terhadap segala potensi tindak koruptif yang terjadi, tidak melakukan tindak korupsi sekecil apapun, dan berani menentang tindak korupsi yang
terjadi. Tujuan praktis ini, bila dilakukan bersama-sama semua pihak, akan menjadi gerakan masal yang akan mampu melahirkan bangsa baru
yang bersih dari ancaman dan dampak korupsi. Menurut Wijaya 2014:85, Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar untuk memberikan
pemahaman dan pencegahan terjadinya perbuatan korupsi yang dilakukan melalui pendidikan formal di sekolah, pendidikan informal di lingkungan
keluarga, serta pendidikan nonformal di masyarakat. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan anti
korupsi adalah usaha sadar dalam menanamkan anti korupsi dan mencegah korupsi sejak dini kepada generasi mendatang agar memiliki
pikiran malu untuk melakukan tindakan korupsi secara tegas.
2.1.3.2 Tujuan Pendidikan Anti Korupsi
Menurut Mukodi dan Afid 2014:118-119 tujuan pengembangan pendidikan anti korupsi di sekolahmadrasah adalah:
1. Anak didik mempunyai pemahaman sejak dini tentang tindakan
korupsi. 2.
Anak didik mampu mencegah dirinya sendiri agar tidak melakukan tindak korupsi individual competensi.
3. Anak didik mampu mencegah orang lain agar tidak cara memberikan
pengertian kepada orang melakukan tindakan korupsi dengan cara memberikan peringatan kepada orang tersebut.
4. Anak didik mampu mendeteksi adanya tindak korupsi dan
melaporkannya kepada pihak terkait.
2.1.3.3 Integrasi Pendidikan Anti Korupsi
Menurut Wijaya 2014:85, jika pendidikan anti korupsi diintegrasikan ke dalam kurikulum, maka menjadi salah satu materi yang
disusun ke dalam Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD. Selanjutnya, dijabarkan ke dalam substansi kajian atau pokok bahasan
dalam mata pelajaran tertentu. Mata pelajaran yang dekat dijadikan pijakan dalam pendidikan anti korupsi adalah Pendidikan agama,
pendidikan kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia. Menurut Mukodi dan Afid 2014:131-132, dalam mengajarkan
pendidikan anti korupsi di sekolah, guru juga dapat menggunakan sebuah masalah. Misalnya, guru membuat cerita sederhana tentang korupsi. Lalu
dengan cerita
itu, peserta
didik menganalisis
dan mencari
penyelesaiannya. Proses ini dapat dilakukan dengan individu maupun kelompok.
Menurut Mukodi dan Afid 2014:159, sasaran yang paling utama dalam implementasi pendidikan anti korupsi adalah tertanamnya nilai dan
prinsip dalam peserta didik. Semua input dan proses yang dikerahkan oleh sekolahmadrasah harus bertujuan untuk kepentingan pesera didik.
Menurut Syarbini dan Arbain 2014:74-75, pada prinsipnya pengintegrasian nilai-nilai dan perilaku anti korupsi bisa dilakukan ke
semua mata pelajaran. Integrasi melalui pengembangan materi terutama dilakukan terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan
Kewarganeraan yang sebagian besar materinya mengandung muatan nilai dan perilaku anti korupsi. Pengintegrasian pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia lebih diutamakan melalui pengembangan metode, media, dan sumber belajar. Beberapa media dan sumber belajar tersebut diantaranya
adalah gambar, foto, video, berita media masa, puisi, sajak, cerpen, prosa, pantun dan sejenisnya yang berkaitan dengan korupsi.
2.1.4 Buku Cerita Bergambar