terlalu sedikit sehingga peluang menggunakan keterampilan dalam bekerja sangat sedikit sehingga kurang dapat merangsang kecakapan karyawan dan kurang
mendapat rangsangan motivasi atau semangat sehingga karyawan merasa tidak dapat maju dalam mengembangkan keterampilannya Sutherlan Cooper dalam
supardi, 2007.
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres kerja
Faktor - faktor yang mempengaruhi stres kerja terdiri dari : 1.
Jenis kelamin Penelitian di amerika serikat menyatakan bahwa wanita lebih cenderung
mengalami stres dibandingkan pria. Umumnya wanita mengalami stres lebih tinggi 30 persen dari pria Gunawati et al, dalam Martina, 2012.
2. Usia
penelitian Schulz Schulz 2003 yang berjudul the effect of age on levels on over all perfomance
mengemukakan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara usia individu dalam mengatasi stres Martina, 2012.
3. Tingkat pendidikan
Penelitian yang dilakukan oleh Gryzwac 2004 dengan mewawancarai sampel 1.031 orang dewasa setiap hari selama 8 hari mengenai stres dan
kesehatan mereka. Berdasarkan penelitian tersebut dilaporkan bahwa orang tanpa ijazah sekolah tinggi mengalami stres sebesar 30 persen, orang dengan
tingkat menengah dilaporkan 38 persen, dan orng sarjana dengan gelar sarjana dilaporkan 44 persen.
4. Masa kerja
Munandar, Masa kerja yang sebentar ataupun lama dapat menjadi pemicu terjadi stres dan memperberat dengan beban kerja yang tinggi. Namun masa
kerja yang lama menimbulkan rutinitas dalam bekerja dapat menimbulkan stres seperti rutinitas yang monoton yang menimbulkan kebosanan
Munandar, 2001. 5.
Status pernikahan Menurut penelitian Martina 2012, perawat yang sudah menikah
mengalami stres sedang sebanyak 90, dan pada perawat yang belum menikah 75 mengalami stres ringan.
Griffin 2004 dalam Yazid, 2008 menyatakan bahwa faktor - faktor yang mempengaruhi stres kerja terdiri dari :
a. Tuntutan fisik terkait dengan lingkungan fisik. Bekerja di ruangan yang
bersuhu sangat dingin, cahaya ruangan sangat terang, lingkungan kerja yang sangat bising dan ruangan yang sempit dan terlalu lebar.
b. Tuntutan peran
Tuntutan peran bisa terkait dengan ketidakjelasan peran atau konflik peran yang mungkin dialami individu dalam kelompok misalnya seorang
pegawai yang merasa ditekan atasannya untuk bekerja lebih panjang. c.
Tuntutan interpersonal Tuntutan interpersonal merupakan stresor yang dikaitan dengan
hubungan dalam organisasi. Hubungan interpersonal dengan individu lain dapat menyebabkan konflik. Konflik interpersonal terjadi ketika dua
atau lebih karena sikap atau tujuan yang berbeda. Kurangnya dukungan sosial dari rekan kerja dan hubungan antar pribadi yang memburuk dapat
menyebabkan stres yang cukup besar. Greenberg 2002 menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi stres kerja :
1. Sumber intrinsik pada pekerjaan, yaitu meliputi kondisi kerja yang sedikit
menggunakan aktifitas fisik, beban kerja yang berlebihan, waktu kerja yang menekan, resiko kerja yang tinggi secara fisik.
2. Peran di dalam organisasi yaitu antara lain peran ambigu, konflik peran,
tanggung jawab kepada orang lain, konflik batasan-batasan reorganisasi conflicts reorganizational boundaries baik internal maupun eksternal.
3. Perkembangan karier, meliputi promosi kejenjang yang lebih tinggi atau
penurunan tingkat, kurangnya keamanan dan ambisi karir yang mengalami hambatan.
4. Hubungan dengan relasi kerja, meliputi kurangnya hubungan dengan
pimpinan, rekan kerja, atau bawahan dan kesulitan dalam mendelegasikan tugas.
5. Struktur organisasi dan iklim kerja, yaitu tidak adanya atau terlalu sedikit
partisipasi dalam pembuatan kebijakan, kurang efektifnya konsultasi yang terjadi di tempat kerja, hambatan dalam prilaku.
Charles dan Stanley 1997 dalam Supardi, 2007, dalam buku psikologi untuk perawat, menemukan lima sumber stres dalam keperawatan, antara lain:
a. Beban kerja berlebihan misalnya jumlah pasien yang banyak di operasi,
mengalami kesulitan dalam mempertahankan standar yang tinggi, merasa
tidak mampu memberi dukungan yang dibutuhkan teman sejawat dan keterbatasan tenaga.
b. Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, misal mengalami konflik
dengan teman sejawat, mengetahui orang lain tidak menghargai sumbangsih yang dilakukan, dan gagal membentuk tim kerja dengan staf.
c. Kesulitan dalam merawat pasien kritis, misal kesulitan menjalankan peralatan
yang belum dikenal, mengelola prosedur atau tindakan baru, dan bekerja dengan dokter yang menuntut jawaban dan tindakan cepat.
d. Berurusan dengan pengobatanperawatan pasien, misal bekerja dengan dokter
yang tidak memahami kebutuhan sosial dan emosional, terlibat dalam ketidaksepakatan dalam program tindakan, merasa tidak pasti sejauh mana
harus memberi informasi pada pasien atau keluarga, merawat pasien sulit atau tidak mau bekerja sama.
e. Merawat pasien yang gagal untuk membaik, misal pasien lansia, pasien yang
nyeri kronis, pasien yang meninggal selama dirawat.
2.2.4 Sumber Stres Kerja