Hukum Islam Tindak Pidana

27 2 Delik Biasa bukan delik aduan, yakni semua tindak pidana yang penuntutannya tidak perlu menunggu adanya pengaduan dari korban atau dari keluarganya, contoh : pembunuhan dan penganiyaan. 18

2. Hukum Islam

Dalam hukum Islam ada dua istilah yang kerap digunakan untuk tindak pidana ini, jinayah dan jarimah. Dapat dikatakan bahwa kata “jinayah” yang digunakan para fuqaha adalah sama dengan istilah “jarimah”. 19 mengacu kepada hasil perbuatan seseorang. Biasanya, pengertian tersebut terbatas pada perbuatan yang dilarang. Dikalangan fuqaha, perkataan jinayah berarti perbuatan-perbuatan yang dilarang menurut Syara’. Meskipun demikian para fuqaha menggunakan istilah tersebut hanya untuk perbuatan-perbuatan yang mengancam keselamatan jiwa seperti, memukul, dan sebagainya. Selain itu terdapat fuqaha yang membatasi istilah jinayah kepada perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman hudud dan qishash tidak termasuk kepada perbuatan-perbuatan yang diancam dengan ta’zir. Istilah lain yang sepadan dengan istilah jinayah adalah jarimah, yaitu larangan-larangan Syara’ yang diancam Allah dengan hukuman had atau ta’zir. 20 18 Ibid., h. 94. 19 Santoso, Menggagas Hukum Pidana Islam, h. 132. 20 A.Zajuli, Fiqh JInayah Upaya Menganggulangi Kejahatan Dalam Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2001,h. 1. 28 Jarimah didefinisikan oleh Imam al-Mawardi sebagai segala larangan Syara’ melakukan hal-hal yang dilarang atau meninggalkan hal-hal yang diwajibkan yang diancam dengan hukuman had atau ta’zir. 21 Ada pula golongan fuqaha yang membatasi pemakaian kata-kata jarimah kepada jarimah hudud atau qishash saja. Dengan mengenyampingkan perbedaan pemakian kata-kata jarimah dikalangan fuqaha sama dengan kata-kata jarimah. 22 Para fuqaha mengartikan zina yaitu melakukan hubungan seksual dalam arti memasukan zakar kelamin pria kedalam vagina wanita yang dinyatakan haram, bukan karena subhat tetapi atas dasar syahwat. Dasar hukum dari jarimah zina yakni : ☺ ☺ ☺ ⌧ ⌧ ☺ 21 Ibid.,h.11. 22 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 2005,h.3. 29 Artinya : “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan akhirat, dan hendaklah pelaksanaan, hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang beriman”. Q.S : An-Nurr 24 :2 ⌧ ⌧ Artinya : “dan janganlah kamu mendekatii zina; sesungguhnyaq zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. Q.S al-isra 17 :32 Jarimah memiliki dua unsur yaitu : a. Unsur Umum Yakni unsur-unsur yang terdapat pada setiap jenis jarimah. 23 Yang termasuk dalam unsur umum ini yaitu : 1 Al-Rukn al-Syar’iy unsur hukum, yakni adanya nash yang melarang perbutan-perbuatan tertentu yang disertai ancaman hukuman atas perbutan-perrbuatan diatas. Unsur ini dikenal dengan istilah “unsur formal”. 2 Al-Rukn al-Madi unsur materil, yakni adanya unsur perbuatan yang membentuk jinayah, baik berupa melakukan perbuatan yang dilarang atau meninggalkan perbuatan yang diharuskan. 23 Dzajuli, Fiqh Jinayah., h. 12. 30 3 Al-Rukn al-Adabiy unsur budaya, yakni adanya pelaku kejahatan orang yang dapat menerima taklif, artinya pelaku kejahatan tadi adalah mukalaf , sehingga mereka dapat dituntut atas kejahatan yang mereka lakukan. 24 b. Unsur Khusus Yakni unsur yang terdapat pada suatu jarimah namun tidak terdapat pada jarimah lainnya. Contoh : mengambil harta orang lain secara diam- diam dari tempatnya dalam jarimah pencurian, atau menghilangkan nyawa manusia oleh manusia lainnya dalam jarimah pembunuhan. 25 Jarimah dapat berbeda penggolongannya, menurut perbedaan cara meninjaunya yakni dilihat dari : a. segi berat ringannya hukuman 1 Jarimah hudud, ialah jarimah yang diancamkan hukuman hudud, yakni hukuman yang telah ditentukan jenis dan jumlahnya serta menjadi hak Allah SWT. 26 Yang termasuk kedalam jarimah hudud yaitu : zina, qadzaf menuduh orang lain berbuat zina, meminum minuman keras, mencuri, merampok, murtad, pencurian dan pemberontak. 24 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam,h. 1-3 25 Ibid.,h. 12. 26 Maksud hak Allah ialah bahwa hukuman tersebut tidak bisa dihapuskan oleh perseorangan individu atau masyarakat, ibid. 31 2 Jarimah qishash atau diyat, ialah perbutan yang diancam hukuman qishash atau diyat. Keduanya merupakan hak individu 27 yang kadar jumlahnya telah ditentukan, yakni tidak memiliki batasan minimal atau maksimal. Yang termasuk kedalam jarimah qishash dan diyat yakni : pembunuhan sengaja, pembunuhan semi sengaja, pembunuhan karena ketidaksengajaan, penganiyaan sengaja, dan penganiyaan tidak sengaja. 3 Jarimah ta’zir, 28 ialah jarimah yang diancam dengan satu atau beberapa hukuman ta’zir. Jenis jarimah ta’zir tidak ditentukan banyaknya, sedang pada jarimah hudud atau qishash dan diyat sudah ditentukan. Yang termasuk jarimah ta’zir yakni : riba, suap, pencabulan, illegal loggin, human trafficking dan sebagainya. b. Niat si pembuatpelaku jarimah 1 Jarimah sengaja, si pembuatpelaku dengan sengaja melakukan perbutannya, sedang ia tahu bahwa perbuatannya itu dilarang salah. 2 Jarimah tidak sengaja. Sipembuatpelaku tidak sengaja melakukan perbutan yang dilarang, akan tetapi perbuatan tersebut sebagai akibat kekeliruannya, kekeliruan ada dua macam, yakni : 27 Maksud hak individu adalah seorang boleh membatalkan hukumannya tesebut dengan memaafkan si pelaku jika ia menghendaki. Ibid.,h. 100. 28 Ibid.,h. 100. 32 a Pembuat pelaku dengan sengaja melakukan perbuatan jarimah tetapi jarimah ini sama sekali tidak diniatkannya. b Pembuat pelaku tidak sengaja berbuat dan jarimah yang terjadi tidak diniatkannya sama sekali. 29 c. Segi mengerjakannya 1 Jarimah ijabiyyahpositif terjadi karena mengerjakan sesuatu perbuatan yang dilarang, seperti mencuri, zina, pembunuhan, memukul dan sebagainya. Jarimah ijabiyyah ini disebut juga delicta commisionis. 2 Jarimah salabiyyahnegative terjadi karena tidak mengerjakan sesuatu perbutan yang diperintahkan. Seperti mengeluarkan zakat. Disebut juga delicta omnisionis. 3 Jarimah commisionis per ommisionem commisa, contohnya yakni petugas LP sengaja tidak memberikan makan kepada narapidana yang selanjutnya menyebabkan kematian pada narapidana tersebut. 30 d. Segi waktu terungkapnya jarimah 1 Jarimah yang tertangkap basah, yakni jarimah yang terungkap pada saat jarimah itu dilakukan atau beberapa saat setelah jarimah tersebut dilakukan. 29 Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 11-12. 30 Ibid.,h 12-14. 33 2 Jarimah yang tidak tertangkap basah, yaitu jarimah yang tidak tertangkap pada saat jarimah tersebut dilakukan atau terungkapnya pelaku jarimah itu dalam waktu yang lama. 31 e. Segi cara melakukan jarimah 1 Jarimah tunggal al-Jarimah al-Basitah yakni jarimah yang dilakukan dengan satu perbuatan, seperti pencurian, meminum minuman keras, baik tindak pidana ini terjadi seketika tindak pidana temporal atau jarimah muaqqatah maupun yang dilakukan dengan cara terus menerus jarimah mustamirah. Jarimah hudud, qishash dan diyat termasuk kedalam kategori jarimah tunggal. 2 Jarimah berangkai, yakni jarimah yang dilakukan berulang- ulang berangkai. Jarimah itu sendiri tidak termasuk dalam kategori jarimah, tetapi berulang-ulangnya jarimah tersebut yang menjadikannya sebagai jarimah. Bentuk jarimah ini banyak terdapat dalam jarimah ta’zir. Dimana petunjuknya diperoleh dari nash yang mengharamkan perbutan tersebut. 32 f. Orang yang menjadi korban 1 Jarimah masyarakathaq Allah hak jama’ah, ialah suatu jarimah di mana hukuman terhadapnya dijatuhkan untuk 31 Abdul Qadir Audah, al-Tasyri al-Jinai al-Islami.,h. 84. 32 Ibid.,h. 110. 34 menjaga kepentingan masyarakat. Baik jarimah tersebut mengenal perorangan atau mengenal ketentuan masyarakat dan keamanannya. 2 Jarimah perseorangan hak al-afrad, ialah suatu jarimah dimana hukuman terhadapanya dijatuhkan untuk melindungi kepentingan perseorangan, meskipun sebenarnya apa yang menyinggung perseorangan juga berarti menyinggung masyarakat. 33

B. Tindak Pidana Perkosaan

Dokumen yang terkait

Putusan Lepas Dari Segala Tuntutan Hukum (Onslag Van Rechtsvervolging) Terhadap Tindak Pidana Penggelapan (Studi Kasus Putusan Nomor: 171/ Pid. B/ 2011/ Pn. Smi)

8 132 131

Hukum Tidak Tertulis Sebagai Sumber Hukum untuk Putusan Pengadilan Perkara Pidana

7 92 392

Pertanggungjawaban Pidana Bagi Terdakwa Anak Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Sesuai Dengan PASAL 340 KUHP(Studi Kasus Putusan No. 3.682 / Pid.B / 2009 / PN. Mdn)

5 97 123

Suatu Telaah Terhadap Proses Pengajuan Grasi Terhadap Putusan Pidana Mati Berdasarkan UU RI No. 22 Tahun 2002 Tentang Grasi (Studi Kasus PUTUSAN Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No.513/PID. B/1997/PN. LP)

0 64 77

Tindak Pidana Eksploitasi Seksual (Perkosaan) Oleh Orang Tua Tiri Terhadap Anak Dibawah Umur (Studi Putusan No. 1599/Pid.B/2007/PN Medan)

1 53 82

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Tindak Pidana Pemerkosaan Seorang Ayah Kepada Anak Kandung Ditinjau Dari Psikologi Kriminil (Studi Kasus Putusan NO.166/PID.B/2009/PN-KIS)

1 60 142

Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank (Studi Kasus : No.1945 / Pid.B / 2005 / PN-MDN)

2 61 120

Implementasi Pidana Mati Terhadap Tindak Pidana Pembunuhan (Study Putusan No. 514/Pid.B/1997/PN-LP)

0 27 87

Analisis Hukum Positif Dan Hukum Islam Terhadap Putusan Perkara No:325/PID.B/2007/PN.JAK.SEL Tentang Tindak Pidana Pengabulan Terhadap Anak

0 9 138