22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keterangan : PK = faktor perolehan kembali , Wm = bobot mikropartikel yang diperoleh g, Wt = bobot bahan pembentuk mikropartikel g
2.6.2 Penetapan Kadar Air
Mikropartikel diukur kadar airnya menggunakan alat pengukur kadar lembab moisture balance pada suhu 105
⁰C. Lalu dihitung kadar air konstan Sugindro, 2008 dalam Kasih, 2014.
2.6.3 Penentuan Distribusi Ukuran Mikropartikel
Ukuran dan distribusi partikel merupakan karakteristik paling penting untuk memperkirakan distribusi secara in vivo, biologis, toksisitas, dan
kemampuan untuk targeting Mohanraj dan Chen, 2006. Pelepasan obat juga dipengaruhi oleh ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel maka semakin
besar luas area permukaannya. Namun, semakin banyak obat yang bergabung menjadi atau mendekati permukaan partikel, akan menyebabkan pelepasan obat
yang cepat. Bagaimanapun, partikel yang lebih besar memiliki inti yang besar di mana akan memungkinkan lebih banyak obat yang dapat dienkapsulasi dan sedikit
demi sedikit berdifusi keluar. Partikel-partikel yang memiliki ukuran kecil juga memiliki resiko tinggi
mengalami agregasi selama penyimpanan dan distribusi. Hal ini selalu menjadi tantangan dalam memformulasi partikel dengan ukuran yang kecil namun dengan
stabilitas yang paling maksimal Mohanraj dan Chen, 2006. Ada banyak metode
yang digunakan untuk mengetahui ukuran partikel, misalnya: a. Mikroskopi
Menggunakan alat mikroskop optik untuk pengukuran ukuran partikel yang berkisar 0,2 µm sampai kira-kira 100 µm Kasih, 2014.
b. Pengayakan Pada metode ini menggunakan suatu seri ayakan standar yang dikalibrasi
oleh The National Standars. Ayakan umumnya digunakan untuk memilih partikel- partikel yang lebih besar, tetapi jika digunakan sangat hati-hati, ayakan-ayakan
tersebut dapat digunakan untuk mengayak bahan sampai 44 µm. Untuk menguji
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kehalusan serbuk suatu sampel tertentu ditaruh suatu ayakan yang cocok dan digoyangkan selama waktu tertentu dan bahan yang melalui suatu ayakan ditahan
oleh ayakan berikutnya yang lebih halus kemudian dikumpulkan dan ditimbang Kasih, 2014.
c. Sedimentasi Metode Andreason Pipette Penggunaan ultrasentrifugasi untuk penentuan berat molekul dari polimer
yang tinggi. Sampel ditarik dari bawah menggunakan pipet, dan sejumlah padatan ditentukan dengan pegeringan dan penimbangan Kasih, 2014.
2.6.4 Efisiensi Penjerapan
Idealnya, mikropartikel yang terbentuk memiliki kapasitas pembawa obat yang tinggi, sehingga akan mengurangi jumlah material matriks yang digunakan.
Efisiensi penjerapan sangat bergantung pada kelarutan obat yang stabil dalam material matriks atau polimer, di mana akan berkaitan dengan komposisi polimer,
bobot molekul, dan intraksi antar obat dengan polimer Mohanraj dan Chen, 2006.
Penentuan kandungan obat mikropartikel dilakukan untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang dapat terkapsulasi dan efisiensi metode yang digunakan.
Mikropartikel dapat mengandung bahan inti sampai 99 dihitung terhadap berat mikropartikel. Metode yang digunakan tergantung dari kelarutan bahan penyalut
dan bahan inti, salah satu metodenya yaitu dengan spektrofotometri UV-Vis. Jika bahan inti dan bahan penyalut larut dalam pelarut bukan air, maka
penentuan kandungan mikropartikel dilakukan dengan melarutkan mikropartikel dalam pelarut organik yang sesuai dan kadar obat kemudian ditentukan dengan
metode analisa yang sesuai. Jika hanya bahan inti saja yang larut dalam air, sedangkan bahan penyalutnya tidak larut makan dapat dilakukan pelarutan
mikropartikel dalam air dengan pengadukan kecepatan tinggi, sehingga bahan penyalut akan terlarut atau dapat pula dilakukan penggerusan mikropartikel,
sehingga penyalut pecah dan inti dapat terlarut dalam pelarut yang sesuai. Setelah itu, dilakukan penyaringan untuk menghilangkan fragmen polimer yang tidak
larut. Bahan inti selanjutnya ditentukan kadarnya dengan metode analisa yang