Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM BIDANG PERBANKAN
Faktor-faktor penyebab timbulnya tindak pidana korupsi dalam bidang perbankan terdiri atas 4 empat aspek, yaitu :
A. Aspek Individu Pelaku
Apabila dilihat dari segi pelaku korupsi, sebab-sebab dia melakukan korupsi dapat berupa dorongan dari dalam dirinya yang dapat pula dikatakan
sebagai keinginan, niat atau kesadarannya untuk melakukan. Sebab-sebab seseorang melakukan korupsi antara lain sebagai berikut :
1. Sifat tamak manusia Orang yang melakukan korupsi adalah orang yang penghasilannya
sudah cukup tinggi bahkan sudah berlebih bila dibandingkan kebutuhan hidupnya. Orang tersebut melakukan korupsi tersebut juga tanpa adanya
godaan dari pihak lain. Bahkan kesempatan untuk melakukan korupsi mungkin juga sudah sangat kecil karena sistem pengendalian manajemen
yang sudah sangat bagus. Dalam hal pelaku korupsinya seperti itu, maka unsur yang menyebabkan dia melakukan korupsi adalah unsur dalam diri
sendiri yaitu sifat tamak, sombong, takabur, rakus yang memang ada pada manusia.
52
Apabila seseorang tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri, maka tanpa godaan dari luar, tanpa adanya kebutuhan hidup, dan tanpa
adanya kelemahan sistem yang memberikan kesempatan seseorang
52
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional, Edisi Maret, Jakarta,1999, halaman 83
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
tersebut akan berusaha mencari-cari jalan untuk melakukan korupsi. Dalam hal ini, berapapun kekayaan dan penghasilan sudah diperoleh
seseorang tersebut, apabila ada kesempatan untuk melakukan korupsi maka akan dilakukan juga.
53
Seseorang yang moralnya tidak kuat cenderung lebih mudah tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman
setingkat, bawahannya, atau pihak yang lain pihak luar yang dilayani yang memberi kesempatan untuk itu.
2. Moral yang kurang kuat
54
Teman setingkat atau bawahan seorang pegawai yang melakukan korupsi juga merupakan godaan bagi seorang pegawai. Pegawai yang
tingkat ekonominya di bawah pegawai lain yang setingkat atau Bila seorang pegawai yang melihat atasannya melakukan korupsi,
maka pegawai tersebut cenderung akan melakukan korupsi juga karena dia berpendapat bahwa apabila atasannya tersebut mengetahui perbuatannya,
maka atasannya tersebut mendiamkannya atau pra-pura tidak tahu, tidak akan mengenakan sanksi atau paling tidak mengenakan sanksi yang
ringan. Hal ini terjadi karena atasannya juga mempunyai rasa takut jika dilaporkan oleh bawahannya mengenai perbuatan korupsinya. Lebih-lebih
jika seorang pegawai melakukan korupsi karena melakukan kolusi dengan atasannya.
53
Ibid, halaman 83
54
Ibid, halaman 83
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
bawahannya yang melakukan korupsi jika moralnya tidak kuat maka akan mudah tergoda untuk berbuat korupsi juga.
Pihak luar yang dilayani misalnya nasabah untuk perbankan, masyarakat untuk pelayanan umum, pemborong atau kontraktor, wajib
pajak dan sebagainya. Nasabah bank yang ingin mendapatkan kreditnya dengan cepat atau yang seharusnya tidak memenuhi persyaratan tertentu
untuk mendapatkan kreditnya akan berusaha menggoda pegawai yang bersangkutan dengan imbalan tertentu. Untuk memenangkan tender
pekerjaan, pemborong yang tidak cukup akan memberikan uang suap kepada pejabat pegawai yang menentukan pemenang tender.
55
Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi. Adanya kebutuhan hidup yang
3. Penghasilan yang kurang mencukupi kebutuhan hidup yang wajar Penghasilan seorang pegawai dari suatu pekerjaan selayaknya
memenuhi kebutuhan hidup yang wajar. Bila hal itu tidak terjadi maka seseorang akan berusaha memenuhinya dengan berbagai cara. Tetapi bila
segala upaya dilakukan ternyata sulit didapatkan, keadaan semacam ini yang akan memberi peluang besar untuk melakukan tindak korupsi baik
itu korupsi waktu, tenaga, pikiran dalam arti semua curahan peluang itu untuk keperluan di luar pekerjaan yang seharusnya.
4. Kebutuhan hidup yang mendesak
55
Ibid, halaman 84
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
mendesak seperti kebutuhan keluarga, kebutuhan untuk membayar hutang, kebutuhan untuk membayar pengobatan yang mahal, kebutuhan untuk
membiayai sekolah anaknya, kebutuhan untuk mengawinkan anaknya merupakan bentuk-bentuk dorongan seorang pegawai yang berpenghasilan
kecil untuk berbuat korupsi. Dalam hal seperti itu tentu akan sangat tepat apabila dipikirkan suatu sistem yang dapat membantu memberikan jalan
keluar bagi para pegawai untuk menghadapi kebutuhan hidup yang sifatnya mendesak misalya sistem asuransi.
56
Kehidupan di kota-kota besar sering kali mendorong gaya hidup seseorang konsumtif. Gaya hidup yang konsumtif di kota-kota besar ini
mendorong pegawai untuk dapat memiliki mobil mewah, rumah mewah, pakaian mahal, hiburan yang mahal dan sebagainya. Gaya hidup yang
konsumtif tersebut akan menjadikan penghasilan yang sedikit semakin tidak mencukupi. Hal tersebut juga akan mendorong seseorang untuk
melakukan korupsi bilamana ksempatan untuk melakukan ada. 5. Gaya hidup yang konsumtif
57
Sebagian orang ingin mendapatkan hasil dari sebuah pekerjaan tanpa keluar keringat alias malas bekerja. Sifat semacam ini akan potensial
melakukan tindakan apapun dengan cara-cara mudah dan cepat, diantaranya melakukan korupsi.
6. Malas atau tidak mau kerja
56
Ibid, halaman 85
57
Ibid, halaman 86
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
7. Ajaran agama yang kurang diterapkan Indonesia dikenal sebagai bangsa religius yang tentu akan melarang
tindak pidana korupsi dalam bentuk apapun. Kenyataan di lapangan menunjukkan bila korupsi masih berjalan subur di tengah masyarakat.
Situasi paradok ini menandakan bahwa ajaran agama kurang diterapkan dalam kehidupan.
B. Aspek Organisasi