Diagnosis Diabetes Mellitus tipe 2 Tabel 2.3. Kriteria Diagnostik DM

2.2.6. Diagnosis Diabetes Mellitus tipe 2 Tabel 2.3. Kriteria Diagnostik DM

No. Kriteria 1. Gejala diabetes dan konsentrasi glukosa darah random ≥ 11,1 mmolL 200 mgdL atau 2. Glukosa plasma puasa ≥ 7,0 mmolL 126mgdL atau 3. Hemoglobin A1C ≥ 6,5 atau 4. Glukosa plasma 2 jam ≥ 11,1 mmolL 200 mgdL selama tes toleransi glukosa oral. Sumber: dikutip dari ADA, 2007 Toleransi glukosa diklasifikasikan ke dalam 3 kategori: homeostatis glukosa yang normal, DM, atau gangguan homeostatis glukosa. Toleransi glukosa bisa dinilai menggunakan glukosa plasma puasa fasting plasma glucose FPG, respon glukosa oral, atau hemoglobin A1C HbA1C. Nilai FPG 5,6 mmolL 100 mgdL, glukosa plasma 140 mgdL 11,1 mmolL diikuti dengan glukosa oral, dan HbA1C 5,7 dianggap untuk menetapkan toleransi glukosa yang normal. The International Expert Committee dengan anggota yang ditetapkan ADA, asosiasi Eropa untuk penelitian diabetes, dan IDF telah mengeluarkan kriteria untuk diagnostik DM Tabel 2.1. berdasarkan beberapa alasan: 1 FPG, respon terhadap glukosa oral tes toleransi glukosa oral [oral glucose tolerance testOGTT], dan perbedaan HbA1C diantara setiap orang, dan 2 DM didefinisikan dengan tingkatan glikemi dimana komplikasi spesifik terjadi bukan pada deviasi rata-rata berdasarkan populasi. Sebagai contoh, prevalensi retinopati di Native Americans populasi Pima Indian dimulai dengan peningkatan FPG 6,4 mmolL 116mgdL. FPG ≥ 7.0 mmolL 126 mgdL, glukosa ≥ 11.1 mmolL 200 mgdL 2 jam setelah glukosa oral, atau HbA1C ≥ 6.5 menjamin diagnosis DM Tabel 2.1.. Konsentrasi glukosa plasma acak ≥ 11.1 mmolL 200mgdL disertai gejala klasik DM poliuri, polidipsi, kehilangan berat badan cukup untuk mendiagnosis DM Tabel 2.1.. Universitas Sumatera Utara Homeostatis glukosa yang abnormal didefinisikan sebagai: 1 FPG = 5.6 – 6.9 mmolL 100-125 mgdL, dimana didefinisikan sebagai gangguan glukosa puasa IFG; 2 Kadar plasma glukosa antara 7.8 dan 11 mmolL 140 dan 199 mgdL diikuti glukosa oral, dimana disebut sebagai gangguan toleransi glukosa IGT; atau 3 HbA1C 5.7 – 6.4 . Beberapa menggunakan istilah, prediabetes, peningkatan resiko deiabetes atau hiperglikemi intermediate WHO untuk kategori DM. Kriteria saat ini untuk diagnosis DM menekankan pada tes HbA1C atau FPG yang dapat dipercaya dan sesuai untuk megindentifikasi DM pada individu yang tidak mempunyai bagaimanapun, beberapa mungkin mempunyai kriteria untuk 1 jenis tes tetapi tidak untuk tes yang lain. OGTT , meskipun masih valid untuk mendiagnosis DM, tetapi jarang digunakan pada pemeriksaan rutin. Powers, 2008 dalam Fauci, et al., 2008.

2.2.7. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus tipe 2