1. Pengusaha yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 12 ayat 3, Pasal 4,
Pasal 5 ayat 1, Pasal 6 ayat 2, Pasal 18 ayat 1, ayat 2, dan ayat 3, dan Pasal 19 serta Pasal 20 ayat 1, dan telah diberikan peringatan tetapi
tetap tidak melaksanakan kewajibannya dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan ijin usaha.
2. Pengusaha yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat 3 dikenakan denda sebesar 2 untuk setiap bulan keterlambatan yang dihitung dari iuran yang seharusnya dibayar.
3. Badan Penyelenggara yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
diamaksud dalam Pasal 26 Undang-undang Nomor 3 tahun 1992 dikenakan ganti rugi sebesar 1 dari jumlah jaminan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Pemerintah ini,untuk setiap hari keterlambatan dan dibayarkan kepada tenaga kerja yang bersangkutan.
16
3. Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN
Undang- undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2004 pada pasal 1 ayat 1 jaminan sosial menyatakan bahwa salah satu bentuk perlindungan sosial untuk
menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Dan dalam pasal 1 ayat 2 dijelaskan bahwa sistem jaminan sosial nasional
adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggaraan jaminan sosial.
16
Martabat, http:www.jamsosindonesia.com diakses 05 Maret 2016
Universitas Sumatera Utara
SJSN adalah program Negara yang bertujuan untuk memberi perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui program ini,
setiap penduduk diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak apabila terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan hilangnya atau berkurangnya
pendapatan, karena menderita sakit, mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut, atau pensiun.
17
UU SJSN diundangkan pada tanggal 19 Oktober 2004, sebagai pelaksanaan amanat konstitusi tentang hak konstitusional setiap orang atas jaminan sosial
dengan penyelenggaraan program-program jaminan sosial yang menyeluruh bagi seluruh warga negara Indonesia. UU SJSN adalah dasar hukum untuk
menyinkronkan penyelenggaraan berbagai bentuk jaminan sosial yang telah dilaksanakan oleh beberapa badan penyelenggara agar dapat menjangkau
kepesertaan yang lebih luas serta memberikan manfaat yang lebih besar bagi setiap peserta.
Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program Negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Melalui program ini, setiap penduduk diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila terjadi hal-hal yang dapat
mengakibatkan hilang atau berkurangnya pendapatan, karena menderita sakit, mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut, atau pensiun.
Asas dan tujuan sistem jaminan sosial nasional diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat
17
Penjelasan atas UU No. 40 Tahun 2004 paragraf ketiga LN Nomor 150
Universitas Sumatera Utara
Indonesia. Sistem jaminan sosial nasional bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta danatau
anggota keluarganya.Pasal 2 dan 3 UU SJSN
18
Selama beberapa dekade terakhir ini, Indonesia telah menjalankan beberapa program jaminan sosial. Undang-undang yang secara khusus mengatur jaminan
sosial bagi tenaga kerja swasta adalah Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja JAMSOSTEK, yang mencakup program
jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, dan jaminan kematian.
Landasan yuridis penyelenggaraan SJSN adalah UUD Negara Republik Indonesia Pasal 28H ayat 3 dan Pasal 34 ayat 2. Pasal 28H ayat 3 diatur
dalam Perubahan Kedua UUD NRI 1945 dan Pasal 34 ayat 2 diatur dalam Perubahan Keempat UUD NRI 1945. Amanat konstitusi tersebut kemudian
dilaksanakan dengan UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional UU SJSN.
19
Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perkara No. 007PUU-III2005, Pemerintah bersama DPR mengundangkan sebuah peraturan pelaksanaan UU
SJSN setingkat Undang-Undang, yaitu UU No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional UU BPJS.
20
Peraturan Pelaksanaan UU SJSN dan UU BPJS terbentang mulai Peraturan Pemerintah hingga Peraturan Lembaga. Penyelesaian seluruh dasar hukum bagi
18
Dapat dibaca juga dalam Tim redaksi pustaka yustisia, Koalisi Perundangan tentang Jaminan Sosial, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2012, hal.7
19
Asih Eka Putri, Paham SJSN Sistem Jaminan Sosial Nasional, CV Komunitas Pejaten Mediatama, Jakarta, 2004, hal.12
20
Ibid, hal.12 paragraf 2
Universitas Sumatera Utara
implementasi SJSN yang mencakup UUD NRI, UU SJSN dan peraturan pelaksanaannya membutuhkan waktu lima belas tahun 2000
– 2014.
21
Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat tersebut direspon oleh hukum. Salah satu di antaranya adalah hukum jaminan sosial. Pemerintah
membentuk dan mengundangkan UU SJSN untuk menyikapi dinamika masyarakat dan menangkap semangat jamannya, menyerap aspirasi, dan cita-cita
hukum masyarakat. Penyelenggaraan program jaminan sosial diubah secara mendasar untuk memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Prinsip dana amanat diberlakukan. Dana dikumpulkan dari iuran peserta sebagai dana titipan kepada BPJS untuk dikelola sebaik-baiknya
dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
22
Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan pada prinsip:
23
1. Kegotongroyongan,
Kebersamaan antar peserta dalam menanggung beban biaya jaminan sosial, yang diwujudkan dengan kewajiban setiap peserta membayar iuran
sesuai dengan tingkat gaji, upah, atau penghasilan. 2.
Nirlaba, Pengelolaan usaha yang mengutamakan penggunaan hasil pengembangan
dana untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh peserta. 3.
Keterbukaan,
21
Ibid, hal.12 paragraf 4
22
Ibid, hal. 15
23
Republik Indonesia 1 ,Undang-Undangtentang Sistem Jaminan Sosial Nasional no.40 tahun 2004 LN No. 150 , pasal 4
Universitas Sumatera Utara
Mempermudah akses informasi yang lengkap, benar, dan jelas bagi setiap peserta.
4. Kehati-hatian,
Pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan tertib. 5.
Akuntabilitas, Pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan secara akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. 6.
Portabilitas, Memberikan jaminan secara berkelanjutan meskipun peserta berpindah
pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Republik Indonesia. 7.
Kepersertaan bersifat wajib, Mengharuskan seluruh penduduk untuk menjadi peserta jaminan sosial
yang dilaksanakan secara bertahap. 8.
Dana Amanat, Iuran dan hasil pengembangannya merupakan dana titipan dari peserta
untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan peserta jaminan sosial.
9. Hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta. Iuran dan hasil pengembangannya merupakan dana titipan dari peserta
untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan peserta jaminan sosial.
Universitas Sumatera Utara
Sistem jaminan sosial nasional dibuat sesuai dengan “paradigma tiga pilar”
yang direkomendasikan oleh Organisasi Perburuhan Internasional ILO. Pilar- pilar itu adalah :
Pilar Pertama menggunakan meknisme bantuan sosial social assistance kepada penduduk yang kurang mampu, baik dalam bentuk bantuan uang tunai
maupun pelayanan tertentu, untuk memenuhi kebutuhan dasar yang layak. Pembiayaan bantuan sosial dapat bersumber dari Anggaran Negara dan atau dari
Masyarakat. Mekanisme 4 bantuan sosial biasanya diberikan kepada Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS yaitu masyarakat yang benar-benar
membutuhkan, umpamanya penduduk miskin, sakit, lanjut usia, atau ketika terpaksa menganggur.
24
Pilar Kedua menggunakan mekanisme asuransi sosial atau tabungan sosial yang bersifat wajib atau compulsory insurance, yang dibiayai dari kontribusi atau
iuran yang dibayarkan oleh peserta. Dengan kewajiban menjadi peserta, sistem ini dapat
terselenggara secara
luas bagi
seluruh rakyat
dan terjamin
kesinambungannya dan profesionalisme penyelenggaraannya.
25
Pilar Ketiga menggunakan mekanisme asuransi sukarela voluntary insurance atau mekanisme tabungan sukarela yang iurannya atau preminya
dibayar oleh peserta atau bersama pemberi kerja sesuai dengan tingkat risikonya dan keinginannya. Pilar ketiga ini adalah jenis asuransi yang sifatnya komersial,
dan sebagai tambahan setelah yang bersangkutan menjadi peserta asuransi sosial.
24
https:wimee.wordpress.com20110620sjsn-sistem-jaminan-sosial-nasional ,diakses tanggal 07 Maret 2016
25
Ibid,
Universitas Sumatera Utara
Penyelenggaraan asuransi sukarela dikelola secara komersial dan diatur dengan UU Asuransi.
26
Undang-undang dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional menetapkan 5 lima program Jaminan sosial, yaitu :
27
1. Dalam pasal 19 dan pasal 20 menyatakan bahwa jaminan kesehatan adalah
program jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk menjamin agar peserta dan anggota keluarganya memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
2. Dalam pasal 29 ayat 1 dan 2menyatakan bahwa jaminan kecelakaan
Kerja adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pelayanan
kesehatan dan santunan uang tunai apabila ia mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja.
3. Dalam pasal 35 ayat 1 dan 2menyatakan bahwa jaminan hari tua adalah
program jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila
memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia.
4. Dalam pasal 39 ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa jaminan pensiun
adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada
26
Ibid,
27
Republik Indonesia1 , op.cit, pasal 19, pasal 20, pasal 29, pasal 35, pasal 39, pasal 43.
Universitas Sumatera Utara
saat peserta mengalami kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat tetap total.
5. Dalam pasal 43 menyatakan bahwa jaminan kematian adalah program
jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk memberikan santunan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta
yang meninggal dunia.
B. Undang-undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial bagi pekerjaburuh.
1.
Badan Penyelenggara Sistem Jaminan Sosial.
Undang-undang No.24 Tahun 2011 pada pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa badan penyelenggara jaminan sosial yang disingkat
BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
jaminan sosial.
BPJS bertujuan
untuk mewujudkan
terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta danatau anggota keluarganya.
Tiga kriteria di bawah ini digunakan untuk menentukan bahwa BPJS
merupakan badan hukum publik, yaitu:
1. Cara pendiriannya atau terjadinya badan hukum itu, diadakan dengan
konstruksi hukum publik, yaitu didirikan oleh penguasa Negara dengan Undang-undang;
2. Lingkungan kerjanya, yaitu dalam melaksanakan tugasnya badan
hukum tersebut pada umumnya dengan publik dan bertindak dengan kedudukan yang sama dengan publik;
Universitas Sumatera Utara
3. Wewenangnya, badan hukum tersebut didirikan oleh penguasa Negara
dan diberi wewenang untuk membuat keputusan, ketetapan, atau peraturan yang mengikat umum.
28
BPJS menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan asas; kemanusiaan, manfaat, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
29
Pembentukan dan pengoperasian BPJS melalui serangkaian tahapan, yaitu:
30
1. Pengundangan UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN pada 19 Oktober
2004. 2.
Pembacaan Putusan Mahkamah Konstitusi atas perkara No. 007PUU- III2005 pada 31 Agustus 2005.
3. Pengundangan UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS pada 25
November 2011. 4.
Pembubaran PT ASKES dan PT Jamsostek pada 1 Januari 2014 5.
Pengoperasian BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014
Rangkaian kronologis di atas terbagi atas dua kelompok peristiwa.Peristiwa pertama adalah pembentukan dasar hukum BPJS yang
mencakuppengundangan UU SJSN, pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi
danpengundangan UU
BPJS.Peristiwa kedua
adalah transformasi badan penyelenggara jaminan sosialdari badan hukum
28
Asih Eka Putri, Paham BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, CV Komunitas Pejaten Mediatama, Jakarta, 2014, hal. 07
29
Republik Indonesia, UU No.24 Tahun 2011 tentang BPJS, pasal 2
30
Asih Eka Putri, Op.cit,hal 10
Universitas Sumatera Utara
persero menjadi badan hukum publik BPJS. Transformasinmeliputi pembubaran PT Askes dan PT Jamsostek tanpa likuidasi dan diikutidengan
pengoperasian BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
31
Komisaris dan Direksi PT Askes serta Komisaris dan Direksi PT Jamsostekbertanggung
jawab atas
keberhasilan atau
kegagalan transformasi dan pendirian serta pengoperasikan BPJS. Di masa peralihan,
keduanya bertugas:
32
1. Menyiapkan
operasional BPJS
untuk penyelenggaraan
programjaminan sosial sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 2.
Menyiapkan pengalihan aset dan liabilitas, pegawai, serta hak dan kewajiban Persero kepada BPJS;
3. Khusus untuk PT Jamsostek, menyiapkan pengalihan program, aset,
liabilitas, hak dan kewajiban Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK Jamsostek kepada BPJS Kesehatan.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dibagi 2 yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Menurut UU No.24 Tahun 2011, BPJS
Kesehatan adalah badan hukum publik yang bertanggung jawab kepada Presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
Dan BPJS Ketenagakerjaan adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada Presiden dan berfungsi menyelenggarakan
program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian.
31
Ibid, hal.10
32
Republik Indonesia, Op.cit, pasal 56 dan pasal 61
Universitas Sumatera Utara
BPJS Kesehatan itu sendiri dioperasikan pada tanggal 01 Januari 2014 oleh pemerintah atas perintah UU BPJS. Dan mulai 1 Januari 2014
terjadi pengalihan program sebagai berikut:
33
1. Kementerian Kesehatan tidak lagi menyelenggarakan program
jaminan kesehatan masyarakat Jamkesmas; 2.
Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Republik Indonesia tidak lagi menyelenggarakan program pelayanan
kesehatan bagi pesertanya, kecuali untuk pelayanan kesehatan tertentu berkaitan dengan kegiatan operasionalnya, yang ditetapkan dengan
Peraturan Presiden; 3.
PT Jamsostek Persero tidak lagi menyelenggarakan program jaminan pemeliharaan kesehatan.
Pada tanggal 01 Januari 2014 diubah dari PT. Jamsostek Persero menjadi BPJS Ketenagakerjan oleh pemerintah atas perintah UU BPJS.
Dan pada tanggal 01 Juli 2015,BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan kematian dan
program jaminan hari tua dan program jaminan pensiun sesuai dengan ketentuan UU SJSN bagi peserta selain peserta program yang dikelola oleh
PT Asabri Persero dan PT Taspen Persero. BPJS bertanggung jawab kepada presiden. Organ BPJS terdiri dari
dewan pengawas dan direksi. Anggota direksi BPJS diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Presiden menetapkan direktur utama BPJS
33
Ibid, Pasal 60 ayat 2
Universitas Sumatera Utara
diawasi oleh pengawas internal dan pengawasan eksternal. Pengawasan internal dilaksanakan oleh organ BPJS, yaitu dewan pengawas dan sebuah
unit kerja di bawah direksi yang bernama Satuan Pengawas Internal. BPJS mengelola aset jaminan sosial. UU BPJS mewajibkan BPJS
untuk memisahkan pengelolaan aset jaminan sosial menjadi dua jenis pengelolaan aset, yaitu aset BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial DJS. UU
BPJS tidak memberi penjelasan mengapa wajib dipisahkan.
34
UU BPJS
pasal 40 ayat 3
menegaskan bahwa aset Dana Jaminan Sosial bukan merupakan aset BPJS. Penegasan ini untuk memastikan
bahwa Dana Jaminan Sosial merupakan dana amanat milik seluruh peserta dan tidak merupakan aset BPJS. Pengelolaan aset jaminan sosial oleh
BPJS mencakup sumber aset, liabilitas, penggunaan, pengembangan, kesehatan keuangan, dan pertanggungjawaban.Aset BPJS bersumber
dari:
35
1. Modal awal dari Pemerintah, yang merupakan kekayaan Negara
yangdipisahkan dan tidak terbagi atas saham; 2.
Hasil pengalihan
aset BUMN
yang menyelenggarakan
programjaminansosial; 3.
Hasil pengembangan aset BPJS; 4.
Dana operasional yang diambil dari Dana Jaminan Sosial; 5.
Sumber lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
34
Ibid, pasal 40 ayat 2
35
Ibid, pasal 41 ayat 1
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan Aset Dana Jaminan Sosial bersumber dari :
36
1. Iuran jaminan sosial, termasuk bantuan iuran;
2. Hasil pengembangan Dana Jaminan Sosial;
3. Hasil pengalihan aset program jaminan sosial yang menjadi hak
peserta dari BUMN yang menyelenggarakan program jaminan sosial; 4.
Sumber lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BPJS Kesehatan menerima pengalihan seluruh aset yang dikelola
oleh PT Askes Persero dan aset Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan-JPK PT Jamsostek Persero. BPJS Ketenagakerjaan menerima
pengalihan aset lembaga PT Jamsostek Persero dan aset tiga Program Jamsostek selain aset Program JPK Jamsostek.
37
2.
Program Jaminan Sosial Pekerja.
Dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 pasal 28 H Amandemen kedua menyatakan bahwa “Setiap orang berhak atas
jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagaimana manusia bermartabat”, dan pada pasal 34 ayat 2
Amandemen keempat menyatakan bahwa ;”Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat
yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.” Setiap orang berhak untuk bekerja, mendapatkan imbalan, serta
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Para pekerja bisa saja mengalami risiko-risiko saat menjalankan pekerjaannya, sehingga
36
Ibid, pasal 43 ayat 1
37
Asih Eka Putri, Op.Cit, hal. 31
Universitas Sumatera Utara
pekerja dan keluarganya perlu mendapat perhatian. Dan di lain sisi negara berkewajiban menjamin kehidupan yang layak bagi para pekerja serta
keluarganya. Oleh sebab itu, negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat yang salah satu tujuan dari sistem jaminan sosial
itu adalah memberikan perlindungan kepada tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksanaan dari
pembangunan masyarakat pancasila. Tujuan terpenting dari pembangunan masyarakat tersebut adalah kesejahteraan rakyat termasuk tenaga kerja.
Tenaga kerja sebagai pelaksana pembangunan harus di jamin haknya, diatur kewajibannya dan dikembangkan daya gunanya. Dalam peraturan
Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER-04MEN1994 pengertian tenaga kerja adalah setiap orang yang bekerja pada perusahaan yang belum wajib
mengikuti program jaminan social tenaga kerja karena adanya pentahapan kepesertaan.
Menurut Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 99 ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa:
1. Setiap pekerja buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh
jaminan sosial tenaga kerja. 2.
Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 10, dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa jaminan sosial merupakan hak
setiap pekerja atau buruh yang sekaligus merupakan kewajiban dari
Universitas Sumatera Utara
pengusaha. Dimana pada hakikatnya program jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan
keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruh penghasilan yang hilang. Sebelumnya, jaminan sosial tenaga kerja itu diselenggarakan oleh PT
Jamsostek Persero, tetapi kini telah berubah menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan BPJS Ketenagakerjaan.
Jika ditinjau dari segi hukum perburuhan, Undang-undang ketenagakerjaan diharapkan dapat memberikan perlindungan para pekerja
tetap ataupun pekerja kontrak. Menurut Imam Soepomo, hal itu dapat dilihat dari 3 Aspek, yaitu:
38
1. Perlindungan Ekonomis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan
dengan usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja suatu penghasilan yang cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari
baginya beserta keluarganya; 2.
Perlindungan Sosial, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha kemasyarakatan, yang tujuannya memungkinkan para pekerja
itu mengenyam dan mengembangkan kehidupannya; 3.
Perlindungan teknis, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk menjaga para pekerja dari bahaya kecelakaan yang
ditimbulkan oleh alat-alat kerja. Bentuk perlindungan tenaga kerja di Indonesia yang wajib di
laksanakan oleh setiap pengusaha atau perusahaan yang mempekerjakan
38
Imam Soepomo,Pengantar Hukum Perburuhan,Djambatan, Jakarta, 2003
Universitas Sumatera Utara
orang untuk bekerja pada perusahaan tersebut harus sangat diperhatikan, yaitu mengenai pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan di maksud
diselenggarakan dalam bentuk jaminan sosial tenaga kerja yang bersifat umum untuk dilaksanakan atau bersifat dasar, dengan berasaskan usaha
bersama, kekeluargaan dan kegotong royongan sebagai mana yang tercantum dalam jiwa dan semangat Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Salah satu hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia
adalah hak atas jaminan sosial. Oleh karena itu sering dikemukakan bahwa jaminan sosial merupakan program yang bersifat universal atau umum
yang harus diselenggarakan oleh setiap negara.
39
39
Zaeni, Ashyhadie, Aspek-aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Rajawali Pers, Jakarta ,2013, hal.35
Universitas Sumatera Utara
1
BAB 1 PENDAHULUAN