Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
4. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghausan
seluruh atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah kepada terpidana.
5. Jika terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama dalam
waktu 1 satu bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukun tetap, maka harta bendanya dapat disita
oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut. 6.
Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti maka terpidana dengan pidana
penjara yang lamanya tidak memenuhi ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai ketentuan Undang –Undang Nomor 31 Tahun
1999 jo Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2001 dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan pengadilan.
d. Gugatan Perdata Kepada Ahli Warisnya
Dalam hal terdakwa meninggal dunia pada saat dilakukan pemeriksaan di sidang pengadilan, sedangkan secara nyata telah ada kerugian keuangan
negara, maka penuntut umum segera menyerahkan salinan berkas berita acara sidang tersebut kepada Jaksa Pengacara Negara atau diserahkan kepada
instansi yang dirugikan untuk dilakukan gugatan perdata kepada ahli warisnya.
42
42
Ibid, halaman 15
2. Terhadap Tindak Pidana Korupsi yang Dilakukan Oleh atau Atas Nama Suatu Korporasi
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
Pidana pokok yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi oleh Pasal 20 ayat 7 telah ditentukan hanya terbatas pada pidana denda dengan ketentuan maksimum
pidana ditambah 13 satu pertiga. Terhadap ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 20 ayat 7 tersebut, perlu diberikan beberapa catatan sebagai berikut :
43
a. pidana denda yang dijatuhkan kepada korporasi tidak dapat disertai pidana
kurungan pengganti karena pidana kurungan Pasal 10 angka 3 KUH Pidana adalah termasuk pidana badan, padahal korporasi tidak mungkin dijatuhi atau
menjalani pidana badan jika pdana denda idak dibayar oleh korporasi; b.
meskipun pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi hanya terbatas pada pidana denda, terhadap korporasi masih dapat pula dijatuhi pidana
tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, karena pidana denda adalah termasuk pidana pokok Pasal 10 angka 4 KUH Pidana yang mash dapa
disertai pidana tambahan; c.
yang dapat dibebani membayar denda adalah korporasi dan bukan pengurus atau orang lain yang mewakili korporasi pada waku tuntutan pidana dilakukan
terhadap korporasi tetapi dari mana asal uang untuk membayar denda tersebut tida menjadi masalah apakah dari kas korporasi atau dari uang pribadi
pengurus; d.
meskipun korporasi melalui pengurusnya ingin menyelesaikan perkara tindak pidana korupsi di luar pengadilan dengan membayar denda maksimum
ditambah 13 satu pertiga, Pasal 82 ayat 1 KUH Pidana tidak dapat dipergunakan sebagai dasar hukumnya karena disamping Pasal 82 ayat 1
KUH Pidana hanya dapat diterapkan atau berlaku untuk tindak pidana yang
43
R. Wiyono, Op.cit, halaman 142-143
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
berbentuk pelangggaran padahal tindak pidana korupsi adalah tindak pidana yang berbentuk kejahatan juga hakim masih mungkin menjatuhkan pidana
tambahan terhadap korporasi yang melakukan tindak pidana korupsi.
C. Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi
Pertanggungjawaban pidana dalam tindak pidana korupsi lebih luas dari hukum pidana umum. Hal ini nyata dalam hal :
44
1. kemungkinan penjatuhan pidana secara in absentia Pasal 23 ayat 1 sampai
ayat 4 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 1971; Pasal 38 ayat 1, 2, 3, dan 4 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi 1999; 2.
kemungkinan perampasan barang-barang yang telah disita bagi terdakwa yang telah meninggal dunia sebelum ada putusan yang tidak dapat diubah
lagi Pasal 23 ayat 5 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 1971; Pasal 38 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi 1999 bahkan kesempatan banding tidak ada; 3.
perumusan delik dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 1971 yang sangat luas ruang lingkupnya, terutama unsur ketiga pada
Pasal 1 ayat 1 sub a dan b Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 1971; Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Korupsi
1999; 4.
penafsiran kata “menggelapkan” pada delik penggelapan Pasal 415 KUH Pidana oleh yurisprudensi baik di Belanda maupun di Indonesia sangat luas.
44
Andi Hamzah, Op. cit, halaman 93