Arus Permukaan Kondisi Fisika-Kimia Perairan

pengamatan dengan rerata lebih tinggi yaitu 0,64 mgL. Kosentrasi nitrat berada di atas kondisi normal air laut dengan kosentrasi minimal 0,5 mgL pada saat T1 dan T4 sedangkan kosentrasi maksimal mencapai 1,1 mgL pada T5. Pola dan kecenderungan kosentrasi nitrat pada kedua stasiun tidak sama dan terlihat berlawanan pada waktu tertentu. Kosentrasi nitrat pada Stasiun ST1- pari berfluktuatifi dalam kisaran normal air alut, sedangkan pada ST2-tikus berada diatasnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Brotowijowo et al, 1995, bahwa kosentrasi nitrat pada perairan normal berkisar antara 0,01 – 0,50 mgL. Pada saat pengamatan T4-T6 terlihat kecenderungan kosentrasi yang sangat berbeda yaitu padaStasiun ST1-pari cenderung turun kemudian meningkat, sebaliknya pada ST2-tikus cenderung naik kemudian turun. Kadar Silikat Kosentrasi silikat pada ST1-pari cukup stabil pada awal pengamatan T0- T3 kemudian berfluktuatif pada akhir pengamatan T3-T6 dengan rerata 0,74 mgL. Kosentrasi maksimal silikat dicapai pada saat T4 yaitu 2,0 mgL dan kosentrasi minimalnya saat T3 dan T7 yaitu 0,7 mgL. Pada Stasiun ST2-tikus kosentrasi silikat lebih bervariasi dan sangat berfluktuatif selama pengamatan dengan rerata lebih tinggi dibanding ST1-pari yaitu 2,4 mgL. Sebaran kosentrasi silikat pada stasiun ini berada dalam kisaran lebih tinggi dimana nilai terendah adalah 0,7 mgL pada saat T6 dan nilai tertinggi yaitu 2,4 mgL pada saat T5. Kosentrasi silakat pada kedua stasiun terlihat berbeda yaitu ST1-pari cenderung stabil dan sebaliknya ST2-tikus lebih berfluktuatif. Kosentrasi silikat pada ST2- tikus berada pada kisaran yang lebih tinggi dibanding ST1-pari dengan nilai maksimal mencapai 2,4 mgL dan minimal 0,7 mgL.

4.3.7 Sedimentasi

Hasil pengukuran laju endapan sedimen pada Stasiun ST1-pari terlihat cukup bervariasi dan cenderung meningkat, dimana nilai rerata terendah adalah 0,08 grcm 2 bulan pada saat T1 dan tertinggi yaitu 0,22 grcm 2 bulan pada T3. Terjadi peningkatan endapan sedimen sampai T3 kemudian menurun sampai T4 dan meningkat lagi sampai T6. Kecenderungan yang sama juga terlihat pada Stasiun ST2-tikus yaitu rerata volume sedimen relatif bervariasi dan selalu meningkat selama pengamatan yaitu terendah 0,05 grcm2bulan pada T1 dan tertinggi mencapai 0,23 grcm2bulan pada T3. Hasil keseluruhan pada kedua stasiun terlihat relatif cukup tinggi dan terus meningkat walaupun terjadi fluktuatif selama pengamatan. Hal yang kontradiktif terlihat pada saat T2 yaitu Stasiun ST1-pari meningkat sebaliknya ST2-tikus menurun dan keduanya mencapai puncak tertinggi pada saat T3. Endapan sedimen pada penelitian ini relatif lebih tinggi dibanding hasil pengukuran sebelumnya pada lokasi yang sama. Rudi 2006 mendapatkan hasil pengukuran sedimen pada bagian utara gugus Pulau Pari berkisar antara 0,02 – 0,1 grcm 2 bulan. Fluktuasi sedimen yang cenderung meningkat lebih disebabkan adanya pengaruh musim dan anomali cuaca global selama 2010 yaitu La-Nina di Samudera Hindia . Secara lokal dampak yang ditimbulkan adalah kekuatan angin dan arus serta peningkatan curah hujan terhadap distribusi sedimen di perairan Kepuauan Seribu khususnya Gugus Pulau Pari. Gambar 8. Variasi laju sedimentasi pada kedua stasiun selama pengamatan

4.4 Rekrutmen Karang Gugus Pulau Pari

Dukungan kondisi perairan dan bentuk fisik terumbu Gugus Pulau Pari sangat memungkinkan rekrutmen karang dapat terjadi dengan optimal. Gerakan massa air arus yang melewati Gugus Pulau Pari membantu pemencaran larva karang dari berbagai lokasi. Disamping itu berdasarkan tutupan karang