Keterbukaan dalam hal terjadinya Penghapusan Paksa Forced Delisting

D. Keterbukaan dalam hal terjadinya Penghapusan Paksa Forced Delisting

Perubahan kondisi ekonomi bisa memicu peningkatan jumlah perusahaan yang merasa bahwa mereka lebih untuk menjadi perusahaan tertutup dibandingkan menjadi peruasahaan publik. Secara umum kriteria yang dapat terjadi ketika akan dilakukan delisting oleh Bursa yaitu; 195 1. Selama 3 tahun berturut-turut menderita rugi atau terdapat saldo rugi sebesar 50 atau lebih dari modal disetor dalam neraca perusahaan pada tahun terakhir 2. Selama 3 tahun berturut-turut tidak membayar dividen tunai untuk saham 3. Melakukan tiga kali cedera janji wanprestasi terhadap obligasi 4. Jumlah modal sendiri kurang dari Rp.3 milliar 5. Jumlah pemegang saham kurang dari 100 pemodal orangbadan selama 3 bulan berturut-turut berdasarkan laporan bulanan emitenBAE 1 pemodal sekurang- kurangnya memilki satuan perdagangan500 saham 6. Laporan keuangan disusun tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan ketentuan yang ditetapkan Bapepam 7. Melanggar ketentuan bursa pada khususnya dan ketentuan pasar modal pada umumnya 8. Melakukan tindakan-tindakan yang melanggar kepentingan umum berdasarkan keputusan investasi berwenang 9. Emiten dilikuidasi baik karena merger, penggabungan, bangkrut, dibubarkan reksadana atau alasan lainnya 195 Dikutip dari http:wwwgroups.yahoo.comgroupsahammessage2511 diakses tanggal 21 Aguatus 2014. Universitas Sumatera Utara 10. Emiten dinyatakan pailit oleh pengadilan 11. Emiten menghadapi gugatanperkaraperistiwa yang secara materiel mempengaruhi kondisi dan kelangsungan hidup perusahaan 12. Khusus untuk emiten reksadana, NAV turun menjadi kurang dari 50 dari nilai perdana yang disebabkan kegiatan operasi. Penghapusan paksa yang merupakan peristiwa hukum yang umumnya menyangkut terhadap penilaian investor yang dapat mempengaruhi keputusan pemodal untuk melakakukan kegaitan di pasar modal.Sehingga peristiwa ini sudah seharusnya dimuatkan kepada publik secara transparan. Keterbukaan dalam proses terjadinya penghapusan paksa forced delistingsecara umum banyak menyangkut kondisi; 196 1. Pernyataan pendaftaran yang telah menjadi efektif dibatalkan atau dibekukan oleh Bapepam. 2. Perusahaan yang menggabungkan diri ke dalam perusahaan lain atau melakukan peleburan perusahaan. 3. Perusahaan dilikuidasi. 4. Diputuskan pailit oleh Pengadilan Niaga. 5. Dibekukan ijin usaha atau dicabut ijin usaha yang memberikan kontribusi pengajuanpendapatan umum. 6. Harga teoritis saham hasil tindakan pemecahan saham, penerbitan saham dan atau saham dividen, atau penerbitan Efek Bersifat Ekuitas selain saham kurang dari 20 x suatu perubahan harga fraksi. 196 Dikutip dari http:www,indoexchange.com diakses terkahir 21 Agustus 2014. Universitas Sumatera Utara 7. Laporan keuangan perusahaan tercatat memperoleh pendapatadverse pada tahun buku terkahir. 8. Tidak menyampaikan corporate plan dalam jangka waktu yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan huruf E.3e. 9. Mengalami kerugian usaha dan atau mengalami kerugian setelah pajak selama 4 empat tahun berturut-turut setelah tercatat di bursa. 10. Memilki ekuitas negatif selama 3 tiga tahun berturut-turut stelah tercatat di bursa. 11. Perdagangan saham dihentikan suspensi selam 12 dua belas bulan berturut-turut karena alasa apapun. 12. Tidak terjadi transaksi di pasar reguler selama 9 Sembilan bulan berturut-turut, tidak termasuk masa suspensi. 13. Harga rata-rata penutupan saham yang terjadi selama 3 tiga bulan berturut-turut kurang dari Rp.50-lima puluh rupiah. 14. Rata-rata volume transaksi di pasar reguler selama 12 dua belas bulan berturut- turut kurang dari 10.000 sepuluh ribu saham perbulan. 15. Jumlah saham yang dimilki oleh pemegang saham yang bukan merupakan pemegang saham pengendali minority shareholders kurang dari 5 lima perseratus dari modal disetor dan kurang dari 10.000.000 sepuluh juta saham dalam jangka waktu 6 enam bulan terakhir berturut-turut. 16. Jumlah pemegang saham yang memiliki sekurang-kurangnya 1 satu satuan perdagangan, kurang dari 100 seratus pemegang saham dalam jangka waktu 6 enam bulan terkahir berturut-turut. Universitas Sumatera Utara 17. Perusahaan tercatat tidak lagi memilki persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan huruf A.1.c dan A.1.g. 18. Perusahaan tercatat bidang usaha pertambangan tidak lagi mempunyai; a. Konsensi dan atau kontrak karya atau b. Kuasa penambangan atau surat izin penambangan daerah c. Jumlah cadangan deposit tidak lagi memenuhi kelayakan ekonomis atau d. Direktur yang memilki kemampuan teknis yang berpengalaman di bidang pertambangan sesuai dengan kegiatan usaha perusahaan selama 6 enam bulan berturut-turut. Berbagai peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam pasar modal mempersayaratkan perusahaan-perusahaan yang menawarkan saham mereka untuk dijual kepada publik harus menyatakan informasi dengan keterbukaan yang penuh, bersih dan benar.Namun, keterbukaan wajib tersebut banyak yang disalahgunakan pada awal abad ini. Ketidakterbukaan juga antara lain menyebabkan pasar modal Amerika Serikat ambruk seperti dikatakan oleh John Oliver Cunningham. 197 Konsep pengaturan terhadap prinsip keterbukaan ditentukan beberapa pengaturan tentang pengaturan mengenai prinsip keterbukaan terutama setelah perusahaan listing di pasar modal.Pengaturan yang berhubungan dengan laporan peristiwa fakta materiel yang dimuat dalam ketentuan Bapepam yang menetapkan batas waktu penyampaian fakta materiel kepada publik terlalu lama. 198 Pengaturan dalam konsep keterbukaan di pasar modal setelah listing juga dimuatkan dalam peraturan standard akuntansi yang dimuatkan Pasal 69 ayat 1 Undang- 197 Bismar Nasution, Op.Cit, hal 178. 198 Ibid hal 212. Universitas Sumatera Utara Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal yang menyatakan, “laporan keuangan yang disampaiakan kepada Bapepam wajib disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum”. Penjelasan pasal 69 ayat 1 tersebut menyebutkan, bahwa “prinsip akuntansi yang berlaku umum” adalah standar akuntansi keuangan yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dam praktik akuntansi lainnya yang lazim di pasar modal. 199 Pelaksanaan prinsip keterbukaan juga harus dilaksanakan dalam kondisi keuangan emiten.Pada tahap setelah listing terdapat kewajiban emiten untuk melaporkan kondisi keuangannya secara berkala periodic report, dan secara insidentil timely report.Laporan secara berkala tersebut disampaikan kepada Bapepam dan diumumkan kepada masyarakat. 200 Pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam hal terjadinya insider trading juga merupakan bagian yang menjadi pelaksanaan keterbukaan yang dihubungkan dengan terjadinya proses forced delisting yang dilakukan oleh bursa. Undang-undang Pasar Modal Indonesia telah mengatur ketentuan kategori insider di luar kategori traditional insider, seperti ketentuan kategori insider sementara “temporaryinsider”-“quasi insider”, yaitu orang-orang luar perusahaan yang mempunyai hubungan trust dan confidencedengan perusahaan atau mereka itu mempunyai hubungan kerja jangka pendek dengan perusahaan yang mengakibatkan fiduciary obligation mereka kepada perusahaan, misalnya dengan konsultan hukum, notaris, akuntan, penasehat investasi, 199 Ibid hal 217. 200 Ibid hal 229. Universitas Sumatera Utara dan underwriter. 201 Pelaksanaan konsep keterbukaan yang dilakukan ketika terjadi penghapusan paksa forced delisting juga sudah dirumuskan oleh FCGI, yaitu forum yang terdiri atas 10 asosiasi bisnis dan profesi terkemuka di Indonesia, bekerja sama dengan Asian Development Bank ADB dan Pricewaterhouse Coopers telah mengembangkan suatu Penilaian Mandiri self assessment sebagai alat untuk membantu perusahaan- perusahaan di Indonesia menilai sejauh mana pelaksanaan Good Corporate Governance-nya. Penilaian Mandiri berbentuk kuesioner tersebut dinamakan Corporate Governance Self Assesment Checklist dan telah dicetak dalam bentuk booklet.Alat tersebut berbentuk kuisioner yang dapat diisi oleh perusahaan.Selanjutnya, perusahaan tersebut memberikan penilaian atas skor secara objektif terhadap jawabannya.Melalui Sehingga pelanggaran terhadap hal ini akan membuat penghapusan paksa forced delisting yang akan dialami oleh emiten dari otoritas bursa. Sehingga dalam proses delisting yang dilakukan oleh Otoritas Bursa yang lazim disebut dengan penghapusan paksa forced delisting berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas jasa keuangan yang memberikan kewenangan terhadap OJK untuk melakukan penghapusan paksa. Ketika diibaratkan perusahaan maka OJK sudah seharusnya memberikan penjelasan dan keterbukaan informasi kepada publik ketika terjadi penghapusan paksa forced delisting dengan menjelaskan peristiwa peristiwa yang mengakibatkan emiten mengalami penghapusan paksa forced delisting dan ini merupakan bagian manajemen keterbukaan informasi yang dapat mempengaruhi konsumen. 201 Ibid hal 254. Universitas Sumatera Utara kuisioner tersebut, perusahaan dapat melaksanakan penilaian mandiri pada beberapa bidang GCG. 202 Terdapat beberapa hal yang dijadikan pembobotan dalam penilaian mandiri antara lain hak dari pemegang saham, kebijakan GCG, praktik GCG, pengungkapan disclousure, dan fungsi audit. Dengan mengetahui skor yang telah diperoleh dari kuisoner tersbut, perusahaan bersangkutan dapat mengetahui berapa besar keterbukaan, akuntabilitas, keadilan, dan pertanggung jawaban dari perusahaan bersangkutan. Dalam kuisioner dalam FCGI tersebut, pembobotan dilakukan pada 5 bidang yaitu; 203 1. Hak-hak pemegang saham 20 a. Melaksanakan RUPS tahunan dalam jangka waktu 6 bulan sesudah akhir tahun buku sesuai dengan Pasal 65 ayat 2 Undang-Undang Perseroan Terbatas. b. Menyampaikan kepada Pemegang Saham pemberitahuan mengenai RUPS tahunan minimal 28 hari sebelum pelaksanaan RUPS tersebut. c. Memberikan dorongan kepada para Pemegang Saham untuk menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya. d. Memberikan kesempatan yang memadai kepada bagi pemegang saham untuk mengajukan pertanyaan pada RUPS. 2. Kebijakan Corporate Governance 15 a. Memiliki kode atau pedoman corporate governance secara tertulis, yang secara jelas menjabarkan hak-hak pemegang saham, tugas dan tanggung jawab Direksi dan Komisaris. 202 Adrian Sutedi, Op.Cit hal 74. 203 Ibid hal 77. Universitas Sumatera Utara b. Menyediakan akses bagi masyarakat untuk mengetahui kebijakan perusahaan mengenai investor. c. Menentukan organ yang bertanggungjawab misalnya komisaris untuk memastikan bahwa perusahaan menaati kode corporate governance. d. Memilki code of conductethics bagi karyawannya. e. Aturan perilaku tersebut dikomunikasikan dan diimplementasikan dengan baik. 3. Praktik-praktik Corporate Governance 30 a. Direksi mengadakan pertemuan secara berkala secara teratur dengan komisaris. b. Terdapat rencana strategis dan rencana usaha yang memberikan arahan bagi direksi dan komisaris dalam menjalankan tugas dan fungsinya. c. Direksi dan komisaris mendaptkan pelatihan atau mempunyai latar belakang yang memadai untuk menunjang pelaksanaan pekerjaannya. d. Para anggota komisaris maupun direksi telah bebas dari benturan kepentingan conflict of interest. e. Ada sistem penilaian kerja untuk direksi maupun komisaris. 4. Pengungkapan Disclousure 20 a. Menyediakan akses yang sama bagi pemegang saham dan analisis keuangan. b. Memberikan penjelasan yang memadai dengan resiko usaha. c. Mengungkapkan remunerasikompensasi direksi dan komisaris secara memadai. d. Mengungkapkan transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Universitas Sumatera Utara e. Menyajikan hasil kinerja keuangannya dan analisis manajemen melalui internet. 5. Fungsi Audit 15 a. Mempunyai internal audit yang efektif. b. Diaudit oleh akuntan publik yang efektif. c. Memilki komite audtit yang efektif. d. Menciptakan komunikasi yang efektif antara internal audit, eksternal audit dan komite audit. Keseluruhan hal ini merupakan bagian dari pelaksanaan prinsip keterbukaan yang dapat dilakukan secara berjalan dalam hal terjadinya forced delisting sehingga ketika terjadinya penghapusan paksa maka informasi yang berisikan hal-hal yang dapat mempengaruhi kepercayaan publik terhadap investor. Kepercayaan yang diberikan investor ini berada pada proses yang harus dijalankan oleh emiten yang dibuat ketika emiten sudah terjadi dan mengalami syarat-syarat yang minimal suatu kondisi yang harus disampaikan kepada publik. ] Universitas Sumatera Utara BAB IV PERLINDUNGAN INVESTOR DALAM HAL TERJADINYA FORCED DELISTING DI PASAR MODAL

A. Tanggung Jawab Emiten Terhadap Investor dalam hal terjadinya Forced Delisting.