Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
“perbankan” ialah segala hal yang berkenaan menyangkut berhubungan dengan bank itu sendiri. Konkretnya, bilamana ingin menunjukkan bahwa
sesuatu hal dinyatakan berhubungan dengan bank maka cukup disebutkan perbankan. Tidak menambah dengan kata yang menghubungkannya lagi,
semisal “di bidang”; demi efisiensi kata. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka M. Sholehuddin, S.H., M.H.
cenderung memilih istilah “tindak pidana perbankan”. Hal ini dikarenakan arti sebenarnya yang terkandung ialah tidak hanya mencakup setiap perbuatan
yang melanggar ketentuan UU Perbankan saja, melainkan melainkan juga UU Bank Indonesia, KUHP, peraturan hukum pidana khusus seperti : Undang-
undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-undang tentang Tindak Pidana Ekonomi, Undang-undang tentang Peraturan Lalu
Lintas Devisa, dan Undang-undang tentang Pemberantasan Kegiatan Subversi.
19
Secara umum dapat dikatakan bahwa bentuk tindak pidana dibagi 2 dua jenis, yaitu kejahatan dan pelanggaran. Kejahatan adalah sebagian dari
perbuatan-perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana, barangsiapa melakukannya. Pada dasarnya perbuatan kejahatan diatur dalam Buku Kedua
KUH Pidana. Selain itu, ada pula kejahatan yang diatur dalam undang-undang di luar KUH Pidana. Dengan demikian, kejahatan adalah perbuatan yang
dilarang dan diancam dengan pidana yang termuat dalam Buku Kedua KUH
4. BentukJenis Tindak Pidana Perbankan
19
Ibid, halaman 11
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
Pidana dan undang-undang lain yang dengan tegas menyebutkan suatu perbuatan sebagai kejahatan.
Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa perbuatan-perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana bagi barangsiapa yang melakukannya
bukan semata-mata kejahatan, tetapi meliputi juga pelanggaran. Pelanggaran ini pada pokoknya diatur dalam Buku Ketiga KUH Pidana dan undang-undang
lain yang menyebutkan secara tegas suatu perbuatan sebagai pelanggaran. Berkaitan dengan itu, memang dalam Undang-undang No. 10 Tahun 1998
tentang Perbankan telah dinyatakan secara tegas mengenai pembagian bentuk tindak pidana yang terdiri dari 2 dua jenis yaitu kejahatan dan pelanggaran
yang diatur dalam UU Perbankan tersebut diuraikan sebagai berikut :
20
a. Tindak Pidana Kejahatan Di Bidang Perbankan menurut UU No. 7 Tahun
1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998
Yang dikategorikan sebagai tindak pidana kejahatan di bidang perbankan menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 10 Tahun 1998 adalah sebagaimana ditentukan dalam ketentuan Pasal 51 ayat 1 Undang-undang No. 10 Tahun 1998. Adapun
ketentuan Pasal 51 ayat 1 tersebut adalah sebagai berikut : Pasal 51 ayat 1 :
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, Pasal 47, Pasal 48 ayat 1 , Pasal 49, Pasal 50, dan Pasal 50 A adalah kejahatan.
20
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta, 2005, halaman 142-148
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
Berkaitan dengan itu, dalam penjelasannya dikemukakan bahwa perbuatan-perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal-pasal tersebut dalam
ayat ini digolongkan sebagai tindak pidana kejahatan, berarti bahwa terhadap perbuatan-perbuatan dimaksud akan dikenakan ancaman hukuman yang lebih
berat dibandingkan dengan apabila hanya sekadar sebagai pelanggaran. Dengan digolongkan sebagai tindakan kejahatan, diharapkan akan dapat
lebih terbentuk ketaatan yang tinggi terhadap ketentuan dalam undang-undang ini.
Mengenai tindak pidana kejahatan yang dilakukan oleh anggota Dewan Komisaris, direksi, atau pegawai Bank Perkreditan Rakyat pada dasarnya
berlaku ketentuan-ketentuan tentang sanksi pidana dalam Bab VIII, mengingat sifat ancaman pidana dimaksud berlaku umum.
Adapun ketentuan dari pasal-pasal yang digolongkan sebagai tindak pidana kejahatan yang ditentukan dalam Pasal 51 ayat 1 di atas secara
lengkap mengemukakan sebagai berikut : Pasal 46 ayat 1:
Barangsiapa menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan tanpa izin usaha dari Pimpinan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 5 lima tahun dan paling lama 15 lima belas tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.
10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah dan paling banyak Rp. 200.000.000.000,00 dua ratus miliar rupiah.
Pasal 46 ayat 2 :
Dalam hal kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan oleh badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas, perserikatan, yayasan atau
koperasi, maka penuntutan terhadap badan-badan dimaksud dilakukan baik terhadap mereka yang memberi perintah melakukan perbuatan itu atau yang
bertindak sebagai pimpinan dalam perbuatan itu atau terhadap kedua-duanya.
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
Pasal 47 ayat 1 : Barangsiapa membawa perintah tertulis atau izin dari Pimpinan Bank
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41 A, dan Pasal 42, dengan sengaja memaksa bank atau Pihak Terafiliasi untuk memberikan
keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 dua tahun dan paling lama 4 empat tahun
serta denda sekurang-kurangnya Rp. 10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah dan paling banyak Rp. 200.000.000.000,00 dua ratus miliar rupiah.
Pasal 47 ayat 2 : Anggota Dewan Komisaris, direksi, pegawai bank atau Pihak Terafiliasi
lainnya yang dengan sengaja memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan menurut Pasal 40, diancam denga pidana penjara sekurang-kurangnya 2 dua
tahun dan paling lama 4 empa tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 4.000.000.000,00 empat miliar rupiah dan paling banyak Rp.
8.000.000.000,00 delapan miliar rupiah.
Menurut penjelasannya, bahwa yang dimaksud dengan pegawai bank dalam ketentuan Pasal 47 ayat 2 di atas adalah semua pejabat dan karyawan
bank. Pasal 48 ayat 1 :
Anggota Dewan Komisaris, direksi, pegawai bank yang dengan sengaja tidak memberikan keterangan yang wajib dipenuh sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ayat 1 dan ayat 2 dan Pasal 34 ayat 1 dan ayat 2, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 dua tahun dan paling lama 10
sepuluh tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 5.000.000.000,00 lima miliar rupiah dan paling banyak Rp. 100.000.000.000,00 seratus miliar
rupiah.
Dalam penjelasannya dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “pegawai bank” dalam Pasal 48 ayat 1 di atas adalah pejabat bank yang
diberi wewenang dan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas operasional bank, dan karyawan yang mempunyai akses terhadap informasi mengenai
keadaan bank. Pasal 49 ayat 1 :
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
Anggota Dewan Komisaris, direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja : a.
membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau dalam laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha,
laporan transaksi atau rekening suatu bank;
b. menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan tidak
dilakukannya pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan; maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening
suatu bank;
c. mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, atau
menghilangkan adanya suatu pencatatan dalam pembukuan atua dalam laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan
transaksi atau rekening suatu bank, atau dengan sengaja mengubah, mengaburkan, menghilangkan, menyembunyikan atau merusak catatan
pembukuan tersebut diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 5 lima tahun dan paling lama 15 lima belas tahun serta denda sekurang-
kurangnya Rp. 10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah dan paling banyak Rp. 200.000.000.000,00 dua ratus miliar rupiah.
Pasal 49 ayat 2 : Anggota Dewan Komisaris, direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja:
a. meminta atau menerima, mengizinkan atau menyetujui untuk menerima
suatu imbalan, komisi, uang tambahan, pelayanan, uang atau barang berharga, untuk keuntungan pribadinya atau untuk keuntungan keluarganya,
dalam rangka mendapatkan atau berusaha mendapatkan bagi orang lain dalam memperoleh uang muka, bank garansi, atau fasilitas kredit dari bank,
atau dalam rangka pembelian atau pendiskontoan oleh bank atas surat-surat wesel, surat promes, cek, dan kertas dagang atau bukti kewajiban lainnya,
ataupun dalam rangka memberikan persetujuan bagi orang lain untuk melaksanakan penarikan dana yang melebihi batas kreditnya pada bank;
b.tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam undang-undang ini dan ketentuan
peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank; diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 3 tiga tahun dan paling lama 8
delapan tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 5.000.000.000,00 lima miliar rupiah dan paling banyak Rp. 100.000.000.000,00 seratus miliar
rupiah.
Menurut penjelasan Pasal 49 ayat 1 dan ayat 2 butir a dan b, istilah pegawai bank dalam pasal tersebut mempunyai pengertian yang berbeda.
Dalam ketentuan Pasal 49 ayat 1 dan ketentuan Pasal 49 ayat 2 butir a, bahwa yang dimaksud dengan pegawai bank adalah semua pejabat dan
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
karyawan bank sedangkan dalam Pasal 49 ayat 2 butir b, yang dimaksud dengan pegawai bank adalah pejabat bank yang mempunyai wewnang dan
tanggung jawab tentang hal-hal yang berkaitan dengan usaha bank yang bersangkutan.
Pasal 50 : Pihak Terafiliasi yang dengan sengaja tidak melaksanakan langkah-langkah
yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku
bagi bank, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 3 tiga tahun dan paling lama 8 delapan tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.
5.000.000.000,00 lima miliar rupiah dan paling banyak Rp. 100.000.000.000,00 seratus miliar rupiah.
Pasal 50 A : Pemegang saham yang dengan sengaja menyuruh Dewan Komosaris, direksi,
atau pegawai bank untuk melakukan atau tiak melakukan tindakan yang mengakibatkan bank tidak melaksanakan langkah- langkah yang diperlukan
untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam undang-undang ini dan ketentuan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank, diancam
dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 7 tujuh tahun dan paling lama 15 lima belas tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 10.000.000.000,00
sepuluh miliar rupiah dan paling banyak Rp. 200.000.000.000,00 dua ratus miliar rupiah.
b. Tindak Pidana Pelanggaran di Bidang Perbankan
Yang dikategorikan sebagai tindak pidana di bidang perbankan menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 adalah sebagaimana ditentukan dalam ketentuan Pasal 51 ayat 2.
Adapun ketentuan Pasal 51 ayat 2 tersebut menyatakan secara tegas bahwa :
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat 2 adalah pelanggaran.
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
Selengkapnya ketentuan Pasal 48 ayat 2 berbunyi sebagai berikut : Anggota Dewan Komisaris, direksi, pegawai bank yang lalai memberikan
keterangan yang wajb dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat 1 dan ayat 2 dan Pasal 34 ayat 1 dan ayat 2, diancam dengan pidana
penjara sekurang-kurangnya 1 satu tahun dan paling lama 2 dua tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah dan
paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 dua miliar rupiah.
Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas, jelaslah bahwa Undang- undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 mengenal 2 dua jenis tindak pidana di bidang perbankan, yaitu tindak pidana kejahatan dan tindak pidana
pelanggaran.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian