Hukum Salat Istikhârah

33

2. Hajat yang di Istikhârahkan

Hajat yang dimaksud dalam istikharah ialah sesuatu yang bersifat mubah. Sedang urusan-urusan yang wajib atau sunnah, kita disuruh mengerjakannya, sedangkan yang haram atau makruh, kita disuruh meninggalkannya. Andaikata kita memenuhi syarat diwajibkannya mengerjakan ibadah haji, maka untuk melaksanakan kewajiban ini kita juga disunnahkan beristikharah, tetapi bukan untuk memilih apakah jadi melaksanakan atau tidak, akan tetapi istikharah yang dimaksud ialah untuk memperoleh barakah dan ketenangan dalam menunaikannya. 38

3. Anjuran Salat Istikharah

Salat istikharah dianjurkan berdasarkan hadis riwayat Bukhâri yang bersumber dari Jâbir Ibn Abdullah r.a. bahwa ia berkata: 38 Moh. Rifa‟I, Salat Istikharah: Arti Salat Istikharah, Waktunya, Dasar Hukumnya, Hajat apa yang dimaksud, Hasilnya serta Tata Caranya dan Do’a-do’anya, hal. 8 39 Muhamma d Ibn Ismâ‟îl al-Bukhârî, Sahîh al- Bukhârî, Juz 4, h. 154 34 “Adalah Rasulullah SAW mengajarkan salat istikharah kepada kami dalam beberapa perkara yang penting, beliau bersabda: “Apabila salah seorang diantara kalian ragu terhadap sesuatu perkara, maka hendaklah ia salat istikharah dua raka‟at, kemudian berdo‟a: Wahai Tuhanku, Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu memilih mana yang baik menurut pengetahuan- Mu dan aku memohon kepada-Mu untuk memberi ketentuan dengan kekuasaan-Mu dan aku memohon anugerah-Mu yang agung, karena sesungguhnya Engkau Yang Berkuasa dan aku tidak kuasa, Engkau Maha Mengetahui dan aku tidak mengetahui akan hal yang ghaib. Wahai Tuhanku ……” HR. Bukhârî 4. Syarat-syarat sebelum di Istikhârahkan Ada dua hal yang mendasarkan mengapa kita melakukan salat istikharah , yaitu ketika menghadapi masalah berupa pilihan dan ketika akan melakukan sesuatu hal. Maka, hendaknya setiap kita memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 40 1 Yang pertama ketika masalah yang kita hadapi berupa pilihan maka syaratnya antara lain: a. Ketika ada pilihan maka dipastikan sebelum melakukan salat istikhârah kedua pilihan tersebut sudah melewati proses analisis terkait dengan baik dan buruk kedua hal tersebut, efek negatif dan positifnya dan besarnya prosentase antara maslahat dan mudaratnya. b. Ketika kebaikan lebih banyak dari pada keburukannya, ketika efek positif lebih banyak dari pada efek negatifnya, dan maslahat lebih banyak dari pada mudaratnya, hal yang harus dilakukan adalah memilih yang lebih baik tadi. Berarti dianjurkan baginya untuk beristikhârah ketika akan melakukan sesuatu. Tinggal bagaimana ia 40 Moh. Rifa‟I, Salat Istikharah: Arti Salat Istikharah, Waktunya, Dasar Hukumnya, Hajat apa yang dimaksud, Hasilnya serta Tata Caranya dan Do’a-do’anya, hal. 10 35 bertekad, setelah bertekad tinggal meningkatkan ketawakalannya pada Allah. Allah SWT berfirman pada surat al- „Imran 2: 159, yang berbunyi:                             ا       Artinya:“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada- Nya”. Q.S. al-„Imran 2: 159, c. Ketika akan melakukan salat istikhârah dan sudah melewati proses analisis, dipastikan keduanya mempunyai poin fifty-fifty, tidak ada kecenderungan pada salah satu dari keduanya. Karena dikhawatirkan jika hal ini terjadi, hawa nafsunyalah yang memilih. Imam al- Nawawi menyampaikan, “Hendaknya seseorang itu melakukan apa yang sudah menjadi kemantapan hatinya setelah Istikharah, bukan berdasarkan atas pilihan pada salah satu diantara keduanya sebelum Istikharah . Jika hal itu terjadi, bukanlah ia beristikharah kepada Allah, akan tetapi beristikharah kepada hawa nafsunya, dan terkadang sering terjadi tidak ada kejujuran”. 41 41 Muhammad Abu Ayyash, Keajaiban Salat Istikharah, h. 44