT berupa bedengan dari asbes yang ditopang dengan kayu dengan tinggi 60 cm, dengan kemiringan 35º. Penanaman dilakukan pada sore hari, agar tanaman tidak layu serta menjaga dari panas matahari maksimum. Bibit bayam sebanyak 2-3 batang dibungkus dengan rockwool dimasukkan ke dalam satu wadah bekas jelly, kemudian ditanam di atas styrofoam yang berukuran 1x2 m dengan jarak tanam 15x15 cm dan lubang tanam berdiameter 4 cm. Banyak lubang yang terdapat pada styrofoam sebanyak 100 lubang. Bedengan yang digunakan mempunyai ukuran 2x8 m. Pemberian Pupuk Akar Pupuk akar dengan masing-masing konsentrasi yang sudah larut dalam bak penampungan, diberikan dengan cara dialirkan ke akar melalui sirkulasi air. Pemberian Pupuk Daun Pupuk daun dengan masing-masing konsentrasi yang sudah larut dalam air dan telah dimasukkan ke dalam botol sprayer, diberikan dengan cara menyemprotkannya di atas permukaan daun. Gambar 2. Green House yang Berbentuk Piggy Back Jenis Serra. Perawatan Jaringan Irigasi Sistem NFT Diperiksa kelancaran pemberian hara dengan mengecek aliran hara pada tanaman. Apabila terjadi hambatan atau jalannya hara tidak lancar maka saluran airnya dibersihkan. Hal ini bertujuan agar aliran hara selalu lancar dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman tetap terpenuhi. Pemeriksaan EC dan pH Derajat keasaman pH dan EC diukur dengan cara memasukkan EC meter dan pH meter ke dalam tiap-tiap larutan nutrisi dan pupuk daun. Tujuan dilakukannya pemeriksaan EC dan pH ini yaitu agar nilai EC dan pH tetap dalam kondisi yang stabil yang cocok untuk pertumbuhan tanaman. Apabila larutan dalam keadaan tidak stabil, maka larutan ditambahkan air atau pupuk kemudian diperiksa kembali nilai EC dan pH-nya sehingga nilainya menjadi stabil yaitu 1,5 dan 3,5 mS cm -1 dalam satuan EC. EC dan pH dikatakan tidak stabil apabila tanaman tampak pucat, daunnya kuning dan mengkerut, batang dan akar tanaman tampak coklat.

3. Panen

Tanaman bayam dipanen pada umur 28 hari. Pemanenan dilakukan pada pukul 07.00-09.00 WIB, dengan cara manual yaitu dengan mencabut tanaman bayam pada pangkalnya.

4. Pengamatan

Pengukuran dilakukan pada 100 individu tanaman. Peubah yang diamati dan waktu pengamatan yang dilakukan: - Tinggi tanaman, diukur satu kali setelah panen yang bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman. Bagian yang di ukur mulai dari pangkal batang sampai pada bagian yang tertinggi dari tanaman. - Jumlah daun, dihitung banyaknya jumlah daun satu kali setelah panen. Kuncup daun yang belum mekar sempurna tidak dihitung. - Luas daun, diambil daun yang paling besar dan lebar setelah panen dengan cara meletakkannya di atas kertas milimeter blok. Kemudian dihitung luas daun tersebut. - Lingkar batang, diukur satu kali setelah panen dengan cara dilingkarkan benang pada batang bagian tengah, kemudian panjang benang tersebut diukur dengan menggunakan penggaris. - Panjang akar, diukur satu kali setelah panen. Diukur mulai dari pangkal batang di bagian bawah styrofoam sampai ujung akar. - Berat akar basah, dilakukan setelah panen dengan dipotongnya pangkal batang, kemudian diambil bagian akarnya, lalu ditimbang. - Berat basah tanaman, dilakukan setelah panen dengan cara diambil satu tanaman kemudian ditimbang. - Berat kering tanaman, dilakukan penghitungan setelah panen. Dihitung berat kering tanaman secara keseluruhan, dilakukan di dalam oven selama 2 x 24 jam pada suhu 80°C. Gambar 3. Susunan Set Alat Percobaan

3.4 Analisis Data

Penelitian menggunakan metode split plot yang terdiri dari 2 faktor yaitu pupuk akar A = 0 ccl, A 1 = 2,5 ccl, A 2 = 3,3 ccl, dan A 3 = 4,17 ccl dan pupuk daun D = 0 ccl, D 1 = 7,5 ccl, D 2 = 15 ccl, D 3 = 22,5 ccl dengan tiga kali pengulangan. Banyak perlakuan 4 x 4 = 16 perlakuan dan banyak satuan percobaan 4 x 4 x 3 = 48. Untuk mengetahui pengaruh pupuk akar dan daun dilakukan analisis uji F ANOVA. Bila uji F berpengaruh nyata atau berpengaruh sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT α=0,05 . Gambar 4. Denah Penelitian Tampak Atas. Keterangan: A : 0 ccl D : 0 ccl A 1 : 2,5 ccl D 1 : 7,5 ccl A 2 : 3,3 ccl D 2 : 15 ccl A 3 : 4,17 ccl D 3 : 22,5 ccl

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum

Secara umum, suhu rata-rata di dalam Green House pada saat penelitian tinggi, yaitu 30 - 31,09°C. Hal ini dikarenakan saat penanaman dilakukan pada musim kemarau. Rata-rata suhu pada pada pagi hari 07.00 WIB 28,2°C, siang 12.00 WIB 37,8°C dan pada sore hari 17.00 WIB 28,5°C. Kelembaban udara pada pagi hari 07.00 WIB 69,76, siang hari 12.00 WIB 50,88 dan pada sore hari 17.00 WIB 69,95. Kemasaman larutan nutrisi dalam bak nutrisi sekitar 6,9 – 7,5. Kondisi seperti ini cocok untuk pertumbuhan tanaman bayam, sehingga produksinya meningkat. Pertumbuhan tanaman bayam selama persemaian cukup baik dan merata. Hal itu bisa di lihat dari presentase tumbuhnya yang mencapai 95. Hama yang menyerang pada saat penelitian adalah hama belalang. Hama ini menyerang daun bayam, sehingga hama ini perlu diberantas. Pengendalian hama tersebut dilakukan dengan cara manual yaitu mengambilnya menggunakan tangan kemudian dimusnahkan. Penyakit yang menyerang tanaman pada saat penelitian tidak ada.

4.2. Tinggi Tanaman

Berdasarkan analisis ragam ANOVA tabel 4 lampiran 3 pupuk akar berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, sedangkan pada pupuk daun tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Berdasarkan uji lanjut BNT 0,05 tabel 5 lampiran 3 tinggi tanaman yang paling baik terdapat pada perlakuan 26