Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
diperkirakan, suatu keuntungan yang tidak semestinya bagi si penghasut asli tindakan tersebut atau untuk orang lain.
Hakikatnya, ketentuan ini berkorelasi apabila dibandingkan dengan ketentuan Pasal 15 KAK 2003 dengan pengertian :
“bribery of national public officials, “yang menentukan: “…when commited intentionally: a to promise, offering or giving, to a public official, directly or
indirectly, of an undue advantage, for the himself or herself or another person or entity, in order that the official act or refrain from acting in the exercise of
his or her officials duties.” Lebih lanjut, Romli Atmasasmita beramsumsi yaitu masalah hukum dari
dua ketentuan ini adalh, bagaimana secara teknis hukum dalam pembuktian membedakan antara menyalahgunakan pengaruh dan tidak menjalankan tugas
dan kewajibannya. Sekalipun ketentuan tersebut bersifat mendatory “Shall Consider”, tetapi harus dicermati dan dikaji secara teliti.
3. Pengertian Tindak Pidana Perbankan
Perbedaan pendapat adalah merupakan suatu hal yang wajar didalam fenomena kehidupan sosial karena dari sinilah akan didapatkan hikmah yang
pada akhirnya tercapai suatu kebenaran. Ada pula pernyataan yang bernada ideologis menyatakan bahwa perbedaan pendapat itu demokratis. Dan masih
banyak lagi untaian kata filosofis yang pada hakikatnya menyiratkan bahwa pola pemkiran manusia adalah berbeda satu dengan yang lain.
Konsepsi tentang pola pikir manusia yang sedemikian nampaknya juga berlaku dalam disiplin ilmu hukum, dimana tidak jarang ditemukan adaya
perbedaan pendapat mengenai pengertiandefenisi sesuatu hal. Hal tersebut
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
kiranya juga terjadi terhadap peristilahan pada perbuatan melanggar hukum di bidang perbankan.
Beragam istilah dijumpai dalam literatur hukum perbankan maupun hukum pidana. Sebagian menentukan istilah tindak pidana perbankan dan
sebagian lagi menyebutnya dengan tindak pidana di bidang perbankan. Namun juga ada yang mengistilahhkannya dengan kejahatan perbankan dan kejahatan
bisnis business crime. Disamping itu, ada pula sebagian orang yang berpendapat bahwa
keanekaragaman peristilahan tersebut tidak perlu dibedakan karena hakikat pengertiannya hampir sama, sehingga tidak perlu diperdebatkan dengan
argumentasi masing-masing. Hal ini dapat dimaklumi karena tidak ada satu pun peristilahan dan pengertian secara limitatif atas hal dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan baik hukum positif perbankan nasional maupun hukum pidana positif. Namun demikian untuk kepentingan ilmu
pengetahuan dalam menguraikan perbuatan melanggar hukum di bidang perbankan perlu diadakan perumusan untuk mencapai kesepakatan.
Bagi sebagian ahli yang memilih istilah “tindak pidana di bidang perbankan”, argumentasi yang dikemukakan bahwa pengertian dari istilah ini
mencakup ruang lingkup yang lebih luas. Hal ini dikarenakan tindak pidana di bidang perbankan terdiri atas perbuatan-perbuatan yang berhubungan dengan
kegiatan dalam menjalankan usaha pokok bank.
13
13
H.A.K Moch. Anwar, Tindak Pidana di Bidang Perbankan, Alumni, Bandung, 1986, halaman 45
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
Pengertian dari istilah “tindak pidana di bidang perbankan” tersebut nampaknya sejalan dengan hasil Seminar Nasional yang bertemakan “Tindak
Pidana Perbankan” yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Diponegoro bekerja sama dengan Kejaksaan Agung di Semarang pada tanggal
11-12 Juni 1990. Kesimpulan seminar tersebut bahwa semua tindak pidana yang berhubungan dengan kegiatan dan usaha perbankan disebut sebagai
“tindak pidana di bidang perbankan”. Tidak dipersoalkan apakah tindak pidana itu diatur dalam undang-undang tentang perbankan maupun
diluarnya.
14
Sedangkan yang memakai istilah “kejahatan perbankan”, dalil yang dikemukakan cenderung bermuara kepada peristilahan kejahatan kerah putih
white collar crime yang dicetuskan oleh Edward A. Ross dan kemudian dipopulerkan oleh E.H.Sutherland di tahun 1949-an. Secara konseptual, istilah
kejahatan kerah putih ini digunakan terutama untuk mengidentifikasikan kejahatan yang dilakukan oleh kalangan pengusaha eksekutif ataupun pejabat
yang akibatnya adalah merugikan kepentingan umum. Oleh karena pelaku perbuatan melanggar hukum di bidang perbankan dapat dikatakan hampir
Sehubungan dengan hal tersebut, Polri memberikan pengertian tentang tindak pidana di bidang perbankan sebagai suatu pelanggaran terhadap
perundang-undanganketentuan perbankan dan Undang-Undangketentuan pidana lainnya yang menjadikan bidang kegiatan dan warkat-warkat bank
sebagai obyek danatau alat tindak pidana.
14
Marulak Pardede, Hukum Pidana Bank, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995, halaman 14
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
semuanya berasal dari kalangan pengusahaeksekutif dan pejabat, maka praktis istilah yang dipakai adalah kejahatan perbankan.
15
Selain kedua istilah yang sudah disebutkan di atas, dikenal pula istilah “kejahatan bisnis”. Peristilahan ini digunakan oleh Michael Clarke untuk
menyebutkan perbuatan melanggar hukum di bidang perbankan. Hal ini dikarenakan kejahatan bisnis adalah suatu kegiatan yang memiliki konotasi
legitimasi bisnis dan tidak identik sama sekali dengan kegiatan suatu sindikat criminal sebagaimana lazimnya kejahatan-kejahatan konvensional.
16
Adapun tentang pengertian istilah “tindak pidana perbankan”, Drs. H.A.K. Moch. Anwar, S.H. mengartikannya sebagai tindak pidana yang hanya terdiri
atas perbuatan-perbuatan pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan Pokok- pokok Perbankan, pelanggaran mana dilarang dan diancam dengan hukuman
oleh undang-undang itu.
17
Terhadap peristilahan terakhir tersebut di atas M. Sholehuddin S.H., M.H. sependapat, namun tidak dengan pengertiannya. Dengan kata lain, peristilahan
Tindak Pidana Perbankan sudah tepat dan pas akan tetapi pengertiannya perlu diperlengkap dan atau disempurnakan.
18
Berdasarkan tata bahasa grammar Indonesia, khususnya yang diteoritikalnya di morfologi, gabungan awaan dan akhiran konfiks “per-an”
pada kata “bank” sehingga menjadi “perbankan”; adalah menunjukkan kesatuan arti yang luas ruang lingkupnya atas kata dasarnya. Oleh karena yang
menjadi kata dasarnya adalah “bank”, maka arti dari kata bentukan
15
M. Sholehuddin, Op. cit, halaman 9
16
Ibid, halaman 10
17
H.A.K. Moch. Anwar, Op. cit, halaman 45
18
M. Sholehuddin, Op. Cit, halaman 10
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
“perbankan” ialah segala hal yang berkenaan menyangkut berhubungan dengan bank itu sendiri. Konkretnya, bilamana ingin menunjukkan bahwa
sesuatu hal dinyatakan berhubungan dengan bank maka cukup disebutkan perbankan. Tidak menambah dengan kata yang menghubungkannya lagi,
semisal “di bidang”; demi efisiensi kata. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka M. Sholehuddin, S.H., M.H.
cenderung memilih istilah “tindak pidana perbankan”. Hal ini dikarenakan arti sebenarnya yang terkandung ialah tidak hanya mencakup setiap perbuatan
yang melanggar ketentuan UU Perbankan saja, melainkan melainkan juga UU Bank Indonesia, KUHP, peraturan hukum pidana khusus seperti : Undang-
undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-undang tentang Tindak Pidana Ekonomi, Undang-undang tentang Peraturan Lalu
Lintas Devisa, dan Undang-undang tentang Pemberantasan Kegiatan Subversi.
19
Secara umum dapat dikatakan bahwa bentuk tindak pidana dibagi 2 dua jenis, yaitu kejahatan dan pelanggaran. Kejahatan adalah sebagian dari
perbuatan-perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana, barangsiapa melakukannya. Pada dasarnya perbuatan kejahatan diatur dalam Buku Kedua
KUH Pidana. Selain itu, ada pula kejahatan yang diatur dalam undang-undang di luar KUH Pidana. Dengan demikian, kejahatan adalah perbuatan yang
dilarang dan diancam dengan pidana yang termuat dalam Buku Kedua KUH
4. BentukJenis Tindak Pidana Perbankan