Pandangan masyarakat terhadap tradisi buka palang pintu

TRANSKRIP WAWANCARA TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN MASYARAKAT BETAWI Studi Kasus di Tanjung Barat Jakarta Selatan Nama : H. Zainuddin Alamat : Jl. Nangka, RT 0306 No 31, Kelurahan Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan Jabatan : Pendiri Sanggar SOS, Pendiri Sanggar Betawi Inti Jaya, Ketua RW 06 Tanjung Barat. Jenis Klelamin : Laki-laki

1. P : Menurut bapak apakah ada perbedaan makna dari palang pintu

dengan buka palang pintu? apa maknanya? Z : Sebetulnya Buka Palang pintu atau Palang Pintu sama saja hanya istilah-istilah penyebutan saja, merupakan salah satu budaya Betawi pada acara pra akad nikah ataupun bebesanan, dan merupakan simbol palang pintu yang didalamnya ada pesilat, karena orang Betawi dahulu zaman nenek moyang kita harus bisa main pukul silat, dan harus bisa mengaji. Dan sekarang palang pintu hanya sebagai simbol. 2. P : Bagaimana sejarah buka palang pintu di Tanjung Barat? Z : Dari zaman dahulu di Tanjung Barat sudah ada, Orang Betawi identik dengan Silat dan mengaji, zaman orang tua kita bukan palang pintu istilahnya, tapi ngarak penganten dan berebut dandang kekuasaan itu dalam istilah Betawi Pinggir. Maksudnya adalah ngadu ilmu dan ngadu kekuatan dari pihak laki-laki dengan pihak perempuan, dan masing- masing daerah punya istilah tersendiri. Dan budaya Betawi itu identik dengan agama yang kita anut adalah Islam karena Rosulullah mengajarkan untuk mengangkat drajat kaum wanita. Wanita harus dihormati, jika kita mau melamar atau menikahi seorang wanita itu harus hormati, jika kita menyebrang kampung ada jawaranya kita harus beradaptasi ngadu ilmu untuk menunjukkan ada kemampuan main pukul. Akan tetapi untuk sekarang palang pintu hanya sebagai simbol. 3. P : Sejak kapan bapak menekuni profesi sebagai palang pintu? Z : Pada tahun 1986 sekitar 28 tahun. 4. P : Mengapa bapak memilih untuk menekuni profesi palang pintu? apa tujuannya? Z : Karena awalnya orang tua terdahulu sudah tidak ada, dikhawatirkan Seni Tradisi Betawi ini meredup jika kita tidak terjun langsung didalamnya, maka saya terpanggil dan termotifasi dalam diri saya untuk melestarikan seni Budaya Betawi. Dan juga sebagai siar agama Islam. Karena pengantin laki-laki pada saat mau berangkat di bacakan solawat dustur, di adzanin, serta dikomatin, karena orang Betawi identik dengan ngaji dan silat. 5. P : Apakah ada syarat untuk menjadi anggota palang pintu? Z : Syarat menjadi anggota palang pintu tidak terlalu penting, kalau kita orang Betawi ada keinginan untuk melestarikan seni budaya kita sendiri tanpa persyaratan. Adapun pertama ada kemauan dari dalam diri dengan motifasi diri dengan tujuannya untuk melestarikan seni budaya kita, dengan cara belajar silat buka jurus, belajar pantun, dan latihan rebana. 6. P : Apakah ada pelatihan untuk buka palang pintu? kapan dan bagaimana pelatihannya? Z : Pada awalnya latihan kosidah, dulu ada juga latihan khususnya rutin setiap malam sabtu seperti latihan rebana, untuk latihan silat, anak yang bermain silat punya perguruan masing-masing bisa digabungkan dan silat yang digunakan bebas untuk buka jurus apa saja karena yang ditonjolkan di palang pintu adalah seni tidak harus berantem, hanya sekedarnya sebagai pemantes dan persyaratan saja tidak harus tuntas. Akan tetapi untuk sekarang karena sudah punya jam terbang dimana-mana, sudah hafal jadi tidak latihan lagi. Jika ada panggilan job untuk diminta palang pintu, kita berkordinasi dan buat dialog pantun palang pintu.