B. Etika Bersin Dalam Islam
1. Adab Bagi Orang Yang Bersin
a. Anjuran Untuk Memuji Allah Setelah Bersin
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir telah menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami Sulaiman dari Anas bin
Malik radliallahu anhu dia berkata; Dua orang laki-laki tengah bersin di dekat Nabi shallallahu alaihi wasallam, lalu beliau mendoakan yang satu dan
membiarkan yang lain, maka ditanyakan kepada beliau, beliau pun menjawab: Orang ini memuji Allah, maka aku mendoakannya dan yang ini tidak
memuji Allah.
12
Telah menceritakan kepada kami Adam bin Iyas telah menceritakan kepada kami Ibn
Abū Dzi`b telah menceritakan kepada kami Said Al Maqburi dari Ayahnya dari
Abū Hurairah radliallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam: Sesungguhnya Allah menyukai bersin, dan membenci menguap,
Apabila salah seorang dari kalian bersin, hendaklah ia memuji Allah, dan kewajiban seorang muslim yang mendengarnya untuk mendoakan, sedangkan
12
Al- Imām Abī „Abd Allāh Muḥ ammad bin Ismā‟il al-Bukharī,
Ṣ
a
ḥ
ī
ḥ
al- Bukhārī, Kitab :
Adab, Bab : al-
Ḥ
amdi li al- ‘
ṭ
is, no. Hadis: 6221 al- Qāhirah: al-Maktabah al-Islamiyah 2011 M, h.
706
menguap datangnya dari syetan, hendaknya ia menahan semampunya, jika ia sampai mengucapkan haaah, maka syetan akan tertawa karenanya.
13
Bila meninjau perintah untuk mengucap ta ḥ mīd setelah bersin seperti tertera
pada hadis di atas, maka hal ini seolah tidak sesuai dengan kenyataan di masyarakat bahwa bersin seringkali diduga sebagai penyakit, karena bersin memang seringkali
menjadi tanda awal bahwa seseorang akan terjangkit penyakit seperti influenza. Seolah hadis ini menganjurkan untuk mensyukuri penyakit yang tengah menyerang
seseorang. Bahkan akan terlihat semakin janggal jika memang dalam keadaan demikian. Akan tetapi hal ini akan menjadi jelas dan berjalan secara beriringan
apabila hadis tersebut dihubungkan dengan ilmu medis.
Sebagaimana telah diketahui, membaca ta ḥ mid merupakan wujud rasa syukur
atas kenikmatan yang telah dianugerahi Tuhan untuk hamba-Nya, maka hal ini sebenarnya bukanlah hal aneh ketika diucapkan setelah bersin. Seperti telah
dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa ketika menghirup udara pernapasan melalui hidung, udara mengalami beberapa perlakuan ketat agar udara yang masuk tersebut
sesuai dengan situasi dalam tubuh manusia. Di hidung yang merupakan benteng pertahanan pertama manusia dari berbagai macam ancaman gangguan dari luar tubuh,
udara pernapasan disaring terlebih dahulu oleh silla atau rambut-rambut halus dan selaput lendir dalam hidung agar kotoran-kotoran yang terkandung dalam udara tidak
ikut masuk ke dalam saluran pernapasan, terlebih lagi tidak sampai masuk ke paru-
13
Al- Imām Abī „Abd Allāh Muḥ ammad bin Ismā‟il al-Bukharī,
Ṣ
a
ḥ
ī
ḥ
al- Bukhārī, Kitab :
Adab, Bab : al-
Ḥ
amdi li al- ‘
ṭ
is, no. Hadis: 6223 al- Qāhirah: al-Maktabah al-Islamiyah 2011 M, h.
706
paru. Kemudian setelah itu disesuaikan suhu dan kelembabannya sehingga sedingin atau sepanas apapun udara di luar tubuh tidak mengganggu proses pernapasan dlam
tubuh. Bersin merupakan salah satu kegiatan yang refleks yang sering dan wajar dilakukan manusia serta merupakan salah satu cara tubuh untuk memproteksi dirinya
sendiri dari benda-benda asing seperti debu dan serbuk sari yang masuk ke dalam hidung agar tidak berlanjut masuk ke bagian dalam tubuh lebih jauh lagi. Sehingga
benda asing tersebut dikeluarkan melalui bersin dan menyebabkan tubuh terbebas dari virus, bakteri dan mikroba yang hendak menjangkit ke dalam tubuh sehingga
dikeluarkan melalui mulut dan hidung bersama butiran-butiran air yang sangat lembut.
14
Maka dalam hal ini Allah telah „menyelamatkan‟ hamba-Nya dari ancaman penyakit, khususnya penyakit yang penyebab dan penyebarannya melalui saluran
pernapasan, yang paling ringan seperti pilek atau yang lebih serius, seperti pneumonia yang disebabkan oleh virus. Hal inilah yang nampaknya menjadi sebab dianjurkannya
mengucap tahmid setelah bersin. Sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat terhindarnya diri dari penyakit yang hendak menjangkit. Hal ini pulalah yang menimbulkan rasa
empati orang lain atas „selamatnya‟ seseorang dari ancaman serangan penyakit,
sehingga dianjurkan untuk mendoakan orang yang bersin dan mengucapkan ta ḥ mid
dengan mengucapkan yar ḥ amukallah karena Allah telah melimpahkan rahmat atau
kasih sayang-Nya kepada orang yang bersin tersebut.
14
Wawancara pribadi dengan dr. Sandra yang merupakan dokter umum di klinik Berkah Salamah Kertamukti Tangerang Selatan. Selasa, 16092014
Makna zahir dari hadis ini memiliki konsekuensi wajib, karena adanya perintah secara tegas. Akan tetapi al-Nawawi menukil kesepakatan tentang disukainya hal
itu.
15
Bahwa hadis-hadis ini hanya mengandung makna bahwa Allah menyukai orang yang mengucap ta
ḥ mid ketika bersin dan orang yang menjawab doa orang yang bersin, bukan berarti Allah mewajibkan kepada orang bersin untuk mengucap ta
ḥ mid dan menjawab do‟a mereka. Pada 22 hadis semakna dengan yang telah disebutkan di
atas, mayoritas pengucapan ta ḥ mid merupakan suatu perintah, meliputi “falyaqul”,
“qul”, “falyaḥ mad” yang terdapat dalam 14 hadis, sisanya menggunakan lafal “ḥ amidallah” terdiri dari 4 hadis, “yaqūlu al-ḥ amdu li Allah” terdiri dari 2 hadis,
faq ālalḥ amidallah terdiri dari 1 hadis, dan tanpa adanya perintah secara langsung
teriri dari 1 hadis. Sedangkan lafal yang menunjukkan tentang mendoakan orang yang bersin, menggunakan
fi’il amr seperti “walyaqul” sebanyak 10 hadis, dan sisanya menggunakan kalimat yang men
unjukkan pernyataan, seperti lafal “walyarudda, fayuq
ālu lahu, qāla lahu, yushammatahu, faqāla lahu”. Allah membenci menguap karena menguap adalah aktivitas yang menandakan
seseorang banyak makan, yang pada akhirnya membawa pada kemalasan dalam beribadah. Menguap adalah perbuatan yang dibenci oleh Allah, terlebih-lebih ketika
pada waktu shalat. Para nabi tidak pernah menguap, dikarenakan menguap adalah salah satu aktivitas yang dibenci oleh Allah.
15
Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al- Bāri 29: Shahih Bukharial-Imam al-Hafidz Ibn Hajar al-
Asqalani; penerjemah, Amiruddin, Jakarta: Pustaka Azam, 2008, h. 659
Imam Ibn Hajar berkata, “Imam al-Khathabī mengatakan bahwa makna cinta dan benci pada hadis di atas dikembalikan kepada sebab yang termaktub dalam hadis
itu. Yaitu bahwa bersin terjadi karena badan yang kering dan pori-pori kulit terbuka, dan tidak tercapainya rasa kenyang. Ini berbeda dengan orang yang menguap.
Menguap terjadi karena badan yang kekenyangan, dan badan terasa berat untuk beraktivitas, hal ini karena banyaknya makan. Bersin bisa menggerakkan orang untuk
bisa beribadah, sedangkan menguap menjadikan orang itu malas.
16
Bila ditinjau dari ilmu medis, hal ini cukup beralasan. Karena pada dasarnya menguap sering terjadi ketika seseorang merasakan kantuk dan lesu yang dapat
menyebabkan terhambatnya aktifitas sehari-hari. Hal ini merupakan suatu gejala bahwa tubuh dan otak sedang membutuhkan oksigen yang jumlahnya dalam tubuh
sedang menurun karena kurangnya suplai oksigen dari organ pernapasan. Oleh karena itu, menguap adalah aktifitas menghirup udara dalam-dalam melalui mulut yang
bertujuan memenuhi kebutuhan oksigen tadi dan tidak seperti menghirup napas biasa. Karena mulut bukanlah organ yang disiapkan untuk menyaring udara seperti hidung,
maka apabila mulut tetap dalam keadaan terbuka ketika menguap, memungkinkan ikut sertanya berbagai jenis mikroba dan debu bersamaan dengan masuknya udara ke
16
Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al- Bāri 29: Shahih Bukharial-Imam al-Hafidz Ibn Hajar al-
Asqalani; penerjemah, Amiruddin, Jakarta: Pustaka Azam, 2008, h. 682
dalam tubuh. Dengan demikian, hal ini bisa menjadi acuan mengapa Allah menyukai bersin dan membenci menguap.
17
Jika disimpulkan kepada beberapa poin, maka hadis ini memiliki maksud sebagai berikut:
Orang yang bersin tidak dido‟akan kecuali jika ia memuji Allah
dengan mengucap ta ḥ mid
Mendo‟akan orang yang bersin itu disyari‟atkan bagi orang-orang
yang mendengar seseorang bersin dan mendengar pula ia memanjatkan pujian yang dipanjatkannya. Jika ada seseorang yang
bersin namun orang lain tidak mendengar ia memuji Allah, maka tidak ada keharusan
bagi orang lain untuk mendo‟akan orang yang bersin tersebut
18
Hadis mengenai anjuran untuk membaca ta ḥ mid setelah bersin dan mendoakan
orang yang bersin memiliki beberapa ide pokok yang terkait dengan beberapa pembahasan dalam al-
Qur‟an. Dalam hadis tentang anjuran untuk mengucap taḥ mid setelah bersin, dan sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa hal itu sebagai
ungkapan rasa syukur atas nikmat yang diperoleh. Sehingga dalam hadis ini mengajarkan kepada umat Islam untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang
17
Wawancara pribadi dengan dr. Sandra yang merupakan dokter umum di klinik Berkah Salamah Kertamukti Tangerang Selatan. Selasa, 16092014
18
M. Abdul Ghoffar, Sharah Riyadh al- Ṣ ālihīn, Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi‟i, 2005, h.
306
besar ataupun yang kecil. Hal ini seperti juga yang diperintahkan Allah dalam al- Qur‟an surat Ibrahim ayat 7:
Dan ingatlah juga, tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika
kamu mengingkari nikmat-Ku, Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.
Dalam ayat ini Allah mengingatkan hamba-Nya untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya. Faedah dan keuntungan yang besar
akan diperoleh setiap orang yang banyak bersyukur kepada-Nya, yaitu berupa nikmat yang terus bertambah. Sebaliknya Allah juga mengingatkan kepada orang-orang yang
mengingkari nikmat-Nya dan tidak mau bersyukur dengan ancaman berupa azab yang sangat pedih kepada mereka. Sedangkan cara mensyukuri nikmat Allah ada dua, yaitu
dengan ucapan setulus hati, kemudian diiringi pula dengan perbuatan, yaitu menggunakan rahmat tersebut dengan cara dan untuk tujuan yang diridhai-Nya.
19
Dan bersin merupakan salah satu nikmat yang Allah berikan kepada kita, namun
terkadang luput untuk kita syukuri.
Demikian juga mendoakan sesama Muslim juga diajarkan dalam hadis tersebut. Saling mendoakan seperti halnya saling memberi salam merupakan salah satu wujud
dari penghormatan seseorang kepada orang lain. Hal ini terdapat dalam al- Qur‟an
surat al- Nisa‟ ayat 86:
19
Tafsir DEPAG, CD Holy Qur‟an versi 8, Kairo: Harf Information Technology, 2002
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah
penghormatan itu
dengan yang
serupa. Sesungguhnya
Allah memperhitungkan segala sesuatu.
Menurut Quraish Shihab dalam kitab tafsirnya, ayat ini mengajarkan cara lain untuk menjalin hubungan yang lebih akrab lagi, yakni membalas penghormatan
dengan yang sama atau lebih baik. Sedangkan menurut al-Biq ā‟i, sebagaimana yang
dikutip oleh Quraish Shihab.
20
Ayat ini berpesan bahwa pasti satu ketika kamu akan mendapat kedudukan terhormat, sehingga ada yang menyampaikan penghormatan
kepadamu. Karena penghormatan bukanlah bagian dari syafa‟at, maka balaslah
dengan segera penghormatan yang diberikan seseorang terhadap dirimu. Penghormatan itu baik dalam bentuk ucapan maupun perlakuan atau pemberian
hadiah dan semacamnya. Balaslah penghormatan itu dengan hal yang serupa tidak berlebih dan tidak kurang, atau balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik,
yakni melebihkannya atau meningkatkan kualitasnya
21
.
Dari penjelasan di atas, walaupun secara tersurat nampak tidak memiliki keterkaitan dengan membalas doa orang yang mendokan kita ketika bersin, tapi
20
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al- Qur’an, Ciputat:
Lentera Hati, 2000, h. 513
21
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al- Qur’an, Ciputat:
Lentera Hati, 2000, vol. 2,h. 513
secara tersirat dapat disimpulkan bahwa, apabila seseorang mendoakan kita ketika bersin maka hendaklah kita membal
as penghormatan dalam hal ini do‟a orang tersebut dengan yang serupa bahkan disarankan untuk membalas dengan yang lebih
baik.
Adapun macam bacaan ta ḥ mid itu adalah sebagai berikut:
1. Bacaan “Al
ḥ amdu li Allah”
Telah menceritakan kepada kami Malik bin Ism āil telah menceritakan kepada
kami Abdul Aziz bin Abū Salamah telah mengabarkan kepada kami Abd Allah
bin Din ār dari Abū Ṣ ālih dari Abū Hurairah RA. dari Nabi SAW beliau
bersabda: Apabila salah seorang dari kalian bersin, hendaknya ia mengucapkan Al
ḥ amdu li Allah sedangkan saudaranya atau temannya hendaklah mengucapkan Yar
ḥ amukallah semoga Allah merahmatimu, dan hendaknya ia membalas; Yahdikumullah wa yu
ṣ lih bālakum semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki hatimu.
23
22
Setelah dilakukan kegiatan kritik sanad, yang meliputi ketersambungan sanad, kualitas periwayat, dan keberadaan syaz atau „illat, maka dapat disimpulkan bahwa hadis yang diriwayatkan
oleh al-Bukhari 5756 tersebut dapat diterima dan berkualitas shahih. Karena memiliki sanad yang bersambung dari mukharij hingga kepada Rsaulullah, diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqah dan
tidak ditemukan kejanggalan maupun cacat dalam sanadnya.
23
Al- Imām Abī „Abd Allāh Muḥ ammad bin Ismā‟il al-Bukharī,
Ṣ
a
ḥ
ī
ḥ
al- Bukhārī, Kitab :
Adab, Bab : Idha ‘A
ṭ
asa Kaifa Yushammat, no. Hadis: 6224 al- Qāhirah: al-Maktabah al-Islamiyah
2011 M, h. 706
2. Bacaan “Al
ḥ amdu li Allah rabb al-‘ālamīn”
Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan telah menceritakan kepada kami
Abū Ahmad Az Zubairi telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Manshur dari Hilal bin Yasaf dari Salim bin Ubaid bahwa dia bersama
suatu kaum dalam suatu perjalanan, lalu seseorang bersin dan mengucapkan; assalaamualaikum, Maka Salim menjawab;
“alaika wa ala ummika, ternyata orang itu merasa tidak enak, maka Salim bertanya; Bukankah aku
tidak mengucapkan selain yang dikatakan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam? Suatu kali seseorang bersin di sisi Nabi shallallahu alaihi wasallam,
kemudian dia mengucapkan; assalaamualaikum, maka Nabi shallallahu alaihi wasallam menjawab: alaika wa ala ummika keselamatan atas kamu dan
atas ibumu, jika salah seorang dari kalian bersin, hendaknya mengucapkan al
ḥ amduli Allah rabb al-ālamīn segala puji bagi Allah, dan orang yang menjawabnya mengucapkan yarhamu kallaah semoga Allah merahmatimu,
kemudian ia mengucapkan yaghfirullāhu lanā wa lakum semoga Allah
mengampuni kami dan kalian.
24
24
Sunan al-Tirmidzi, al- Jāmi’ al-
Ṣ
a
ḥ
ī
ḥ
, kitab adab, bab mā Jā‟a Kaifa Tashmit al-Āṭ is, no.
Hadis 2741, juz 5, 1975 M, h. 44
3. Bacaan “al
ḥ amdu li Allah ‘alā kulli ḥ āl”
Telah menceritakan kepada kami M ūsā bin Ismāil berkata, telah menceritakan
kepada kami „Abd al-„Azīz bin Abdullah bin Abū Salamah dari Abdullah bin
D īnār dari Abū Shalih dari Abū Hurairah dari Nabi SAW, beliau bersabda:
Jika salah seorang dari kalian bersin hendaklah mengucapkan al ḥ amdu li
Allah ‘alā kulli ḥ āl Segala puji bagi Allah dalam setiap keadaan. Dan hendaklah saudaranya atau temannya mengucapkan yar
ḥ amukaallahu semoga Allah merahmatimu, lalu ia ganti mengucapkan yahdikumullahu wa yu
ṣ lihu bālakum semoga Allah memberi petunjuk kepada kalian dan memperbaiki
keadaanmu.
25
Sekelompok ulama berpendapat bahwa melebihkan pujian dengan ucapan „al
ḥ amdu’ segala puji maka itu lebih baik. Ibn Baṭ al menukil dari al-Ṭ abrani bahwa orang bersin memilih antara mengucapkan „al ḥ amdu li Allah‟ segala puji bagi
Allah, atau menambahkan „Rabb al-‘ lamīn‟ Tuhan Semesta alam atau menambahkan
‘alā kulli ḥ āl’ atas setiap keadaan. Jadi yang dapat disimpulkan dari pernyataan ini adalah bahwa, dari semua dalil yang ada itu semua boleh
diaplikasikan. Namun siapa yang lebih banyak pujiannya niscaya itu lebih utama dengan catatan pujian-pujian tersebut ada riwayat yang jelas. Al-Nawawi berkata di
kitab al-Adh kār, “para ulama sepakat bahwa pada orang bersin disukai untuk
mengucapkan al ḥ amdu li Allah. Apabila dia mengucapkan „al ḥ amdu li Allah Rabb
25
Al- Imām Abī Dāud Sulaiman bin al-Ash‟ath, Sunan Abī Dāud, juz 2, no. Hadis 5033 al-
Qāhirah: Dār Ibn al-Haitham, 2007 M, h. 493
al- ‘ lamīn‟ maka itu lebih baik. Sekiranya dia mengucapkan „al ḥ amdu li Allah ‘alā
kulli hāl‟ maka itu lebih utama
26
. b.
Hendaklah Meletakkan Tangan atau Baju ke Mulut dan Merendahkan Suara Ketika Bersin
Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Ya
ḥ ya dari Ibn Ajlan dari Sumay dari Abū Ṣ alih dari Abū Hurairah ia berkata, Rasulullah SAW. jika bersin meletakkan tangan atau kainnya di
mulut, lalu beliau menahan, atau beliau meredam suaranya dengannya -Ya ḥ ya
masih merasa ragu-.Mengecilkan suara ketika bersin
27
Bersin merupakan salah satu mekanisme tubuh untuk mengeluarkan udara pernapasan yang telah bercampur dengan berbagai polusi, bakteri dan virus yang
dapat mengganggu keseimbangan tubuh. Hal ini tentu sangat baik jika dikeluarkan dari dalam tubuh seseorang. Namun, yang harus diperhatikan adalah ketika terjadi
bersin, seseorang dianjurkan untuk menutup hidung dan mulutnya karena ketika bersin itu disemburkan maka secara otomatis virus dan kuman akan ikut terbawa ke
luar, lalu jika mulut dan hidung tidak ditutup, maka virus dan kuman itu akan tersebar
26
Al- Imām Muḥ yiddīn Abī Zakariyya Yaḥ ya bin Sharaf al-Nawawī al-Dimshiqī, al-Adhkār
al-Nawawiyyah, Indonesia: Dār Ihyā‟ al-Kutub al-„Arabiyyah, t.t., h. 231
27
Al- Imām Abī Dāud Sulaiman bin al-Ash‟ath, Sunan Abī Dāud, juz 2, Kitab: Adab, Bab: kam
marratan yashammatu al- ‘
ṭ
is, no. Hadis 5034 al- Qāhirah: Dār Ibn al-Haitham, 2007 M, h.493
melalui udara dan hal tersebut sangat memungkinkan untuk menjangkit orang yang berada di sekitar. Maka dapat disimpulkan bahwa di antara hikmah dianjurkannya
menutup mulut dan hidung ketika bersin adalah, demi menghindari tersebarnya virus, bakteri ataupun kuman yang dapat menyebabkan penyakit melalui udara dan juga
karena kadangkala ketika seseorang itu bersin, keluarlah air liur dari mulutnya yang dapat menyembur dan mengenai bahkan juga mengganggu kenyamanan orang lain
jika tidak ditutup, maka dianjurkanlah hal ini, dan hal ini pun sesuai dengan anjuran medis. Bahkan dalam ilmu medis, untuk lebih jauhnya dianjurkan untuk mencuci
tangan setelah bersin demi menghindari bersarangnya kotoran di tangan.
28
Betapa banyaknya orang yang terganggu atau terkejut dengan kerasnya suara bersin. Maka sudah selayaknya setiap muslim mengecilkan suaranya ketika bersin
sehingga tidak mengganggu atau mengejutkan orang-orang yang ada di sekitarnya. Tiap orang memiliki ciri khas bersin yang berbeda-beda, ada yang dengan suara
kecil, ada pula yang dengan suara kencang, ada yang cukup hanya sekali, ada pula yang harus berkali-kali. Namun hal ini dapat disiasati dengan menutup mulut dan
hidung ketika bersin sehingga dapat mengurangi suara gemuruh bersin tersebut dan tetap meminimalisir usikan yang dirasakan oleh orang sekitar.
Namun yang perlu diperhatikan pula jangan sampai seseorang ketika bersin menutup rapat hidungnya sehingga menyebabkan terhalangnya udara untuk keluar.
28
Wawancara pribadi dengan dr. Gustav Syukroni, Sp. THT, yang merupakan Dokter yang Bertugas di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang,
Jum‟at, 26 Agustus 2014
Maka bukan seperti ini yang dimaksud, karena yang demikian bisa menimbulkan mudharat efek negatif bagi orang tersebut. Selain itu juga, yang dianjurkan dalam
etika ini menurut ilmu medis adalam menutup bersin dengan kain ataupun lengan, bukan tangan.
29
Karena jika seseorang menutup bersinnya dengan telapak tangan lalu setelah itu melakukan kegiatan bersalaman, maka justru akan menimbulkan
terjadinya penyebaran kuman kepada orang lain dan itu akan menjadi mudharat bagi orang tersebut. Seiring perkembangan jaman, untuk menutup mulut telah ada tissue
yang bisa langsung dibuang setelah dipakai, sehingga lebih aman bagi orang di sekitarnya dari resiko tertular.
Disebutkan oleh para ulama hikmah dari adab yang kedua ini;
Mencegah tersebarnya penyakit yang keluar bersamaan dengan bersinnya seseorang.
Mencegah terjadinya hal-hal yang mengurangi kenyamanan orang lain
yang melihatnya karena terkadang keluar sesuatu yang kotor ketika bersin
30
.
29
Wawancara pribadi dengan dr. Sandra yang merupakan dokter umum di klinik Berkah Salamah Kertamukti Tangerang Selatan. Selasa, 16092014
30
M. Abdul Ghoffar, Sharah Riyadh al- Ṣ ālihīn, Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi‟i, 2005, h.
310
2. Adab Bagi yang Mendengar Orang Lain Bersin