Aspek Penilaian Kesehatan Suatu Bank

8. Aspek Penilaian Kesehatan Suatu Bank

Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas bank. Sesuai dengan tanggung jawabnya, masing-masing pihak tersebut perlu mengingatkan diri dan secara bersama-sama berupaya mewujudkan bank yang sehat. Oleh karena itu, adanya ketentuan mengenai tingkat kesehatan bank dimaksudkan sebagai : 124 a. Tolak ukur bagi manajemen bank untuk menilai apakah pengelolaan bank telah dilakukan sejalan dengan asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku; b. Tolak ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank baik secara individual maupun perbankan secara keseluruhan. Tingkat kesehatan bank pada dasarnya dinilai dengan pendekatan kuantitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank. Aspek-aspek ini dinilai secara bersamaan sehingga Bank Indonesia dapat memperoleh satu kesimpulan yang komprehensif dalam menentukan apakah bank tertentu yang dinilai itu tergolong sebagai bank yang sehat atau tidak. Aspek penilaian ini meliputi : 125 a. Aspek permodalan capital Dalam aspek ini yang dinilai adalah permodalan yang dimiliki oleh bank yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR capital adequacy ratio yang telah ditetapkan Bank Indonesia; b. Aspek kualitas aset assets Penilaian aset harus sesuai dengan peraturan Bank Indonesia. Kemudian rasio penyusunan penghapusan dapat dilihat dari neraca yang telah dilaporkan secara berkala kepada Bank Indonesia; 124 Rachmadi Usman, Op. Cit. hlm 59. 125 Kasmir , Op. Cit. hlm 48. Universitas Sumatera Utara c. Aspek kualitas manajemen management Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam bekerja. Dalam aspek ini yang dinilai adalah manajemen permodalan, manajemn kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas; d. Aspek earning Aspek yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan. Kegunaan aspek ini juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank bersangkutan; e. Aspek likuiditas liquidity Suatu bank dapat dikatakan liquid, apabila bank yang bersangkutan mampu membayar semua utangnya terutama utang-utang jangka pendek. Utang- utang jangka pendek yang ada di bank antara lain simpanan masyarakat seperti simpanan tabungan, giro, dan deposito; f. Aspek sensitivitas sensitivity Dalam melepaskan kredit perbankan harus memperhatikan 2 dua unsur yaitu tingkat perolehan laba yang harus dicapai dan mempertimbangkan resiko yang akan dihadapi. Pertimbangan resiko yang harus diperhitungkan berkaitan erat dengan sensitivitas perbankan. Sensitivitas terhadap resiko ini bertujuan memperoleh laba dapat tercapai dan pada akhirnya kesehatan bank juga terjamin. Penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan dengan mengkuantifikasikan komponen dari masing-masing faktor. Hasil kuantifikasi dari komponen- komponen tersebut dinilai lebih lanjut dengan memperhatikan informasi dan aspek-aspek lain yang secara materil berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan masing-masing faktor. Faktor dan komponen tersebut diberikan bobot sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap kesehatan bank dan penilaiannya dilakukan dengan reward system. Atas dasar penilaian tersebut ditetapkan 4 empat golongan predikat tingkat kesehatan bank yakni sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. 126 126 Rachmadi Usman, Op.Cit. hlm 131. Universitas Sumatera Utara Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina perbankan dapat menyarankan untuk melakukan berbagai perbaikan. Perbaikan-perbaikan yang akan dilakukan meliputi perubahan manajemen, melakukan penggabungan seperti merger, konsolidasi, akuisisi atau dibubarkan keberadaannya jika memang sudah parah kondisi bank tersebut. Pertimbangan untuk hal ini sangat tergantung dari kondisi yang dialami bank yang bersangkutan. Jika kondisi bank sudah sedemikian parah, namun masih memiliki beberapa potensi, maka sebaiknya dicari jalan keluarnya dengan model penggabungan usaha dengan bank lainnya, sedangkan langkah likuidasi merupakan jalan keluar terakhir dalam rangka menyelamatkan uang masyarakat. 127 Bank Indonesia dalam menjalankan fungsi dan tugas pengawasan serta pembinaan terhadap lembaga keuangan bank sebagaimana diatur dalam Undang- undang No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral antara lain menegaskan kewajiban dan tugas direksi serta dewan pengawasdewan komisaris suatu bank. Hal demikian bertujuan untuk melindungi masyarakat terhindar dari pihak yang melakukan kegiatan perbankan secara tidak baik sehingga dapat membahayakan kelangsungan usaha dan kesehatan bank. 128 Selain pengawasan langsung, ada pula pengawasan secara tidak langsung yaitu berupa kewajiban setiap bank untuk memberikan laporan pembukuan dalam waktu periode yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan bahwa “bank diwajibkan menyampaikan laporan keuangan dalam wakt u dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia”. 127 Kasmir, Loc.Cit. 128 Muhammad Djumhana, Op. Cit. hlm 23. Universitas Sumatera Utara Ketentuan ini kemudian tertuang dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 27119KEPDIR Tahun 1995 tentang Laporan Keuangan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi serta Surat Edaran Direksi Bank Indonesia No. 275UPPB tanggal 25 Januari 1995 tentang Laporan Keuangan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi. 129

E. Profil Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Bank bjb 4. Sejarah Singkat Bank bjb