Mendoakan Orang yang Bersin Merupakan Hak Sesama Muslim

2. Apa yang semestinya dilakukan oleh orang yang bersin. Pada poin ini meliputi beberapa hal: a. Hendaklah memuji Allah. Hal ini terdapat di dalam al-kutub al-sittah dengan beragam redaksi. Di antaranya terdapat dalam; al-Bukhari kitab adab, no. 126, Muslim kitab salam, no. 5, al-Tirmidzi kitab adab, no. 3, Ibn Majah kitab adab, no. 20. 2 b. Menutup mulut dan merendakan suara ketika bersin 3. Apa yang semestinya dilakukan oleh yang mendengar orang lain bersin

A. Mendoakan Orang yang Bersin Merupakan Hak Sesama Muslim

Telah menceritakan kepada kami Ya ḥ ya bin Ayyub dan Qutaibah serta Ibn Hujr mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami Ismail yaitu Ibn Jafar 2 Arnold John Wensinck, Mu’jam Al-Mufahras Li Alfazh al-Hâdits al-Nabawî, Leiden: Maktabah Barbal 1936. Jilid 4, h. 259 3 Al- Imām al-Ḥāfidz Abī al-Ḥusain bin al-Ḥajjāj al-Qushairī al-Naisaburī, al-Musnad al- Ṣ a ḥ ī ḥ al-Mukhta ṣ ar min al-Sunan bi naql al- ‘Adl ‘an al-‘Adl ilā Rasūl Allāh, kitab salām, bab min Ḥ aq al-Muslim li al-Muslim Rad al- Salām, no. 5, jilid 1 Riyadh: Dār al-Ṭ aubah, 2006 M, h. 1035. Hadis ini juga terdapat di dalam al-Tirmidzi, no 2661; al- Nasa‟i, no. 1912; Abu Daud, no. 43375; Ibn Majah, no. 1423, 1424, 1425; Ahmad bin Hanbal, no. 636, 5103, 7922, 8321, 8334, 8490, 8671, 8973, 10543, 21310; al-Darimi, no. 2519 dari Al Alla dari Bapaknya dari Ab ū Hurairah bahwa Rasulullah SAW. bersabda: Hak seorang muslim terhadap seorang muslim ada enam perkara. Lalu beliau ditanya; “Apa yang enam perkara itu, ya Rasul Allah?” Jawab beliau: 1 Bila engkau bertemu dengannya, ucapkankanlah salam kepadanya. 2 Bila dia mengundangmu, penuhilah undangannya. 3 Bila dia minta nasihat, berilah dia nasihat. 4 Bila dia bersin lalu dia membaca tahmid, doakanlah semoga dia memperoleh rahmat . 5 Bila dia sakit, kunjungilah dia. 6 Dan bila dia meninggalkan, ikutlah mengantar jenazahnya ke kubur. 4 Hadis ini tergolong hadis ṣ aḥ īḥ , karena dilihat dari segi kualitas sanad, hadis ini memiliki sanad yang bersambung, selain itu para perawinya juga dinilai thiqah oleh para kritikus hadis. Dari segi kualitas matan, hadis ini tidak bertentangan dengan hadis lain yang lebih kuat, tidak bertentangan dengan al- qur‟an dan dapat diterima dengan akal sehat logika sehingga hadis ini juga dapat dinilai ṣ aḥ īḥ dari segi matan. Dan pada kesimpulan akhirnya, secara keseluruhan hadis ini dapat dikategorikan kepada hadis yang ṣ aḥ īḥ . Hadis ini mencantumkan hak seorang muslim terhadap muslim lainnya. Di antara hak itu terdapat kalimat „bila dia bersin lalu dia membaca tahmid, doakanlah semoga dia memperoleh rahmat ‟. Menurut Ibn Abī Jamrah 699 H sebagaimana yang dikutip di dalam Fath al- Bāri 5 , ia mengatakatan bahwa; sekelompok ulama mengatakan bahwa hukumnya adalah fardhu „ain kewajiban individu. Hal ini juga senada dengan yang dikatakan oleh Ibn Qayyim. Ia mengatakan bahwa “ia telah disebutkan dengan redaksi yang menunjukkan kewajiban secara tegas, juga dengan 4 Hadis ini tergolong hadis yang ṣ a ḥ ī ḥ . Seperti yang tercantum dalam kitab Subul al- Salām. Shar ḥ Bulūgh al-Marām, juz 4, al-Qāhirah: Dār al-Ghag al-Jadīd, 2007 M, cet. II, h. 249 5 Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al- Bāri 29: Shahih Bukharial-Imam al-Hafidz Ibn Hajar al- Asqalani; penerjemah, Amiruddin, Jakarta: Pustaka Azam, 2008, h. 671 kata „haq‟ yang mengindikasikan kewajiban. Kata ‘alā yang memberi asumsi kuat akan kewajiban, serta dengan lafal perintah yang secara hakikatnya adalah wajib. Ditambah lagi dengan perkataan sahabat „Rasulullah SAW memerintahkan kami‟.” 6 Sebagian ulama berpendapat hukumnya fardhu kifayah. Pendapat ini dikuatkan oleh Abū al-Walid bin Rasyid dan Abū Bakr al-„Arabī serta menjadi pendapat mazhab Hanafi dan jumhur ulama Hanabilah. Sementara Abd al-Wahhab dan sekelompok mazhab Maliki mengatakan hukumnya mustahab disukai, satu orang mencukupi jama‟ah merupakan pendapat madzhab al-Syafi‟i 7 . Namun jika kita lihat dalam kitab Subul al-Sal ām, dikatakan bahwa hak yang dimaksud di sini adalah sesuatu yang tidak pantas untuk ditinggalkan dan hukum dari masing-masing hak tersebut memiliki perbedaan satu sama lain 8 . Al-Tasmit memiliki arti berdoa kepada Allah untuk seseorang. Selain itu bisa juga bermakna berdzikir kepada Allah atau mengingat Allah atas suatu kejadian. Sedangkan yang berkaitan dengan hadis ini dan hadis-hadis yang akan dibahas selanjutnya adalah mendoakan orang yang bersin, yakni ucapan yang ditujukan 6 Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al- Bāri 29: Shahih Bukharial-Imam al-Hafidz Ibn Hajar al- Asqalani; penerjemah, Amiruddin, Jakarta: Pustaka Azam, 2008, h. 671 7 Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al- Bāri 29: Shahih Bukharial-Imam al-Hafidz Ibn Hajar al- Asqalani; penerjemah, Amiruddin, Jakarta: Pustaka Azam, 2008, h. 671 8 Muhammad bin Isma‟il al-Amir al-Ṣ an‟ani, Subul al-Salām Sharḥ Bulūgh al-Marām, juz 4, al- Qāhirah: Dār al-Ghag al-Jadīd, 2007 M, cet. II, h. 249 kepada orang lain berupa yarhamukallah. Menurut al-Farisi hal ini diucapkan karena orang bersin sedang berada dalam kondisi kesedihan dan tidak tenang. 9 Kata “Fasammitu” dengan menggunakna huruf sin س dan pada hadis yang lain menggunakan huruf shin ش, Tsa‟labah berkata, “Dikatakan, sammattul ‘āṭ is artinya saya do‟akan dirinya semoga mendapatkan hidayah dan memperoleh akhlak yang lurus.” Ia juga berkata, “Pada asalnya kata tersebut dengan menggunakan huruf sin hanya saja boleh juga menukarnya dengan huruf shin .” 10 Pada dasarnya tashmit berasal dari shamita-yashmatu yang berarti gembira atas bencana. Sedangkan tashmit al- ‘athas bermakna mendoakan orang yang bersin. 11 Jika dilihat secara sekilas, maka kedua pengertian tersebut nampak berlawanan. Akan tetapi, bila melihat hakikat dari bencana yang berupa bersin, memang sewajarnya jika yang terwujud adalah kegembiraan karena bersin pada dasarnya adalah nikmat. Sedangkan dijelaskan oleh Ibn al-Tin bahwa bergembira atas bencana yang dimaksud adalah bencana yang menimpa setan ketika orang yang bersin memuja Allah. 9 Muhammad bin Mukram Ibn Manzur al-Afriqi al-Misri, Lisan al- ‘Arab, juz 2, h. 46 10 Muhammad bin Isma‟il al-Amir al-Ṣ an‟ani, Subul al-Salām Sharḥ Bulūgh al-Marām, juz 4, al-Q āhirah: Dār al-Ghag al-Jadīd, 2007 M, cet. II, h. 250 11 Muhammad bin Mukram Ibn Manzur al-Afriqi al-Misri, Lisan al- ‘Arab, juz 2, h. 51

B. Etika Bersin Dalam Islam