Analisis Yuridis Prinsip Keterbukaan dalam Forced Delisting ditinjau dari UndangUndang No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal

(1)

DAFTAR PUSTAKA I. Buku

Budi Purnomo &Maxi A.Perajaka, Awas ! Jangan Sampai Modar di Pasar Modal, Jakarta:Transmedia, 2008.

Indra Safitri,Tranparansi, Independensi, Pengawasan Kejahatan Pasar Modal, Jakarta:Global Book & Publication Book Division, 1998.

Adrian Sutedi, Good Corporate Governance,Jakarta:Sinar Grafika, 2011.

Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal,Jakarta:Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001.

Pandji Anaroga dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal,Jakarta:Rineka Cipta, 2006. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,Jakarta:Universitas Indonesia UI

Press, 1986.

Sumantoro, Pengantar tentang Pasar Modal di Indonesia, Cetakan Pertama, Jakarta :Ghalia Indonesia,1990.

Paulus Situmorang, Pengantar Pasar Modal, Jakarta:Mitra Wacana Media, 2008.

Mukti, Perlindungan Hukum Bagi Investor Publik dalam Penghapusan Pencatatan (Delisitng) Saham pada Kegiatan Di Pasar Modal, Resipitory USU,2008.

Iswi Hartyani dan R.Serfianto Dibyo Purnomo, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal: Strategi Tepat Investasi Saham, Obligasi, Right, Opsi, Reksadana, &

Produk Pasar Modal Syariah,Jakarta:Media Kita.

Indra Surya & Ivan Yustiavadana, Penerapan Good Corporate Governance Jakarta: Kencana, 2006.


(2)

Richard W.Oliver, “what is transparency ?”, Singapore: McGraw-Hill 2004.

Alexander Lay Dkk, Ikhtisar Ketentuan Pasar Modal, Jakarta: The Indonesia Netherland Legal Reform Program (NLRP), 2010).

II. Peraturan Perundang-undangan

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Republik Indonesia,Peraturan Pemeritah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaaan di Bidang Pasar Modal.

III. Peraturan Lain-Lainya

Republik Indonesia, Ketentuan Peraturan I-1 Bapepam Nomor.III.1 tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) Saham dan Pencatatan Kembali (Relisting) saham di pasar modal.

Republik Indonesia, Keputusan Bapepam Peraturan Nomor IX.EI tentang Transaksi yang Mempuyai Benturan Kepentingan.

Republik Indonesia, Keputusan Bapepam Peraturan Nomor IX.F1 tentang Penawaran Tender


(3)

Republik Indonesia, Peraturan Bursa Efek Nomor IIIG tentang Suspensi dan Penghapusan Keanggotaan.

Republik Indonesia, Peraturan Bursa Efek Nomor I-H tentang Sanksi.

Republik Indonesia, Surat Edaran Nomor : SE/-008/BEJ/08/2004 tentang Penghentian Sementara Perdagangan Efek (Suspensi) Perusahaan Tercatat.

IV. Website

delisiting”.(Diakses terakhir tanggal 15 Juli 2014).

/news/bei/mungkin/akan/forced/delisting/,”BEI

mungkin akan forced delisting 8 emiten di pasar modal” (diakses terakhir tanggal 11 Juli 2014).

Business Law Society Faculty of Law University of Indonesia, (diakses terakhir 23 Juli 2014).

Keanggotaan Bursa,(diakses pada tanggal 23 Juli 2014).

(diakses tanggal 25 Juli 2014).

Juli 2014).

Selama Periode 2009-2013” (diakses terakhir pada 25 Juli 2014).


(4)

Efek Indonesia” (diakses terakhir 25 Juli 2014).

Emiten Harus Delisting Paksa”, (diakses terakhir 25 Juli 2014).

(diakses terakhir 25 Juli 2014).

Business Law Society Faculty of Law University of Indonesia”, (diakses terakhir 11 Agustus 2014).

http:www//groups.yahoo.com/group/saham/message/2511 (diakses tanggal 21 Agustus 2014).

http//:www,indoexchange.com (diakses terkahir 21 Agustus 2014).

http//www.neraca.co.id/article/16849/cuci-tangan-ala-davomas-mulai-terungkap. (diakses terkahir 19 September 2014)

V. Tesis/Disertasi

Markus Tampubolon,(2013).Perlindungan Hukum Bagi Investor Saham Terhadap Terjadinya Forced Delisting Emiten Dalam Kegiatan Pasar Modal.Tesis Magister pada FH UGM Yogyakarta: Etd Gajah Mada University.

Haykel Widiasmoko,”Analisis Delisting: Penerapan Delisting di PT Bursa Efek di Jakarta dan Akibat Hukum Suatu Perusahaan Yang Terkena Sanksi Delisting.” (Skripsi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok 1999).


(5)

Fendi Sanjaya,Pemberian Sanksi Penghentian Sementara Perdagangan (Suspensi) Saham Terhadap Emiten (Tinjauan Kasus: Suspensi Saham PT Katarina Utama Tbk.) (Skripsi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok 2008).

VI. Pidato

Bismar Nasution, Sosialisasi Kepada Otoritas Jasa Keuangan Peralihan Fungsi Pengawasan Industri Keuangan, Ruang Balai Citra Convention Hall Tiara Medan, Jumat 29 November 2013.


(6)

BAB III

PRINSIP KETERBUKAAN DI PASAR DALAM FORCED DELISTING

A. Pengertian dan Konsep Keterbukaan Dalam Pasar Modal Di Indonesia

Prinsip keterbukaan menjadi persoalan inti di pasar modal dan sekaligus merupakan jiwa pasar modal itu sendiri. Keterbukaan tentang fakta materiel sebagai jiwa pasar modal didasarkan pada keberadaan prinsip keterbukaan yang memungkinkan tersedianya bahan pertimbangan bagi investor, sehingga ia secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham.123

Didalam pasar modal secara umum prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan emiten, perusahaan publik dan pihak lain yang tunduk pada undang-undang pasar modal yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu tepat seluruh informasi materiel mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan atau harga dari efek tersebut.124

Menjalankan tata kelola perusahaan yang baik atau lazim disebut good corporate governance merupakan bagian yang penting dijalakan dalam menjalankan kegiatan yang memiliki hubungan dengan masyarakat umum.Corporate governance merupakan isu yang tidak pernah usang untuk terus dikaji para pelaku bisnis, akademisi, pembuat kebijakan, dan lain sebagainya.Pemahaman tentang praktik corporate governance terus berevolusi dari waktu ke waktu.Kajian atas corporate governance mulai disinggung pertama kalinya Berle dan Means pada tahun 1932 ketika membuat sebuah buku yang

123

Bismar Nasution,Op.Cit. hal 1.

124


(7)

menganalisis terpisahnya kepemilikan saham (ownership) dan control. Pemisahan tersebut berimplikasi pada timbulnya konflik kepentingan antara para pemegang saham dengan pihak manajemen dalam struktur kepemilikan perusahaan yang tersebar (dispersed ownership).125

Pada akhir tahun 1980-an mulai banyak kesimpulan yang menyebutkan struktur kepemilkan dalam bentuk dispersed ownership akan memberikan dampak bagi buruknya manajemen. Untuk pertama kalinya, usaha untuk melembagakan corporate governance dilakukan oleh Bank Of England dan London Stock Exchange pada tahun 1992 dengan membentuk Cadbury Committee (Komite Cadbury), yang bertugas untuk menyusun corporate governance code yang menjadi acuan utama (benchmark) di banyak negara.126

Komite Cadbury mendefenisikan corporate governance sebagai sebuah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders.Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya.127

Corporate governance menurut OECD adalah sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board, pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. Corporate

125

Indra Surya & Ivan Yustiavadana, Penerapan Good Corporate Governance (Jakarta: Kencana,2006) hal 24.

126 Ibid. 127


(8)

governance yang baik dapat memberikan rangsangan bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham harus menfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong perusahaan menggunakan sumber daya dengan lebih efisien.128

Menurut keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor Kep-117/M-MBU/2002 corporate governance adalah suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan dan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.129

Defenisi lain juga diberikan oleh Price Waterhouse Coopers tentang corporate governance yang merupakan terkait dengan pengambilan keputusan yang efektif. Dibangun melalui kultur organisasi, nilai-nilai, sistem, berbagai proses, kebijakan-kebijakan dan struktur organisasi, yang bertujuan untuk mencapai bisnis yang menguntungkan, efisien efektif dalam mengelola resiko dan bertanggungjawab dengan memerhatikan kepentingan stakeholders.130

Dalam rangka economy recovery pemerintah Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) memperkenalkan dan mengintroduksir konsep good corporate governance (GCG) sebagai tata cara kelola perusahaan yang sehat. Konsep ini diharapkan dapat melindungi pemegang saham (stakeholders) dan kreditor agar dapat memperoleh kembali investasinya. Penelitian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB)

128 Ibid. 129

Ibid. 130


(9)

menyimpulkan penyebab krisis ekonomi di negara-negara Asia, termasuk Indonesia adalah mekanisme pengawasan dewan komisaris (board of director) dan komite audit (audit committee) suatu perusahaan tidak berfungsi dengan efektif dalam melindungi kepentingan pemegang saham dan pengeloalaan perusahaan yang belum profesional. Dengan demikian, penerapan konsep GCG di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme dan kesejahtraan pemegang saham tanpa mengabaikan kepentingan

stakeholders.131

Good corporate governance secara defenitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder.Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya dan kedua kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclousure) secara akurat dan tepat waktu dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaaan kepemilikan dan stakeholder.Secara singkat ada empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep GCG ini yaitu fairness, transparency, accountability, dan responsibility.Keempat komponen tersebut penting karena penerapan prinsip GCG secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan dan prinsip GCG ini dapat menjadi penghambat (constrain) aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan.132

Unsur-unsur GCG secara umum merupakan terdiri dari beberapa hal-hal sebagai berikut ;

131

Adrian Sutedi, Good Corporate Governance,(Jakarta:Sinar Grafika,2011),hal 1.

132 Ibid.


(10)

1. Fairness (keadilan), menjamin perlindungan hak para pemegang saham dan menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor.

2. Transparancy (transparansi), mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka,

tepat waktu, serta jelas dan dapat diperbandingkan, yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan dan kepemilikan perusahaan.

3. Accountability (akuntabilitas), menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta

mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris.

4. Responsibility (pertanggungjawaban), memastikan dipatuhinya peraturan-peraturan

serta ketentuan yang berlaku sebagai cermin dipatuhinya nilai-nilai sosial.133

Keterbukaan (transparancy) adalah bagian penting yang menjamin terselenggaranya Good Corporate Governance.Dalam strategi pengembangan umum pasar modal yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bepepam) disadari salah satu penyebab rentannya perusahaan-perusahaan di Indonesia terhadap gejolak perekonomian adalah lemahnya penerapan Good Corporate Governance dalam pengelolaan perusahaan.Kondisi tersebut ditandai dengan standar laporan yang minimal tentang kinerja keuangan perusahaan, khususnya tentan kewajiban utang-piutang, tidak ada direktur independen dan diragukannya independensi auditor.134

Pada mulanya pengaturan pasar modal di Amerika Serikat tersebut dilatarbelakangi pemikiran perlunya anti fraud melalui prinsip keterbukaan yang berasal dari doktrin Franklin Delano Roosevelt, Presiden Amerika Serikat, saat pasar modal mengalami kejatuhan pada Oktober 1929. Presiden Roosevelt menyampaikan pesan kepada

133 Ibid. 134


(11)

Mahkamah Agung dan kongres mengenai suatu filosofi yang mendasar dalam proposal securities laws dengan doktrin perubahan peraturan kuno caveat emptor menjadi caveat vendor. Doktrin ini telah menjadi filosofi dan sekaligus tujuan utama Securities Act 1933, yang mengatur penyediaan informasi fakta materiel dan untuk mencegah perbuatan curang dalam penjualan saham. Filosofi pengaturan Securities Act 1933 yang selanjutnya diperluas pengaturannya oleh Securities Exchange Act 1934 mengenai kewajiban prinsip keterbukaan dan anti fraud dalam pembelian dan penjualan saham di pasar modal pada saat lahirnya adalah untuk menanggapi jatuhnya pasar modal Oktober 1929 yang mengakibatkan krisis keuangan dan great depression, yang pada mulanya kejadian ini berasal dari gagalnya bank dan pialang yang meminjamkan uang untuk membeli saham pada masa great depression.135

Terdapat tiga fungsi dari prinsip keterbukaan di dalam pasar modal yaitu yang pertama berfungsi untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar.Tidak adanya keterbukaan dalam pasar modal membuat investor tidak percaya terhadap mekanisme pasar.Sebab prinsip keterbukaan mempunyai peranan penting bagi investor sebelum mengambil keputusan untuk melakukan investasi karena melalui keterbukaan bisa terbentuk suatu penilaian (judgment) terhadap investasi, sehingga investor secara optimal dapat menentukan piihan terhadap portofolio mereka.Makin jelas informasi perusahaan, maka keinginan investor untuk melakukan investasi makin tinggi.Sebaliknya ketiadaan atau kekurangan serta ketutupan informasi dapat

135


(12)

menimbulkan ketidakpastian bagi investor, dan konsekuensinya menimbulkan ketidakpercayaan investor dalam melakukan investasi melalui pasar modal.136

Kedua, prinsip keterbukaan berfungsi untuk menciptakan mekanisme pasar yang efisien.Filosofi ini didasarkan pada konstruksi pemberian informasi secara penuh sehingga menciptkan pasar modal yang efisien, yaitu harga saham sepenuhnya merupakan refleksi dari seluruh informasi yang tersedia. Dengan demikian prinsip keterbukaan dapat berperan dalam meningkatkan supply informasi yang benar, agar dapat ditetapkan harga pasar yang akurat. Hal menjadi penting karena berkaitan dengan pasar modal sebagai lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan informasi.Tanpa informasi peserta tidak dapat mengevaluasi produk-produk lembaga keuangan.Kalau inforasi mengenai saham sedikit, maka investor yang melakukan informasi relatif kecil. Bisa juga terjadi bahwa suatu saham yang kualitasnya baik akan mempunyai harga yang rendah dari semestinya. Hal ini dapat teradi apabila informasi mengenai saham tersebut tidak tersedia secara luas dan akurat. Dengan perkataan lain, informasi saham yang mutunya rendah dapat mengakibatkan harga saham itu menjadi lebih rendah dari semestinya. Karena itu untuk menjual saham pada pasar primer dan pasar sekunder, manajemen perusahaan harus menjaga pasar. Artinya semua informasi yang relevan mengenai apa yang ada dan akan ada harus dikemukakan. Jika tidak mereka akan kehilangan kesempatan menjual sahamnya.137

Ketiga, prinsip keterbukaan penting untuk mencegah penipuan fraud. Sangat baik untuk dipahami ungkapan yang pernah diungkapkan Barry A.K. Rider : “sun light is the best disinfectant and electric light the best policeman”. Dengan perkataan lain, Rider

136

Ibid hal 8. 137


(13)

menyatakan bahwa “more disclousure will inevitably discourage wrongdoing and abuse”. Selanjutnya dia menyatakan bahwa dalam pasar keuangan pendapat tersebut tidak perlu dibuktikan, tetapi lebih banyak bergantung pada informasi apa yang harus diungkapkan dan kepada siapa informasi itu disampaikan. Fungsi prinsip keterbukaan untuk mencegah terjadinya penipuan ini adalah pendapat yang paling tua.138

Prinsip keterbukaan telah menjadi fokus sentral dari pasar modal dan undang-undang pasar modal Indonesia juga mengatur pelaksanaan prinsip keterbukaan sehingga investor dan pelaku-pelaku bursa lainnya mempunyai informasi yang cukup dan akurat untuk pengambilan keputusan. Namun disadari bahwa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan berbagai pengaturan pelaksanaannya belum memuat secara cukup ketentuan-ketentuan prinsip keterbukaan.139

Substansi Undang-Undang Pasar Modal Indonesia banyak hal mirip dengan Securities Act 1933 dan Securities Exchange Act 1934 yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dalam Undang-Undang Pasar Modal Indonesia, misalnya antara lain istilah “disclosure” diterjemahkan “keterbukaan”, “prospectus” diterjemahkan “prospektus”, “insider trading” diterjemahkan “perdagangan orang dalam”, “insider” diterjemahkan “orang dalam”, “materiel fact” diterjemahkan “fakta materiel”, dan “misleading” diterjemahkan “menyesatkan”.140

Transparansi merpakan terjemahan dari Transparency atau Transparan.Kata tersebut diciptakan dari dua kata yaitu trans yang memberikan arti perpindahan / pergerakan (movement) dan parent yang berarti layak (visible).141

138 Ibid. 139

Ibid hal 10. 140

Ibid. 141

Richard W.Oliver, “what is transparency ?”,(Singapore: McGraw-Hill 2004), hal 3.


(14)

English Dictionary menyebutkan transparent mempunyai arti yaitu “having the property of transmitting light, so as to render bodies lying beyond completely visible”. Konsep ini memberikan arti bahwa transaparan merupakan sebuah informasi yang dimilikinya dan diteruskan kepada pihak lain merupakan sebuah informasi menadi lebih baik. Artinya informasi tersebut harus disampaikan kepada pihak lain karena informasi tersebut sangat berguna untuk membuat pemilik informasi menjadi lebih layak dan bagus. Dalam kehidupan nyata maskudnya bahwa informasi yang dimilki perusahaan tidak baik bila tidak dimiliki hanya agen (direksi dan manager) karena stakeholder akan merasa dirugikan. Informasi ini juga memberikan keuntungan kepada pihak lain ketika diketahui karena pihak lain dapat melihat secara nyata posisi perusahaan.

Konsep keterbukaan di pasar modal harus dijalankan oleh perusahaan ketika suatu perusahaan yang bermaksud go public, maka konsep keterbukaan itu harus dimaluai ketika dalam periode pra pencatatan pernyataan pendaftaran dan masa tunggu sebelum pernytaan pendaftaran menadi efektif, periode setelah pernyataan pendafaran menjadi efektif berkenaan dengan perdagangan saham di pasar primer dan pasar sekunder. Berikutnya membahas pertanggung-jawaban hukum pelanggaran prinsip keterbukaan sesudah perusahaan listing di bursa efek.142

Pelaksanaan prinsip keterbukaan sebelum pernyataan pendafataran menjadi efektif merupakan seharusnya sudah dilaksanakan ketika pelaksanaan prinsip keterbukaan yang paling awal, sehingga mekanisme pasar modal sudah dimulai pada saat perusahaan memasuki tahap pra-pencatatan pernyataan pendaftaran.Dalam pernyataan pendaftaran (Registration Statement), yang wajib diserahkan kepada Badan Pengawas Pasar Modal

142


(15)

(Bapepam) terdiri dari prospektus awal (preliminary prospectus) dan dokumen-dokumen pendukung. Prospektus awal tersebut mirip dengan dokumen-dokumen yang terdapat di Amerika Serikat yang disebut dengan red herring, atau tombstone, yaitu suatu dokumen yang isinya memberikan informasi terbatas mengenai nama emiten, judul, jumlah saham yang ditawarkan, harga penawaran, dan dimana prospectus bisa diperoleh, sebagaimana diatur dalam Peraturan Nomor 134 SEC.143

Praktek yang terjadi di pasar modal di Indonesia fungsi prospektus awal dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada calon investor memperoleh informasi segera setelah pernyataan pendaftaran diterima oleh Bapepam.Dalam konteks ini muncul suatu persoalan, yaitu apakah perlu dibuat suatu ketentuan bagi emiten untuk memberitahukan kapan dan dimana calon investor bisa memperoleh prospektus awal.Misalnya membuat ketentuan yang mengatur adanya prospektus awal. Dalam perkataan lain, perlu dibuat yang dapat mengambil alih fungsi prospektus ringkas menjadi prospektus awal. Oleh karena itu Bapepam perlu mempertimbangkan, apakah masih perlu diterapakan pemakaian prospektus ringkas. Usul ini didasarkan pada, pertama walaupun prospektus belum memuat informasi tentang harga penawaran dan informasi lain yang berhubungan dengan harga, tetapi kandungan prospektus awal lebih rinci dibandingkan dengan prospektus ringkas. Kedua, waktu yang tersedia bagi calon investor untuk melakukan kajian tentang prospek perusahaan menjadi lebih panjang.Ketiga, melalui prospektus awal emiten dapat melakukan kegiatan marketing yang lebih interaktif dan dialogis secara lebih dini.Keempat, Bapepam bisa

143


(16)

menggunakan prospektus awal untuk memacu kontrol sosial atas kualitas keterbukaan emiten.144

Perkembangan di pasar modal di Indonesia dapat dilihat bahwa informasi penting lainnya yang dapat dipahami perkembangan peraturan pasar modal di negara maju, adalah bahwa penegakan hukum prinsip keterbukaan itu harus sejalan dengan yang diinginkan hukum pasar modal, dan penegakannya juga harus sesuai dengan hukum lain yang di luar hukum pasar modal. Hukum lain yang berkaitan dengan kegiatan pasar modal yaitu hukum yang mengatur masalah-masalah klausula sosial (social clause), antara lain masalah perlindungan tenaga kerja, perlindungan konsumen, perlindungan lingkungan hidup dan masalah status hak atas tanah yang berkaitan dengan informasi penting dan relevan bagi perusahaan. Misalnya di Amerika Serikat masalah klausula perlindungan lingkungan hidup secara tegas diterapkan.Perusahaan atau emiten harus memuat masalah klausula perlindungan lingkungan hidup yang dipersyaratkan hukum, walaupun hukum tersebut bukan hukum pasar modal.Misalnya ketentuan mengenai kewajiban dan tanggung jawab perusahaan untuk melakukan keterbukaan yang berkaitan dengan perlindungan lingkungan (environmental disclousure).145

Terjadinya permasalahan yang terdapat dalam prospektus awal yang tidak melakukan prinsip keterbukaan dan melakukan pelanggaran terhadap hal-hal diatas dapat mempengaruhi keputusan investor dalam melakukan penanaman modal.Sehingga untuk menjamin adanya perlindungan bagi para pemilik modal makan menjalankan prinsip keterbukaan ini merupakan kewajiban yang harusnya menjadi persyaratan dalam menjaga kepercayaan investor.

144

Ibid, hal 93. 145


(17)

Masalah lainnya, berkenaan dengan pelaksanaan prinsip keterbukaan sebelum pernyataan pendaftaran menjadi efektif adalah standar due diligence menyangkut tanggung jawab lembaga dan profesi penunjang pasar modal, sebagaimana diatur dalam Pasal 80 Undang-Undang Pasar Modal Indonesia. Ketentuan pasal 80 tersebut sama dengan ketentuan yang berlaku di pasar modal Amerika Serikat. Section 11 Securities Exchange Act 1933 mengatur bahwa akuntan (auditor), penjamin emisi, emiten, orang-orang yang menandatangani pernyataan pendaftaran, dan tenaga ahli yang mempersiapkan bagian laporan dari pernyataan pendaftaran baik bersama-sama atau sendiri-sendiri bertanggung jawab atas kerugian yang timbul dari informasi menyesatkan atau palsu yang disajikan dalam pernyataan pendaftaran penawaran umum perdana.Tanggung jawab bersama dan sendiri menempatkan resiko kerugian kepada para peserta yang terlibat dalam penyusunan pernyataan pendaftaran.146

Tanggung jawab bersama atau sendiri dari pihak emiten atau konsultan atau eksekutif perusahaan, penjamin emisi, akuntan publik, konsultan hukum atau pihak lain atas informasi yang menyesatkan yang disajikan dalam pernyataan pendaftaran, dapat dicermati dalam Escott v. BarChris Construction Corp,283F.Supp 643 (S.D.N.Y. 1968). Pada kasus BarChris Construction Corp (BarChris) tersebut eksekutif perusahaan, penjamin emisi, akuntan publik dan konsultan hukum, yang menyusun pendaftaran perusahaan BarChris Construction, digugat oleh Escott beserta 60 orang pemegang saham debenture lainnya, berdasarkan tuduhan melakukan misrepresentation atau

omission pada pernytaan pendaftaran.147

146

Ibid, hal 115. 147


(18)

Peristiwa yang sampai pada pengadilan ini memberikan kesimpulan bahwa para penggugat menyatakan bahwa mereka telah melakukan due diligence atas fakta yang disampaikan dalam pernytaan pendaftaran.Namun demikian pengadilan menyatakan semua tergugat terbukti bersalah.Dalam perkara ini hakim berpendapat, bahwa banyak pernytaan yang salah dan disembunyikan yang sifatnya materiel dalam pernyataan pendaftaran, oleh karena itu hakim tidak dapat menetapkan pembelaan due diligence para tergugat.148

Apabila pengadilan berpendapat tidak dapat menetapkan pembelaan due diligence terhadap para tergugat atau terbukti bersalah dalam pekerjaan mereka untuk menyiapkan pernyataan pendaftaran emiten, maka para tergugat harus bertanggung jawab atas kesalahan dalam pernyataan pendaftaran.Sebaliknya, apabila kesalahan atas gugatan kepada mereka tidak terbukti, maka mereka dapat melakukan pembelaan due

diligence (due diligence defence).149

Sejalan dengan hal ini konsep pembelaan due diligence sudah diatur dalam Pasal 80 ayat (3) Undang-Undang Pasar Modal Indonesia.Ketentuan pembelaan due diligence tersebut, memberikan jaminan lepas dari tanggung jawab hukum bagi penjamin emisi dan para profesi bertindak secara profesional dan telah mengambil langkah-langkah yang cukup untuk memastikan, bahwa pernyataan pendaftaran telah benar dan tidak ada fakta materiel yang mereka ketahui tidak dimuat dalam pernyataan pendaftaran.150

Sehingga pihak-pihak yang terlibat dalam pernyataan pendaftaran terdiri dari lembaga dan profesi penunjang pasar modal, seperti penjamin emisi (underwriter), akuntan, konsultan hukum, penilai, notaris, dan profesi lain yang ditetapkan dengan

148

Ibid hal 116. 149

Ibid hal 116. 150


(19)

peraturan pemerintah. Oleh karena itu, lembaga dan profesi penunjang pasar modal harus melaksanakan prinsip keterbukaan dengan mengungkapkan segala informasi yang mengandung fakta meteriel dari emiten.151

1. Opini akuntan

Pelaksanaan prinsip keterbukaan juga menyangkut hal-hal yang meliputi aspek keuangan, maka terlihat beberapa masalah seperti yang disampaikan I Putu Gede Ary Suta bahwa terdapat enam permasalahan dalam evaluasi keuangan ;

Dalam beberapa hal, opini akuntan publik masih belum sepenuhnya mengacu pada standard auditing (PSA 29).Misalnya penempatan paragraf yang tidak sesuai dengan aturan yng ditentukan, atau kesalahan dalam pemuatan pernyataan tentang pengaruh perubahan metode penyusutan yang sifatnya substansial.

2. Accounting policy

Pemahaman tentang accounting policy masih belum memuaskan.Accounting policy yang diungkapkan masih belum lengkap, sebab hal-hal penting masih sering terlupakan, seperti prinsip konsolidasi, penggabungan usaha, amortization of goodwill atau intangible assets lainny.

3. Konsistensi penerapan standar akuntansi

Salah satu ciri dari praktik akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan go public adalah adanya perubahan penerapan standar dari yang tidak diterima umum (unacceptable) kepada yang lebih diterima umum (acceptable). Perubahan ini mempengaruhi konsistensi yang harus diungkapkan, namun keadaan ini sering tidak terungkap dan diabaikan.

4. Perubahan penerapan standar akuntansi

Pengaruh atas perubahan standard akuntansi perlakuannya masih belum seragam. Terhadap permasalahan yang sama, sebagian akuntan tidak melakukan penyesuaian laporan keuangan yang lalu, sebagian lainnya melakukan penyesuaian laporannya terdahulu. Hal ini perlu mendapat perhatian para akuntan agar terdapat keseragaman penerapan standar akuntansi.

5. Cakupan catatan atas laporan keuangan

Catatan dalam laporan keuangan masih dibuat sekenanya saja, misalnya dinyatakan sebagai berikut “ Utang bank pada tanggal 31 Desember 1998 adalah sebesar Rp. 12 miliar”. Dengan demikian tidak ada tambahan manfaat dari informasi yang diberikan dalam catatan tersebut.

6. Pemilihan alternatif standar yang agresif. Masih ditemukan bahwa dalam pemilihan penerapan standar akuntansi, akuntan publik cenderung untuk memilih alternatif yang paling menguntungkan perusahaan, bukan didasarkan kriteria objektif.152

151

Ibid hal 117. 152


(20)

Konsep keterbukaan di pasar modal juga dilaksanakan di dalam perdagangan saham di pasar perdana.Masalah yang muncul dalam pelaksanaan prinsip keterbukaan pada perdagangan saham di pasar perdana adalah terpusat dalam penyampaian informasi penawaran saham melalui prospektus, dan selanjutnya adalah berkenaan dengan pengaturan hukum mengenai prospektus.Prospektus dilarang memuat keterangan yang tidak benar tentang fakta materiel.Begitupun tuntutan yang berkaitan dengan keakuratan informasi prospektus masih tetap muncul.153

1. Informasi belum bersifat siap pakai. Dalam banyak hal informasi yang disaikan dalam prospektus merupakan informasi yang masih memerlukan interpretasi dan analisis agar bisa menjadi informasi yang dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan. Misalnya mengenai laporan keuangan, investor perlu melakukan analisis terhadap laporan keuangan dengan menganalisis antar pos-pos dalam laporan keuangan itu sendiri, perkembangan perusahaan dari tahun ketahun, maupun membandingkannya dengan perusahaan sejenis yang lain.

Alasan tuntutan adalah karena sulitnya memperoleh informasi dalam prospektus yang mengandung nilai akurat yang tinggi.I Putu Gede Ary Suta saat menjadi ketua Bapepam mengatakan, bahwa investor sebelum mengambil keputusan investasi harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan informasi emiten yang terdapat dalam prospektus. Mengenai hal-hal tersebut ia menyatakan :

2. Informasi yang banyak yang bersifat kualitatif. Data yang diungkapkan dalam prospektus banyak yang bersifat kualitatif yang tentunya akan banyak berpengaruh terhadap jalannya perusahaan di masa yang akan datang. Misalnya informasi tentang manajemen perusahaan, rencana-rencana yang akan dilaksanakan perusahaan di masa yang akan datang dan sebagainya. Tentunya dalam mengambil keputusan investasi pemodal diharuskan untuk melakukan pertimbangan tertentu sehingga analisis yang dilakukan lebih menghasilkan kesimpulan yang tepat.

3. Informasi yang bersifat kuantitatif dibuat berdasarkan taksiran. Dalam banyak hal informasi yang bersifat kuantitatif yang diungkapkan dalam prospektus dibuat berdasarkan taksiran atau metode-metode penilaian sehingga dalam membaca prospektus sangat diperlukan pertimbangan untuk mengambil keputusan, apakah informasi-informasi tersebut relevan dan dapat diandalkan.

153


(21)

4. Informasi yang disajikan banyak bersifat historica. Prospektus lebih banyak memuat data dan informasi masa lalu perusahaan daripada mengunkapkan tentang proyeksi perusahaan mendatang. Berdasarkan data historis yang ada pemodal harus membuat perkiraan dan proyeksi tentang kondisi perusahaan di masa mendatang. 5. Kondisi makro ekonomi jauh berbeda antara saat prospektus dibuat dengan kondisi

sebenarnya yang terjadi setelah perusahaan go public. Perlu dipertimbangkan oleh pemodal mengenai asumsi kondisi makro ekonomi yang perubahannya sangat cepat, sehingga dalam melakukan analisis perlu menganalisis fenomena ekonomi secara global, misalnya mengenai kondisi moneter, perdagangan, kebijakan-kebijakan negara lain dan sebagainya.154

Sehingga dalam perdagangan pasar perdana maka sangat diperlukan adanya prinsip keterbukaan. Sebetulnya tuntutan atas tidak keakuratan informasi dalam prospektus tidak akan terjadi, bila pembuatan prospektus tidak akan terjadi, bila pembuatan prospektus dilakukan dengan sesuai dengan Pasal 81 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Oleh karena ketentuan tersebut telah menetapkan prospektus harus memuat keterangan yang benar tentang fakta materiel.155

Prospektus yang tepat sangat memberikan gambaran yang benar terhadap keadaan yang memuat tentang informasi yang terdapat dalam perdagangan saham di dalam kegiatan di lantai bursa.Prospektus yang menggambarkan fakta materiel yang benar sangat penting bagi investor. Menurut Edward G.Eisert, bahwa prospektus bertujuan untuk menyediakan informasi penting tentang perusahaan yang akan melakukan pendaftaran. Penyediaaan informasi yang demikian itu membantu para investor dalam membuat keputusan untuk membeli saham yang ditawarkan.156

Fungsi prospektus sangat vital bagi setiap investor karena prospektus memberikan pengetahuan yang cukup dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan untuk membeli suatu saham, maka bentuk atau isi dan saat

154

Ibid hal 135. 155

Ibid hal 135. 156


(22)

penyampaian prospektus kepada calon investor memerlukan pengaturan yang cukup sehingga dapat bermanfaat sebagai salah satu cara untuk melindungi investor dari penjualan yang curang (fraudulent sales).157

Selain mengenai prospektus dalam pengelolaan perdagangan saham di pasar perdana terdapat juga masalah lain yaitu masalah proyeksi emiten. Masalah ini cukup mengkhawatirkan karena dalam prospektus terkadang jarang memuat masalah proyeksi emiten.Informasi proyeksi yang digambarkan emiten dalam prospektus merupakan informasi yang lebih bannyak bersifat historikal, yaitu informasi yang cenderung lebih banyak memuat data dan informasi masa lalu perusahaan daripada mengungkapkan proyeksi perusahaan di masa mendatang.158

Prinsip keterbukaan pada perdagangan pasar saham di pasar sekunder merupakan bagian dari pelaksanaan yang terpenting dalam melakukan kegiatan di pasar modal sebagai bagian dari menjaga kepercayaan investor di pasar modal.Kegaitan ini berkangsung secara berkelanjutan selama perusahaan tersebut tercatat di pasar modal. Warran E. Buffet pimpinan Berkshire Hathaway, Inc menytakan, bahwa seorang investor yang pintar (intelligent investor) dalam peradagangan saham akan memperoleh yang lebih baik di pasar sekunder dibandingkan membeli saham di pasar perdana. Dikatakannya, pasar perdana diatur oleh controlling stockholders dan perusahaan yang biasanya memilih waktu melakukan penawaran. Apabila pasar sedang tidak baik (unfavorable), mereka akan menangguhkan penawarannya. Dapat dipahami di sini

157

Ibid hal 136. 158


(23)

penjual tidak melakukan tawar-menawar, tetapi sesungguhnya yang menjadi motif

controlling stockholders menjual saham dalam keadaan yang menguntugkan.159

Fenomena pada pasar perdana, dapat dilihat bahwa pasar yang efisien sesungguhnya terdapat pada pasar sekunder.Oleh sebab itu, keterbukaan pada pasar sekunder ini sangat dominan dan crucial dalam menentukan harga saham.160

Secara umum keterbukaan di pasar sekunder merupakan kegiatan dan prinsip yang dilakasanakan di pasar modal.keterbukaan wajib berlangsung selama perusahaan go public. Prinsip keterbukaan itu dilaksanakan melalui penyampaian laporan keuangan secara berkala, laporan mengenai fakta materiel yang baru, larangan insider trading, dan larangan manipulasi pasar.

Sehingga adanya keterbukaan memberikan jaminan dalam kegiatan investor untuk melalakukan pembelian saham yang ada dalam pasar modal.

161

Penyempurnaan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal, khususnya untuk perusahaan terbuka perlu dilakukan, antara lain penyederhanaan proses dan tata cara Rapat Umum Pemegang Saham, mengakomodasi hak pemegang saham untuk mengajukan materi dan agenda RUPS, penggunaan hak pemegang saham secara langsung maupun dengan proxy. Di samping itu, perlu pula pengungkapan beasarnya gaji anggota dewan komisaris dan direksi, governance structures, dan kebijakan dalam laporan tahunan perusahaan terbuka, dan pembentukan Komite audit yang bertugas melakukan pengawasan terhadap kegiatan manajemen pelaporan, dan hal-hal yang berkaitan dengan audit perusahaan.162

159

Ibid hal 151. 160

Ibid hal 152. 161

Ibid hal 152. 162


(24)

Mengingat konsep corporate governance belum memasyarakat di dalam dunia usaha di Indonesia, dipandang perlu untuk mensosialisasikan corporate governance tersebut kepada para pelaku pasar modal regulator dan Self Regulatory Organization (SROs).Sosialisasi ini diperlukan guna memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai corporate governance kepada pihak-pihak tersebut.163

1. Mendorong emiten menyusun laporan keuangannya sesuai dengan PSAK, dan International Accounting Standards(IAS);

Sehingga memberikan jaminan yang baik oleh pasar modal terhadap para investor dalam melakukan kegiatan di pasar saham.

Peningkatan prinsip GCG khususnya prinsip keterbukaan di dalam pasar modal juga dilakukan upaya-upaya terhadap emiten yaitu adanya upaya menyusun Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan bagi 22 sektor industri yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengungkapan (disclousure) laporan keuangan emiten dilakukan bersama-sama antara BEJ, Ikatan Akuntan Indonesia dan Asosiasi Emiten Indonesia, penyusunan pedoman tersebut diharapkan akan dapat mendorong terciptanya good governance bagi emiten, yaitu dengan cara :

2. Mendorong emiten untuk lebih meningkatkan kualitas informasi laporan kuangannya. Misalnya dalam penyajian transaksi pada pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa.164

Menjalankan prinsip keterbukaan juga diperlukan penyusunan peraturan baru di bidang pencatatan efek kewajiban penyampaian informasi, suspensi, delisting, dan relisting, diharapkan dapat meningkatkan corporate governance emiten, yaitu melalui :

163

Ibid hal 81. 164


(25)

1. Penetapan kriteria presentase saham yang dimilki oleh selain 5 (lima) pemegang saham terbesar (dimiliki oleh publik) akan mendorong emiten untuk meningkatkan keterbukaannya. Semakin tinggi presentasi tersebut, maka semakin besar perhatian publik kepada emiten, sehingga emiten dituntut untuk lebih meningkatkan kualitas keterbukaannya.

2. Penetapan jangka waktu penyampaian laporan keuangan yang diaudit, dari 120 hari menjadi 90 hari. Hal ini mendorong emiten untuk meningkatkan dan membenahi sistem informasi akuntansinya, sehingga perusahaan dapat meningkatkan good governance.

3. Emiten diwajibkan untuk menyampaikan informasi-informasi, antara lain, yaitu bila :

a. Menandatangani atau membatalkan kontrak penjualan atau pembelian senilai 10% atau lebih dari nilai penjualan tahun terakhir;

b. Menandatangani kontrak untuk penjamininan utang senilai 20% atau lebih dari modal disetor;

c. Meminjam atau meminjamkan uang sebesar 10% atau lebih dari nilai total aktiva pada laporan keuangan terakhir.165

Diwajibkan emiten menyampaiakan informasi tersebut, diharapkan kualitas kualitas keterbukaan informasi emiten akan menjadi lebih baik, yang pada akhirnya akan terbentuk good governance. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) beserta peraturan pelaksanaanya memberikan perlindungan kepada pemegang saham publik secara lebih besar. Hal ini dapat dilihat pada prinsip

165


(26)

tranpasaransi atau keterbukaan, wajar dan efisien dalam UUPM beserta aturan-aturan pelaksananya.166

Terdapat juga pengaturan tentang prinsip-prinsip Good Corporate Governance oleh pemegang saham yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dalam bidang pasar modal khususnya yang berkaitan dengan hak-hak dasar pemegang saham yaitu167 1. Memperoleh metode yang aman dalam pendaftaran kepemilikan dan pengalihan

sahamnya.

a. Pasal 48 dan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal beserta peraturan pelaksanaannya dalam Peraturan No. VI.B.1, memungkinkan pemegang saham memperoleh kenyamanan dan keamanan dalam mendaftarkan sahamnya dengan memperbolehkan perusahaan melimpahkan kewenangan pengadministrasian, pemindahan kepemilikan, penyerahan atau penerimaan efek kepada Biro Administrasi Efek (BAE).

1. Angka 11 peraturan No.IX.J.1 diatur mengenai tata cara pemindahan hak atas saham yang mensyaratkan bahwa pemindahan hak atas saham harus dibuktikan dengan suatu dokumen yang ditandatangani oleh atau atas nama pihak yang memindahkan hak dan oleh atau atas nama pihak yang menerimanya.

2. Peraturan No. VI.B.1 menetapkan bahwa dalam hal pengadministrasian, pemindahan kepemilikan, penyerahan atau penerimaan efek kepada BAE dilakukan oleh BAE, emiten dan BAE bertanggung jawab baik sendiri maupun bersama-sama kepada pemegang efek atas kerugian yang timbul sebagai akibat kelalaiannya dalam melaksanakan tugasnya.

166

Ibid hal 102. 167


(27)

a. Mendapatkan informasi yang relevan tentang perseroan secara tepat waktu dan mudah.

1) Pasal 85, Pasal 86, Pasal 87, Pasal 88, dan Pasal 89 Undang-Undang Pasar Modal mengatur kewaiban bagi emiten atau perusahaan publik untuk memberikan informasi kepada publik (termasuk kepada pemegang saham) mengenai keadaan perseroan baik secara berkala, ataupun insidentil dalam hal teradi peristiwa materill yang menyangkut perusahaan.

2) Peraturan IX.J.1 angka 13 mengatur bahwa laporan tahunan dan perhitungan tahunan harus disetujui oleh RUPS dan perseroan wajib mengumumkan neraca dan laporan laba/rugi.

3) Peraturan X.K.1 tentang keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan kepada publik mengatur bahwa setiap perusahaan publik atau emiten harus menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat secepat mungkin atau paling lambat akhir hari kerja kedua setelah keputusan atau terjadinya informasi atau fakta materiil yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek, perusahaan atau keputusan investasi pemodal. Yang termaksuk informasi atau fakta meteriil antara lain adalah penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, pembentukan usaha patungan, pembelian atau penjualan aktiva yang meteriil, dan perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen.

4) Peraturan X.K.2 tentang kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Setiap emiten atau perusahaan publik wajib menyampaikan


(28)

laporan keuangan secara berkala baik secara tahunan maupun tengah tahunan kepada Bapepam dengan ketentuan bahwa laporan keuangan tersebut wajib diumumkan kepada publik.

5) Peraturan X.K.5 tentang keterbukaan informasi bagi emiten atau perusahaan publik yang dimohonkan pernyataan pailit.

b. Berpartisipasi dalam RUPS dan menggunakan hak suara.

1) Peraturan No.IX.E.1 tentang benturan kepentingan transaksi tertentu, Peraturan IX.G.1 tentang penggabungan atau peleburan usaha perusahaan publik atau emiten; dan peraturan IX.J.1 diatur bahwa pemegang saham berhak memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dalam menggunakan hak suara dalam RUPS serta mendapatkan informasi mengenai tata cara RUPS termasuk penggunaan hak suara.

2) Peraturan No.IX.I.1 tentang rencana dan pelaksanaan RUPS diatur bahwa perusahaan diwajibkan untuk memberi kesempatan kepada pemegang saham untuk berpartisipasi dan menggunakan hak suara dalam RUPS serta informasi tentang tata cara RUPS termasuk prosedur, tata cara, dan agenda rapat.

c. Pemegang saham mempunyai hak untuk berpartisipasi dan mendapat informasi secara layak serta tepat waktu terhadap keputusan perusahaan yang menyangkut perubahan fundamental perusahaan.

1) Peraturan No.IX.J.1 mengatur bahwa pemegang saham berhak mendapatkan informasi dan berpartisipasi memberikan suaranya dalam RUPS dalam hal-hal yang menyangkut perubahan fundamental perusahaan


(29)

seperti penambahan modal, transaksi yang mempunyai benturan kepentingan. RUPS juga diperlukan dalam rangka mengalihkan atau menjadikan jaminan utang atas seluruh atas sebagian besar kekayaan perseroan atau melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, pembubaran, dan kepailitan perseroan. Disamping itu, dalam hal memutuskan transaksi yang mempunyai benturan kepentingan, dalam RUPS harus dihadiri oleh pemegang saham independen sekurang-kurangnya ½ dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah yang dimilki oleh pemegang saham independen serta keputusan diambil dengan persetujuan dari pemegang saham independen yang mewakili lebih dari ½ pemegang saham independen yang hadir.

2) Peraturan No.IX.G.1 tentang penggabungan atau peleburan usaha perusahaan publik atau emiten, angka 3 huruf a mengatur bahwa direksi dan komisaris perusahaan publik atau emiten yang akan melakukan penggabungan usaha atau peleburan usaha dilakukan dengan memperhatikan kepentingan perseroan, masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha, serta ada jaminan tetap terpenuhinya hak-hak pemegang saham publik dan karyawan. Pernytaan penggabungan usaha atau peleburan usaha yang berisi rancangan penggabungan usaha atau peleburan usaha wajib diumumkan ringkasannya kepada masyarakat. Angka 3 huruf c mengatur bahwa penggabungan usaha atau peleburan usaha mendapat persetujuan dari RUPS. Direksi perseroan setelah memperoleh persetujuan komisaris wajib melakukan penjajakan kelayakan


(30)

penggabungan atau peleburan perusahaan. Ketentuan ini seharusnya dilaksanakan oleh direksi semata-mata untuk kepentingan perusahaan atau pemegang saham. Dalam angka 4 huruf b peraturan ini juga diatur menyangkut penyelesaian hak-hak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui adanya penggabungan atau peleburan usaha.

3) Peraturan No.IX.E.1 tentang benturan kepentingan transaksi tertentu. Dalam peraturan ini diatur bahwa transaksi tertentu yang mempunyai benturan kepentingan wajib mendapatkan persetujuan dari pemegang saham independen. Pemegang saham mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam RUPS termasuk mengetahui prosedur dan tata cara RUPS dan mendapatkan informasi tentang rencana transaksi yang mempunyai benturan kepentingan harus pula disetujui oleh pemegang saham di dalam RUPS, dengan terlebih dahulu mengumumkan informasi rencana transaksi, kewajaran transaksi serta laporan keuangan perusahaan yang akan diakusisi, menerima penyertaan atau divestasi yang telah diaudit selam 2 tahun terakhir. Dari peraturan ini komisaris diharapkan memenuhi tugas untuk memantau dan me-manage potensial konflik antara manajemen, komisaris dan pemegang saham utama, termasuk terhadap penyalahgunaan aset perusahaan dan penyalahgunaan transaksi.

d. Perlindungan pemegang saham dari setiap pihak yang karena kepemilikan atau kedudukannya mengendalikan perusahaan.

1) Dalam Pasal 87 Undang-Undang Pasar Modal diatur bahwa direktur atau komisaris emiten atau perusahaan publik wajib melaporkan


(31)

kepemilikan dan setiap perubahan kepemilikannya atas saham. Selanjutnya ditegaskan pula bahwa pihak yang memiliki sekurang-kurangnya 5% saham emiten atau perusahaan publik wajib melaporkan kepada Bapepam.

2) Pembelian saham oleh pihak tertentu melalui bursa efek, sehingga kepemilikannya mencapai 20% atau lebih dari seluruh saham perusahaan wajib dilakukan melalui penawaran tender. Lebih lanjut, 11 peraturan tersebut menegaskan jika direksi atau komisaris dari perusahaan sasaran mengetahui atau mempunyai alasan yang cukup bahwa informasi yang dimuat dalam pernyataan penawaran tender tidak benar atau menyesatkan, maka yang bersangkutan wajib membuat pernyataan yang mengandung keberatan atau bantahan informasi tersebut sebagaimana diatur dalam Peraturan No.IX.F.3 tentang pedoman bentuk dan isi pernyataan perusahaan sasaran dan pihak lainnya sehubungan dengan penawaran tender, dan kewajiban untuk mengumumkannya. Untuk melindungi kepentingan pemegang saham , dalam ketentuan tersebut diatur bahwa harga penawaran tender harus lebih tinggi dari harga penawaran tertinggi yang pernah diajukannya dalam waktu 180 hari atau harga tertinggi efek tersebut di bursa efek dalam waktu 90 hari sejak pengumuman tender. Dalam peraturan ini juga diatur mengenai kewajiban mengungkapkan kepemilikan saham oleh pemegang saham yang mengakibatkan pengendalian.


(32)

Pasal 95 sampai dengan Pasal 99 Undang-Undang Pasar Modal beserta peraturan pelakasanya jelas mengatur tentang transaksi perdagangan orang dalam yang pada intinya dilarang.

Bapepam selaku otoritas pasar modal Indonesia telah menerbitkan serangkaian peraturan yang memilki korelasi yang kuat dengan corporate governance. Usaha yang telah dilakukan Bapepam dalam rangka meningkatkan corporate governance antara lain dan perbaikan peraturan berupa;168

1. Peraturan yang mensayaratkan perusahaan publik untuk mempunyai direktur independen dan komisaris independen;

2. Pengaturan mengenai metode pemungutan suara di antara para pemegang saham perusahaan public pada saat melaksanakan RUPS

3. Pengaturan komprehensif tentang pertanggungjawaban direksi dan Komite audit independen berkaitan dengan laporan keuangan dan pengenaan sanksi bagi yang melanggarnya;

4. Pengaturan mengenai disclosure atau keterbukaan terhadap transaksi pihak-pihak yang berkaitan.

Sehingga keberadaan organ tambahan dalam perusahaan terbuka merupakan bentuk konkret dari pelaksanaan prinsip keterbukaan. Fungsi utama dari komite audit membantu dewan komisaris untuk melaksanakan pengawasan yang intensif terhadap kinerja perusahaan. Auditing yang dilakukan komite audit meliputi tidak hanya laporan keuangan perusahaan,, termasuk memeriksa ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan, risiko-risiko yang dialami perusahaan dalam manajemen,

168


(33)

menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi perusahaan dan sebagainya. Untuk menindaklanjuti peraturan IX.I.5 ini, Bapepam mengeluarkan Surat Edaran Nomor :IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.169

Pentingnya prinsip keterbukaan dalam pasar modal, juga telah ditekankan oleh hasil studi International Federation Of Stock Exchanges (FIBV) pada tahun 1998. Disebutkan dalam rangka menuju milenium ketiga orientasi pengembangan pasar modal dunia adalah menciptakan pasar modal-pasar modal yang likuid dan efisien. Untuk mewujudkan kondisi tersebut, pasar modal dimana-mana cenderung meningkatkan hal-hal yang antara lain terkait dengan keterbukaan. Perlu diingat, berkembangnya suatu pasar modal sangat tergantung pada kemampuan lembaga-lembaga yang ada di pasar modal tersebut untuk memberikan keamanan investasi dan kualitas yang tinggi.Keamanan dan kualitas jasa yang tinggi diperlukan untuk memberikan keamanan investasi dan kualitas pelayanan tinggi.Keamanan dan kualitas jasa yang tinggi diperlukan untuk menarik sumber daya domestik untuk terlibat di pasar modal dan juga merupakan tuntutan dari investor internasional. Hasil riset International Organization Of Securities Comissions (IOSCO), mengungkapkan bahwa pasar modal yang mengembangkan sistem yang aman dan efisien terbukti lebih menarik bagi investor domestik maupun asing.

B. Tujuan Prinsip Keterbukaan dalam Pasar Modal

170

Pemahaman pembenaran prinsip keterbukaan tersebut, dapat diikuti pengamatan Coffee tentang perlunya sistim keterbukaan wajib.Teori yang lebih sederhana dapat

169

Ibid hal 125. 170


(34)

menjalaskan bagaimana sistim keterbukaan di fokuskan. Jawaban ini menghasilkan empat tuntutan yaitu;171

1. Karena informasi memilki berbagai karakteristik dari suatu barang umum (public good), maka penelitian saham cenderung kurang tersedia. Kurangnya ketersediaan tersebut berarti bahwa informasi yang diberikan emiten tidak dapat diverifikasi secara optimal dan bahwa kurangnya upaya dilakukan terhadap pencarian informasi materiel dari sumber emiten. Sistim keterbukaan wajib dapat dilihat sebagai suatu strategi pengurangan biaya dengan konsekuensi masyarakat mensubsidi biaya pencarian guna menjamin adanya informasi dalam jumlah besar dan pengujian akurasi yang lebih baik. Walaupun hasil akhir dari peningkatan uapaya yang demikian secara signifikan tidak mempengaruhi keseimbangan dari keuntungan (advantage) antara penjual dan pembeli, atau bahkan tujuan dari distributive fairness yang lebih umum, namun hal itu mampu meningkatkan alokasi efiseiensi dari pasar modal dan pada akhirnya peningkatan tersebut menunjukkan suatu perekonomian yang lebih produktif.

2. Ada dasar substansial untuk dipercaya bahwa ketidakefisienan yang lebih besar akan terjadi tanpa sistem keterbukaan yang wajib karena biaya sosial yang berlebih akan dikeluarkan investor untuk mengejar laba perdagangan. Sebaliknya pengkolektipan dapat mengurangi social waste yang timbul dari alokasi sumber daya ekonomi untuk mencapai tujuan ini.

3. Teori “self-Induced disclosure” yang sekarang popular di antara para teoritisi perusahaan dan sebagaimana diyakini oleh Eastbrook dan Fischel, hanya memiliki

171


(35)

validitas terbatas. Suatu kelemahan khusus dalam teori tersebut adalah bahwa teori tersebut mengabaikan signifikan dari control perusahaan dan terlalu banyak menganggap bahwa kepentingan manajer dan pemegang saham dapat diluruskan secara sempurna. Pada kenyataannya, prasyarat besar yang ditentukan oleh para teoritis ini, diperlukan untuk efektifnya sistim keterbukaan sukarela (disclosure voluntary system) sepertinya tidak memuaskan. Walaupun manajemen dapat dipengaruhi melalui incentive contract device untuk mengidentifikasi kepentingan diri sendiri dengan maksimalisasi nilai saham, namun manajemen masih memiliki kepentingan dalam mengakuisisi penyertaan pemegang saham pada suatu harga diskon, sedikitnya sepanjang manajemen masih dapat melakukan insider trading atau leveraged buyouts. Karena insentif bagi keduanya mungkin masih kuat, maka masalah akan muncul karena manajemen mendapat keuntungan dengan memberikan sinyal salah terhadap pasar.

4. Dalam pasar modal yang efisien, masih ada informasi lain yang dibutuhkan investor rasional untuk mengoptimalkan portofolio sahamnya. Informasi yang demikian sangat baik diberikan melalui sistim keterbukaan wajib.

Pengamatan coffee tentang perlunya mempertahankan sistem keterbukaan wajib tersebut dapat dijadikan sebagai dasar penerapan prinsip keterbukaan bagi emiten atau perusahaan publik.Gunanya untuk mengatur pemberian informasi mengenai keadaan keuangan dan informasi lainnya kepada investor. Dengan perkataan lain, tujuan yang ingin dicapai ketentuan ini adalah untuk menghasilkan dokumen yang menceritakan


(36)

kepada pembeli prospektif, mengenai berbagai hal yang seharusnya diketahui oleh pembeli tersebut sebelum ia membeli suatu saham.172

Sedikitnya terdapat tiga tujuan ditegakkannya prinsip keterbukaan di pasar modal.Pertama yaitu menjaga kepercayaan investor.Pelaksanaan prinsip keterbukaan guna meningkatkan kepercayaan investor atau publik terhadap pasar modal sangat penting untuk diperhatikan.Karena apabila terjadi “krisis kepercayaan” atau “ketidakpercayaan” investor kepada pasar modal dan perekonomian, maka investor menarik modal mereka dari pasar. Akibatnya pasar dan perekonomian akan rusak secara keseluruhan.173

Tujuan penegakan prinsip keterbukaan untuk menjaga kepercayaan investor sangat relevan ketika munculnya ketidkapercayaan publik terhadap pasar modal, yang pada gilirannya mengakibatkan pelarian modal (capital flight) secara besar-beasaran dan seterusnya dapat mengakibatkan kehancuran pasar modal (bursa saham). Sebab ketiadaan keterbukaaan atau ketutupan informasi akan menimbulkan ketidakpastian bagi investor. Akibatnya investor sulit untuk mengambil keputusannya untuk berinvestasi melalui pasar modal.Hal ini sesuai dengan pendapat, bahwa apabila makin jelas informasi perusahaan, maka keinginan investor untuk berinvestasi semakin tinggi.Sebaliknya ketiadaan atau ketutuapan informasi dapat menimbulkan keragu-raguan investor untuk berinvestasi.174

Dapat dipahami bahwa tujuan prinsip keterbukaan untuk menjaga kepercayaan investor dalam pasar modal merupakan suatu hal yang penting.Keadaan ketidakpercayaan investor terhadap pasar modal pernah terjadi di Amerika Serikat,

172

Ibid hal 29. 173

Ibid hal 31. 174


(37)

tepatnya pada tahun 1929-1934, yang mengakibatkan investor melarikan modalnya dari pasar modal Amerika Serikat.175

Tujuan prinsip keterbukaan kedua, adalah menciptakan pasar yang efisien, menurut Coffee pasar yang efisien berkaitan dengan sistim keterbukaan wajib.Sisitm keterbukaaan wajib berusaha menyediakan informasi teknis bagi analis saham dan profesional pasar.Hal ini wajar karena mereka merupakan daya penggerak pasar yang efisien.Di samping untuk menyediakan informasi teknis bagi analis saham dan profesional pasar, coffee mengatakan bahwa sistem keterbukaan wajib berkaitan dengan investor individu.Menurutnya, keterbukaan dilakukan secara terinci bagi investor individu mempengaruhi analisis fundamental terhadap penilaian suatu tingkat risiko portofolio.176

Suatu pasar yang efisien seluruh informasi publik yang disampaikan secara cepat dan penuh direfleksikan terhadap harga saham.Sebagai contoh, pengumuman tentang keuntungan merupakan suatu informasi yang sangat bernilai.Apabila pasar suatu saham tertentu tidak efisien, maka umpamanya pengumuman keuntungan tidak serta merta segera terrefleksi pada harga saham. Mengukur efisiensi harga saham suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara menganalisa reaksi terhadap harga saham setelah pengumuman tentang keuntungan tersebut. Misalnya, dua perusahaan A dan B mengumumkan keuntungan dengan komponen dan asumsi yang sama. Kalau pengumuman perusahaan A mengakibatkan suatu perusahahaan harga yang besar dan

175

Ibid hal 32. 176


(38)

pengumuman perusahaan B tidak mengakibatkan perubahan harga, maka dapat disimpulakan harga saham perusahaan B adalah tidak efisien.177

Tujuan pelaksanaan prinsip keterbukaan untuk membantu menetapkan harga pasar yang akurat, relevan dengan kebutuhan investor canggih atau profesioanal (sophisticated investor) yang memerlukan informasi untuk keputusan investasi.Karena dalam pasar modal yang modern harga saham tidak ditentukan oleh investor-investor individual amatir atau investor biasa (average investor), tetapi oleh investor profesional. Dalam hal ini, tidaklah penting apakah investor biasa mengerti atau tidak mengerti tentang informasi yang disampaikan. Yang utama adalah informasi itu harus diinformasikan tanpa memperhatikan siapa yanhg memperolehnya lebih dahulu.178

Tujuan prinsip keterbukaan ketiga adalah perlindungan terhadap investor.Tidak berlebihan apabila undang-undang pasar modal suatu negara termasuk Indonesia mewajibkan prinsip keterbukaan, walaupun negara tersebut telah mempunyai ketentuan anti fraud sebagaiman diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).Anti fraud yang diatur dalam KUHP tidak memadai atau tidak efektif untuk memberikan jaminan hukum bagi investor di pasar modal.KUHP tidak memuat pengaturan keterbukaan wajib, dan tidak mengatur secara spesifik tentang penipuan atau perbuatan curang dalam transaksi saksi saham.179

Di sisi lain, jika anti fraud dalam transaksi saham dikaji dari ketentuan perjanjian yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), maka pengaturannya juga terlihat masih bersifat umum dan belum optimal untuk digunakan sebagai anti fraud dalam transaksi saham. Apabila dalam perjanjian pembelian saham

177

Ibid hal 58. 178

Ibid hal 64. 179


(39)

oleh investor, terdapat penipuan dalam bentuk perbuatan yang menyesatkan, misalnya misrepresentation informasi, maka perlindungan investor tersebut dilihat dari sisi ketentuan perjanjian sebagaimana diatur dalam KUH Perdata hanya sebatas pembatalan perjanjian transaksi saham. Pembatalan perjanjian itu dikaitkan dengan ketentuan unsur “kesepakatan” sebagai salah satu syarat sah nya suatu perjanjian sebagamaimana diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata.Alasannya pada saat investor membuat kesepakatan telah terdapat penipuan yang pada akhirnya menimbulkan kesesatan.Artinya, penipuan yang dilakukan salah satu pihak menimbulkan kesesatan pihak lainnya dalam pemberian kesepakatan perjanjian, sehingga dapat mengakibatkan pembatalan perjanjian.Oleh sebab itu, perjanjian harus bebas dari bentuk penipuan.Apabila kesepekatan perjanjian diperoleh disertai dengan penipuan, maka perjanjian itu mempunyai “cacat kehendak,” dan hal inilah yang membuat perjanjian itu dapat dibatalkan.180

Keterbukaan wajib harus ditegakkan sesuai dengan peraturan pasar modal yang mengatur keterbukaan harus dilaksanakan dengan prinsip ketinggian derajat akurasi informasi dan derajat kelengkapan informasi secara fair. Sebaliknya peraturan pasar modal melarang penipuan atas pemberian informasi yang salah kebenaran yang tidak lengkap dan diam sama sekali terhadap informasi. Pelarangan terhadap pemberian informasi yang tidak akurat tersebut bertujuan agar informasi tidak menyesatkan investor dan tidak merusak harga saham.Harga saham yang akurat berkaitan dengan keakuratan informasi yang diterima investor pada saat pengambilan keputusan dalam perdagangan saham.181

180

Ibid hal 66. 181


(40)

Secara umum dalam pelaksanaan kegiatan pasar modal, sangat diperlukan prinsip keterbukaan ini mengingat peran serta publik pada dunia usaha mendapat tempatnya di dalam industri pasar modal, karena perusahaan-perusahaan yang telah go public mendapatkan dananya dari masyarakat. Walaupun pengendali perusahaan biasanya masih tetap dipegang oleh segelintir orang, kepentingan masyarakat tetap merupakan bagian integral yang harus dipenuhi, mengingat mereka juga merupakan stakeholder dari perusahaan.182

1. Prinsip keterbukaan harus benar-benar diimplementasikan, terutama pada saat perusahaan melakukan penawaran sahamnya kepada publik. Hal ini penting karena masyarakat biasanya merupakan orang-orang awam yang belum tentu menguasai bidang pasar modal. Oleh karena itu, informasi yang akan diberikan harus dalam bentuk yang sederhana dan mudah dimengerti. Dalam kaitannya dengan informasi tersebut, maka yang terutama harus diberitahukan adalah bagaimana penggunaan Ada beberapa peranan yang dapat dilakukan masyarakat, menjadi pemegang saham perusahaan publik atau emiten, atau menjadi konsumen yang menggunakan produk barang dan jasa dari suatu perusahaan. Pada saat berbicara tentang keterlibatan masyarakat sebagai pemegang saham perusahaan publik, pembicaraan akan difokuskan pada kepentingan pada pemegang saham minoritas. Prinsip-prinsip GCG yang harus diimplementasikan tidaklah jauh berbeda dengan prinsip GCG yang diterapkan bagi para pemegang saham. Akan tetapi, ada beberapa tambahan yang harus dipenuhi berkaitan dengan pemenuhan kepentingan masyarakat ini yaitu;

182


(41)

dana yang sudah dikumpulkan dari masyarakat, mengingat dana tersebut tidak boleh diselewengkan untuk kepentingan oknum-oknum perusahaan.

2. Prinsip keterbukaan juga memilki korelasi yang kuat dengan pemberian informasi material yang harus segera dilaporkan kepada masyarakat. Contoh-contoh kasus mancanegara seperti Enron Corp dan Daimler-Chrysler, serta kasus dalam negeri seperti Lippo Bank, Bank Pikko dan sebagainya merupakan contoh konkret dari perusahaan yang menyebabkan kerugaian besar pada masyarakat pemegang sahamnya dan akibat tidak menerapkan prinsip keterbukaan. Masyarakat berhak mengetahui bagaimana kondisi perusahaan secara lugas dan jelas, karena masyarakat berhak untuk memperoleh keamanan dana yang telah diinvestasikan dalam suatu perusahaan. Jika informasi tidak diberikan, tentunya mereka juga akan mengalami kerugian yang tidak sedikit.

3. Selain itu, pelaksanaan GCG menyebabkan opini pemegang saham publik menjadi sangat penting untuk didengarkan. Komunikasi yang intensif antara manajemen perusahaan dengan para pemegang saham dapat memberikan bantuan informasi sekunder yang berguna untuk memajukan perusahaan itu sendiri. Adanya kesempatan pemberian opini bukanlah berarti bahwa kemudian perusahaan akan terganggu stabilitasnya karena diharuskan untuk senantiasa memerhatikan pendapat para pemegang saham. Prinsip GCG tidak berbicara tentang kekuasaan, melainkan berbicara mengenai langkah yang harus diambil untuk menghasilkan keputusan-keputusan perusahaan yang efektif dan efisien.183

183


(42)

C. Keterbukaan Informasi Fakta Materiel

Para investor, khususnya investor profesional dan investor institusional selalu aktif mengumpulkan berbagai informasi dan memanfaatkannya untuk memahami harga-harga saham yang ditawarkan dalam pasar perdana maupun para sekunder.Informasi yang dikumpulkan adalah informasi yang mengandung fakta materiel. Pasal 1 butir 7 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal menyatakan:184

“informasi atau fakta materiel yang dapat diperkirakan dapat mempengaruhi efek atau keputusan investasi pemodal, antara lain hal-hal sebagai berikut:

“ informasi atau fakta materiel adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada bursa efek dan atau keputusan pemodal,calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.”

Selanjutnya Keputusan Bapepam Nomor: Kep-86/PM/1996 dan Peraturan Nomor X.K1 menyatakan:

185

1. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau pembentukan usaha patungan;

2. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham; 3. Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya; 4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting; 5. Produk atau penemuan baru yang berarti;

6. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen; 7. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran efek yang bersifat utang;

184

Bismar Nasution, Op.cit, hal 75.

185


(43)

8. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang material jumlahnya;

9. Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva material; 10. Perselisihan tenaga kerja yang relative penting;

11. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur dan komisaris perusahaan;

12. Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain; 13. Penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan;

14. Penggantian walia amanat;

15. Perubahan tahun fiscal perusahaan.

Penentuan fakta materiel dalam Undang-Undang Pasar Modal Indonesia tersebut mirip dengan pendapat pengadilan dalam List v. Fashion Park, Inc, 340 F.2d 457 (2d Cir.1965) yang menyatakan bahwa “fakta materiel adalah meliputi fakta-fakta yang secara rasional dan objektif mempengaruhi nilai saham perusahaan.”Namun, pendapat pengadilan dalam kasus List berkenaan dengan fakta materiel itu tidak diikuti lagi oleh pengadilan berikutnya.Sekarang ini, pengadilan di Amerika Serikat telah mengembangkan konsep baru penentuan fakta materiel. Perkembangan penentuan fakta materiel di Amerika Serikat tersebut dapat dilihat dari penentuan pada tiga pendapat pengadilan yang berkaitan satu sama lain.186

Pertama, standar penentuan fakta materiel yang disahkan pengadilan melalui SEC v. Texas Gulf Sulphur, 401 F.2d 833 (2d.Cir.1968), bahwa standar penentuan fakta materiel adalah didasarkan pada test “kemungkinan/ukuran” (“probability/magnitude”)

186


(44)

fakta meteriel atas informasi yang biasa berpengaruh kuat pada kemungkinan perusahaan di masa mendatang. Dalam hal ini faktor kemungkinan merupakan suatu elemen dari penentuan fakta meteriel tersebut.187

Dengan demikian untuk menentukan fakta merupakan materiel menurut test tersebut adalah tergantung pada keseimbangan indikasi kemungkinan bahwa suatu peristiwa akan terjadi dan antisipasi ukuran dari peristiwa berdasarkan totalitas kegiatan perusahaan. Di samping itu, pengadilan dalam kasus Texas Gulf Sulphur tersebut membuat kesimpulan bahwa pengetahuan tentang hasil penemuan mungkin penting terhadap investor yang rasional dan mungkin telah mempengaruhi harga saham.188

Kedua, standar penentuan fakta materiel yang disahkan pengadilan melalui TSC Industries, Inc v Northway, 426 U.S.438 (1976). Pengadilan dalam kasus Northway menyatakan bahwa penentuan fakta materiel dalam kasus ini menggunakan pendekatan “Standar Resonable Shareholder” sejalan dengan pendapat bahwa sesuatu yang menentukan fakta meteriel sangat tergantung dari tanggapan investor potensil atau pemegang saham institusional yang rasional, sebagaimana dinyatakan dalam Mills v. Electric Autolite, 396 U.S 375 (1970). Menguji sesuatu yang menjadi penentuan fakta materiel adalah ditentukan oleh pertimbangan yang matang untuk kepentingan pemegang saham rasional.189

Ketiga, standar penentuan fakta meteriel yang disahkan pengadilan melalui Basic, Inc v. Levinsion, 485 U.S 224 (1998), bahwa standar fakta materiel yang ditetapkan berdasarkan suatu fact-specifik-case-by-case yang bersumber dari keputusan pengadilan dalam kasus Northway dan kasus Texas Gulf Sulphur di muka pengadilan dalam kasus

187

Ibid hal 76. 188

Ibid hal 78. 189


(45)

Basic berpendapat bahwa suatu penipuan materiel dilihat apakah pernyataan mempengaruhi keputusan investor yang rasional untuk berinvestasi.sebab berdasarkan fraud-on-the market theory suatu pernyataan dikatakan menyesatkan hanya apabila pernytaan tersebut dapat membelokkan keputusan investor profesional untuk berinvestasi.190

Kepercayaan investor rasional terhadap sesuatu informasi yang dapat mempengaruhi harga, termasuk dalam kategori materiel.Berdasarkan ini, fakta materiel mencakup seluruh faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham yang dipercaya investor dapat mempengaruhi harga saham.Ukuran penentuan fakta materiel berdasarkan kepercayaan ini menjadi test, sekaligus memperkaya ketentuan terminolgi fakta materiel.191

Pendekatan terhadap bebrapa ukuran fakta materiel yang lahir dari penentuan dari pendapat pengadilan melalui ketiga kasus di muka, dapat dipakai sebagai bahan untuk penentuan fakta meteriel dalam rangka penyempurnaan peraturan prinsip keterbukaan yang berlaku di pasar modal di Indonesia.Pendekatan tersebut penting karena dalam peraturan pasar modal yang berlaku sekarang di Indonesia disebutkan bahwa fakta materiel ditentukan oleh sesuatu yang dapat mempengaruhi investor untuk melakukan investasi tanpa membuat kualifikasi bobot investor dan unsur “kepercayaan investor”.192

Keterbukaan informasi merupakan salah satu karakteristik khusus yang dikenal dalam bidang pasar modal. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mengamanatkan agar emiten dan atau perusahaan publik senantiasa menjalankan prinsip keterbukaan, yang diimplementasikan melalui penyampaian informasi atau fakta materiel terkait usaha atau efeknya. Dalam perjalanannya emiten dan atau perusahaan

190

Ibid hal 80. 191

Ibid hal 83. 192


(46)

publik pasti melakukan bentuk aksi korporasi (Corporate Action), baik berupa pembagian deviden, penerbitan saham bonus, dan lain sebagainya.Bapepam LK dan Bursa Efek telah mengatur agar dalam menjalankan aksi korporasinya emiten dan atau perusahaan publik tetap memperhatikan prinsip keterbukaan guna mencegah adanya kerugian bagi pemangku kepentingan.193

Sehingga dalam hal penyampaian informasi yang merupakan fakta materiel sangat diperlukan keterbukaan informasi untuk menjamin kepercayaan investor yang terdiri dari beberapa jenis-jenis informasi yaitu;194

1. Keterbukaan informasi bagi pemegang saham tertentu yang diatur dalam peraturan Bapepam LK No.X.M.1, yang pada pokoknya mengatur direktur atau komisaris emiten atau perusahaan publik wajib melaporkan kepada Bapepam atas kepemilikannya atas perusahaan tersebut selambat-lambatnya dalam waktu 10 (sepuluh) hari sejak terjadinya transaksi. Dan kewajiban tersebut juga berlaku bagi setiap pihak yang memiliki 5% (lima perseratus) atau lebih saham disetor. Selanjutnya kedua laporan sebagaimana disebutkan tersebut sekurang-kurangnya meliputi;

a. Nama, tempat tinggal dan kewarganegaraan; b. Jumlah saham yang dibeli atau dijual; c. Harga pembelian dan penjualan persaham; d. Tanggal transaksi; dan

193

Alexander Lay Dkk, Ikhtisar Ketentuan Pasar Modal, (Jakarta: The Indonesia Netherland Legal Reform Program (NLRP), 2010), hal 1033.

194

Erlangga Kurniawan, Keterbukaan di Pasar Modal, dikutip dari


(47)

e. Tujuan transaksi.

2. Keterbukaan informasi bagi emiten atau perusahaan publik yang dimohonkan pernyataan pailit, diatur dalam peraturan Bapepam LK. No.X.K.5, emiten atau perusahaan publik yang gagal atau tidak mampu menghindari kegagalan untuk membayar kewajibannya terhadap pemberi pinjaman yang tidak terafiliasi, maka emiten atau perusahaan publik wajib menyampaikan laporan mengenai hal tersebut kepada Bapepam dan Bursa Efek dimana efek emiten perusahaan publik tercatat secepat mungkin, paling lambat akhir hari kerja ke-2 (kedua) sejak emiten atau perusahaan publik mengalami kegagalan atau mengetahui ketidakmampuan menghindari kegagalan dimaksud. Kemudian laporan tersebut memuat antara lain rincian mengenai pinjaman termasuk jumlah pokok dan bunga, jangka waktu pinjaman, nama pemberi pinjaman, penggunaan pinjaman dan alasan kegagalan atau ketidakmampuan menghindari kegagalan. Dan kewajiban administrasi lainnya. 3. Keterbukaan informasi mengenai biaya penawaran umum diatur dalam surat edaran

Bapepam LK No.SE-05/BL/2006, yang mengatur tentang informasi biaya dikeluarkan oleh emiten atau dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum, baik pada prospektus maupun laporan realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum agar diungkapkan rincian masing-masing biaya yang dikeluarkan dalam rangka pelaksanaan penawaran umum, baik dalam presentase (%) tertentu dan atau nilai angka (denominasi mata uang), yang antara lain meliputi biaya jasa yaitu, jasa pinjaman, jasa penyelenggaraan, jasa penjualan, jasa profesi penunjang pasar modal, jasa lembaga penunjang pasar modal dan jasa konsultasi keuangan. Dalam hal terjadi perbedaan informasi dalam prospektus maupun prospektus ringkas


(48)

dengan informasi yang diungkapkan dalam laporan realisasi penggunaan dana hasil penwaran umum maka waib ditambahkan penjelasan penyebab perbedaan informasi tersebut.

4. Aspek keterbukaan informasi

a. Kewajiban pelaporan secara berkala

1) Dasar hukum penyampaian laporan keuangan berkala diatur dalam peraturan nomor X.K.2 yang isinya mencakup laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan tengah tahunan. Dan mengenai laporan keuangan ditentukan sebagai berikut;

a) Memenuhi unsur laporan keuangan dan disusun sesuai standard akuntansi yang berlaku umum.

b) Wajib disajikan secara perbandingan dengan periode yang sama. c) Wajib disajikan dalam bahasa Indonesia.

d) Wajib disertai dengan opini akuntan.

e) Wajib disampaikan sebanyak 4 eksemplar dengan minimal 1 bentuk asli. f) Paling lambat akhir bulan ketiga setelah tanggal lapooran keuangan

tahunan, dengan ketentuan jika batas akhir penyampaian jatuh pada hari libur maka waib disampaikan pada hari kerja sebelumnya.

g) Dalam hal emiten telah menyampaikan laporan tahunan sebelum batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan, maka tidak diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan.


(49)

h) Kemudian laporan keuangan tahunan telah ditentukan waktunya paling lambat akhir bulan kedua pertama setelah tanggal laporan keuangan tengah tahunan, jika tidak disertai laporan akuntan

i) Paling lambat akhir bulan ke-2 setelah tanggal laporan keuangan tengah tahunan, jika disertai laporan akuntan dalam rangka penelahaan terbatas. j) Paling lambat akhir bulan ke-3 setelah tanggal laporan keuangan tengah

tahunan, jika disertai laporan akuntan yang memberikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.

2) Laporan realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum diatur dalam Peraturan Nomor X.K.4 dengan waktu penyampaian secara berkala setiap 3 bulan, dan penyampaian paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya. Bentuk dan isi laporan disusun sesuai formulir X.K.4.1. Kemudian mengenai perubahan penggunaan dana hasil emisi, wajib dilaporkan terlebih dahulu kepada Bapepam dan LK harus mendapat persetujuan pemegang saham atau pemegang obligasi dan wali amanat. Selanjutnya realisasi penggunanaan dana hasil emisi wajib dipertanggungjawabkan dan dilaporkan dalam RUPS. 3) Kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan publik

diatur dalam Peraturan Nomor X.K.6. Laporan tahunan wajib disampaikan sebanyak 4 eksemplar dengan minimal 1 dalam bentuk asli dan laporan tahunan dalam bentuk asli wajib ditandatangani secara langsung oleh direksi dan komisaris untuk kemudian wajib disampaikan sebanyak 6 eksemplar dengan minimal 1 dalam bentuk asli dalam hal penyampaiannya sebelum batas tanggal penyampaian LKT. Waktu penyampaian laporan ini paling


(50)

lambat 4 bulan setelah tahun buku terakhir, atau pada saat laporan tahunan tersedia untuk pemegang saham dalam rangka RUPS ( pada saat panggilan RUPS). Mengenai isi dan bentuk laporan telah diatur dengan ketentuan sebagai berikut.

a) Wajib disajikan dalam bahasa Indonesia,

b) Wajib dicetak pada kertas berwarna terang dan berkualitas baik dengan ukuran 21x30 cm.

c) Wajib memuat rincian atas: atas ikhtisar data keuangan penting laporan dewan komisaris, laporan direksi, profil perusahaan, analisis dan pembahasan manajemen, tata kelola perusahaan, tanggung jawab direksi atas laporan keuangan, dan laporan keuangan yangtelah diaudit oleh akuntan.

d) Tanda tangan anggota direksi dan anggota dewan komisaris.

4) Tentang jangka waktu waktu penyampaian laporan keuangan secara berkala dan laporan tahunan bagi emiten perusahaan publik yang efeknya tercatat di bursa efek di Indonesia dan di bursa efek di negara lain diatur dalam Peraturan Nomor X.K.7. Merupakan pengecualian dari Peraturan Nomor X.K.2 dan Peraturan Nomor X.K.6 mengenai batas waktu penyampaian pelaporan oleh emiten yaitu dengan mengikuti ketentuan otoritas pasar modal di negara diaman saham emiten dicatatkan dan mengenai substansi informasi yang disampaikan dalam laporan berkala tetap wajib mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Nomor X.K.2 dan Peraturan X.K.6.


(51)

5) Tentang pemeringkatan atas efek bersifat utang diatur dalam Peraturan Nomor IX.C.11. Kewajiban melakukan pemeringkatan efek bersifat utang oleh emiten pada saat;

a) Menerbitkan efek bersifat utang melalui penawaran umum

b) Setiap tahun sampai dengan efek bersifat utang jatuh tempo dan dibayar lunas

c) Adanya fakta materiel atau peristiwa penting yang dapat mempengaruhi kemampuan emiten memenuhi kewajiban dan/atau mempegaruhi resiko yang dihadapi pemegang efek bersifat utang.

6) Waktu penyampaian ditentukan sebagai berikut :

a) Paling lambat 14 hari setelah masa berlaku hasil pemeringkatan efek kepada Bapepam-LK, wali amanat dan bursa efek, serta mengumumkan dalam 1 surat kabar berbahasa yang berperedaran nasional

b) Paling lambat 2 hari kerja sejak diterimanya hasil pemeringkatan baru, pernyataan dan pendapat lain terkait pemeringkatan karena adanya fakta materiel atau kejadian penting yang dapat mempengaruhi kemampuan emiten atau mempunyai resiko bagi pemegang efek bersifat hutang, emiten wajib menyampaikan kepada Bapepam-LK, wali amanat dan bursa efek dan mengumumkannya dalam 1 surat kabar berbahasa Indonesia yang berperedaran nasional.

c) Paling lambat 90 hari sebelum efek bersifat utang jatuh tempo, emiten wajib menyampaikan ke Bapepam-LK, wali amanat dan bursa efek dan mengumumkannya dalam1 surat kabar berbahasa Indonesia yang


(52)

berperedaran nasional, hasil pemeringkatan baru, pernyataan dan pendapat atas efek yang bersifat utang. Emiten wajib menyampaikan ke Bapepam-LK, wali amanat dan bursa efek dan mengumumkannya dalam 1 surat kabar berbahasa Indonesia yang berperedaran nasional.

d) Seluruh bukti pengumuman melalui surat kabar wajib disampaikan ke Bapepam-LK paling lambat 2 hari kera setelah pengumuman.

b. Kewajiban laporan insidentil

1) Tentang keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan kepada publik diatur dalam Peraturan No.X.K.1, dengan waktu penyampaian akhir hari kerja ke 2 setelah keputusan atau terdapatnya informasi atau fakta materiel yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek atau keputusan pemodal. Kemudian informasi atau efek materiel yang harus diumumkan adalah:

a) Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan atau pembentukan usaha patungan

b) Pemecahan saham atau pembagian dividen yang luar biasa sifatnya c) Perolehan atau kehilangan kontrak penting

d) Produk atau penemuan baru yang berarti

e) Perubahan pengendalian atau perubahan manajemen f) Pembelian kembali atau pembayaran efek bersifat utang g) Penjualan tambahan tambahan efek yang materiel jumlahnya h) Perselisihan tenaga kerja

i) Tuntutan hukum terhadap perusahaan, direktur dan/atau komisaris j) Mengajukan penawaran untuk membeli efek perusahaan lain


(1)

4. Bapak Ramli,S.H., M.Hum., sebagai sekretaris jurusan Departemen Hukum Ekonomi dan merupakan Dosen Hukum Ekonomi yang sederhana dan selalu berjiwa muda.

5. Prof.Dr.Bismar Nasution, SH, M.H, sebagai Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini dan menjadi orang tua sekaligus menjadi teladan dan sumbangsih beliau yang penulis gunakan menjadi sumber penulisan dalam skripsi ini.

6. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.hum., sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, bantuan ilmu serta masukan dalam penulisan skripsi ini.

7. Untuk semua dosen dan staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera yang telah memberikan banyak ilmu semoga Sang Kausa Prima tetap memberikan perlindungan atas ketulusan hati seluruh dosen khususnya dosen jurusan ekonomi 8. Untuk kedua orang tua ku tercinta Bapak K.Thomson Sianturi dan Ibu Rencana Br.

Sembiring yang tak pernah lelah mendoakan dan memberikan kasih sayang penuh tulus tanpa pamrih. Semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan dan perlindungan kepada kedua orang tuaku tercinta.

9. Untuk adek adek ku Elysa M Sianturi, Lucky Boy Sianturi, dan Doni Bastanta Sianturi semoga tercapai semua cita-cita kalian semua tetap rajin dan jangan sombong.

10. Untuk sahabat-sahabat ku stambuk 2010 yang selalu ada dalam masa-masa perkuliahan yang kita jalani bersama yang tak dapat ku sebut satu persatu


(2)

Reynaldo, Oris, Eduard, Henny, Martha,Anggi, Ryo, Priawan, Angga, Akbar, Kurnia, Tito, dan semua klend best yang ga bisa ku bilang satu persatu, kita jumpa di kesuksesan ya best makasih banyak semua.

11. Abng dan kakak ku stambuk 2007 yang mengenalkan pertama aku ke Fakultas Hukum USU ga ada habis nya waktu sama klend abng dan kakak ku, kak Debora Risma Naiborhu, kak Sabeth, Bg Kardo, Bg Kawasitho, Bg Ivan Geraldi, Bg Lincoln, Bg Terry, Bg Boris, Bg Udur, Bg Agus, Bg Howard dan semua abng abng 07.

12. Rekan-rekan juang di GMNI Komisariat Fakultas Hukum USU yang menempah dan memberi banyak warna dalam dunia mahasiswa penulis, terimakasih bung Udur, bung Rudi, bung Shias, bung Turedo, bung Dedi, bung Renius, bung Apul,bung HW, bung Tamado, bung Rendra, sarinah Rina, sarinah Fenny, sarinah Gadis, sarinah henny dan seluruh bung dan sarinah komisariat Fakultas Hukum USU semoga GMNI Jaya !!! dan Marhaen Menang!!!

13. Untuk kelompok kecil di KMK UP FH USU Elia Lorenna Purba, Nia Suhartati Silitonga, Kristian Mikael Damanik, Ivan dan Bg Nandes.

14. Kawan Kawan Ku Semua yang pernah mendukung LONDON ini pengalaman yang paling berharga buat penulis makasih semua yang pernah sama sama memperjuangkan perubahan karena jika tidak ada perubahan maka tidak ada perubahan.

15. Untuk seseorang yang memberikan semangat dan dorongan untuk menyelesaikan penulisa skrispi ini buat mu makasih ya Yosephine Mathilda Hutabarat.


(3)

Akhir kata penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca sekalian.

Medan, Oktober 2014


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAKS ... vii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 6

D. Keaslian Penulisan ... .... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Metode Penulisan ... 13

G. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II PENGHAPUSAN PAKSA (FORCED DELISTING) dalam PERATURAN-PERATURAN PASAR MODAL INDONESIA A.Pengertian dan Dasar Hukum Penghapusan Paksa (Forced Delisting) ... 19

B. Sejarah Penghapusan Paksa (Forced Delisting) ... 39

C.Alasan-Alasan Teradinya Penghapusan Paksa (Forced Delisting) ... 46

D. Proses Terjadinya Penghapusan Paksa (Forced Delisting) ... 55

BAB III PRINSIP KETERBUKAAN dalam FORCED DELISTING A.Pengertian dan Konsep Keterbukaan dalam Pasar Modal Di Indonesia ... 67

B. Tujuan Prinsip Keterbukaan dalam Pasar Modal ... 100

C.Keterbukaan Informasi Fakta Material ... 110

D.Keterbukaan dalam hal terjadinya Peghapusan Paksa (Forced Delisting) ... 125


(5)

BAB IV PERLINDUNGAN INVESTOR dalam hal Terjadinya FORCED DELISTING di PASAR MODAL

A.Tanggung jawab Emiten Terhadap dalam hal Terjadinya Forced Delisting... 136 B.Perlindungan Hukum bagi Investor dalam hal Terjadinya Forced Delisting

dikaitkan dengan prinsip keterbukaan ... 144 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... 156 B.Saran ... 158 DAFTAR PUSTAKA ... 159


(6)

ABSTRAK

ANALISIS YURIDIS PRINSIP KETERBUKAAN DALAM FORCED DELISTING DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995

TENTANG PASAR MODAL Lorenza Sianturi *) Bismar Nasution**) Mahmul Siregar***)

Investasi di pasar modal merupakan sumber keuangan yang dapat dimanfaatkan para pelaku usaha dalam rangka mendapatkan sumber pendanaan untuk melakukan ekspansi usaha dan bisnis yang lebih besar sekaligus untuk mendapatkan keuntungan perusahaan.Prinsip keterbukaan yang menjadi roh dari pasar modal itu sendiri memberikan banyak manfaat yang seharusnya menjadi bagian yang sangat penting untuk perusahaan publik seketika perusahaan itu telah melakukan perdagangan di saham di pasar modal. Tetapi investasi di pasar modal bukan tanpa resiko, peristiwa penghapusan paksa (forced delisting) sangat penting untuk dibahas bagaiamana pengaturan penghapusan paksa (forced delisting) dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal, bagaiaman prinsip keterbukaan dan perlindungan hukum yang diberikan kepada investor ketika terjadi penghapusan paksa.

Metode penulisan yang dipakai untuk menyusun skripsi ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan dari buku, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan makasud dan tujuan dari penulisan karya ilmiah ini.

Prinsip keterbukaan yang dimuat dalam Undang-Undang Nomor.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan kenyamanan bagi para investor dalam melakukan transaksi yang dilakukan oleh perusahaan publik di yang memperdagangkan saham di bursa efek. Penghapusan paksa (forced delisting) yang dilakukan oleh Otoritas Bursa seharusnya tetap menjaga prinsip keterbukaan sehingga hal ini dapat menjadi jaminan bagi investor.Upaya preventif juga harus dilakukan oleh otoritas bursa untuk menjaga kenyamanan dari para investor untuk sehingga kualitas dari emiten di pasar modal adalah jaminan pelaksanaan dari prinsip good corporate governance yang dapat meningkatkan upaya pembangunan ekonomi dari masyarakat dan mewujudkan pembangunan ekonomi lebih baik dari pemerintah.

Kata Kunci : Prinsip Keterbukaan, Penghapusan Paksa (Forced Delisting), Emiten, Investor

*) Mahasiswa

**) Dosen Pembimbing I ***) Dosen Pembimbng II