Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
27
Dengan berpedoman pada Pasal 1 angka 8 KUHAP, yang dimaksud dengan “Hakim” dalam Pasal 6 ayat 1 huruf a Undang-Undang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi 1999 jo 2001 adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili.
28
Yang dimaksud dengan “advokat” terdapat dalam Pasal 12 huruf d Undang- Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 1999 jo 2001 adalah orang yang
berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
29
Yang dimaksud dengan “pemborong” dalam Pasal 7 ayat 1 huruf a Undang- Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 1999 jo 2001 adalah pihak yang
mengikatkan diri dalam suatu perjanjian pemborongan pekerjaan untuk menyelenggarakan suatu bangunan bagi pihak yang memborongkan dengan
menerima suatu harga yang ditentukan. Sedangkan yang dimaksud dengan “ahli bangunan” adalah orang yang oleh pemborong diserahi tugas membuat gambar
danatau yang bertanggungjawab untuk mengerjakan sebuah bangunan.
30
Dalam hukum pidana khusus hukum pidana di luar KUH Pidana, yang sifatnya melengkap hukum pidana umum, sudah tidak berpegang teguh terhadap
prinsip pertanggungjawaban pidana secara pribadi yang dianut dan dipertahankan
2. Subjek Hukum Korporasi
27
Ibid, halaman 48-49
28
Ibid, halaman 53
29
Ibid, halaman 55
30
Ibid, halaman 58-59
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
sejak dibentuknya WvS Belanda 1882 diberlakukan 1886. Dalam beberapa peraturan perundang-undangan tampaknya kita telah menganut sistem
pertanggungjawaban strict liability pembebanan tanggung jawab pidana tanpa melihat kesalahan dan vicarious liability pembebanan tanggung jawab pidana
selain si pembuat dengan menarik badan atau korporasi ke dalam pertanggungjawaban pidana.
Dengan mengikuti apa yang disampaikan oleh Mardjono Reksodiputro bahwa dalam perkembangan hukum pidana Indonesia ada tiga sistem
pertanggungjawaban pidana terhadap korporasi sebagai subjek hukum tindak pidana, yaitu :
31
1. Jika pengurus korporasi sebagai pembuat, maka yang pengurus korporasi yang
bertanggung jawab. 2.
Jika korporasi sebagai pembuat, maka pengurus yang bertanggung jawab. 3.
Jika korporasi sebagai pembuat dan korporasi yang bertanggung jawab. Pertanggungjawaban korporasi dalam tindak pidana korupsi dapat dibaca pada
Pasal 20 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, walaupun dari ketentuan itu tidak banyak dapat diketahui karena
sumirnya rumusan, tetapi Pasal 20 ini memuat beberapa ketentuan. Setidaknya ada tiga hal yang benar-benar harus dipahami oleh para praktisi hukum dalam
menetapkan subjek hukum korporasi yang melakukan tindak pidana korupsi, yakni :
32
1. indikator kapan telah terjadi tindak pidana korupsi oleh korporasi;
31
Adami Chazawi, Op.cit, halaman 345
32
Ibid, halaman 346
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
2. secara sumir mengatur hukum acaranya; 3. mengenai pembebanan tanggung jawab pidananya.
Hal pertama mengenai indikator kapan telah terjadi tindak pidana oleh korporasi ialah bila korupsi tersebut dilakukan oleh orang-orang yang baik
berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan hubungan lain bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik sendiri-sendiri maupun bersama berdasarkan
hubungan kerja maupun berdasarkan hubungan lain bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik sendiri-sendiri maupun bersama berdasarkan hubungan
kerja maupun berdasarkan hubungan lain bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik sendiri-sendiri maupun bersama Pasal 20 ayat 2.
Dengan demikian, korporasi baru dapat dikatakan melakukan tindak pidana korupsi jika baik orang-orang yang berdasarkan hubungan kerja maupun yang
berdasarkan hubungan lain, bertindaknya masih dalam batas-batas lingkungan tugas atau usaha korporasi. Jadi, jika sampai orang-orang tersebut bertindaknya
sudah di luar atau tidak lagi dalam batas-batas lingkungan tugas atau usaha korporasi, maka tidak dapat dikatakan bahwa korporasi yang sudah melakukan
tindak pidana korupsi tetapi yang melakukan tindak pidana korupsi adalah orang- orang yang bersangkutan.
Yang dimaksud dengan orang-orang yang berdasarkan hubungan kerja dalam lingkungan korporasi, menurut. R. Wiyono
33
33
R. Wiyono, Op.cit, halaman 140
adalah orang-orang yang tercantum di dalam Anggaran Dasar sebagai pengurus dari korporasi, sedang yang dimaksud
dengan orang-orang yang bedasarkan hubungan lain dalam lingkungan korporasi,
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
misalnya adalah orang-orang yang tidak tercantum dalam Anggaran Dasar sebagai pengurus tetapi bertindak untuk dan atas nama korporasi dengan surat kuasa.
Mengenai hal yang kedua tentang bagaimana penangannya hukum acaranya, walaupun sangat sumir, tetapi setidaknya telah memberikan sedikit keterangan
yakni dalam hal terjadi tindak pidana korupsi oleh korporasi, maka tuntutan dan penjatuhan pidananya dilakukan terhadap korporasinya dan atau pengurusnya
Pasal 20 ayat 1. Apabila tuntutan dilakukan terhadap koporasi, maka korporasi tersebut diwakili oleh pengurusnya Pasal 20 ayat 3. Namun demikian, pengurus
ini juga dapat diwakilkan pada oang lain Pasal 20 ayat 4. Begitu juga dalam hal menyidangkan korporasi yang tidak bernyawa dan tidak berpikir dan
berperasaan tersebut dilakukan terhadap pengurusnya Pasal 20 ayat 5 dan kepada pengurusnyalah tuntutan dan panggilan dilakukan Pasal 20 ayat 6.
Jadi intinya, memang pengurusnyalah yang pada kenyataannya sebagai subjek hukum yang dapat dipanggil, dapat menghadap, dan dapat membei keterangan.
Akan tetapi, korporasi semata-mata dapat dituntut secara pidana dan dijatuhi pidana denda saja. Siapa yang dimaksud dengan pengurus korporasi oleh
penjelasan mengenai Pasal 20 ayat 2 terdapat keterangan bahwa, yang dimaksud dengan pengurus adalah organ korporasi yang menjalankan kepengurusan
korporasi yang bersangkutan sesuai dengan anggaran dasar, termasuk mereka yang dalam kenyataannya memiliki kewenangan dan ikut memutuskan kebijakan
korporasi yang dapat dikualifikasikan sebagai tindak pidana korupsi.
34
Sedangkan yang ketiga tentang bagaimana pembebanan tanggung jawab pidananya apabila tindak pidana korupsi ini dilakukan oleh korporasi ditentukan
34
Adami Chazawi, Op.cit, halaman 347
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
pada Pasal 20 ayat 7 yang menyatakan bahwa pembebanan tanggung jawab terhadap korporasi hanya dapat dijatuhkan pidana pokok denda yang dapat
diperberat dengan ditambah sepertiga dari ancaman maksimum denda pada tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh korporasi tersebut. Pada akhirnya, yang
semula khayal fiksi bahwa korporasi sebagai suatu subjek hukum yang dapat melakukan tindak pidana dan bertanggung jawab sepeti layaknya atau seolah-olah
subjek hukum orang harus melihat dan kembali pada kenyataannya objektif, yaitu pada saat akan membebani tanggung jawab dengan wujud menjatuhkan
pidana. Kenyataan bahwa badan tidak mungkin dipidana yang intinya hilang kemerdekaan sanksi dalam hukum pidana, melainkan hanyalah pidana denda
saja.
35
Korporasi yang dapat menjadi subjek hukum tindak pidana korupsi diterangkan di dalam Pasal 1 yang menyatakan bahwa “korporasi adalah
kumpulan orang dan atau kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum “. Berdasarkan pengertian korporasi yang
dapat menjadi subjek hukum tindak pidana korupsi ini, maka jelas pengertian korporasi dalam hukum pidana korupsi jauh lebih luas dari pada pengertian rechts
persoon yang umumnya diartikan sebagai badan hukum, atau suatu korporasi yang oleh peraturan perundang-undangan ditetapkan sebagai badan hukum yang
didirikan dengan cara memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh hukum. Sedangkan korporasi yang bukan badan hukum ialah setiap kumpulan orang yang
terorganisasi secara baik dan teratur, biasanya ada perangkat aturan yang mengatur intern kumpulan tersebut dengan ditentukannya jabatan-jabatan tertentu
35
Ibid, halaman 348
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
yang menggerakkan roda organisasi dengan sedikit atau banyaknya kekayaan atau dana untuk membiayai kumpulan tersebut.
36
Berdasarkan ketentuan Undang – Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, sanksi pidana yang dapat dijatuhkan hakim terhadap terdakwa tindak pidana korupsi adalah sebagai berikut :
B. Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Korupsi