Pengertian Salat Istikharah Pengertian, Waktu dan Hukum Salat Istikhârah
27 memberikan alamat tentang maksud hajat itu. Salat Istikhârah ialah
mencari kebaikan, artinya kalau kita mempunyai hajat, lalu melaksanakan salat Istikhârah, maka jika maksud hajat itu dilaksanakan
kita akan memperoleh barakah dan jika tidak dilaksanakan juga akan memperoleh barakah.
30
Di dalam hadis menerangkan tentang salat Istikhârah tidak disebutkan surat apa yang dibaca pada setiap raka‟atnya. Akan tetapi
mengingat bahwa dalam salat sunnah yang terdiri dari dua raka‟at, Rasulullah SAW biasa membaca surat al-Kâfirûn
di raka‟at yang pertama sesudah surat al-Fâtihah, dan surat al-Ikhlâs
, di raka‟at yang kedua, maka alangkah baiknya jika kita meneladani Rasulullah SAW.
Imam Al-Nawâwî menjelaskan, Ia membaca pada rakaat pertama sesudah al-Fâtihah adalah al-Kâfirûn dan rakaat kedua al-Ikhlâs. Beliau
bahkan menegaskan, Jika berhalangan mendirikan salat, maka boleh ber- Istikhârah
dengan berdo‟a saja. Dan disunnahkan memulai do‟a tersebut dan menutupnya dengan Alhamdulillah, shalawat dan salam. Untuk
Rasulullah SAW Istikhârah itu disunnahkan dalam segala urusan, sebagaimana diterangkan oleh nas hadis diatas yang shahih. Dan jika
telah ber-Istikhârah, lakukanlah menurut yang kuat dorongannya di dalam hati.
31
30
T.A. Lathief Rousydiy, Salat-Salat Sunnah Rasulullah SAW, Cet. 1, Medan: Firma “Rimbou” Medan, 1984, hal. 208
31
Zaîd Huseîn al-Hamîd, Terjemahan al-Adzkâr al-Nawâwî: Intisari Ibadah dan Amal
, Bandung: Pustaka Azzam, 1994, cet. 1, h. 84
28 Dalam mengerjakan salat Istikhârah tidak terdapat suatu bacaan
tertentu sebagaimana juga tidak perlu dikerjakan berulang-ulang. Salat Istikhârah
dilakukan seperti halnya kita melakukan salat sunnah lainnya, yaitu dengan niat cukup di dalam hati untuk melakukan Istikhârah.
Dalam salat, niat cukup dilafalkan dalam hati seperti halnya Rasulullah SAW mengajarkan. Dalam Islam, setiap amalan ibadah seperti salat
tidak ada pelafalan niat kecuali pada ibadah-ibadah tertentu yang sudah ada nasnya.
32
Demikian seorang mu‟min yang tidak pernah putus hubungannya dengan Allah SWT yang Maha Mengetahui segala sesuatu, maka setiap
kali ia menghadapi sesuatu persoalan dan setiap kali ia melakukan sesuatu tindakan atau perbuatan, terlebih dahulu ia beristikhârah
meminta pilihan kepada Allah SWT, apakah yang harusnya dan bagaimana sebaiknya langkah yang harus diambil. Sampai-sampai ketika
hendak melakukan sesuatu perjalanan untuk mencari rezeki dan karunia Allah di muka bumi, ia tetap melakukan istikhârah terlebih dahulu.
Bukan seperti orang-orang zaman jahiliyah dahulu yang selalu mengundi nasib atau meminta tolong dengan mendatangi tukang tenun dan tukang
sihir.
33
Allah menamakan sebagai perbuatan fasik karena beralih kepada orang yang mengaku-ngaku mengetahui barang yang ghaib. Mereka
32
Muhammad Abu Ayyash, Keajaiban Salat Istikhârah, h. 51
33
Latief Rousydi, Salat-salat Sunnah Rasulullah SAW, h. 209-213
29 menempuh jalan Kahanah atau tenung, mereka meminta petunjuk
kepada tukang ramal. Rasulullah SAW bersabda:
“Menceritakan kepada kami Muhammad Ibn al-Mutsannâ al-„Anazî, Menceritakan kepada kami Yah
yâ yaitu Ibn Saîd dari „Ubaîdillah dari Nâfi‟ dari Safiyyah dari salah satu istri Nabi SAW bersabda : “Barang
siapa yang mendatangi tukang ramal dan meminta sesuatu kepadanya,
maka salatnya tidak akan diterima selama empat puluh hari”. HR. Muslim