Undang-Undang No.3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak 25 orang atau lebih, atau membayar upah paling sedikit Rp. 1.000.000,00Satu Juta Rupiah sebulan. Hal ini terlihat bahwa pemerintah secara bertahap sudah mulai mengembangkan program jaminan sosial para pekerjaburuh. 12 Mengingat aturan perekonomian yang berlaku, penting sekali untuk mempertahankan asuransi sosial sebagai teknik jaminan sosial dasar, yang disusun menurut bentuk aslinya sebagai sebuah kontrak antara individu dan masyarakat, juga agar dapat benar-benar menjamin kondisi kehidupan minimum bagi setiap orang. Negara harus terus menyediakan kerangka kerja dasar bagi asuransi sosial wajib yang membutuhkan partisipasi keuangan dari seluruh warganya dalam sebah skema, yang dapat melindungi mereka dari konsekuensi terjadinya resiko sosial yang besar. Berdasarkan pengalaman yang baru saja terjadi, sangat tidak bertanggungjawab untuk menyerahkan tugas itu kepada pengaturan pribadi, hanya tunjangan-tunjangan tambahan yang menjamin kelangsungan taraf hidup yang diinginkan saja yang harus diserahkan sepenuhnya pada usaha setiap individu.

2. Undang-Undang No.3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Menurut pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992, Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia. 12 Vladimir Rys, Merumus ulang Jaminan Sosial Kembali ke Prinsip-Prinsip Dasar, PT Pustaka Alvabet, Jakarta, 2011, hal. 34 Universitas Sumatera Utara Menurut Kennet Thomson, seorang tenaga ahli pada Sekretariat Jenderal International Social Security Association ISSA di Jenewa, dalam Regional Training Seminar ISSA di Jakarta bulan Juni 1980, mengataka bahwa : “Jaminan sosial dapat diartikan sebagai perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk risiko-risiko atau peristiwa- peristiwa tertentu dengan tujuan sejauh mungkin untuk menghindari terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut yang dapat mengakibatkan hilangnya atau turunnya sebagian besar penghasilan, dan untuk memberikan pelayanan medis danatau jaminan keuangan terhadap konsekuensi ekonomi dari peristiwa tersebut, serta jaminan untuk tunjangan keluarga dan anak” 13 Sejalan dengan dua pengertian di atas, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, pada Pasal 2 ayat 4nya menggariskan bahwa : “Jaminan Sosial sebagai perwujudan dari sekuritas sosial adalah seluruh sistem perlindungan dan pemeliharaan kesejahteraan sosial bagi warga Negara yang diselenggarakan oleh pemerintah danatau masyarakat guna memelihara taraf kesejahteraan sosial” 14 Jika diperhatikan dari ketiga pengertian di atas, maka nampaknya ketiga pengertian tersebut memberikan pengertian jaminan sosial dengan begitu luasnya, seakan-akan jumlah sscial itu sendiri telah mencakup bidang pencegahan dan penyembuhan serta bidang pembinaan, ketiga bidang ini kalau dikaitkan lebih jauh lagi akan apa yang dinamakan Perlindungan Buruh, sehingga akan amat 13 Sentanoe Kertonegoro , Jaminan Sosial dan Pelaksanaannya di Indonesia, Cet.1, Mutiara, Jakarta, Hal. 29 14 H. Zainal Asikin, S.H., S.U. dkk, Dasar-dasar Hukum Perburuhan, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008, Hal 99 Universitas Sumatera Utara luaslah ruang lingkupnya. Kalau kita akan membicarakan jaminan sosial bagi pekerja dengan bertumpunya pada defenisi di atas, maka yang dimasukkan ke dalam jaminan sosial ini hal-hal yang bersangkutan dengan : 1. Jaminan sosial itu sendiri 2. Kesehatan keja, dan 3. Keselamatan dan keamanan kerja Di dalam rangka menciptakan landasan untuk meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan tenaga kerja, Undang-undang ini mengatur penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja sebagai perwujudan pertanggungan sosial sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja. Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek ini dikeluarkan berdasarkan dasar-dasar hukum: a. Pasal 5 ayat 1, Pasal 20 ayat 1, Pasal 27 ayat 2 Undang - undang Dasar 1945 b. Undang-undang No.3 Tahun 1951 tentang pernyataan berlakunya Undang- undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 No. 23 dari Republik Indonesia untuk seluruh Indonesia Lembaga Negara tahun 1951 No.41 c. Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga kerja Lembaga Negara tahun 1969 nomor 55 : tambahan lembaran negara nomor 2912 d. Undang- undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja Lembaran Negara Tahun 1970 nomor 1, Tambahan Lembaran Negara nomor 2918 Universitas Sumatera Utara e. Undang- undang No. 7 tahun 1981 tentang wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan Lembaran Negara Tahun 1981 nomor 39, Tambahan Lembaran Negara nomor 3201. Pada hakekatnya program jaminan sosial tenaga kerja ini memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruh penghasilan yang hilang. Jaminan sosial tenaga kerja mempunyai beberapa aspek, antara lain : a. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya; b. Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempat mereka bekerja. c. Dengan adanya upaya perlindungan dasar akan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruh penghasilan yang hilang. d. Menciptakan ketenangan bekerja karena adanya upaya perlindungan terhadap resiko- resiko kerja dan upaya pemeliharaan terhadap tenaga kerja. e. Dengan adanya jaminan sosial tenaga kerja akan menciptakan ketenangan bekerja pada akhirnya mendukung kemandirian dan harga diri manusia dalam menghadapi resiko sosial ekonomi. Penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja dimaksudkan dalam Undang- undang ini sebagai pelaksanaan Pasal 10 dan Pasal 15 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja yang Universitas Sumatera Utara meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua, dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, akan tetapi mengingat objek yang mendapat jaminan sosial tenaga kerja yang diatur dalam Undang-undang ini diprioritaskan bagi tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan, perorangan dengan menerima upah maka kepada tenaga kerja di luar hubungan kerja atau dengan kata lain tidak bekerja pada perusahaan, pengaturan tentang jaminan sosial tenaga kerjanya akan diatur tersendiri dengan Peraturan Pemerintah. Berdasarkan Undang-undang No. 3 Tahun 1992 pasal 6 ayat 1 yang menjadi ruang lingkup Jaminan Sosial Tenaga Kerja meliputi: 1. Jaminan Kecelakaan Kerja JKK Kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja merupakan risiko yang dihadapi oleh tenaga kerja yang melakukan pekerjaan. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilannya yang diakibatkan oleh kematian atau cacad karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka perlu adanya Jaminan Kecelakaan Kerja. Mengingat gangguan mental akibat kecelakaan kerja sifatnya sangat relative sehingga sulit ditetapkan derajat cacadnya maka jaminan atau santunan hanya diberikan dalam hal terjadi cacad mental tetap yang mengakibatkan tenaga kerja yang bersangkutan tidak bida bekerja lagi. 2. Jaminan Kematian JK Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja akan mengakibatkan terputusnya penghasilan, dan sangat berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi bagi keluarga yang ditinggalkan. Oleh karena itu, diperlukan Universitas Sumatera Utara Jaminan Kematian dalam upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang. 3. Jaminan Hari Tua JHT Hari tua dapat mengakibatkan terputusnya upah karena tidak lagi mampu bekerja. Akibat terputusnya upah tersebut dapat menimbulkan kerisauan bagi tenaga kerja dan mempengaruhi ketenangan kerja sewaktu mereka masih bekerja, terutama bagi mereka yang penghasilannya rendah. Jaminan Hari Tua memberikan kepastian penerimaan penghasilan yangdibayarkan sekaligus dan atau berkala pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 lima puluh lima tahun atau memenuhi persyaratan tertentu. 4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja sehinggha dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan di bidang penyembuhan kuratif. Oleh karena, upaya penyembuhan memerlukan dana yang tidak yang tidak sedikit dan memberatkan jika dibebankan kepada perorangan, maka sudah selayaknya diupayakan penanggulangan kemampuan masyarakat melalui program jaminan sosial tenaga kerja disamping itu pengusaha tetap berkewajiban mengadakan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja yang meliputi upaya peningkatan promotif, pencegahan preventif, penyembuhan kuratif, dan pemulihan rehabilitatif. Dengan demikian diharapkan tercapainya derajat kesehatan tenaga kerja yang optimal sebagai potensi yang produktif bagi pembangunan. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan selain untuk tenaga kerja yang bersangkutan juga untuk keluarganya. Universitas Sumatera Utara Mengingat jaminan sosial tenaga kerja merupakan program lintas sektoral yang saling mempengaruhi dengan usaha peningkatan kesejahteraan sosial lainnya, maka program jaminan sosial tenaga kerja dilaksanakan secara bertahap dan saling menunjang dengan usaha-usaha pelayanan masyarakat dalam bidang kesehatan, kesempatan kerja, keselamatan dan kesehatan kerja. Pengawasan terhadap Undang-undang ini, dan peraturan pelaksanaannya dilakukan oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang- undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. 15 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja mencantumkan sanksi terhadap setiap orang yang tidak memenuhi kewajiban yang ditentukan.Sanksi pidana ditentukan dalam Pasal 29 sedangkan sanksi administrasi,ganti rugi,atau denda menurut Pasal 30 Undang-undang tersebut,akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.Sanksi pidana yang ditentukan dalam Pasal 29 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 berupa kurungan atau denda. Pasal 29 ayat 1 Undang-undang tersebut selengkapnya menentukan, ”Barang siapa tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1; Pasal 10 ayat 1, ayat 2 dan ayat 3; Pasal 18 ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, dan ayat 5; Pasal 19 ayat 2; Pasal 22 ayat 1 dan Pasal 26, 15 http:www.sjdih.depkeu.go.idfulltext19923TAHUN1992UU.htm diakses 04 Maret 2016 Universitas Sumatera Utara diancam dengan hukuman kurungan selama lamanya 6 enam bulan atau denda setinggi tingginya Rp. 50.000 000,- lima puluh juta rupiah.” Dalam ayat 2 ditentukan”Dalam hal pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat 12 untuk kedua kalinya atau lebih setelah putusan akhir telah memperoleh kekuatan hukum tetap,maka pelanggaran tersebut dipidana kurungan selama lamanya 8 delapan bulan.” Tindak pidana sebagaimana tersebut dalam ayat 1 adalah pelanggaran. Artinya tindak pidana tersebut tidak digolongkan kepada kejahatan,yang ancaman hukumannya lebih berat, jadi tindak pidana sebagimana dimaksud dalam Pasal 29 tersebut diatas termasuk tindak pidana ringan. Ancaman hukumannyapun bersifat alternative.Bisa dipilih hukuman kurungan atau denda, tergantung kepada tuntutan jaksa dan putusan hakim. Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat 1 dan ayat 2, menurut Pasal 30 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992, terhadap pengusaha, tenaga kerja, dan Badan Penyelenggara yang tidak memenuhi ketentuan Undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya dikenakan sanksi administrasi, ganti rugi, atau denda yang akan diatur dalam Peraturan Pemerintah. Sanksi sebagaimana tersebut diatas diatur dalam Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jamsostek sebagaimana beberapa kali diubah terakir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2010.Pada intinya Pasal 47 Peraturan Pemerintah tersebut menentukan: Universitas Sumatera Utara 1. Pengusaha yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 12 ayat 3, Pasal 4, Pasal 5 ayat 1, Pasal 6 ayat 2, Pasal 18 ayat 1, ayat 2, dan ayat 3, dan Pasal 19 serta Pasal 20 ayat 1, dan telah diberikan peringatan tetapi tetap tidak melaksanakan kewajibannya dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan ijin usaha. 2. Pengusaha yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat 3 dikenakan denda sebesar 2 untuk setiap bulan keterlambatan yang dihitung dari iuran yang seharusnya dibayar. 3. Badan Penyelenggara yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana diamaksud dalam Pasal 26 Undang-undang Nomor 3 tahun 1992 dikenakan ganti rugi sebesar 1 dari jumlah jaminan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini,untuk setiap hari keterlambatan dan dibayarkan kepada tenaga kerja yang bersangkutan. 16

3. Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN