Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI
A. Subjek Hukum Tindak Pidana Korupsi
Subjek hukum tindak pidana dalam hukum pidana korupsi Indonesia pada dasarnya adalah orang pribadi sama seperti yang tercantum dalam hukum pidana
umum. Hal ini tidak mungkin ditiadakan, namun ditetapkan pula suatu badan yang dapat menjadi subjek hukum tindak pidana korupsi sebagaimana dimuat dalam
Pasal 20 jo Pasal 1 dan Pasal 3 Undang – Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
22
Subjek hukum tindak pidana tidak terlepas pada sistem pembebanan tanggung jawab pidana yang dianut, yang dalam hukum pidana umum sumber pokoknya
1. Subjek Hukum Orang
22
Adami Chazawi, Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia, Bayumedia Publishing, Malang, 2005, halaman 341
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
KUH Pidana adalah pribadi orang. Hanya orang yang dapat menjadi subjek hukum pidana, sedangkan badan atau korporasi tidak. Pertanggungjawaban
bersifat pribadi, artinya orang yang dibebani tanggung jawab pidana dan dipidana hanyalah orang atau pribadi si pembuatnya. Pertanggungjawaban pribadi tidak
dapat dibebankan pada orang yang tidak berbuat atau subjek hukum yang lain vicarious liability. Hukum pidana kita yang menganut asas concordantie dari
hukum pidana Belanda menganut sistem pertanggungjawaban pribadi. Sangat jelas dari setiap rumusan tindak pidana dalam KUH Pidana dimulai dengan
perkataan “barang siapa” Hij Die, yang dalam hukum pidana khusus adakalanya menggunakan perkataan “setiap orang” yang maksudnya adalah orang pribadi
misalnya Pasal 5 Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2001. Sistem pertanggungjawaban pribadi sangat sesuai dengan kodrat manusia,
sebab hanya manusia yang berpikir dan berakal serta berperasaan. Dari kemampuan pikir dan akal serta perasaan seseorang menetapkan kehendak untuk
berbuat yang kemudian diwujudkan. Apabila perbuatan itu berupa perbuatan yang bersifat tercela atau bertentangan dengan hukum, maka orang itulah yang
dipersalahkan dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Kemampuan pikir dan kemampuan menggunakan akal dalam menetapkan kehendak untuk berbuat hanya
dimiliki oleh orang sebagai subjek hukum tindak pidana. Sedangkan binatang dan badan tidak memiliki kemampuan berpikir dan kemampuan akal yang dapat
digunakan untuk membentuk kehendak dalam hendak melakukan suatu perbuatan. Oleh karena itu, binatang dan badan tidak dapat menjadi subjek hukum tindak
pidana.
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
Dalam hukum pidana korupsi yang bersumber pada Undang – Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, subjek hukum orang ini ditentukan melalui 2 dua cara, yaitu :
23
1. pegawai negeri; penyelenggara negara misalnya Pasal 8, 9, 10, 11, 12
huruf a, b, e, f, g, h, i; 1. Cara pertama disebutkan sebagai subjek hukum orang pada umumnya, artinya
tidak ditentukan kualitas pribadinya. Kata permulaan dalam kalimat rumusan tindak pidana yang menggambarkan atau menyebutkan subjek hukum tindak
pidana orang pada umumnya, yang in casu tindak pidana korupsi disebutkan dengan perkataan “setiap orang” misalnya Pasal 2, 3, 21, dan 22, tetapi juga
subjek hukum tindak pidana juga diletakkan di tengah rumusan misalnya Pasal 5 dan 6.
2. Sedangkan cara kedua menyebutkan kualitas pribadi dari subjek hukum orang tersebut, yang in casu ada banyak kualitasnya pembuatnya antara lain :
2. pemborong ahli bangunan Pasal 7 ayat 1 huruf a;
3. hakim Pasal 12 huuf c;
4. advokat Pasal 12 huruf d;
5. saksi Pasal 24; bahkan
6. tersangka bisa juga menjadi subjek hukum Pasal 22 jo Pasal 28.
23
Ibid, halaman 343-344
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
Menurut Pasal 1 sub 2 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi Nomor 20 Tahun 2001, pegawai negeri adalah meliputi :
24
1. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang
Kepegawaian; 2.
pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
3. orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah;
4. orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang menerima
bantuan dari keuangan negara atau daerah; atau 5.
orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang mempergunakan modal atau fasilitas dari negara atau masyarakat.
Pasal 1 bagian 1 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
ditentukan bahwa yang dimaksud dengan Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentuukan,
diangkat oleh pejabat yang bewwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peaturan
perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya dalam Pasal 2 ayat 1 jo ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1974 jo Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, ditentukan bahwa Pegawai Negeri tersebut terdiri atas :
1. Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah,
24
Andi Hamzah, Op. Cit, halaman 81-82
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
2. Anggota Tentara Nasional Indonesia, dan
3. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
25
Pasal 92 KUH Pidana memperluas apa yang dimaksud dengan Pegawai Negeri yaitu :
26
1. Termasuk ke dalam pegawai negeri adalah juga orang yang terpilih di dalam
pemilihan umum yang diadakan berdasarkan peraturan umum, demikian juga semua oang yang menjadi anggota badan pembentuk undang-undang, badan
pemerintah atau badan perwakilan yang diadakan oleh atau atas nama pemerintah, selanjutnya juga semua anggota dari seluuh Dewan Pengairan
dan semua pemimpin orang-orang pribumi serta pemimpin orang-orang Timur Asing yang secara sah melaksanakan kekuasaan dan yang tidak dipilih
di dalam suatu pemilihan. 2.
Termasuk ke dalam pengertian Pegawai Negeri dan hakim adalah juga seorang wasit, termasuk ke dalam pengertian hakim adalah juga mereka yang
melaksanakan kekuasaan hukum administratif dan ketua serta anggota- anggota dari dewan-dewan agama.
3. Semua orang yang termasuk di dalam Angkatan Bersenjata dianggap sebagai
pegawai negeri. Pengertian apa yang dimaksud dengan “Penyelenggara Negara” terdapat
dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 yang menyebutkan bahwa “Penyelenggara Negara” adalah Pejabat Negara yang menjalankan fungsi
eksekutif, legislatif, atau yudikatif dan pejabat lain yang fungsi dan tugas
25
R. Wiyono, Pembahasan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, halaman 23
26
Ibid, halaman 23-24
Tomita Juniarta Sitompul : Analisis Kasus Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Karyawan PT. Bank mandiri Studi Kasus No. 2120 PID. B 2006 PN. Mdn, 2008.
USU Repository © 2009
pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
27
Dengan berpedoman pada Pasal 1 angka 8 KUHAP, yang dimaksud dengan “Hakim” dalam Pasal 6 ayat 1 huruf a Undang-Undang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi 1999 jo 2001 adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili.
28
Yang dimaksud dengan “advokat” terdapat dalam Pasal 12 huruf d Undang- Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 1999 jo 2001 adalah orang yang
berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
29
Yang dimaksud dengan “pemborong” dalam Pasal 7 ayat 1 huruf a Undang- Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 1999 jo 2001 adalah pihak yang
mengikatkan diri dalam suatu perjanjian pemborongan pekerjaan untuk menyelenggarakan suatu bangunan bagi pihak yang memborongkan dengan
menerima suatu harga yang ditentukan. Sedangkan yang dimaksud dengan “ahli bangunan” adalah orang yang oleh pemborong diserahi tugas membuat gambar
danatau yang bertanggungjawab untuk mengerjakan sebuah bangunan.
30
Dalam hukum pidana khusus hukum pidana di luar KUH Pidana, yang sifatnya melengkap hukum pidana umum, sudah tidak berpegang teguh terhadap
prinsip pertanggungjawaban pidana secara pribadi yang dianut dan dipertahankan
2. Subjek Hukum Korporasi