Kebijakan Dividen Dividen 1. Pengertian dan Jenis-jenis Dividen

4. Liquidating dividend, yaitu dividen yang diberikan kepada pemegang saham sebagai akibat dilikuidasinya perusahaan. Dividen yang dibagikan adalah selisih nilai realisasi aset perusahaan dikurangi dengan semua kewajibannya. Dividen tunai cash dividend umumnya lebih menarik bagi pemegang saham dibandingkan dengan dividen saham stock dividend. Syarat-syarat dilakukannya dividen tunai adalah: memiliki dana kas yang cukup, memiliki saldo laba ditahan yang cukup, dan telah disetujui oleh RUPS Fakhruddin, 2008.

II.3.2. Kebijakan Dividen

Salah satu kebijakan yang harus diambil oleh manajemen adalah memutuskan apakah laba yang diperoleh perusahaan selama satu periode akan dibagi semua atau dibagi sebagian untuk dividen dan sebagian lagi tidak dibagi dalam bentuk laba ditahan. Apabila perusahaan memutuskan untuk membagi laba yang diperoleh sebagai dividen berarti akan mengurangi jumlah laba yang ditahan yang akhirnya juga mengurangi sumber dana intern yang akan digunakan untuk mengembangkan perusahaan. Sedang apabila perusahaan tidak membagikan labanya sebagai dividen akan bisa memperbesar sumber dana intern perusahaan dan akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengembangkan perusahaan Sutrisno, 2003. Kebijakan dividen kas sebuah perusahaan memiliki dampak penting bagi banyak pihak yang terlibat di masyarakat Suharli, 2004. Bagi para pemegang saham atau investor, dividen kas merupakan tingkat pengembalian investasi mereka berupa kepemilikan saham yang diterbitkan perusahaan lain. Bagi pihak manajemen, dividen kas merupakan arus kas keluar yang mengurangi kas perusahaan. Oleh karenanya Universitas Sumatera Utara kesempatan untuk melakukan investasi dengan kas yang dibagikan sebagai dividen tersebut menjadi berkurang. Bagi kreditor, dividen kas dapat menjadi signal mengenai kecukupan kas perusahaan untuk membayar bunga atau bahkan melunasi pokok pinjaman. Kebijakan dividen kas yang cenderung membayarkan dividen dalam jumlah relatif besar akan mampu memotivasi pemerhati untuk membeli saham perusahaan. Perusahaan yang memiliki kemampuan membayar dividen diasumsikan masyarakat sebagai perusahaan yang menguntungkan. Pihak manajemen akan membatasi arus kas keluar berupa dividen kas yang berjumlah terlalu besar dengan alasan mempertahankan kelangsungan hidup, menambah investasi untuk pertumbuhan atau melunasi hutang Suharli dan Oktorina, 2005. Ketiga pertimbangan tersebut dikatakan sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Namun pihak manajemen umumnya tetap mempertahankan kebijakan pembayaran dividen, sekurang-kurang pembagian dividen saham stock dividend untuk menjaga kestabilan harga saham. Kebijakan stabilitas dividen tentu memiliki daya tarik tersendiri yang dapat menjaga harga pasar saham pada kondisi terbaik. Pertimbangan pada kondisi terbaik ini yang disebutkan pihak manajemen sebagai upaya peningkatan kesejahteraan pemegang saham. Berbagai pertimbangan mengenai penetapan jumlah yang tepat untuk dibayarkan sebagai dividen adalah sebuah keputusan finansial yang sulit bagi pihak manajemen Ross, 1977. Keputusan suatu perusahaan mengenai dividen terkadang diintegrasikan dengan keputusan pendanaan dan keputusan investasi. Semakin rumit kegiatan perusahaan maka konflik kepentingan antara pemegang saham dan pihak Universitas Sumatera Utara manajemen semakin banyak. Perusahaan memiliki pemisahan yang jelas antara kepemilikan ownership, pengoperasian operation, dan pengendalian control. Pemisahan antara fungsi kepemilikan, pengoperasian, dan pengendalian memungkinkan manajemen lebih mementingkan kepentingan mereka daripada kepentingan perusahaan atau para pemilik. Kebijakan dividen adalah keputusan mengenai apakah laba akan dibagikan kepada pemegang saham atau akan ditahan untuk pembiayaan investasi di masa datang Sartono, 1995. Ada beberapa teori mengenai kebijakan dividen, yaitu: a. Dividend Irrelevance Theory Teori yang dianjurkan oleh Madigliani-Miller MM ini menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh, baik terhadap harga saham maupun biaya modalnya atau dapat dikatakan bahwa kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan. Menurut Weston dan Brighman dalam Sartono 1995 nilai suatu perusahaan hanya tergantung pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada keputusan untuk membagi pendapatan tersebut dalam bentuk dividen atau menahannya dalam bentuk laba ditahan. Berbagai asumsi untuk mendukung teori ketidakrelevanan dividen yang digunakan oleh MM adalah sebagai berikut: 1. Tidak terdapat pajak pendapatan perorangan atau perusahaan. 2. Tidak terdapat biaya emisi atau jual beli saham. 3. Financial leverage tidak mempunyai pengaruh terhadap biaya modal perusahaan. Universitas Sumatera Utara 4. Para investor dan manajer perusahaan informasi tentang prospek perusahaan di masa datang. 5. Distribusi pendapatan antara dividen dan laba ditahan tidak mempunyai pengaruh. 6. Kebijakan pengangguran modal perusahaan tidak tergantung pada kebijakan dividennya. b. Bird in the Hand Theory Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Linther ini menyanggah asumsi kelima dari teori ketidakrelevanan dividen yaitu bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi tingkat return saham yang diisyaratkan oleh investor yang dinotasikan ks. Gordon dan Linther dalam Sartono 1995 berpendapat bahwa ks akan meningkat jika pembagian dividen dikurangi, karena investor merasa lebih yakin terhadap pembiayaan dividen dari pada capital again, yang akan dihasilkan dari laba. Mereka menyatakan bahwa investor menilai uang yang akan diharapkan dari kenaikan capital again, karena komponen hasil dividen DOPO lebih kecil resikonya dari pada komponen pertumbuhan g pada persamaan total laba untuk diharapkan oleh investor, ks = D1P0 + g Modigliani – Miller tidak setuju dengan pernyataan tersebut dan mereka menyatakan bahwa ks tidak tergantung pada kebijakan dividen. Oleh karena itu investor indefernt antara D1 + P0 dan g, juga antara dividend dan capital again. Menurut sebagian investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali Universitas Sumatera Utara dividen mereka kedalam perusahaan yang bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan tingkat resiko pendapatan investor di masa depan tidak ditentukan oleh kebijakan dividen melainkan ditentukan oleh resiko investasi dihadapan perusahaan. c. Tax Differential Theory Tax Difference Theory menyatakan jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak atas deviden, maka saham yang akan memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi menjadi lebih menarik. Tetapi sebaliknya jika capital again dikenakan pajak yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan dividen akan berkurang Sartono, 1995. Namun demikian pajak atas capital gain masih lebih baik dibandingkan pajak atas dividen, karena pajak atas capital gain baru dibayar setelah saham dijual, sementara pajak atas dividen harus dibyar setiap tahun setelah pembayaran dividen. Selain itu periode investasi juga mempengaruhi pendapatan investor. Jika investor hanya membeli saham untuk jangka waktu satu tahun, maka tidak ada bedanya antara pajak capital gain dan pajak dividen. Kemudian dividen cenderung dikenakan pajak lebih tinggi dari pada capital gain, maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi, sehingga disarankan agar perusahaan lebih baik menentukan dividend payout ratio yang lebih rendah atau bahkan tidak membagikan sama sekali untuk meminimkan biaya modal dan memaksimalkan nilai perusahaan. Universitas Sumatera Utara Selain ketiga teori yang saling bertentangan satu sama lain tersebut, masih terdapat dua teori kebijakan pembayaran dividen yang signaling hypotesis dan teori clientele effect. d. Teori Signaling hypotesis Jika pada teori kebijakan dividen tidak relevan menyatakan bahwa baik investor maupun manajer memiliki penilaian yang sama terhadap perusahaan. Akan tetap, kenyataannya manajer cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang prospek perusahaan dibandingkan dengan investor. Akibatnya investor menilai bahwa capital gain lebih beresiko dibandingkan dengan dividen. Sedangkan teori kebijakan ini menyatakan bahwa kenaikan dividen merupkan suatu sinyal bagi investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang lebih baik. Sebaliknya penurunan dividen diyakini oleh investor sebagai sinyal prospek perusahaan menurun atau perusahaan mungkin akan mengalami kerugian di waktu mendatang. e. Teori Clientele Effect Teori ini menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu dividend payout yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang pada saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. Jika ada perbedaan pajak bagi indivindu maka kelompok pemegang saham yang dikenai pajak tinggi lebih Universitas Sumatera Utara menyukai capital gain kerena dapat menunda pembiayaan pajak. Kelompok pemeang saham yang menunda pembiayaan pajak relatif rendah cenderung menyukai dividen yang lebih besar.

II.3.3. Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Dokumen yang terkait

Penilaian Harga Wajar Saham dengan Price Earning Ratio pada PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk

1 65 83

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Consumer Goods Industry yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 41 118

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham Dengan Price Earning Ratio Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 40 121

Analisis Perbedaan Price Earning Ratio Dan Harga Pasar Saham (Studi Kasus Pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dan PT Indosat, Tbk. Serta PT Excelcomindo Pratama, Tbk.)

0 36 85

Analisis Pendekatan Metode Dividend Discount Model (DDM) dan Price Earning Ratio (PE.R) untuk Menilai Harga Saham

3 14 112

PENGARUH PRICE EARNING RATIO, RETURN ON INVESTMENT, DAN DIVIDEN PER SHARE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 3 24

PENGARUH EARNING PER SHARE, PRICE EARNING RATIO, DAN DIVIDEN PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, Dan Dividen Per Share Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek I

0 1 15

PENGARUH EARNING PER SHARE, PRICE EARNING RATIO, DAN Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, Dan Dividen Per Share Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011).

0 0 18

Pengaruh Pengumuman Dividen Tunai Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham Pada Perusahaan Publik di Bursa Efek Indonesia.

0 0 8

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS) DAN PRICE EARNING RATIO (PER) TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

2 16 103