2. Analisis teknikal Analisis teknikal merupakan suatu teknik yang menggunakan data atau catatan
pasar untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham, volume perdagangan, indeks harga saham baik individual maupun gabungan, serta faktor-
faktor lain yang bersifat teknis Husnan, 2001. Model analisis teknikal lebih menekankan pada perilaku pasar modal di masa datang berdasarkan kebiasaan
di masa lalu. Analisis ini berupaya untuk memperkirakan harga saham kondisi pasar dengan mengamati perubahan harga saham tersebut kondisi pasar
di waktu lalu. Para penganut analisis ini, menyatakan bahwa: a. Harga saham mencerminkan informasi yang relevan.
b. Informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga saham di waktu lalu. c. Karena perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, maka pola
tersebut akan berulang. Sasaran yang ingin dicapai dari analisis adalah ketepatan waktu dalam
memprediksi pergerakan harga jangka pendek suatu saham. Oleh karena itu, informasi yang berasal dari faktor-faktor teknis sangat penting bagi pemodal
untuk menentukan kapan suatu saham dibeli atau harus dijual.
II.2.3. Analisis dan Penilaian Saham
Harga saham merupakan pencerminan besarnya pengorbanan yang harus dilakukan oleh setiap investor untuk penyertaan dalam perusahaan. Pada pasar
sekunder harga saham bergerak mengikuti kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi atas saham tersebut. Pertimbangan pembeli dan penjual dalam melakukan
Universitas Sumatera Utara
transaksi di bursa efek juga dapat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya harga saham.
Analisa saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik suatu saham, dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini dari saham tersebut. Nilai
intrinsik menunjukkan present value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut. Menurut Kertonegoro 1995, pedoman yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
1. Apabila nilai intrinsik harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai
undervalued harganya terlalu rendah, oleh sebab itu seharusnya dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki.
2. Apabila nilai intrinsik harga pasar saat ini maka saham tersebut dinilai
overvalued harganya terlalu mahal, oleh sebab itu saham sebaiknya dijual. 3.
Apabila nilai intrinsik = harga pasar saat ini maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan.
Menurut Lubis 2008, bahwa fluktuasi harga saham mengikuti random walk theory. Teori ini ditemukan oleh Louis dan Bachelier pada tahun 1900, yang
menyatakan bahwa harga saham dari hari ke hari akan bergerak secara random. Sedangkan para teknisi melihat adanya pola bentuk dalam grafik harga tersebut.
Banyak analis yang beranggapan bahwa harga dari saham tersebut ditentukan oleh nilai dari saham tersebut.
Paul Corner’s dalam Lubis 2008 mengatakan bahwa harga saham merupakan satu seri fluktuasi batasan constraint yang bergerak secara random
Universitas Sumatera Utara
di sekitar nilai intrinsiknya nilai sebenarnya. Batasan tersebut terjadi disebabkan oleh tindakan dua group investor, yaitu:
a. Group pertama adalah investor yang mempunyai kelebihan kas, disebut
liquidity trader dan investor yang akan melikuidasi beberapa investasinya karena membutuhkan dana untuk membayar pembiayaan yang mendadak.
b. Group kedua disebut dengan information trader yaitu mereka yang mencari
informasi baru, mengembangkannya dalam melakukan estimasi terhadap nilai saham tersebut.
Menurut Jogiyanto 2003, ada dua pendekatan dalam penentuan nilai intrinsik saham yang sering digunakan berdasarkan analisis fundamental, yaitu:
a. Pendekatan Present value, mencoba menaksir Present value, dengan menggunakan tingkat bunga tertentu, manfaat yang akan diterima oleh pemilik
saham. b. Pendekatan Price earning ratio, menaksir nilai saham dengan mengalikan laba
perlembar saham dengan kelipatan tertentu.
1 Pendekatan Present Value
Berdasarkan pendekatan ini maka nilai saat ini dari suatu saham adalah sama dengan present value arus kas yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham
tersebut Husnan, 2003. Metode ini digunakan untuk mengetahui nilai perusahaan di masa datang, dengan cara mendiskontokan nilai-nilai arus kas cash flow di masa
depan menjadi nilai sekarang.
Universitas Sumatera Utara
Proses penilaian saham akan meliputi: a.
Estimasi aliran kas saham di masa depan. Hal ini dilakukan dengan menentukan jumlah dan waktu aliran kas yang diharapkan.
b. Estimasi tingkat return yang disyaratkan. Estimasi ini dibuat dengan
mempertimbangkan risiko aliran kas di masa depan dan besarnya return dari alternatif investasi lain akibat pemilihan investasi pada saham, atau disebut
sebagai biaya kesempatan opportunity cost. Tingkat return yang diharapkan dari setiap aliran kas bisa bersifat konstan sepanjang waktu atau berubah-ubah.
Dinyatakan dalam bentuk formula sebagai berikut: Nilai Saham =
n t 1
t t
-
r 1
Kas Arus
Di mana r adalah tingkat bunga atau tingkat keuntungan yang dipandang layak bagi investasi tersebut, sedangkan bagi perusahaan ini merupakan cost of equity,
karena merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri.
Komponen lainnya dalam penentuan nilai saham dengan pendekatan nilai sekarang adalah arus kas cash flow. Dalam komponen ini, permasalahannya adalah:
1 arus kas dalam bentuk apa yang akan digunakan dalam penilaian saham, 2 berapa jumlah kas yang diharapkan, 3 kapan arus kas tersebut diperoleh. Arus
kas cash flow dari suatu saham meliputi dividen, capital gain, dan earning. Dari ketiga unsur yang ada di dalam arus kas tersebut earning-lah yang menjadi unsur
paling penting. Jika earning dibagikan seluruhnya dalam bentuk dividen, maka earning dihitung sebagai dividen, tetapi jika sebagian earning ditahan oleh
Universitas Sumatera Utara
perusahaan untuk diinvestasikan kembali maka akan menghasilkan earning dan dividen.
Disebabkan dividen sebagai aliran kas yang diterima secara langsung oleh investor, maka dikembangkan suatu model yang disebut Dividend Discount Model
DDM. Secara umum harga saham merupakan net present value dari arus dividen yang akan diperoleh ke depan dividend discounted modelsDDMs. Maka
berdasarkan kepada hal tersebut, harga saham adalah: P = D
1
1+k
1
+D
2
1+k
2
+D
3
1+k
3
+...+D
n
1+k
n
atau P = Ó D
t
1+k
t
Di mana Dt = dividen yang diterima pada periode t r = tingkat suku bunga yang digunakan
Penilaian harga saham tersebut akan tergantung pada asumsi pertumbuhan dividen kedepan [Dt = Dt-11+g]. Apabila jumlah dividen yang diterima
diasumsikan sama zero growth model untuk seluruh periode atau g
1
= 0, sehingga: D
= D
1
= D
2
= D
3
=………………D
t
Maka harga saham adalah: P = Dk
Apabila Expected Internal Rate of Return IRR ditentukan k maka expected harga saham adalah P = Dk. Jika harga saham di pasar lebih rendah dari Expected Price
PP maka dapat dibeli. Sebaliknya jika harga saham di pasar lebih tinggi PP maka dikatakan overpriced dan sebaiknya dijual.
Universitas Sumatera Utara
Apabila diasumsikan bahwa dividen tumbuh dengan pertumbuhan yang tetap costant-growth models sehingga:
D
t
=D
t-1
1+g = D 1+g
t
Maka harga saham adalah: P = D
1+gk+g Di mana:
P = harga saham Dt = dividen yang diterima pada periode t
k = tingkat bunga atau internal rate of return g = pertumbuhan dividen.
2 Pendekatan Price Earning Ratio PER
Pendekatan price earning ratio ini merupakan pendekatan yang cukup populer dipakai di kalangan analisis saham dan praktisi saham. Menurut Manurung 2004,
secara teknis PER adalah hasil bagi antara harga saham dan laba bersih per saham. Harga saham di pasar merupakan harga yang berlaku, sedangkan laba bersih
merupakan laba bersih per saham proyeksi tahun berjalan. Selanjutnya dikemukakan bahwa PER dipergunakan oleh berbagai pihak atau investor untuk membeli saham.
Investor akan membeli suatu saham perusahaan dengan PER yang kecil, karena PER yang kecil menggambarkan laba bersih per saham yang cukup tinggi dan harga yang
rendah. Pendekatan ini mendasarkan diri atas rasio antara harga saham per lembar
dengan EPS. Dipandang dari sisi teori ekonomi, secara konseptual basis model PER
Universitas Sumatera Utara
memanglah tidak sekuat model berdasarkan dividen. Analis sekuritas kadang-kadang menyukai penggunaan PER dalam menilai kewajaran harga saham. Saham yang
mempunyai PER yang tinggi diduga terlalu tinggi harganya. Brigham Gapenski dalam Nuraini 2000 mengemukakan bahwa PER
menunjukkan besarnya harga yang bersedia dibayarkan oleh investor untuk setiap dollar laba yang dilaporkan oleh perusahaan. Sedangkan Jones 2004
mengemukakan bahwa PER menunjukkan optimisme dan pesimisme para investor terhadap prospek perusahaan di masa yang akan datang. Selanjutnya Jogiyanto 2003
menyatakan bahwa PER menunjukkan rasio harga saham terhadap Earning atau dengan kata lain menunjukkan berapa besar pemodal menilai harga saham terhadap
kelipatan dari Earnings. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa harapan investor terhadap
Earning perusahaan pada masa yang akan datang, direfleksikan pada harga saham yang bersedia mereka bayar atas saham perusahaan tersebut yang selanjutnya
berpengaruh terhadap PER dengan mengetahui besarnya PER suatu perusahaan, analis bisa memperkirakan bagaimana posisi suatu saham relatif terhadap saham-
saham lainnya, apakah saham tersebut dibeli atau tidak. Besarnya nilai PER biasanya terkait dengan tahap pertumbuhan perusahaan, sehingga perusahaan-perusahaan yang
berada dalam tahap pertumbuhan biasanya memiliki PER yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang berada dalam kondisi yang sudah mapan.
Menurut Halim 2005: PER dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: PER =
1
EPS P
atau PER = 1
g i
RR
Universitas Sumatera Utara
Di mana: P
= harga saham yang layak dibeli EPS
1
= laba per saham – LPS earning per share tahun mendatang RR
= bagian dari laba yang ditahan dalam perusahaan Retention Ratio i
= tingkat pengembalian yang diminta g
= pertumbuhan dividen EPS = Laba bersih setelah pajakJumlah lembar saham
Harga saham akan tergantung pada asumsi: Suku bunga r yang digunakan.
Proyeksi dividen kedepan Sesuai dengan pandangan bahwa harga saham mencerminkan harapan para
investor atau pasar terhadap prospek suatu perusahaan. Maka faktor-faktor harga saham juga akan mempengaruhi PER. Maka pendekatan lain dalam menilai harga
saham adalah dengan mencari faktor-faktor yang diduga mempengaruhi PER secara nyata, kemudian dibuat suatu model tersebut untuk menilai PER perusahaan di masa
yang akan datang, sehingga dapat dinilai pada kewajaran harga saham perusahaan. Menurut Manurung 2004 dan Karvof 2004, variabel-varibel yang
mempengaruhi PER adalah sebagai berikut: Dividen Pay Out Ratio DPOR perusahaan yang bersangkutan, tingkat yield yang diharapkan dan pertumbuhan
dividen. Kebijaksanaan dividen secara umum dapat diartikan sebagai pembayaran laba perusahaan kepada pemegang sahamnya. Menurut Ahmad 2004:
Universitas Sumatera Utara
Kebijaksanaan dividen adalah keputusan keuangan, yaitu dengan mempertimbangkan apakah pembayaran dividen akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham.
Selanjutnya Ahmad 2004 menjelaskan jenis kebijaksanaan dividen, yaitu sebagai berikut: Dividen per saham yang stabil, Dividen Pay Out DPO yang stabil,
kombinasi dan Dividen Residual. Berdasarkan uraian tersebut, maka pengaruh masing-masing faktor terhadap
Price Earning Ratio dapat diuraikan sebagai berikut: a.
Dividend Payout Ratio yaitu bagian dari laba perusahaan yang dibayarkan sebagai dividen. Faktor ini mempunyai pengaruh yang positif terhadap PER
karena besarnya Dividend Payout Ratio menentukan besarnya dividen yang diterima oleh pemilik saham di mana besarnya dividen ini secara positif dapat
mempengaruhi harga suatu saham terutama pada pasar modal yang didominasi oleh investor yang berorientasi pada pendapatan dividen. Dengan demikian
apabila faktor-faktor lain yang mempengaruhi PER konstan, semakin tinggi Dividend Payout Ratio, maka semakin tinggi PER.
b. Tingkat keuntungan yang disyaratkan pemodal Rate of Returnr yaitu tingkat
keuntungan yang dianggap layak bagi investasi pada suatu saham. Faktor ini mempunyai pengaruh yang negatif dengan PER, karena apabila keuntungan
yang diperoleh atas suatu saham lebih kecil dari tingkat keuntungan yang disyaratkan r hal ini akan menurunkan harga dari suatu saham karena investasi
pada saham tersebut dianggap kurang menarik. Dengan demikian semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan semakin rendah PER dengan asumsi
Universitas Sumatera Utara
faktor yang lain konstan. Reilly 1994 menyebutkan bahwa Rate of Return merupakan fungsi dari The Economys Risk Free Rate of Return Rf, The
Expected Rate of Inflation I, dan Market Risk For Common Stock Easured As The Variance of Return.
c. Pertumbuhan Dividen g. Pengaruh faktor ini adalah positif terhadap PER
karena dividen yang meningkat dapat dijadikan sebagai cerminan prospek perusahaan yang baik sehingga investasi pada suatu saham akan semakin
menarik. Dengan demikian apabila faktor yang lain konstan maka semakin tinggi pertumbuhan dividen, semakin tinggi PER.
Upaya tentang Price Earning Ratio tersebut dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan penilaian terhadap PER suatu saham. Apabila ada suatu
saham yang mempunyai PER = 10, maka dapat diperkirakan berapa pertumbuhan laba perusahaan tersebut, berapa r yang layak untuk saham tersebut, dan berapa
kebijakan dividen perusahaan tersebut.
II.3. Dividen II.3.1. Pengertian dan Jenis-jenis Dividen