Pendidikan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Tanjung Barat

“Palang pintu merupakan simbol tradisi khas Betawi turun temurun pada acara pra akad nikah ataupun bebesanan. Prosesi tersebut untuk membuka penghalang atau palang yang disebut jawara agar dapat masuk ke rumah mempelai calon wanita untuk duduk melaksanakan acara akad nikah. Makna buka palang pintu juga sebagai penghormatan untuk calon mempelai perempuan, karena seni budaya Betawi identik dengan agama Islam dan Rosulullah mengajarkan kita mengangkat drajat kaum wanita, karena wanita harus dihormati dan dihargai ”. 6 Sejarah awal tradisi buka palang pintu di Tanjung Barat yang didapat hanya melalui cerita turun temurun dari sesepuh terdahulu. Menurut Akmaluddin salah satu pendiri palang pintu yaitu , “Dahulu pada awalnya engkong-engkong kite adalah jawara Betawi di Tanjung Barat karena banyak yang belajar silat dan untuk menikah mereka melakukan palang pintu secara nyata”. 7 Hal ini serupa dengan pendapat Fauzan Aulia yang mengatakan bahwa : “Sejarahnya udah dari zaman dulu, zamannya engkong-engkong saya bercerita, yang namanya mau nikah atau mau ngelamar harus bisa ngalahin jawara-jawara lain pesaingnya karena di Tanjung Barat banyak jawara-jawara yang jago silat, jika kita mau ke tetangga sebelah atau sebrang untuk mendapatkan wanita atau calon bininye kudu berantem dulu ngalahin pesaingnya, terus oleh calon mertua ditanya lagi “bawa apaan kemari?, bisa apaan? nah terus si engkong itu ngalahin lawan-lawannya yang demenin perempuannya juga, dan juga bawa-bawaan, menunjukkan jika dia punya duit dan bisa ngaji ke calon mertuanya ”. 8 Sejarah yang telah dipaparkan diatas adalah cerita yang didapat dari generasi ke generasi bahwa masyarakat Betawi di Tanjung Barat harus mempunyai keahlian yang pertama, harus bisa mengaji dan kedua harus bisa bela diri adu kekuatan ilmu silat, hal tersebut adalah persyaratan yang harus dipenuhi untuk meminang perempuan dalam melakukan acara pernikahan. Tradisi buka palang pintu terlihat sangat sederhana tetapi 6 Hasil wawancara dengan pendiri palang pintu, Zainuddin Pada Senin, 20 Oktober 2014 Pukul 18.30 WIB. 7 Hasil wawancara dengan pendiri palang pintu, Akmaluddin Pada Kamis, 16 Oktober 2014 Pukul 20.00 WIB. 8 Hasil wawancara dengan pendiri palang pintu, Fauzan Pada Senin, 17 Oktober 2014 Pukul 19.30 WIB. mempunyai makna serta dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat Betawi. Pada saat ini buka palang pintu di Tanjung Barat berbeda dengan tradisi terdahulu, dahulu tradisi buka palang pintu dipandang menyulitkan pihak pria dan sekarang hanya sebagai simbol saja, untuk pertunjukkan seni tradisional Betawi khususnya di acara prosesi adat pernikahan, sebagai bentuk warisan wawasan sekaligus menjadi sumber pengetahuan guna mengenal lebih mendalam tentang keanekaragaman yang dimiliki oleh masyarakat Betawi. Hal ini serupa dengan pendapat sesepuh dan juga ketua RW 01, Muhammad Naseh , “dengan adanya palang pintu kita bisa melihat dan mengenang kakek dan nenek kita dulu seperti itu ketika berebut untuk menikahi gadis dengan cara berantem atau silat beneran dengan menggunakan golok beneran”. 9

2. Tahapan Prosesi Buka Palang Pintu Pada Acara Pernikahan

Masyarakat Betawi di Tanjung Barat Pada acara pernikahan masyarakat Betawi di Tanjung Barat, tahapan prosesi adat buka palang pintu juga sama dengan daerah Betawi lainnya, seperti di Jakarta Utara, Timur, Barat, dan Pusat. Adapun perlengkapan yang digunakan adalah rebana ketimpring, petasan, kembang kelapa, sirih dare, seragam anggota, golok dan toya tongkat panjang. Akan tetapi ada beberapa perbedaan buka palang pintu yang ada di Tanjung Barat dengan wilayah Jakarta lainnya dari sisi perlengkapan, seperti dandang menandakan merebut kekuasaan, sirih dare dan rebana ketimpring sudah jarang digunakan di Tanjung Barat karena ada beberapa alasan seperti untuk mempersingkat waktu, dan untuk iringan rebana ketimpring sudah langka berganti menjadi marawis. 9 Hasil wawacara dengan ketua RW 01 Tanjung Barat, Muhammad Naseh Pada Rabu, 22 Oktober 2014 Pukul 20.00 WIB. Ada beberapa syarat atau tahapan, yang harus dipenuhi pada acara buka palang pintu. Pada tahapan pertama pengantin laki-laki dibacakan solawat Dustur dan solawat Marhaban yang ditujukan kepada Nabi Muhammad sebagai perantara ke Allah, dan solawat tersebut juga diiringi dengan rebana ketimpring, tujuan dari solawat tersebut agar selamat, dan diberikan kelancaran dalam acara pernikahan. Sebenarnya rebana yang digunakan adalah rebana ketimpring rebana kecil-kecil yang paling sah dan asli. 10 Tetapi ada juga yang memakai marawis. Serta pemasangan petasan bertujuan untuk memeriahkan dan memberitahu bahwa calon pengantin laki-laki akan datang ke kediaman mempelai wanita. Gambar 4.2 Pengiringan calon pengantin laki-laki dengan anggota marawis Palang P intu “Dia Katah”, foto diambil bertempat di Jalan H. Alwi Rt 0401, Kelurahan Tanjung Barat Jakarta Selatan. 10 Hasil wawancara dengan pendiri palang pintu, Zainuddin Pada Senin, 20 Oktober 2014 Pukul 18.30 WIB.