Analisis Pengaruh Price Earning Ratio Dan Dividen Tunai Terhadap Harga Saham Perusahaan Di Bursa Efek Indonesia

(1)

ANALISIS PENGARUH PRICE EARNING RATIO DAN

DIVIDEN TUNAI TERHADAP HARGA SAHAM

PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Oleh

DWI INDRIATI

087019015/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S

E K

O L

A H

P A

S C

A S A R JA

N


(2)

ANALISIS PENGARUH PRICE EARNING RATIO DAN

DIVIDEN TUNAI TERHADAP HARGA SAHAM

PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

DWI INDRIATI

087019015/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH PRICE EARNING RATIO

DAN DIVIDEN TUNAI TERHADAP HARGA

SAHAM PERUSAHAAN DI BURSA EFEK

INDONESIA Nama Mahasiswa : Dwi Indriati Nomor Pokok : 087019015

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Muslich Lufti, MBA) (Drs. M. Lian Dalimunthe, MEc.Ac)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Paham Ginting, MS) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 29 Oktober 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Muslich Lufti, MBA

Anggota : 1. Drs. M. Lian Dalimunthe, MEc.Ac 2. Prof. Dr. Rismayani, SE., MS 3. Drs. Syahyunan, M.Si


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya nyatakan bahwa tesis saya yang berjudul:

Analisis Pengaruh Price Earning Ratio dan Dividen Tunai terhadap Harga Saham Perusahaan di Bursa Efek Indonesia”

adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Oktober 2010 Yang membuat pernyataan

Dwi Indriati NIM: 087019015


(6)

ANALISIS PENGARUH PRICE EARNING RATIO DAN DIVIDEN TUNAI TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA

Dwi Indriati, Dr. Muslich Lufti, MBA dan Drs. M. Lian Dalimunthe, MEc.Ac

ABSTRAK

Pasar modal merupakan pasar tempat pertemuan dan melakukan transaksi antara perusahaan dengan pihak investor. Bagi investor yang menginvestasikan dananya pada saham suatu perusahaan bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang berupa dividen. Banyak faktor yang mempengaruhi harga saham di bursa efek, diantaranya adalah price earning ratio (PER) dan dividen tunai. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh Price Earning Ratio (PER) dan dividen tunai terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Price Earning Ratio (PER) dan dividen tunai terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori Manajemen Investasi yang berkaitan dengan harga saham, price earning ratio dan dividen.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan survey. Sifat penelitian ini adalah explanatory. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif yaitu untuk mengetahui dan menganalisis price earning ratio dan dividen dihubungkan dengan harga saham perusahaan yang go public di BEI. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 42 perusahaan dengan kriteria membayar dividen tunai selama tiga tahun berturut-turut. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda melalui uji F dan uji t dengan maksud untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05).

Hasil uji hipotesis secara serentak menunjukkan price earning ratio dan dividen tunai berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005-2007. Nilai R Square sebesar 0,838 menunjukkan bahwa 83,8% variabel harga saham dapat dijelaskan oleh variabel Price Earning Ratio (PER) dan dividen tunai. Secara parsial variabel dividen tunai berpengaruh lebih dominan terhadap harga saham dibandingkan dengan price earning ratio.


(7)

THE EFFECT OF PRICE EARNING RATIO AND CASH DIVIDEND ON THE

COMPANYS SHARE PRICE ON INDONESIA STOCK EXCHANGE

Dwi Indriati, Dr. Muslich Lufti, MBA and Drs. M. Lian Dalimunthe, MEc.Ac

ABSTRACT

Capital market represent the market transactions between the company and investor. For investors who invest their funds in shares of a company aims to earn revenue namely dividends. Many factors affect the stock price on the stock exchange, such as price earnings ratio (PER) and cash dividends. The formulation of problem is how the effect of Price Earning Ratio (PER) and cash dividend on the company's share price listed on the Indonesia Stock Exchange. The aim of this research is to know and analyse the effect of Price Earning Ratio (PER) and cash dividend on the company's share price listed on the Indonesia Stock Exchange.

Using the investment management theory related to stock price, price earnings ratio and dividend.

This research using survey approach, and explanatory research. The technique of collecting data done by documentary study. The number of sampel of 42 companies with the criterion payed the cash dividend during three year successively. The test of hypotesis using multiple regression analysis, trough F and t test intended to know the effect of independent variable to dependent variable in the acceptance level of 95% ( 0.05).

The result of the simultaneous test shows that the price earning ratio and cash dividend had a singnifincantly effect on stock prices on companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2005-2007. Coeffient of determination (R2) equal to 0,838 indicating that 83,8 % explainable share price variable by variable of Price Earning Ratio (PER) and cash dividend. Partially, cash dividend more dominant effect on stock prices compared with price earnings ratio.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya kepada Alah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, mengucapkan syukur kehadirat-Mu atas segala rahmad dan hidayah-Nya yang telah Engkau limpahkan kepadaku, dan dari sebagian rahmad dan hidayah-Mu pula tesis ini dapat rampung seluruhnya.

Tesis ini disusun guna melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan studi di Program Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Pada penulisan tesis ini, penulis memilih judul “Analisis Pengaruh Price Earning Ratio dan Dividen Tunai terhadap Harga Saham Perusahaan di Bursa Efek Indonesia”.

Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan tesis ini penulis banyak memperoleh bantuan, bimbingan, petunjuk, nasehat, dan dukungan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis menghaturkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc, (CTM) Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Paham Ginting, MS., selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan tesis ini.

5. Bapak Drs. M. Lian Dalimunthe, MEc.Ac., selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini.


(9)

6. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE., M.Si, Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, dan Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME, selaku Dosen Pembanding yang banyak memberikan masukan dan pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.

7. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Administrasi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak Ir. Nanang Rahayu, MAPPI.Cert, selaku Kepala Kantor Jasa Penilai Publik Nanang Rahayu & Rekan di Jakarta yang telah berkenan memberikan izin belajar kepada penulis dan dorongan semangat dalam proses penulisan tesis ini. 9. Rekan-rekan kerja Kantor Jasa Penilai Publik Nanang Rahayu & Rekan

perwakilan Medan yang sangat membantu dalam proses penulisan tesis ini. 10. Suami tersayang, Bastoni dan anakku tercinta Mhd. Aric Fathoni dan Mhd. Bariq

Athallah, yang telah sabar dan memberikan do’anya selama penulis menjalani masa pendidikan Strata 2 (S-2) ini.

11. Rekan-rekan Pascasarjana Ilmu Manajemen angkatan XIV sekelas yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis yakin Allah SWT akan membalas seluruh amal dan melimpahkan rahmad-Nya kepada kita semua. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak pada umumnya dan kepada penulis khususnya.

Amin ya rabbal’alamin - Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, Oktober 2010 Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

Dwi Indriati lahir di Medan pada tanggal 29 Agustus 1977, anak kedua dari enam bersaudara dari pasangan Ayahanda H. Surya Darma dan Ibunda Hj. Arsi Halimah Siregar. Menikah pada tahun 2002 dengan Bastoni dan dikarunai dua orang anak bernama Mhd. Aric Fathoni dan Mhd. Bariq Athallah.

Menempuh pendidikan Sekolah Dasar tahun 1983 di Sekolah Dasar (SD) Pamardi Sunu Medan, tamat dan lulus tahun 1989. Melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Medan, tamat dan lulus tahun 1992. Selanjutnya menempuh pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 14 Medan, tamat dan lulus tahun 1995. Kemudian melanjutkan ke pendidikan Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen tahun 1995 pada Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara di Medan tamat dan lulus pada tahun 2001. Tahun 2008 melanjutkan studi Strata Dua (S-2) di Universitas Sumatera Utara pada Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana.

Pada tahun 2002 hingga saat ini bekerja sebagai Staf Appraisal (Penilai) Kantor Jasa Penilai Publik Nanang Rahayu & Rekan dan ditempatkan sebagai pimpinan perwakilan di Kantor Perwakilan Medan.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 5

I.3. Tujuan Penelitian ... 6

I.4. Manfaat Penelitian ... 6

I.5. Kerangka Berpikir... 6

I.6. Hipotesis ... 9

BAB II. URAIAN TEORITIS ... 10

II.1. Penelitian Terdahulu ... 10

II.2. Saham ... 12

II.2.1. Pengertian dan Jenis-jenis Saham ... 12

II.2.2. Harga Saham ... 15

II.2.3. Analisis dan Penilaian Saham ... 17

II.3. Dividen ... 26

II.3.1. Pengertian dan Jenis-jenis Dividen ... 26

II.3.2. Kebijakan Dividen ... 29

II.3.3. Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen ... 35


(12)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 41

III.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

III.2. Metode Penelitian... 41

III.2.1. Pendekatan Penelitian ... 41

III.2.2. Jenis Penelitian ... 41

III.2.3. Sifat Penelitian ... 42

III.3. Target Populasi dan Sampel ... 42

III.4. Metode Pengumpulan Data ... 44

III.5. Jenis dan Sumber Data ... 44

III.6. Identifikasi Variabel ... 44

III.7. Definisi Operasional Variabel ... 45

III.8. Model Analisis Data ... 46

III.9. Uji Asumsi Klasik ... 48

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

IV.1. Perkembangan Harga Saham, PER dan Dividen Tunai ... 51

IV.1.1. Harga Saham ... 51

IV.1.2. Price Earning Ratio (PER) ... 53

IV.1.3. Dividen Tunai ... 55

IV.2. Statistik Deskriptif ... 57

IV.3. Analisis Data ... 58

IV.3.1. Uji Asumsi Klasik ... 58

IV.3.2. Analisis Hipotesis ... 62

IV.4. Pembahasan ... 67

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

V.1. Kesimpulan... 73

V.2. Saran ... 74


(13)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1. Perkembangan Harga Saham Beberapa Perusahaan di BEI, 2005- 2007 ...

2

1.2. Perkembangan PER dan Dividen Beberapa Perusahaan di BEI,

2005-2007 ... 5

3.1. Target Populasi Perusahaan di BEI, 2005-2007 ... 43

3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 46

4.1. Perkembangan Harga Saham Perusahaan yang Terdaftar di BEI ... 52

4.2. Perkembangan Price Earning Ratio (PER) Perusahaan yang Terdaftar di BEI ... 54

4.3. Perkembangan Dividen Tunai Perusahaan yang Terdaftar di BEI ... 56

4.4. Statistik Deskriptif ... 57

4.5. Uji Normalitas dengan KS-Test ... 60

4.6. Uji Multikolinieritas ... 60

4.7. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser ... 62

4.8. Pengujian Kelayakan Model ... 63

4.9. Hasil Regresi Uji F ... 64


(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1.1. Kerangka Berpikir ... 9 4.1. Grafik Normalitas Data ... 59 4.2. Scatterplot Heteroskedastisitas ... 61


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Data Penelitian ... 79 2. Hasil Olah SPSS ... 82


(16)

ANALISIS PENGARUH PRICE EARNING RATIO DAN DIVIDEN TUNAI TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA

Dwi Indriati, Dr. Muslich Lufti, MBA dan Drs. M. Lian Dalimunthe, MEc.Ac

ABSTRAK

Pasar modal merupakan pasar tempat pertemuan dan melakukan transaksi antara perusahaan dengan pihak investor. Bagi investor yang menginvestasikan dananya pada saham suatu perusahaan bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang berupa dividen. Banyak faktor yang mempengaruhi harga saham di bursa efek, diantaranya adalah price earning ratio (PER) dan dividen tunai. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh Price Earning Ratio (PER) dan dividen tunai terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Price Earning Ratio (PER) dan dividen tunai terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori Manajemen Investasi yang berkaitan dengan harga saham, price earning ratio dan dividen.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan survey. Sifat penelitian ini adalah explanatory. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif yaitu untuk mengetahui dan menganalisis price earning ratio dan dividen dihubungkan dengan harga saham perusahaan yang go public di BEI. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 42 perusahaan dengan kriteria membayar dividen tunai selama tiga tahun berturut-turut. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda melalui uji F dan uji t dengan maksud untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05).

Hasil uji hipotesis secara serentak menunjukkan price earning ratio dan dividen tunai berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005-2007. Nilai R Square sebesar 0,838 menunjukkan bahwa 83,8% variabel harga saham dapat dijelaskan oleh variabel Price Earning Ratio (PER) dan dividen tunai. Secara parsial variabel dividen tunai berpengaruh lebih dominan terhadap harga saham dibandingkan dengan price earning ratio.


(17)

THE EFFECT OF PRICE EARNING RATIO AND CASH DIVIDEND ON THE

COMPANYS SHARE PRICE ON INDONESIA STOCK EXCHANGE

Dwi Indriati, Dr. Muslich Lufti, MBA and Drs. M. Lian Dalimunthe, MEc.Ac

ABSTRACT

Capital market represent the market transactions between the company and investor. For investors who invest their funds in shares of a company aims to earn revenue namely dividends. Many factors affect the stock price on the stock exchange, such as price earnings ratio (PER) and cash dividends. The formulation of problem is how the effect of Price Earning Ratio (PER) and cash dividend on the company's share price listed on the Indonesia Stock Exchange. The aim of this research is to know and analyse the effect of Price Earning Ratio (PER) and cash dividend on the company's share price listed on the Indonesia Stock Exchange.

Using the investment management theory related to stock price, price earnings ratio and dividend.

This research using survey approach, and explanatory research. The technique of collecting data done by documentary study. The number of sampel of 42 companies with the criterion payed the cash dividend during three year successively. The test of hypotesis using multiple regression analysis, trough F and t test intended to know the effect of independent variable to dependent variable in the acceptance level of 95% ( 0.05).

The result of the simultaneous test shows that the price earning ratio and cash dividend had a singnifincantly effect on stock prices on companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2005-2007. Coeffient of determination (R2) equal to 0,838 indicating that 83,8 % explainable share price variable by variable of Price Earning Ratio (PER) and cash dividend. Partially, cash dividend more dominant effect on stock prices compared with price earnings ratio.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pasar modal merupakan pasar tempat pertemuan dan melakukan transaksi antara pihak-pihak pencari dana (emiten) dengan pihak yang kelebihan dana (surplus fund). Para pemegang saham dan calon investor mengharapkan penerimaan dividen dan peningkatan nilai saham. Tujuan investor yang menginvestasikan dananya di pasar modal adalah untuk memperoleh imbalan atau pendapatan dari dana yang diinvestasikan. Bagi investor yang menginvestasikan dananya pada saham suatu perusahaan bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang berupa dividen atau capital gain. Dividen adalah pendapatan yang diperoleh setiap periode selama saham masih dimiliki, sedangkan capital gain adalah pendapatan yang diperoleh karena harga jual saham lebih tinggi daripada harga belinya, pendapatan ini baru diperoleh jika saham dijual. Bagi investor yang bertujuan mendapatkan capital gains juga memerlukan informasi tentang dividen, karena dividen merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi harga saham. Oleh karena itu, perusahaan yang sudah go public mempunyai kewajiban untuk memberikan informasi mengenai kinerjanya kepada investor dalam bentuk laporan keuangan dan pengumuman besarnya dividen yang dibayarkan.

Berbagai informasi dapat mempengaruhi harga dari sekuritas di antaranya (1) informasi yang berhubungan dengan laba (earnings related announcements dan


(19)

(2) informasi terkait dengan pendanaan (financing announcement) yang berhubungan dengan ekuitas, utang, sewa-guna, persetujuan standby credit. Baik buruknya kinerja perusahaan dapat dijadikan sebagai tolok ukur bagi investor dalam menentukan pembelian saham perusahaan. Tentunya investor akan menjatuhkan pilihannya pada saham yang memiliki reputasi yang baik karena investor ingin memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi dari investasinya.

Harga dipengaruhi oleh kinerja perusahaan dan kemungkinan risiko yang dihadapi perusahaan. Kinerja perusahaan dan risiko yang dihadapi perusahaan tersebut dipengaruhi oleh faktor makro dan mikro ekonomi, seperti: tingkat bunga umum domestik, tingkat inflasi, kebijakan pemerintah, kurs valuta asing, laba, arus kas, nilai buku per saham, return on equity, dan lainnya.

Harga saham dapat berfluktuasi naik turun, sebagaimana yang ditunjukkan oleh beberapa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, selama tahun 2005-2007 yang hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini.

Tabel 1.1. Perkembangan Harga Saham Beberapa Perusahaan di BEI, 2005- 2007

No. Perusahaan Closing Price (Rp)

2005 2006 2007

1 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 1,640 2,900 3,500 2 PT Bank Danamon Tbk 4,750 6,750 8,000 3 PT Bank Central Asia Tbk 3,400 5,200 7,300 4 PT Summarecon Agung Tbk 750 1,170 1,170 5 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 900 1,020 1,100 6 PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk 415 970 2,275 7 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 50,000 55,000 55,000 8 PT Mayora Indah Tbk 820 1,620 1,750 9 PT Gudang Garam Tbk 11,650 10,200 8,500 10 PT Sepatu Bata Tbk 14,500 14,000 23,000 Sumber: Indonesian Capital Market Directory, 2000-2009.


(20)

Berdasarkan dari data yang ada pada Tabel 1.1, maka dapat diketahui bahwa harga saham menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, kecuali saham PT. Gudang Garam, Tbk. Namun demikian presentase peningkatan bervariasi atau tidak sama pada setiap perusahaan. Peningkatan harga saham tersebut karena terjadi kenaikan permintaan saham suatu perusahaan. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai prospek jangka panjang yang akan meningkatkan nilai perusahaan tersebut. Apabila keadaan yang terjadi sebaliknya, maka akan menurunkan nilai perusahaan yang bersangkutan.

Dampak yang dirasakan oleh investor terhadap peningkatan harga saham adalah dampak positif yang berarti menguntungkan. Keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli saham atau memiliki saham tersebut adalah tingkat pengembalian yang lebih besar dari yang diisyaratkan yang diperoleh melalui pembayaran dividen dan capital gain, dan berlaku juga untuk sebaliknya.

Setiap investor menaruh harapan akan mendapatkan manfaat dari setiap transaksi penanaman modal. Investor harus memiliki sejumlah informasi sebelum melakukan transaksi di pasar modal agar bisa mengambil keputusan yang tepat. Salah satu informasi yang penting adalah pergerakan harga saham yang cenderung berubah, terlebih ketika kondisi ekonomi sedang bergejolak. Ada dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menilai sebenarnya atau estimasi harga saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknis. Analisis fundamental menggunakan data yang berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan,


(21)

dan lain sebagainya), sedangkan analisis teknis menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan volume transaksi saham) untuk menentukan nilai saham.

Analisis teknis rawan melakukan kesalahan estimasi ketika keadaan ekonomi sedang bergejolak, karena pergerakan harga saham tidak dipengaruhi oleh harga masa lalu, tetapi oleh faktor makro dan mikro ekonomi yang tidak dapat diprediksi. Oleh karena itu dibutuhkan analisis fundamental untuk mengestimasi pergerakan harga saham. Walaupun faktor makro dan mikro ekonomi tidak dapat diprediksi, tetapi analisis fundamental dapat membantu estimasi meskipun tidak 100% tepat. Untuk analisis fundamental, salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung nilai intrinsik saham, yaitu Price Earning Ratio (PER). PER adalah hasil bagi antara harga saham dan laba bersih per saham. Harga saham di pasar merupakan harga yang berlaku, sedangkan laba bersih merupakan laba bersih per saham proyeksi tahun berjalan. Investor akan membeli suatu saham perusahaan dengan PER yang kecil, karena PER yang kecil menggambarkan laba bersih per saham yang cukup tinggi dan harga yang rendah.

Selain itu permintaan saham juga dipengaruhi oleh dividen tunai yang dibayarkan perusahaan. Kenaikan dividen yang dibayarkan lebih tinggi dari yang diperkirakan merupakan syarat bagi investor bahwa manajemen perusahaan memperkirakan laba di masa datang meningkat, hal ini akan menimbulkan reaksi positif sehingga harga saham naik. Perkembangan PER dan dividen beberapa perusahaan di BEI adalah sebagai berikut:


(22)

Tabel 1.2. Perkembangan PER dan Dividen Beberapa Perusahaan di BEI, 2005-2007

No. Perusahaan

PER (x) Dividen Per Saham (Rp)

2005 2006 2007 2005 2006 2007 1 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 54.84 24.65 16.67 15 70 186

2 PT Bank Danamon Tbk 11.66 25.13 18.87 203 131 208

3 PT Bank Central Asia Tbk 11.64 15.11 20.05 90 115 64

4 PT Summarecon Agung Tbk 9.76 19.17 23.52 15 13 11

5 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 11.57 12.93 12.49 61 32 35 6 PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk 8.36 13.77 32.59 9 15 17 7 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 12.11 15.75 13.73 3,165 2,640 3,600

8 PT Mayora Indah Tbk 13.75 13.27 9.47 25 35 40

9 PT Gudang Garam Tbk 11.86 19.47 11.33 500 250 250

10 PT Sepatu Bata Tbk 7.51 9.03 8.65 150 435 6,361

Sumber: Indonesian Capital Market Directory, 2000-2009.

Perkembangan PER sebagian perusahaan menunjukkan peningkatan, sebagian menunjukkan penurunan selama periode 2005-2007. Demikian juga dengan dividen tunai yang dibagikan perusahaan-perusahaan tersebut. Perkembangan PER dan dividen tersebut diduga mempengaruhi harga saham perusahaan-perusahaan. Berdasar uraian di atas, dilakukan suatu penelitian untuk mengkaji pengaruh price earning ratio dan dividen tunai terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana pengaruh Price Earning Ratio (PER) dan dividen tunai terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?


(23)

I.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Price Earning Ratio (PER) dan dividen tunai terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

I.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai masukan bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi pada

saham perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan bagi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Sebagai menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti di bidang ilmu manajemen, khususnya dalam manajemen keuangan.

4. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang sama di masa mendatang.

I.5. Kerangka Berpikir

Pasar modal adalah pelengkap di sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan, di mana pasar modal memberikan jasanya sebagai jembatan penghubung antar pemilik modal (investor) dengan peminjam dana/emiten (Usman dalam Haryanto dan Sugiharto, 2003).


(24)

Diantara surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal, saham biasa adalah yang paling dikenal masyarakat. Di antara emiten, saham biasa juga merupakan yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat. Secara sederhana, saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan.

Pergerakan harga saham sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam perusahaan itu sendiri ataupun dari luar perusahaan. Hal ini disebabkan karena investor memiliki harapan atas sejumlah pengembalian atas nilai investasinya di saat ini. Pengembalian itu tergambar jelas pada performa perusahaan yang dapat dilihat dari informasi keuangan perusahaan serperti earning serta besarnya dividen yang dibayarkan.

Menurut Jones (2004), bahwa umumnya terdapat korelasi yang yang kuat antara pertumbuhan laba (earning) dengan pertumbuhan harga saham. Dalam hubungannya dengan harga saham, dapat dilihat dari salah satu rasio keuangan perusahaan, yaitu Price Earning Ratio (PER).

PER sering dikelompokkan sebagai rasio nilai pasar perusahaan yang membandingkan antara harga saham perusahaan dengan EPS perusahaan. Hal ini berarti bahwa PER menunjukkan tingkat pengembalian per lembar saham yang akan diterima pemegang saham dari pembelian satu lembar saham. Menurut Fabozzi (2003) bahwa PER diartikan sebagai gambaran dari apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Manfaat lain dari PER adalah sebagai


(25)

ukuran relatif perusahaan karena nilai PER menunjukkan seberapa besar investor ingin membayar untuk memperoleh laba perusahaan tersebut.

Investor melakukan investasi melalui saham adalah untuk memperoleh dividen. Dividen (dividend) adalah pembagian aktiva perusahaan kepada para pemegang saham perusahaan. Salah satu jenis dividen adalah dividen tunai (cash dividend), yaitu dividen yang dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk tunai (cash). Dividen tunai (cash dividend) umumnya lebih menarik bagi pemegang saham dibandingkan dengan dividen saham (stock dividend).

Menurut Brigham dan Houston dalam Mulyati (2003), kenaikan dividen yang dibayarkan lebih tinggi dari yang diperkirakan merupakan isyarat bagi investor bahwa manajemen perusahaan memperkirakan laba di masa datang meningkat, hal ini akan menimbulkan reaksi positif sehingga harga saham naik. Sebaliknya, penurunan dividen atau kenaikan dividen yang lebih kecil dari yang diperkirakan merupakan suatu isyarat bahwa manajemen meramalkan laba di masa yang akan datang rendah, hal ini akan menyebabkan reaksi negatif sehingga harga saham turun. Perubahan harga saham setelah pembagian dividen menunjukkan bahwa dividen mengandung informasi atau pengisyaratan yang penting dalam pengumuman dividen tersebut.

Keterkaitan ini dapat digambarkan secara sederhana melalui kerangka pemikiran tersebut pada gambar:


(26)

Gambar I.1. Kerangka Berpikir

I.6. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir, maka dihipotesiskan sebagai berikut: Price Earning Ratio (PER) dan dividen tunai berpengaruh terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Price Earning Ratio

Dividen Tunai

Harga Saham Perusahaan di BEI


(27)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Penelitian Terdahulu

Nazwirman (2008), melakukan penelitian dengan judul: Penilaian Harga Saham dengan Price Earning Ratio (PER) di Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan salah satu teknik analisis saham metode Price Earning Ratio (PER), maka investor akan mudah mendapatkan mengenai saham mana yang harus mereka beli. Metode Price Earning Ratio dalam menganalisis saham perusahaan industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia menggunakan tiga alternatif (k*= 11%, k*=16%, dan k*=21%). Hasil penelitian diperoleh bahwa saham perusahaan yang layak dibeli hanya saham satu perusahaan karena pada tiga alternatif tersebut PER < PER* yang berarti tingkat earning dari saham tersebut lebih tinggi dari 11%, 16% atau 21% dan harga dari saham tersebut murah. Saham perusahaan yang lain tidak layak dibeli ada 5 perusahaan, tetapi layak untuk dijual oleh investor, karena pada tiga alternatif tersebut PER > PER* yang berarti tingkat keuntungan dari saham tersebut lebih kecil dari 11%, 16% atau 21%.

Siaputra dan Atmadja (2006) melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Pengumuman Dividen terhadap Perubahan Harga Saham Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata harga saham sebelum ex-dividend date dan nilai rata-rata-rata-rata harga saham sesudah ex-dividend date secara statistik berbeda signifikan. Hal ini mengindikasikan, bahwa


(28)

terjadi pergerakan harga saham yang signifikan selama antara dua periode observasi tersebut akibat pengumuman pembagian dividen. Lebih lanjut, besarnya perubahan harga saham tersebut secara statistik tidak berbeda dengan nilai dividen per lembar saham yang dibagikan.

Subiyantoro dan Andreani (2003) melakukan penelitian dengan judul: Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Pendekatan constant growth of dividend discount model maka faktor-faktor yang diduga mempengaruhi harga saham mencakup: return on asset, return on equity, earning per share, book value equity per share, debt to equity ratio, return saham, return bebas risiko, beta saham dan return market. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum faktor-faktor di atas tidak dapat digunakan sepenuhnya untuk mengekspektasi variasi harga saham, tentu masih banyak faktor-faktor lain di luar pendekatan dividend ini yang masih bisa dieksplorasi lebih lanjut pada penelitian-penelitian berikutnya. Selanjutnya jika dikaji secara parsial yang berpengaruh signifikan terhadap variasi harga saham adalah book value equity per share dan return on equity.

Mulyati (2003) melakukan penelitian dengan mengenai Reaksi Harga Saham terhadap Perubahan Dividen Tunai dan Dividen Yield di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 52 saham perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) reaksi harga saham positif terhadap kenaikan dividen yang dibayarkan, (2) reaksi harga saham tidak dipengaruhi oleh perubahan dividen yield, ini ditunjukkan dari tidak adanya koefisien yang signifikan.


(29)

II.2. Saham

II.2.1. Pengertian dan Jenis-jenis Saham

Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (emiten) yang menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan itu. Husnan (2001) menyebutkan bahwa sekuritas (saham) merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya.

Saham (stocks) adalah surat tanda bukti kepemilikan bagian modal suatu perseroan terbatas. Dalam transaksi jual beli di bursa efek, saham atau sering disebut shares merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Selanjutnya saham dapat dibedakan menjadi saham biasa (common stock) dan saham preferen (preffered stock) (Jogiyanto, 2003). Perbedaan kedua jenis saham ini antara lain adalah sebagai berikut:

1) Saham Biasa (common stocks)

Pemegang saham ini adalah pemilik perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan. Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa mempunyai beberapa hak yaitu:

a. Hak Kontrol

Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan direksi. Hal ini berarti bahwa pemegang saham mempunyai hak untuk mengontrol siapa saja


(30)

yang akan memimpin perusahaannya. Pemegang saham dapat melakukan hak kontrolnya dalam bentuk memveto dalam pemilihan direksi di rapat tahunan pemegang saham atau tindakan-tindakan yang membutuhkan persetujuan pemegang saham.

b. Hak menerima Pembagian Keuntungan

Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Tidak semua laba dibagikan, tetapi sebagian laba akan ditanamkan kembali ke dalam perusahaan. Laba yang ditahan ini (retained earning) merupakan sumber dana intern perusahaan sedangkan laba yang tidak ditahan diberikan kepada pemilik saham dalam bentuk dividen.

c. Hak Preemtive

Hak preemtive (preemtive right) merupakan hak untuk mendapatkan persentase kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham. Jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham yang beredar akan lebih banyak dan akibatnya persentase kepemilikan saham yang lama akan turun. Hak preemtive memberi prioritas kepada pemegang saham lama untuk membeli tambahan saham baru, sehingga persentase kepemilikan tidak berubah.

2) Saham Preferen (preffered stocks)

Saham preferen mempunyai gabungan antara obligasi dan saham biasa. Seperti obligasi, saham preferen yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham


(31)

preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa dividen preferen. Seperti saham biasa, dalam hal likuidasi, klaim pemegang saham preferen di bawah klaim pemegang obligasi. Dibandingkan dengan saham biasa, saham preferen mempunyai hak, yaitu hak atas dividen tetap dan hak atas pembayaran lebih dahulu jika terjadi likuidasi.

Bebarapa karakteristik saham preferen adalah sebagai berikut: 1) Preferen terhadap dividen

a. Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan pemegang saham biasa.

b. Saham preferen umumnya memberikan hak dividen kumulatif, yaitu memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan, dan dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima dividennya.

2) Preferen pada waktu likuidasi

Saham preferen mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva perusahaan dibandingkan dengan hak yang dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadi likuidasi. Besarnya hak atas aktiva adalah sebesar nilai nominal saham preferennya termasuk semua dividen yang belum dibayarkan jika bersifat kumulatif.


(32)

II.2.2. Harga Saham

Saham merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas. Harga suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar suatu saham. Harga dasar suatu saham merupakan harga perdananya. Perubahan harga saham dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar sekunder. Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu saham, maka harganya akan semakin naik, sebaliknya jika semakin banyak investor yang menjual atau melepaskan maka akan berdampak pada turunnya harga saham. Harga saham merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut.

Secara umum semakin baik keuangan perusahaan dan semakin banyak keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham, kemungkinan harga saham akan naik. Tetapi saham yang memiliki tingkat keuntungan yang baik juga bisa mengalami penurunan harga. Hal ini dapat disebabkan oleh keadaan pasar saham. Hal seperti ini tidak akan hilang jika kepercayaan pemodal belum pulih, kondisi ekonomi belum membaik ataupun hal-hal lain yang membaik. Salah satu resiko dari pemegang saham adalah menurunnya harga saham. Hal ini dapat diatasi dengan cara menahan saham tersebut sampai keadaan pasar membaik.

Analisis saham merupakan salah satu dari sekian tahapan dalam proses investasi yang berarti melakukan analisis terhadap individual atau sekelompok sekuritas. Analisis yang sering digunakan untuk menilai suatu saham yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.


(33)

1. Analisis fundamental, mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan:

a. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang.

b. Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.

Analisis fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan keuangan dari suatu perusahaan yang sering disebut company analysis. Data yang digunakan adalah data historis, artinya data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan yang telah lewat dan bukan mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat analisis (Husnan, 2001). Dalam company analysis para pemodal (investor) akan mempelajari laporan keuangan perusahaan yang salah satunya dengan menggunakan analisis rasio keuangan, mengidentifikasi kecenderungan atau pertumbuhan yang mungkin ada, mengevaluasi efisiensi operasional dan memahami sifat dasar dan karakteristik operasional dari perusahaan tersebut.

Para analis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa datang dengan mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa datang, dan menempatkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.


(34)

2. Analisis teknikal

Analisis teknikal merupakan suatu teknik yang menggunakan data atau catatan pasar untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham, volume perdagangan, indeks harga saham baik individual maupun gabungan, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis (Husnan, 2001). Model analisis teknikal lebih menekankan pada perilaku pasar modal di masa datang berdasarkan kebiasaan di masa lalu. Analisis ini berupaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) di waktu lalu. Para penganut analisis ini, menyatakan bahwa:

a. Harga saham mencerminkan informasi yang relevan.

b. Informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga saham di waktu lalu. c. Karena perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, maka pola

tersebut akan berulang.

Sasaran yang ingin dicapai dari analisis adalah ketepatan waktu dalam memprediksi pergerakan harga jangka pendek suatu saham. Oleh karena itu, informasi yang berasal dari faktor-faktor teknis sangat penting bagi pemodal untuk menentukan kapan suatu saham dibeli atau harus dijual.

II.2.3. Analisis dan Penilaian Saham

Harga saham merupakan pencerminan besarnya pengorbanan yang harus dilakukan oleh setiap investor untuk penyertaan dalam perusahaan. Pada pasar sekunder harga saham bergerak mengikuti kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi atas saham tersebut. Pertimbangan pembeli dan penjual dalam melakukan


(35)

transaksi di bursa efek juga dapat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya harga saham.

Analisa saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik suatu saham, dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini dari saham tersebut. Nilai intrinsik menunjukkan present value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut. Menurut Kertonegoro (1995), pedoman yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

1. Apabila nilai intrinsik > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai undervalued (harganya terlalu rendah), oleh sebab itu seharusnya dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki.

2. Apabila nilai intrinsik < harga pasar saat ini maka saham tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu mahal), oleh sebab itu saham sebaiknya dijual. 3. Apabila nilai intrinsik = harga pasar saat ini maka saham tersebut dinilai wajar

harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan.

Menurut Lubis (2008), bahwa fluktuasi harga saham mengikuti random walk theory. Teori ini ditemukan oleh Louis dan Bachelier pada tahun 1900, yang menyatakan bahwa harga saham dari hari ke hari akan bergerak secara random. Sedangkan para teknisi melihat adanya pola (bentuk) dalam grafik harga tersebut. Banyak analis yang beranggapan bahwa harga dari saham tersebut ditentukan oleh nilai dari saham tersebut.

Paul Corner’s dalam Lubis (2008) mengatakan bahwa harga saham merupakan satu seri fluktuasi batasan (constraint) yang bergerak secara random


(36)

di sekitar nilai intrinsiknya (nilai sebenarnya). Batasan tersebut terjadi disebabkan oleh tindakan dua group investor, yaitu:

a. Group pertama adalah investor yang mempunyai kelebihan kas, disebut liquidity trader dan investor yang akan melikuidasi beberapa investasinya karena membutuhkan dana untuk membayar pembiayaan yang mendadak. b. Group kedua disebut dengan information trader yaitu mereka yang mencari

informasi baru, mengembangkannya dalam melakukan estimasi terhadap nilai saham tersebut.

Menurut Jogiyanto (2003), ada dua pendekatan dalam penentuan nilai intrinsik saham yang sering digunakan berdasarkan analisis fundamental, yaitu: a. Pendekatan Present value, mencoba menaksir Present value, dengan

menggunakan tingkat bunga tertentu, manfaat yang akan diterima oleh pemilik saham.

b. Pendekatan Price earning ratio, menaksir nilai saham dengan mengalikan laba perlembar saham dengan kelipatan tertentu.

1) Pendekatan Present Value

Berdasarkan pendekatan ini maka nilai saat ini dari suatu saham adalah sama dengan present value arus kas yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham tersebut (Husnan, 2003). Metode ini digunakan untuk mengetahui nilai perusahaan di masa datang, dengan cara mendiskontokan nilai-nilai arus kas (cash flow) di masa depan menjadi nilai sekarang.


(37)

Proses penilaian saham akan meliputi:

a. Estimasi aliran kas saham di masa depan. Hal ini dilakukan dengan menentukan jumlah dan waktu aliran kas yang diharapkan.

b. Estimasi tingkat return yang disyaratkan. Estimasi ini dibuat dengan mempertimbangkan risiko aliran kas di masa depan dan besarnya return dari alternatif investasi lain akibat pemilihan investasi pada saham, atau disebut sebagai biaya kesempatan (opportunity cost). Tingkat return yang diharapkan dari setiap aliran kas bisa bersifat konstan sepanjang waktu atau berubah-ubah. Dinyatakan dalam bentuk formula sebagai berikut:

Nilai Saham =

 

n

t 1

t t -r) (1

Kas Arus

Di mana r adalah tingkat bunga atau tingkat keuntungan yang dipandang layak bagi investasi tersebut, sedangkan bagi perusahaan ini merupakan cost of equity, karena merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri.

Komponen lainnya dalam penentuan nilai saham dengan pendekatan nilai sekarang adalah arus kas (cash flow). Dalam komponen ini, permasalahannya adalah: (1) arus kas dalam bentuk apa yang akan digunakan dalam penilaian saham, (2) berapa jumlah kas yang diharapkan, (3) kapan arus kas tersebut diperoleh. Arus kas (cash flow) dari suatu saham meliputi dividen, capital gain, dan earning. Dari ketiga unsur yang ada di dalam arus kas tersebut earning-lah yang menjadi unsur paling penting. Jika earning dibagikan seluruhnya dalam bentuk dividen, maka


(38)

perusahaan untuk diinvestasikan kembali maka akan menghasilkan earning dan dividen.

Disebabkan dividen sebagai aliran kas yang diterima secara langsung oleh investor, maka dikembangkan suatu model yang disebut Dividend Discount Model (DDM). Secara umum harga saham merupakan net present value dari arus dividen yang akan diperoleh ke depan (dividend discounted models/DDMs). Maka berdasarkan kepada hal tersebut, harga saham adalah:

P = D1/(1+k)1+D2(1+k)2+D3(1+k)3+...+Dn(1+k)n atau

P = Ó Dt/(1+k)t

Di mana Dt = dividen yang diterima pada periode t r = tingkat suku bunga yang digunakan

Penilaian harga saham tersebut akan tergantung pada asumsi pertumbuhan dividen kedepan [Dt = Dt-1(1+g)]. Apabila jumlah dividen yang diterima diasumsikan sama (zero growth model) untuk seluruh periode (atau g1 = 0), sehingga:

D0 = D1 = D2 = D3 =………Dt Maka harga saham adalah:

P = D/k

Apabila Expected Internal Rate of Return (IRR) ditentukan k* maka expected harga saham adalah P* = D/k*. Jika harga saham di pasar lebih rendah dari Expected Price (P<P*) maka dapat dibeli. Sebaliknya jika harga saham di pasar lebih tinggi (P>P*) maka dikatakan overpriced dan sebaiknya dijual.


(39)

Apabila diasumsikan bahwa dividen tumbuh dengan pertumbuhan yang tetap (costant-growth models) sehingga:

Dt=Dt-1 (1+g) = D0 (1+g)t Maka harga saham adalah:

P = D0 (1+g)/(k+g) Di mana:

P = harga saham

Dt = dividen yang diterima pada periode t k = tingkat bunga atau internal rate of return g = pertumbuhan dividen.

2) Pendekatan Price Earning Ratio (PER)

Pendekatan price earning ratio ini merupakan pendekatan yang cukup populer dipakai di kalangan analisis saham dan praktisi saham. Menurut Manurung (2004), secara teknis PER adalah hasil bagi antara harga saham dan laba bersih per saham. Harga saham di pasar merupakan harga yang berlaku, sedangkan laba bersih merupakan laba bersih per saham proyeksi tahun berjalan. Selanjutnya dikemukakan bahwa PER dipergunakan oleh berbagai pihak atau investor untuk membeli saham. Investor akan membeli suatu saham perusahaan dengan PER yang kecil, karena PER yang kecil menggambarkan laba bersih per saham yang cukup tinggi dan harga yang rendah.

Pendekatan ini mendasarkan diri atas rasio antara harga saham per lembar dengan EPS. Dipandang dari sisi teori ekonomi, secara konseptual basis model PER


(40)

memanglah tidak sekuat model berdasarkan dividen. Analis sekuritas kadang-kadang menyukai penggunaan PER dalam menilai kewajaran harga saham. Saham yang mempunyai PER yang tinggi diduga terlalu tinggi harganya.

Brigham & Gapenski dalam Nuraini (2000) mengemukakan bahwa PER menunjukkan besarnya harga yang bersedia dibayarkan oleh investor untuk setiap dollar laba yang dilaporkan oleh perusahaan. Sedangkan Jones (2004) mengemukakan bahwa PER menunjukkan optimisme dan pesimisme para investor terhadap prospek perusahaan di masa yang akan datang. Selanjutnya Jogiyanto (2003) menyatakan bahwa PER menunjukkan rasio harga saham terhadap Earning atau dengan kata lain menunjukkan berapa besar pemodal menilai harga saham terhadap kelipatan dari Earnings.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa harapan investor terhadap Earning perusahaan pada masa yang akan datang, direfleksikan pada harga saham yang bersedia mereka bayar atas saham perusahaan tersebut yang selanjutnya berpengaruh terhadap PER dengan mengetahui besarnya PER suatu perusahaan, analis bisa memperkirakan bagaimana posisi suatu saham relatif terhadap saham-saham lainnya, apakah saham-saham tersebut dibeli atau tidak. Besarnya nilai PER biasanya terkait dengan tahap pertumbuhan perusahaan, sehingga perusahaan-perusahaan yang berada dalam tahap pertumbuhan biasanya memiliki PER yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang berada dalam kondisi yang sudah mapan.

Menurut Halim (2005): PER dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

PER = 0 EPS

P

atau PER =

) ( ) 1 ( g i RR  


(41)

Di mana:

P0 = harga saham yang layak dibeli

EPS1 = laba per saham – LPS (earning per share) tahun mendatang RR = bagian dari laba yang ditahan dalam perusahaan (Retention Ratio) i = tingkat pengembalian yang diminta

g = pertumbuhan dividen

EPS = (Laba bersih setelah pajak/Jumlah lembar saham) Harga saham akan tergantung pada asumsi:

Suku bunga (r) yang digunakan. Proyeksi dividen kedepan

Sesuai dengan pandangan bahwa harga saham mencerminkan harapan para investor atau pasar terhadap prospek suatu perusahaan. Maka faktor-faktor harga saham juga akan mempengaruhi PER. Maka pendekatan lain dalam menilai harga saham adalah dengan mencari faktor-faktor yang diduga mempengaruhi PER secara nyata, kemudian dibuat suatu model tersebut untuk menilai PER perusahaan di masa yang akan datang, sehingga dapat dinilai pada kewajaran harga saham perusahaan.

Menurut Manurung (2004) dan Karvof (2004), variabel-varibel yang mempengaruhi PER adalah sebagai berikut: Dividen Pay Out Ratio (DPOR) perusahaan yang bersangkutan, tingkat yield yang diharapkan dan pertumbuhan dividen. Kebijaksanaan dividen secara umum dapat diartikan sebagai pembayaran laba perusahaan kepada pemegang sahamnya. Menurut Ahmad (2004):


(42)

Kebijaksanaan dividen adalah keputusan keuangan, yaitu dengan mempertimbangkan apakah pembayaran dividen akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham.

Selanjutnya Ahmad (2004) menjelaskan jenis kebijaksanaan dividen, yaitu sebagai berikut: Dividen per saham yang stabil, Dividen Pay Out (DPO) yang stabil, kombinasi dan Dividen Residual.

Berdasarkan uraian tersebut, maka pengaruh masing-masing faktor terhadap Price Earning Ratio dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Dividend Payout Ratio yaitu bagian dari laba perusahaan yang dibayarkan sebagai dividen. Faktor ini mempunyai pengaruh yang positif terhadap PER karena besarnya Dividend Payout Ratio menentukan besarnya dividen yang diterima oleh pemilik saham di mana besarnya dividen ini secara positif dapat mempengaruhi harga suatu saham terutama pada pasar modal yang didominasi oleh investor yang berorientasi pada pendapatan dividen. Dengan demikian apabila faktor-faktor lain yang mempengaruhi PER konstan, semakin tinggi Dividend Payout Ratio, maka semakin tinggi PER.

b. Tingkat keuntungan yang disyaratkan pemodal (Rate of Return/r) yaitu tingkat keuntungan yang dianggap layak bagi investasi pada suatu saham. Faktor ini mempunyai pengaruh yang negatif dengan PER, karena apabila keuntungan yang diperoleh atas suatu saham lebih kecil dari tingkat keuntungan yang disyaratkan (r) hal ini akan menurunkan harga dari suatu saham karena investasi pada saham tersebut dianggap kurang menarik. Dengan demikian semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan semakin rendah PER dengan asumsi


(43)

faktor yang lain konstan. Reilly (1994) menyebutkan bahwa Rate of Return merupakan fungsi dari The Economy's Risk Free Rate of Return (Rf), The Expected Rate of Inflation (I), dan Market Risk For Common Stock Easured As The Variance of Return.

c. Pertumbuhan Dividen (g). Pengaruh faktor ini adalah positif terhadap PER karena dividen yang meningkat dapat dijadikan sebagai cerminan prospek perusahaan yang baik sehingga investasi pada suatu saham akan semakin menarik. Dengan demikian apabila faktor yang lain konstan maka semakin tinggi pertumbuhan dividen, semakin tinggi PER.

Upaya tentang Price Earning Ratio tersebut dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan penilaian terhadap PER suatu saham. Apabila ada suatu saham yang mempunyai PER = 10, maka dapat diperkirakan berapa pertumbuhan laba perusahaan tersebut, berapa r yang layak untuk saham tersebut, dan berapa kebijakan dividen perusahaan tersebut.

II.3. Dividen

II.3.1. Pengertian dan Jenis-jenis Dividen

Dividen (dividend) adalah pembagian aktiva perusahaan kepada para pemegang saham perusahaan. Dividen dapat dibayar dalam bentuk uang tunai (kas), saham perusahaan, ataupun aktiva lainnya. Semua dividen haruslah diumumkan oleh dewan direksi sebelum dividen tersebut menjadi kewajiban perusahaan (Simamora, 2000).


(44)

Stice et al. (2005) mengartikan dividen sebagai pembagian laba kepada para pemegang saham perusahaan sebanding dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Selanjutnya Ikatan Akuntan Indonesia (2004), dalam PSAK No. 23, merumuskan dividen sebagai distribusi laba kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu. Laba bersih perusahaan akan berdampak berupa peningkatan saldo laba (retained earnings) perusahaan. Apabila saldo laba didistribusikan kepada pemegang saham maka saldo laba akan berkurang sebesar nilai yang didistribusikan tersebut. Ross (1977) mendefinisikan dividen sebagai pembayaran kepada pemilik perusahaan yang diambil dari keuntungan perusahaan, baik dalam bentuk saham maupun tunai. Artinya hanya perusahaan yang membukukan keuntungan dapat membagikan dividen karena dividen diambil dari keuntungan perusahaan.

Menurut Simamora (2000), terdapat beberapa tanggal penting yang menjadi perhatian dalam prosedur pembagian dividen.

1) Tanggal Pengumuman (declaration date) adalah tanggal pada saat direksi mengumumkan dividen. Pada tanggal tersebut dividen menjadi kewajiban perusahaan dan dicatat pada buku perusahaan. Tanggal pengumuman ini biasanya beberapa minggu sebelum tanggal pembayaran dividen.

2) Cum Dividend adalah tanggal di mana seluruh pemegang saham perusahaan sampai batas tanggal tersebut berhak mendapatkan dividen.

3) Tanggal pencatatan (date of record) merupakan tanggal yang dipilih oleh dewan direksi untuk mendaftar para pemegang saham yang berhak menerima


(45)

dividen. Karena waktu yang tersita untuk menyusun daftar para pemegang saham, maka tanggal pencatatan biasanya dua atau tiga minggu setelah tanggal pengumuman dividen, namun sebelum tanggal pembayaran dividen. 4) Ex Dividend yaitu tanggal dimana pemegang saham tidak lagi berhak

mendapat dividen.

5) Tanggal Pembayaran (date of payment) adalah tanggal dividen benar-benar dibayarkan. Pembayaran biasanya berlangsung beberapa minggu setelah tanggal pengumuman dividen.

Istilah dividen biasanya dipahami sebagai distribusi kas oleh perseroan kepada pemegang sahamnya. Dividen dinyatakan sebagai jumlah spesifik per lembar saham biasa. Dividen kas adalah pembagian laba oleh perusahaan kepada para pemegang sahamnya. Jumlah yang diterima sepadan dengan banyaknya jumlah lembar saham yang dimilikinya.

Menurut Fakhruddin (2008), dilihat dari bentuk dividen yang didistribusikan kepada pemegang saham, dividen dapat dibedakan menjadi beberapa jenis:

1. Dividen tunai (cash dividend), yaitu dividen yang dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk tunai (cash).

2. Dividen saham (stock dividend), yaitu dividen yang dibagi bukan dalam bentuk tunai melainkan dalam bentuk saham perusahaan tersebut.

3. Property dividend, yaitu dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva lain selain kas atau saham, misalnya aktiva tetap dan surat-surat berharga.


(46)

4. Liquidating dividend, yaitu dividen yang diberikan kepada pemegang saham sebagai akibat dilikuidasinya perusahaan. Dividen yang dibagikan adalah selisih nilai realisasi aset perusahaan dikurangi dengan semua kewajibannya. Dividen tunai (cash dividend) umumnya lebih menarik bagi pemegang saham dibandingkan dengan dividen saham (stock dividend). Syarat-syarat dilakukannya dividen tunai adalah: memiliki dana kas yang cukup, memiliki saldo laba ditahan yang cukup, dan telah disetujui oleh RUPS (Fakhruddin, 2008).

II.3.2. Kebijakan Dividen

Salah satu kebijakan yang harus diambil oleh manajemen adalah memutuskan apakah laba yang diperoleh perusahaan selama satu periode akan dibagi semua atau dibagi sebagian untuk dividen dan sebagian lagi tidak dibagi dalam bentuk laba ditahan. Apabila perusahaan memutuskan untuk membagi laba yang diperoleh sebagai dividen berarti akan mengurangi jumlah laba yang ditahan yang akhirnya juga mengurangi sumber dana intern yang akan digunakan untuk mengembangkan perusahaan. Sedang apabila perusahaan tidak membagikan labanya sebagai dividen akan bisa memperbesar sumber dana intern perusahaan dan akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengembangkan perusahaan (Sutrisno, 2003).

Kebijakan dividen kas sebuah perusahaan memiliki dampak penting bagi banyak pihak yang terlibat di masyarakat (Suharli, 2004). Bagi para pemegang saham atau investor, dividen kas merupakan tingkat pengembalian investasi mereka berupa kepemilikan saham yang diterbitkan perusahaan lain. Bagi pihak manajemen, dividen kas merupakan arus kas keluar yang mengurangi kas perusahaan. Oleh karenanya


(47)

kesempatan untuk melakukan investasi dengan kas yang dibagikan sebagai dividen tersebut menjadi berkurang. Bagi kreditor, dividen kas dapat menjadi signal mengenai kecukupan kas perusahaan untuk membayar bunga atau bahkan melunasi pokok pinjaman. Kebijakan dividen kas yang cenderung membayarkan dividen dalam jumlah relatif besar akan mampu memotivasi pemerhati untuk membeli saham perusahaan. Perusahaan yang memiliki kemampuan membayar dividen diasumsikan masyarakat sebagai perusahaan yang menguntungkan.

Pihak manajemen akan membatasi arus kas keluar berupa dividen kas yang berjumlah terlalu besar dengan alasan mempertahankan kelangsungan hidup, menambah investasi untuk pertumbuhan atau melunasi hutang (Suharli dan Oktorina, 2005). Ketiga pertimbangan tersebut dikatakan sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Namun pihak manajemen umumnya tetap mempertahankan kebijakan pembayaran dividen, sekurang-kurang pembagian dividen saham (stock dividend) untuk menjaga kestabilan harga saham. Kebijakan stabilitas dividen tentu memiliki daya tarik tersendiri yang dapat menjaga harga pasar saham pada kondisi terbaik. Pertimbangan pada kondisi terbaik ini yang disebutkan pihak manajemen sebagai upaya peningkatan kesejahteraan pemegang saham.

Berbagai pertimbangan mengenai penetapan jumlah yang tepat untuk dibayarkan sebagai dividen adalah sebuah keputusan finansial yang sulit bagi pihak manajemen (Ross, 1977). Keputusan suatu perusahaan mengenai dividen terkadang diintegrasikan dengan keputusan pendanaan dan keputusan investasi. Semakin rumit kegiatan perusahaan maka konflik kepentingan antara pemegang saham dan pihak


(48)

manajemen semakin banyak. Perusahaan memiliki pemisahan yang jelas antara kepemilikan (ownership), pengoperasian (operation), dan pengendalian (control). Pemisahan antara fungsi kepemilikan, pengoperasian, dan pengendalian memungkinkan manajemen lebih mementingkan kepentingan mereka daripada kepentingan perusahaan atau para pemilik.

Kebijakan dividen adalah keputusan mengenai apakah laba akan dibagikan kepada pemegang saham atau akan ditahan untuk pembiayaan investasi di masa datang (Sartono, 1995). Ada beberapa teori mengenai kebijakan dividen, yaitu: a. Dividend Irrelevance Theory

Teori yang dianjurkan oleh Madigliani-Miller (MM) ini menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh, baik terhadap harga saham maupun biaya modalnya atau dapat dikatakan bahwa kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan. Menurut Weston dan Brighman dalam Sartono (1995) nilai suatu perusahaan hanya tergantung pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada keputusan untuk membagi pendapatan tersebut dalam bentuk dividen atau menahannya dalam bentuk laba ditahan. Berbagai asumsi untuk mendukung teori ketidakrelevanan dividen yang digunakan oleh MM adalah sebagai berikut: 1. Tidak terdapat pajak pendapatan perorangan atau perusahaan.

2. Tidak terdapat biaya emisi atau jual beli saham.

3. Financial leverage tidak mempunyai pengaruh terhadap biaya modal perusahaan.


(49)

4. Para investor dan manajer perusahaan informasi tentang prospek perusahaan di masa datang.

5. Distribusi pendapatan antara dividen dan laba ditahan tidak mempunyai pengaruh.

6. Kebijakan pengangguran modal perusahaan tidak tergantung pada kebijakan dividennya.

b. Bird in the Hand Theory

Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Linther ini menyanggah asumsi kelima dari teori ketidakrelevanan dividen yaitu bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi tingkat return saham yang diisyaratkan oleh investor yang dinotasikan ks. Gordon dan Linther dalam Sartono (1995) berpendapat bahwa ks akan meningkat jika pembagian dividen dikurangi, karena investor merasa lebih yakin terhadap pembiayaan dividen dari pada capital again, yang akan dihasilkan dari laba. Mereka menyatakan bahwa investor menilai uang yang akan diharapkan dari kenaikan capital again, karena komponen hasil dividen (DO/PO) lebih kecil resikonya dari pada komponen pertumbuhan (g) pada persamaan total laba untuk diharapkan oleh investor,

ks = (D1/P0) + g

Modigliani – Miller tidak setuju dengan pernyataan tersebut dan mereka menyatakan bahwa ks tidak tergantung pada kebijakan dividen. Oleh karena itu investor indefernt antara D1 + P0 dan g, juga antara dividend dan capital again. Menurut sebagian investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali


(50)

dividen mereka kedalam perusahaan yang bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan tingkat resiko pendapatan investor di masa depan tidak ditentukan oleh kebijakan dividen melainkan ditentukan oleh resiko investasi dihadapan perusahaan.

c. Tax Differential Theory

Tax Difference Theory menyatakan jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak atas deviden, maka saham yang akan memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi menjadi lebih menarik. Tetapi sebaliknya jika capital again dikenakan pajak yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan dividen akan berkurang (Sartono, 1995).

Namun demikian pajak atas capital gain masih lebih baik dibandingkan pajak atas dividen, karena pajak atas capital gain baru dibayar setelah saham dijual, sementara pajak atas dividen harus dibyar setiap tahun setelah pembayaran dividen. Selain itu periode investasi juga mempengaruhi pendapatan investor. Jika investor hanya membeli saham untuk jangka waktu satu tahun, maka tidak ada bedanya antara pajak capital gain dan pajak dividen. Kemudian dividen cenderung dikenakan pajak lebih tinggi dari pada capital gain, maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi, sehingga disarankan agar perusahaan lebih baik menentukan dividend payout ratio yang lebih rendah atau bahkan tidak membagikan sama sekali untuk meminimkan biaya modal dan memaksimalkan nilai perusahaan.


(51)

Selain ketiga teori yang saling bertentangan satu sama lain tersebut, masih terdapat dua teori kebijakan pembayaran dividen yang signaling hypotesis dan teori clientele effect.

d. Teori Signaling hypotesis

Jika pada teori kebijakan dividen tidak relevan menyatakan bahwa baik investor maupun manajer memiliki penilaian yang sama terhadap perusahaan. Akan tetap, kenyataannya manajer cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang prospek perusahaan dibandingkan dengan investor. Akibatnya investor menilai bahwa capital gain lebih beresiko dibandingkan dengan dividen. Sedangkan teori kebijakan ini menyatakan bahwa kenaikan dividen merupkan suatu sinyal bagi investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang lebih baik. Sebaliknya penurunan dividen diyakini oleh investor sebagai sinyal prospek perusahaan menurun atau perusahaan mungkin akan mengalami kerugian di waktu mendatang.

e. Teori Clientele Effect

Teori ini menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu dividend payout yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang pada saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. Jika ada perbedaan pajak bagi indivindu maka kelompok pemegang saham yang dikenai pajak tinggi lebih


(52)

menyukai capital gain kerena dapat menunda pembiayaan pajak. Kelompok pemeang saham yang menunda pembiayaan pajak relatif rendah cenderung menyukai dividen yang lebih besar.

II.3.3. Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Semakin tinggi dividen yang dibagikan kepada pemegang saham akan mengurangi kesempatan perusahaan untuk mendapatkan sumber dana intern dalam rangka mengadakan reinvestasi, sehingga dalam jangka panjang akan menurunkan nilai perusahaan. Dikarenakan pertumbuhan dividen akan semakin berkurang. Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham antara lain (Sutrisno, 2003):

1. Posisi solvabilitas perusahaan

Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya kurang menguntungkan, biasanya perusahan tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki struktur modalnya.

2. Posisi likuiditas perusahaan

Dividen kas merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, oleh karena itu bila perusahaan membayarkan dividen berarti harus bisa menyediakan uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. Bagi perusahaan yang likuiditasnya kurang baik, biasanya dividend payout ratio nya kecil, sebab sebagian besar laba digunakan untuk menambah likuiditas. Namun


(53)

perusahaan yang sudah mapan dengan likuiditas yang baik cenderung memberikan dividen lebih besar.

3. Kebutuhan untuk melunasi hutang

Salah satu sumber dana perusahaan adalah dari kreditur berupa hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang. Hutang-hutang ini harus segera di bayar pada saat jatuh tempo dan untuk membayar hutang-hutang tersebut harus disediakan dana. Semakin banyak hutang yang harus dibayar semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Di samping itu, dengan jatuh temponya hutang, berarti dana hutang harus diganti. Alternatif mengganti dana hutang bisa dengan mencari hutang baru atau me roll-over hutang, dan juga bisa dengan sumber dana intern dengan memperbesar laba ditahan. Hal ini tentunya akan memperkecil dividend payout ratio.

4. Rencana perluasan

Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan, juga semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dan dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari hutang, menambah modal sendiri yang berasal dari pemilik, dan salah satunya juga bisa diperoleh dari internal resources berupa


(54)

memperbesar laba ditahan. Dengan demikian semakin pesat perluasan yang dilakukan perusahaan semakin kecil dividend payout rationya.

5. Kesempatan investasi

Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi semakin kecil dividen yang akan dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang, dananya lebih banyak digunakan untuk membayar dividen.

6. Stabilitas pendapatan

Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil. Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga-jaga.

7. Pengawasan terhadap rencana perluasan

Kadang-kadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap perusahaan. Jika perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinan akan masuk investor baru dan tentunya akan mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan. Apabila dibelanjai dari hutang resikonya cukup besar. Oleh karena itu perusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar pengendalian tetap berada ditangannya.


(55)

II.3.4. Kebijakan Pemberian Dividen

Ada beberapa bentuk pemberian dividen tunai atau cash dividend yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Bentuk kebijakan dividen tersebut adalah:

1. Kebijakan pemberian dividen stabil

Kebijakan ini artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, dan kemudian bila laba yang diperoleh meningkat dan peningkatannya mantap dan stabil, maka dividen juga akan ditingkatkan untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun. Kebijakan pemberian dividen stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan karena beberapa alasan (1) bisa meningkatkan harga saham, sebab dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai resiko yang kecil, (2) bisa memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang, (3) akan menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi, sebab dividen selalu dibayarkan.

2. Kebijakan dividen meningkat

Dengan kebijakan ini, perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil. Misalnya perusahaan akan membayarkan dividen sebesar Rp. 600,-


(56)

per lembar dengan pertumbuhan 5%, sehingga tahun depan bisa diprediksikan besarnya dividen akan naik menjadi Rp. 630,- per lembarnya.

3. Kebijakan dividen dengan ratio konstan

Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila laba kecil dividen yang dibayarkan juga kecil. Dasar yang digunakan sering disebut dividend payout ratio. Misalnya ditentukan dividen payout rationya sebesar 60%, maka bila tahun ini perusahaan memperoleh laba per lembar sahamnya Rp. 1.500,- maka yang dibayarkan sebagai dividen adalah 60% x Rp. 1.500,- = Rp. 900,- per lembar.

4. Kebijakan pemberian dividen yang rendah ditambah ekstra

Kebijakan pemberian dividen dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen perlembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu.

Kebijakan dividen adalah rencana tindakan yang harus diikuti dalam membuat keputusan dividen (Gitman, 2000). Kebijakan perusahaan dalam membayar dividen berbeda-beda. Berbeda dengan preferred stocks, pemegang saham biasa (common stock) umumnya menerima pembayaran yang didasarkan pada salah satu dari 3 (tiga) jenis kebijakan dividen, yaitu: 1) Constant-Payout-Ratio Dividend Policy adalah kebijakan dividen yang didasarkan dengan persentase tertentu dari pendapatan, 2) Regular Dividend Policy adalah kebijakan dividen yang didasarkan atas


(57)

pembayaran dividen dengan rupiah yang tetap dalam setiap periode. Seringkali kebijakan dividen teratur digunakan dengan memakai target rasio pembayaran dividen dan 3) Low-Regular-an-Extra Dividend Policy adalah kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen rendah yang teratur, ditambah dengan dividen ekstra jika ada jaminan pendapatan.

Pengambilan keputusan finansial oleh manajemen dapat menyebabkan perubahan nilai saham perusahaan. Dalam kondisi perekonomian normal, tindakan manajemen yang menyebabkan pendapatan dividen meningkat (changes in expected return) akan meningkatkan nilai saham. Sebaliknya, tindakan manajemen yang dapat meningkatkan risiko (changes in risk) akan meningkatkan required return dan menurunkan nilai saham dan sebaliknya. Karena keputusan manajemen, terutama yang berkaitan dengan masalah finansial perusahaan, seringkali mempengaruhi baik risiko maupun return secara bersamaan, maka dampak terhadap nilai saham tergantung kepada ukuran besar-kecilnya perubahan variabel-variabel tersebut (Siaputra dan Atmadja, 2006).

Dampak lain yang ditimbulkan oleh kebijakan dividen adalah bahwa kebijakan tersebut secara langsung akan berpengaruh negatif dengan leverage keuangan perusahaan (Pujiono dalam Siaputra dan Atmadja, 2006). Artinya, debt to equity ratio akan meningkat sesuai dengan proporsi dividen yang akan dibagikan. Meningkatnya nilai leverage maka penilaian terhadap perusahaan menjadi buruk yang selanjutnya akan mempengaruhi harga saham di pasar.


(58)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia Jakarta yang dilakukan melalui online system dengan www.idx.co.id. Penelitian dilakukan dari bulan April 2010 sampai dengan Oktober 2010.

III.2. Metode Penelitian III.2.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan survey. Menurut Arikunto (2005), penelitian survey adalah kegiatan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai fakta-fakta yang merupakan pendukung terhadap penelitian, dengan maksud untuk mengetahui status dan gejala.

III.2.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif, karena dalam memberikan gambaran (deskripsi) atas suatu peristiwa atau gejala, menggunakan alat bantu statistik. Menurut Moleong (2001), penelitian deskriptif kuantitatif berusaha menjelaskan suatu peristiwa dalam kaitannya dengan situasi tertentu.


(59)

III.2.3. Sifat Penelitian

Adapun sifat penelitian adalah menguraikan atau menjelaskan (descriptive explanatory reseach). Menurut Singarimbun dan Effendi (1985) bahwa penelitian penjelasan menyoroti hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya.

III.3. Target Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 sebanyak 394 perusahaan. Target populasi dalam penelitian ditentukan berdasarkan syarat yaitu perusahaan yang membayar dividen tunai selama tiga tahun berturut-turut.

Berdasarkan penelurusan terhadap 394 perusahaan yang terdaftar di BEI, diperoleh sebanyak 42 perusahaan yang membayar dividen tunai selama tiga tahun berturut-turut, yaitu pada tahun 2005-2007. Pada tahun 2008 tidak ditemukan perusahaan yang membayar dividen tunai sebagai akibat resesi global yang terus berlanjut pada tahun 2009. Oleh karena itu, sesuai dengan target populasi tersebut, maka seluruh populasi yang memenuhi syarat sebanyak 42 perusahaan menjadi sampel dalam penelitian ini. Perusahaan-perusahaan tersebut sebagaimana disajikan pada Tabel 3.1.


(60)

Tabel 3.1. Target Populasi Perusahaan di BEI, 2005 -2007

No. Perusahaan

1 PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk 2 PT International Nickel Indonesia Tbk 3 PT Timah (Persero) Tbk

4 PT Fast Food Indonesia Tbk 5 PT Mayora Indah Tbk

6 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 7 PT Gudang Garam Tbk

8 PT Sepatu Bata Tbk 9 PT Colorpark Indonesia Tbk 10 PT Lautan Luas Tbk 11 PT Trias Sentosa Tbk

12 PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk 13 PT Lionmesh Prima Tbk

14 PT Lion Metal Works Tbk 15 PT Citra Tubindo Tbk

16 PT Alumindo Light Metal Industry Tbk 17 PT Sumi Indo Kabel Tbk

18 PT Supreme Cable Manuf. & Commerce Tbk 19 PT Astra-Graphia Tbk

20 PT Metrodata Electronics Tbk 21 PT United Tractor Tbk 22 PT Tunas Ridean Tbk

23 PT Multistrada Arah Sarana Tbk 24 PT Hexindo Adiperkasa Tbk 25 PT Goodyear Indonesia Tbk 26 PT Indo Kordsa Tbk 27 PT Merck Tbk 28 PT Unilever Indonesia 29 PT Rig Tenders Indonesia Tbk 30 PT Berlian Laju Tanker TBk 31 PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk 32 PT Tigaraksa Satria Tbk

33 PT Matahari Putra Prima Tbk 34 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 35 PT Bank Danamon Tbk 36 PT Bank Central Asia Tbk

37 PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk 38 PT BFI Finance Indonesia Tbk 39 PT Mandala Multifinance Tbk 40 PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk 41 PT Summarecon Agung Tbk

42 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk


(61)

III.4. Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data dari dokumen dan catatan seperti harga saham melalui closing price, serta company profile tahun 2005 sampai dengan 2007. Pengumpulan data dilakukan melalui online system dengan www.idx.co.id.

III.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis data pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui studi dokumentasi, yaitu Indonesian Capital Market Directory dari Bursa Efek Indonesia Jakarta.

III.6. Identifikasi Variabel

Untuk memperjelas antara variabel yang satu dengan yang lain, maka variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi:

1. Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab timbulnya perubahan variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah price earning ratio/PER (X1) dan dividen tunai (X2). 2. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat karena adanya perubahan variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah harga saham perusahaan yang terdaftar di BEI (Y).


(62)

III.7. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah menjelaskan variabel penelitian dan skala pengukuran variabel. Definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

1. Price Earning Ratio (PER) (X1)

PER adalah besarnya harga yang bersedia dibayarkan oleh investor untuk setiap laba yang dilaporkan oleh perusahaan. Indikator PER dalam penelitian ini adalah laba per saham dan harga saham. Variabel diukur secara kuantitatif dengan satuan kali.

2. Dividen tunai (X2)

Dividen tunai adalah dividen yang dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk tunai (cash). Indikator dividen tunai dalam penelitian ini adalah dividen per lembar saham pada periode t. Variabel diukur secara kuantitatif dengan satuan Rp. per saham.

3. Harga saham perusahaan (Y)

Adalah nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Harga saham yang digunakan adalah closing price per Desember. Variabel diukur secara kuantitatif dalam satuan Rp.


(63)

Tabel 3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

No. Variabel Definisi Operasional Indikator Pengukuran

1 Price Earning

Ratio (X1)

Besarnya harga yang bersedia dibayarkan oleh investor untuk setiap laba yang dilaporkan oleh perusahaan

Harga saham dan laba bersih per saham.

Rasio

2 Dividen tunai (X2)

Dividen yang dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk tunai (cash)

Dividen per lembar saham pada periode t.

Rasio

3 Harga saham perusahaan

Nilai suatu saham yang mencerminkan

kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut

Harga saham perusahaan di BEI berdasarkan closing parice.

Rasio

III.8. Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan untuk menjawab hipotesis adalah regresi linier berganda. Menurut Insukrindo (2000), data keuangan pada umumnya memiliki tingkat variasi yang tinggi. Oleh karena itu, untuk mengurangi tingkat variasi data yang digunakan, maka bentuk model regresi dapat berbentuk log-linier, sehingga model analisis dalam penelitian ini diformulasikan sebagai berikut:

Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + e Di mana:

Y = Harga saham X1 = Price earning ratio X2 = Dividen tunai b0 = Konstanta

b1,b2 = Koefisien regresi variabel X e = Error term


(1)

(2)

(3)

Lampiran 2. Hasil Olah SPSS


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Penilaian Harga Wajar Saham dengan Price Earning Ratio pada PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk

1 65 83

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Consumer Goods Industry yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 41 118

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham Dengan Price Earning Ratio Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 40 121

Analisis Perbedaan Price Earning Ratio Dan Harga Pasar Saham (Studi Kasus Pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dan PT Indosat, Tbk. Serta PT Excelcomindo Pratama, Tbk.)

0 36 85

Analisis Pendekatan Metode Dividend Discount Model (DDM) dan Price Earning Ratio (PE.R) untuk Menilai Harga Saham

3 14 112

PENGARUH PRICE EARNING RATIO, RETURN ON INVESTMENT, DAN DIVIDEN PER SHARE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 3 24

PENGARUH EARNING PER SHARE, PRICE EARNING RATIO, DAN DIVIDEN PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, Dan Dividen Per Share Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek I

0 1 15

PENGARUH EARNING PER SHARE, PRICE EARNING RATIO, DAN Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, Dan Dividen Per Share Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011).

0 0 18

Pengaruh Pengumuman Dividen Tunai Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham Pada Perusahaan Publik di Bursa Efek Indonesia.

0 0 8

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS) DAN PRICE EARNING RATIO (PER) TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

2 16 103