E. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
2
Sampel adalah sebagian atau wakil pupulasi yang diteliti.
3
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI MIA SMA Dharma Karya. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah
siswa SMA kelas XI MIA di SMA Dharma Karya. Untuk menentukan sampel pada penelitian ini, menggunakan penelitian ini teknik purposive sampling.
Karena yang diteliti merupakan keterampilan berpikir kritis siswa dalam bidang sains maka sampel yang di pilih merupakan kelas XI MIA yang ada di
SMA Dharma Karya. Purposive sampling adalah teknik sampling dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah
tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.
4
Sampel terdiri dari 22 siswa dengan dibagi menjadi 5 kelompok, dengan setiap kelompok beranggotakan
4-5 orang.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakanan pada penelitian ini adalah: a.
Tes Uraian Keterampilan Berpikir Kritis Tes Uraian adalah tes yang butir-butirnya berupa suatu pertanyaan
atau suatu suruhan yang menghendaki jawaban berupa uraian-uraian yang relative panjang. Tes uraian ini dapat digunakan untuk mengungkap
bagaimana siswa mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Tes uraian ini menggunakan dimensi kognitif tingkat tinggi yaitu pada ranah kategori menganalisis dan mengevaluasi. Menganalisis berarti
memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan mentukan hubungan-hubungan antarbagian itu dan hubungan antara
2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta Cet XI h. 173
3
Ibid., h.174
4
Ibid., h. 183
bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan
5
. Kata kerjanya meliputi menghubungkan, merancang dan menganalisis,
Sedangkan mengevaluasi berarti mengambil keputusan berdasarkan kriteria danatau standar.
6
Kata kerjanya meliputi memprediksi dan mengevaluasi.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Format Tes Uraian
No Keterampilan
berpikir kritis Indikator Keterampilan
berpikir kritis No Soal
1 Memberikan
penjelasan sederhana Elementary
clarification 1.
Memfokuskan pertanyaan
1, 2
2. Menganalisis argumen
3, 4
3. Bertanya dan menjawab
pertanyaan
5, 6, 7
2 Membangun
keterampilan dasar Basic support
4. Mempertimbangkan
kredibilitas kriteria suatu sumber
8, 9, 10
3 Menyimpulkan
Inference 5.
Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil deduksi
22, 23
6. Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
11, 12
7. Membuat dan
menentukan hasil pertimbangan
13, 14
4 Memberi penjelasan
Lanjut Advanced
Clarification 8.
Mendefinisikan istilah
15, 16
9. Mempertimbangkan
suatu asumsi
17, 18, 19
5 Mengatur strategi
dan taktik Strategies and tactics
10. Menentukan suatu
tindakan
20, 21
Keterangan: : Soal yang valid
5
Loin W Anderson dan David R Krathwohl, Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan asesmen, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010 , h. 101
6
Ibid,. h. 102
b. Lembar Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis.
7
Observasi ini diperlukan untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran berbasis
masalah dan juga untuk melihat secara langsung kemunculan beberapa keterampilan berpikir kritis siswa. Observasi tidak dilakukan kepada
seluruh siswa melainkan hanya dilakukan kepada beberapa siswa yang dapat mewakili seluruh siswa simple random sampling. Indikator
keterampilan berpikir kritis yang diamati pada penelitian ini untuk setiap pertemuan berbeda-beda, disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai. Adapun hubungan antara kegiatan yang diamati dalam proses
belajar dan indikator keterampilan berpikir kritis yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Format Lembar Observasi
No. Keterampilan
Berpikir Kritis Indikator Keterampilan Berpikir
Kritis
1 Elementary Clarification
memberikan penjelasan sederhana
Memfokuskan pertanyaan
Bertanya dan menjawab pertanyaan yang menantang
2 Basic Support membangun
keterampilan dasar Mempertimbangkan kredibilitas
kriteria suatu sumber Mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil observasi 3
Inference menyimpulkan Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil deduksi
7
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RD, Bandung: Alfabeta, 2012, h. 145
Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi.
4 Stategies and tactics Mengatur
strategi dan taktik
Memutuskan suatu tindakan Berinteraksi dengan orang lain
G. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi
Agar diperoleh data yang valid dan reliabel, instrumen lembar observasi dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk mengetahui
validitasnya dan proses pembelajaran direkam untuk menjaga reliabilitasnya. 1.
Validitas Logis Validitas berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melaksanakan fungsi ukurnya. Valid tidaknya suatu alat ukur tergantung pada mampu tidaknya alat tersebut mencapai tujuan
pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.
8
Validitas instrumen ini terdiri dari validitas logis dan validitas empiris.
Uji validitas logis meliputi validitas isi dan konstruksi. Validasi isi bagi sebuah instrumen adalah menunjukkan instrumen tersebut sesuai
dengan isi materi konsep yang akan dievaluasi.
9
Validasi konstrak sebuah instrumen menunjukkan instrumen tersebut sesuai dengan konstrak
aspek-aspek kejiwaan yang akan dievaluasi.
10
Validitas isi dan konstrak dilakukan dengan mengkonsultasikan setiap butir soal uraian dan lembar
observasi yang akan digunakan kepada dua dosen sebagai validator ahli. 2.
Validitas Empiris Validitas empiris ini dilakukan hanya pada instrumen tes. Sebuah
instrumen akan dikatakan telah memiliki validitas empiris jika telah diuji dari pengalaman.
11
Untuk menguji validitas empiris instrumen yang
8
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2012, h.80
9
Ibid., h.81
10
Ibid., h.81
11
Ibid., h.81
dibuat, tes diujicobakan kepada siswa yang bukan subjek penelitian lalu dihitung validitas setiap butir soalnya. Validitas empiris hanya dilakukan
pada isntrumen tes sedangkan untuk obvservasi hanya menggunakan validitas isi dan konstruk. Untuk mengetahui validitas instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan koefisien korelasi biserial. Rumus yang digunakan adalah :
12
� �
=
�
�
− � �
� �
Keterangan : r
bisi
= koefisien korelasi biserial antara skor butir soal nomor i dengan skor total
�� = rata-rata skor total responden menjawab benar butir soal nomor i
� = rata-rata skor total semua responden
S
t
= standar deviasi skor total semua responden P
i
= proporsi jawaban benar untuk butir nomor i q
i
= proporsi jawaban salah untuk butir nomor i harga r
bisi
tersebut kemudian dibandingkan dengan harga kritik r
table .
jika harga r
bisi
setiap butir soal harga r table, maka soal tersebut dinyatakan valid. Soal yang mempunyai harga r
bisi
harga r table mengalami revisi dan dikaji ulang sebelum digunakan dalam penelitian.
a. Reabilitas
Analisis reabilitas suatu tes dan alat ukur lainnya, pada dasarnya menguji keajegan pertanyaan suatu tes apabila diberikan berulang kali
pada objek yang sama.
13
Suatu instrumen dapat dikatakan memiliki tingkat reabilitas yang memadai, bila instrumen tersebut digunakan
mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama.
14
12
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Op.cit., h.109-110
13
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT Rosdakarya, 2009, h.148
14
Nana Syaodih Sukmadiata, Op.cit., h.229-230
Untuk memperoleh gambaran yang ajeg memang sangat sulit karena unsur dari kejiwaan manusia itu sendiri tidak ajeg. Misalnya
kemampuan kecakapan, sikap, dan sebagainya, dapat berubah-rubah dari waktu ke waktu.
15
Uji ini dilakukan dengan menggunakan rumus KR-20 dari Kuder- Ricardison. Rumus yang digunakan adalah :
16 ��
=
� �−1
1 −
�
2
Keterangan : r
ii
= reliabilitas menggunakan persamaan KR-20 p
= proporsi siswa yang menjawab benar q
= proporsi siswa yang menjawab salah k
= banyaknya soal St
2
= standar deviasi atau simpangan baku Adapun kriteria pengujiannya :
r
ii
= 0.91 – 1,00 = sangat tinggi
r
ii
= 0,71 – 0,90 = tinggi
r
ii
= 0,41 – 0,70 = cukup
r
ii
= 0,21 – 0,40 = rendah
r
ii
= 0,20 = tidak reliable b.
Daya pembeda Daya pembeda merupakan kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara yang bodoh berkemampuan rendah dengan siswa yang pandai berkemampuan tinggi.
17
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Seperti
halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi daya pembeda ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks kesukaran tidak
mengenal tanda negatif -, tetapi pada indeks diskriminasi ada tanda negatif -. Tanda negatif pada indeks diskriminatif digunakan jika suatu
15
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2012, h.101
16
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, op.cit., h.113
17
Suharsimi Arikunto, Op..cit., h.226
soal “terbalik” menunjukkan kualitas testee. Yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Soal yang baik adalah soal yang
dapat dijawab benar oleh siswa-siswa yang pandai saja.
18
Soatu soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
19
� = �
− �
� �
= � − �
�
Keterangan : D
= Daya pembeda B
A
= Jumlah siswa dari kelompok atas yang menjawab benar B
B
= Jumlah siswa dari kelompok bawah yang menjawab benar J
A
= Jumlah siswa kelompok atas J
B
= Jumlah siswa kelompok bawah Klasifikasi daya pembeda soal :
20
D : 0,00-0.20 = jelek D : 0,21-0,40 = cukup
D : 0,41-0,70 = baik D : 0,71-1,00 = baik sekali
Jika dihasilkan D = negatif, soal tersebut sangat jelek dan harus dibuang. Untuk menghitung daya pembeda, perlu dibedakan kelompok kecil
dengan kelompok besar. Jika jumlah sampel kurang dari 100, maka kelompok ini dibagi dua menjadi sama besar, yaitu 50 sampel dengan
skor teratas sebagai kelompok atas JA dan 50 sampel dengan skor terbawah JB. Sedangkan jika jumlah sampel lebih dari 100, maka
hanyak diambil 27 sampel dengan skor teratas sebagai kelompok atas JA dan 27 sampel dengan skor terbawah sebagai kelompok bawah
JB.
21
18
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2012, h.226
19
Ibid., h.228
20
Ibid., h.232
21
Ibid., h.227
c. Tingkat Kesukaran
Cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
22
= �
� Keterangan
I = indeks kesulitan untuk setiap butir soal B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksud
Kriteria yang dipakai adalah jika semakin kecil indeks yang diperoleh , semakin sulit soal tersebut. Sebaliknya, semakin besar indeks
yang diperoleh, semakin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal itu adalah sebagai berikut :
23
– 0,30 = soal kategori sukar
0,31 – 0,70
= soal kategori sedang 0.71
– 1,00 = soal kategori mudah
H. Teknik Analisis Data