Pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca kelas III sekolah dasar.

(1)

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI UNTUK PEMBELAJARAN

MEMBACA KELAS III SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Amah Wulandari NIM: 131134175

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

i

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI UNTUK PEMBELAJARAN

MEMBACA KELAS III SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Amah Wulandari NIM: 131134175

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada-Nya, skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan taufik serta hidayah-Nya kepada saya dalam segala hal.

Kedua orangtua saya, Bapak Kendro Suparmin dan Ibu Suliyem yang selalu memberikan doa, dukungan, perhatian, kasih sayang dan semangat untuk

menyelesaikan pendidikan ini.

Kakak – kakak saya yang turut memotivasiku untuk tetap semangat.

Andi Setyawan yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

Teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

Teman-teman PGSD angkatan 2013.


(6)

v

MOTTO

“Kemenangan yang seindah

-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh

direbut oleh manusia ialah

menundukan diri sendiri”

(Ibu Kartini)

“Bagian terbaik dari hidup seseorang adalah perbuatan

-perbuatan baiknya

dan kasihnya yang tidak diketahui orang lain”

(William Wordsworth)

“Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi

tantangan, dan sa

ya percaya pada diri saya sendiri”

(Muhammad Ali)

“Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya

menggunakan untuk memotong, ia akan memotongmu (menggilasmu)”

(H.R. Muslim)

“Learn from yesterday, live for today, and hope for tomorrow”

(Albert Einstein)


(7)

vi


(8)

(9)

viii

ABSTRAK

PENGEMBAMGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS PENDIDIKAN ANTI KORUPSI UNTUK PEMBELAJARAN

MEMBACA KELAS III SEKOLAH DASAR

Amah Wulandari Universitas Sanata Dharma

2017

Skripsi ini merupakan hasil penelitian dan pengembangan terkait dengan pendidikan anti korupsi. Penelitian ini berawal dari adanya potensi dan masalah terkait dengan pendidikan anti korupsi. Potensi yang ada adalah pendidikan anti korupsi untuk anak SD kelas rendah. Masalah yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara yaitu belum adanya media guru untuk mengajarkan pendidikan anti korupsi pada anak usia dini. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan media berbasis pendidikan anti korupsi.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan Borg dan Gall dan pengembangan modifikasi dari Sugiyono. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengembangkan produk, (2) Mengetahui kualitas produk. Produk yang dihasilkan berupa buku cerita bergambar untuk mengajarkan pendidikan anti korupsi siswa sekolah dasar. Langkah-langkah dalam pengembangan penelitian ini adalah (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara dan lembar kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas III SD N 1 Keputran Kemalang Klaten, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas buku cerita bergambar oleh Dosen, guru kelas III SD N 1 Keputran Kemalang Klaten, dan 6 siswa kelas III SD N 1 Keputran Kemalang Klaten sebagai subjek uji coba.

Berdasarkan hasil validasi, Dosen memperoleh skor sebesar 4,4. Guru kelas III memperoleh skor sebesar 4,5. Subjek uji coba sebesar 4,5. Rerata skor validasi yaitu 4,45 dengan kategori “Sangat Baik”. Hal tersebut ditinjau dari aspek (1) cover buku, (2) kebahasaan dan isi, (3) anatomi buku. Dengan demikian, buku cerita anak yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai buku bacaan tentang pendidikan anti korupsi untuk anak SD kelas rendah.

Kata Kunci: Buku Cerita Bergambar, Pendidikan Anti Korupsi, Pembelajaran


(10)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF PICTURED STORYBOOKS BASED ON ANTI CORRUPTION EDUCATION FOR READING LEARNING OF THIRD

GRADE ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS

Amah Wulandari Sanata Dharma University

2017

This paper is the result of research and development related to anti corruption education. This research is begun from the begins of potential and problems related to anti-corruption education. The potential is the anti corruption education for low grade students of elementary schools. The problem that researcher gets from the interview is the absence of media for the teachers to teach anti-corruption education to the students. Therefore, the researcher is encouraged to conduct the research on media development based on anti-corruption education.

This research uses the research Barg and Gall method and development method of modification from Sugiyono. The purpose of this research is to develop the product and to know the quality of the product. The product is a picture storybook for teaching anti-corruption education to elementary school students. The steps in the development of this research are (1) the potential and problem, (2) data collection, (3) product design, (4) design validation, (5) design revision, (6) product trials. The instrument used in this research is a list of interview questions and questionnaire sheets. The interview is used for the analysis of the need for the third grade teachers of State Elementary School (SDN) 1 Keputran Kemalang, Klaten, while the questionnaires are used to validate the quality of the picture storybook by lecturers, the third grade teachers of SDN 1 Keputran Kemalang, Klaten; and 6 students of the third grade SDN 1 Keputran Kemalang, Klaten as the trial subjects.

Based on the validation result, the lecturers get the score of 4.4. The third grade teachers get the score of 4.5. The trial subjects get 4.5. The average validation score is 4.45 with the category "Very Good". This result is viewed from the aspects of (1) book cover, (2) language and content, (3) book anatomy. Thus, this developed children's storybook is worthy to be used as a reading book on anti-corruption education for low grade students of elementary schools.


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan Anti Korupsi untuk Pembelajaran Membaca kelas III Sekolah Dasar ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini telah selesai karena bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati dan penuh cinta perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Ucapan terimakasih ini penulis sampaikan kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD. 3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi

PGSD.

4. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Andreas Erwin Prasetya. M.Pd. selaku validator yang telah memberikan ilmu dan saran sehingga produk dalam skripsi ini menjadi lebih baik.


(12)

xi

7. Kepala Sekolah SD Negeri 1 Keputran yang telah memberikan ijin penelitian kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah.

8. Guru SD Negeri 1 Keputran yang telah bersedia membantu selama proses penelitian.

9. Kedua orangtua saya, Bapak Kendro Suparmin dan Ibu Suliyem yang selalu memberikan doa, dukungan, perhatian, kasih sayang dan semangat untuk menyelesaikan pendidikan ini.

10.Kakak – kakak saya yang turut memotivasiku untuk tetap semangat.

11.Andi Setyawan yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

12.Teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

13.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk bantuan dan dukungan.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan dan kekurangannya, maka peneliti sangat membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhirnya peneliti mengucapkan selamat membaca semoga bermanfaat bagi pembaca dan kita semua

Yogyakarta, 16 Juni 2017 Penulis


(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Definisi Operasional... 8


(14)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

2.1 Kajian Pustaka ... 10

2.1.1 Pendidikan Karakter ... 10

2.1.2 Pendidikan Anti Korupsi ... 12

2.1.2.1 Pengertian Korupsi ... ... 12

2.1.2.2 Pengertian Pendidikan Anti Korupsi ... ... 14

2.1.2.3 Nilai-nilai dalam Pendidikan Anti Korupsi ... 15

2.1.3 Karakteristik Anak Sekolah Dasar ... 17

2.1.4 Buku Cerita Bergambar... 20

2.1.4.1 Media Pembelajaran ... ... 20

2.1.4.2 Bahan Ajar ... ... 23

2.1.4.3 Membaca ... ... 24

2.1.4.4 Buku Cerita Bergambar ... 27

2.2 Penelitian Yang Relevan ... 29

2.3 Kerangka Berpikir ... 33

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN... 36

3.1 Jenis Penelitian ... 36

3.2 Setting Penelitian ... 39

3.3 Prosedur Pengembangan ... 39

3.3.1 Potensi dan Masalah ... 40

3.3.2 Pengumpulan Data ... 40

3.3.3 Desain Produk ... 40

3.3.4 Validasi Desain ... 41

3.3.5 Revisi Desain ... 41

3.3.6 Uji Coba Produk ... 41

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 43


(15)

xiv

3.4.2 Observasi ... 43

3.5 Instrumen Pengumpulan Data ... 44

3.5.1 Pedoman Wawancara ... 45

3.5.2 Kuesioner ... ... 46

3.5.2.1 Kuesioner Validasi Buku Cerita ... ... 47

3.5.2.2 Kuesioner Validasi Uji Coba Produk ... ... 50

3.6 Teknik Analisis Data ... 53

3.6.1 Analisis Data Kualitatif ... 53

3.6.2 Analisis Data Kuantitatif ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

4.1 Hasil Penelitian Pengembangan ... 57

4.1.1 Proses Pengembangan Buku Cerita ... 57

4.1.1.1 Potensi dan Masalah ... ... 57

4.1.1.2 Pengumpulan Data ... ... 58

4.1.1.3 Desain Produk Awal ... ... 59

4.1.1.4 Validasi Desain ... ... 62

4.1.1.4.1 Hasil Validasi Dosen ... 62

4.1.1.4.2 Hasil Validasi Guru ... ... 64

4.1.1.5 Revisi Desain ... ... 65

4.1.1.6 Uji Coba Produk ... ... 67

4.1.2 Kualitas Buku Cerita ... 68

4.2 Pembahasan ... 69

4.2.1 Buku Cerita Mudah Dipahami Anak... 71

4.2.2 Buku Cerita Disusun dengan Ilustrasi yang Menarik ... 72

4.2.3 Buku Cerita Dirancang dengan Anatomi yang Sesuai ... 73

BAB V PENUTUP ... 76


(16)

xv

5.2 Keterbatasan Pengembangan ... 77

5.3 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Komponen Karakter yang baik menurut Lickona ... 12

Gambar 2.2 Bagan Penelitian yang Relevan ... 32

Gambar 3.1 Bagan Langkah Pengembangan Menurut Sugiyono ... 38


(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Umum Instrumen Penelitian... 44

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan ... 45

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Buku Cerita ... 47

Tabel 3.4 Instrumen kuesioner Validasi Buku Cerita ... 48

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Uji Produk Buku Cerita ... 50

Tabel 3.6 Instrumen kuesioner Uji Produk Buku Cerita ... 51

Tabel 3.7 Konversi Nilai Skala Lima (Widoyoko, 2009:238) ... 54

Tabel 4.1 Hasil Validasi Buku Cerita oleh Dosen ... 62

Tabel 4.2 Hasil Validasi Buku Cerita oleh Guru Kelas III ... 64

Tabel 4.3 Komentar Validator dan Revisi desain ... 66

Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Uji Coba Produk ... ... 68


(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 82

Lampiran 2 Hasil Validasi Instrumen Oleh Dosen ... 84

Lampiran 3 Hasil Validasi Instrumen Oleh Guru Kelas III ... 87

Lampiran 4 Hasil Uji Coba Produk Oleh Siswa ... 90

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian... 102

Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian ... 103

Lampiran 7 Biodata Penulis ... ... 104


(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah sebuah persoalan yang khas dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu, pendidikan dapat diartikan dari sudut pandang yang luas yaitu segala jenis pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya minat belajar untuk mengetahui suatu hal yang ingin diketahui. Selain itu menurut Suhartono (2009: 43-46) Pendidikan juga dapat diartikan dengan pendekatan dalam arti sempit, yaitu seluruh kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan secara teratur dan terarah di dalam lembaga pendidikan sekolah.

Tujuan pendidikan nasional Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa “tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia-manusia yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan” (UU Sisdiknas: 2003). Pendidikan diharapkan mampu menumbuhkembangkan segala potensi yang dimiliki oleh peserta didik.


(21)

Pendidikan seharusnya mampu mencetak peserta didik agar memiliki kepribadian, moral dan karakter demi menjawab segala tantangan zaman. Hal tersebut juga sesuai dengan rencana pembangunan jangka panjang nasional tahun 2005-2025 yang menjelaskan bahwa misi pertama yang harus dicapai adalah mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah pancasila (Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007).

Menurut Trianto (2013: 3) Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Pada kenyataannya pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan sering dijumpai beberapa masalah, antara lain cara mengajar guru yang menganggap siswa hanya sebuah benda yang hanya dapat menerima pelajaran dari gurunya saja. Selain sangat banyaknya bahan pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa, guru juga kurang terbiasa menggunakan media-media pembelajaran yang bervariasi. Padahal seorang guru harus kreatif dalam menyelenggarakan proses pembelajaran, baik itu dari segi materi, metode maupun media yang digunakan harus menarik agar dapat menarik minat siswa untuk giat dalam belajar di sekolah, khususnya di dalam kelas.

Menurut Syaodih (2015: 8) tugas seorang guru adalah memilih dan menyajikan materi ilmu yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa. Dalam proses belajar-mengajar di kelas guru


(22)

memegang peranan yang sangat penting. Tugas guru tidak hanya menyampaikan materi kepada siswa, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada seluruh siswa, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Bagaimanapun seorang siswa tetap memerlukan bimbingan dan arahan untuk dapat belajar dengan baik. Selain itu, media pembelajaran yang bervariasi dapat membantu siswa mengembalikan semangat belajarnya. Di samping itu, media pembelajaran yang bervariasi membuat para siswa tertarik dan tertantang untuk mengikuti proses pembelajaran tanpa membuat siswa tersebut jenuh dan bosan dalam mengikuti proses belajar-mengajar tersebut. Oleh karena itu, variasi media pembelajaran di sekolah dasar sangat diperlukan, apalagi keadaan siswa sekolah dasar yang pola pikirnya masih bersifat konkret dan masih senang bermain, sangat cocok diterapkan media pembelajaran yang bervariasi. Para guru hendaknya membuat pembelajaran jadi bermakna dan buatlah semua siswa aktif dalam mengikuti proses belajar-mengajar, jangan gurunya saja yang aktif dalam proses pembelajaran.

Menurut Koesoma (2007: 4) Pendidikan karakter diartikan sebagai sebuah bantuan sosial agar individu itu dapat bertumbuh dalam menghayati kebebasannya dalam hidup bersama dengan orang lain dalam dunia. Pendidikan karakter bukan hanya berurusan dengan penanaman nilai bagi


(23)

siswa, namun merupakan sebuah usaha bersama untuk menciptakan sebuah lingkungan pendidikan tempat setiap individu dapat menghayati kebebasannya sebagai sebuah prasyarat bagi kehidupan moral yang dewasa.

Menurut Mulyasa (2013: 7) Pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimb ang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum.

Korupsi dapat didefiniskan sebagai suatu tindak penyalahgunaan kekayaan negara (dalam konsep modern), yang melayani kepentingan umum, untuk kepentingan pribadi atau perorangan. Akan tetapi praktek korupsi sendiri, seperti suap atau sogok, kerap ditemui di tengah masyarakat tanpa harus melibatkan hubungan negara. Istilah korupsi dapat pula mengacu pada pemakaian dana pemerintah untuk tujuan pribadi. Definisi ini tidak hanya menyangkut korupsi moneter yang konvensional, akan tetapi menyangkut pula korupsi politik dan administratif.

Menurut Burhanuddin (2014: 5-6) upaya mencegah dan melawan korupsi tidak akan mengalami kemajuan signifikan jika hanya dilakukan oleh aparat penegak hukum, birokrat maupun KPK. Dibutuhkan suatu gerakan masyarakat yang kuat dan meluas, yang melibatkan semua


(24)

kelompok untuk melawan dan menghentikan berbagai tindakan korupsi. Mengimplementasikan pendidikan anti korupsi di sekolah/madrasah secara baik merupakan salah satunya.

Pendidikan anti korupsi ini perlu diberikan sejak dini pada anak. Mengapa harus diberikan pada anak sejak usia dini, hal ini disebabkan karena pada usia tersebut pemikiran anak masih bersih belum tercampuri kepentingan apapun. Salah satu metode yang penulis usulkan untuk digunakan dalam proses pembelajaran adalah melalui buku cerita bergambar. Metode ini sangat cocok diterapkan pada anak usia dini. Dengan penanaman pendidikan moral anti korupsi yang diberikan pada anak sejak usia dini, maka diharapkan kelak para generasi penerus bangsa ini tidak ada yang melakukan korupsi.

Berdasarkan hasil observasi yang telah kami lakukan dengan ibu Ratna fitri wulandari, S.Si guru kelas 3 Sekolah Dasar Negeri 1 Keputran Kemalang Klaten pada tanggal 15 april 2017, menunjukan bahwa di SD Negeri 1 Keputran Kemalang Klaten belum pernah dikembangkan sebuah media pembelajaran dalam hal ini buku cerita bergambar untuk menunjang pendidikan anti korupsi. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas menunjukan hasil bahwa perlu di kembangkannya sebuah media pembelajaran dalam hal ini buku cerita bergambar untuk membantu siswa dalam pembelajaran membaca. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas maka salah satu alternatif dalam upaya peningkatan pembelajaran


(25)

membaca dan untuk meminimalisir budaya korupsi sejak dini khusunya di SD Negeri 1 Keputran Kemalang Klaten peneliti menyusun sebuah penelitian pengembangan dengan judul “Pengembamgan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas III SD Negeri 1 Keputran Kemalang Klaten”.

1.2Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana mengembangkan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran siswa Sekolah Dasar?

1.2.2 Bagaimana kualitas buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran siswa Sekolah Dasar?

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengembangkan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran siswa Sekolah Dasar.

1.3.2 Mendiskripsikan kualitas buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran siswa Sekolah Dasar.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Menambah wawasan mahasiswa dalam mengembangkan bahan ajar khususnya untuk mengembangkan pembelajaran membaca dan menulis. Sebagai seorang calon guru, penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk dapat lebih mengerti pentingnya manfaat buku ajar dalam kegiatan pembelajaran.


(26)

1.4.2 Bagi Guru

Buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi ini dapat dijadikan sebagai referensi panduan mengajar guru untuk memvariasi kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menulis siswa serta memberi wawasan tentang pendidikan anti korupsi kepada siswa sejak dini.

1.4.3 Bagi Siswa

Produk akhir penelitian ini berupa buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran siswa Sekolah Dasar. Dengan belajar menggunakan buku cerita bergambar ini, diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menulis serta memahami pentingnya pendidikan anti korupsi sejak dini.

1.4.4 Bagi Sekolah

Sekolah dapat menggunakan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi sebagai acuhan mengembangkan bahan ajar di Sekolah Dasar.

1.4.5 Bagi Prodi PGSD

Penelitian pengembangan ini dapat menambah pustakan prodi PGSD Universitas Sanata Dharma terkait dengan pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran siswa Sekolah Dasar.


(27)

1.5Definisi Operasional

1.5.1 Buku cerita bergambar adalah buku bergambar tetapi dalam bentuk cerita, bukan informasi. Buku cerita bergambar merupakan kesatuan cerita disertai dengan gambar-gambar yang berfungsi sebagai penghias dan pendukung cerita yang dapat membantu proses pemahaman isi buku tersebut.

1.5.2 Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti korupsi.

1.5.3 Membaca adalah kegiatan yang memberikan rekreasi karena dalam membaca seseorang terlebih dahulu melaksanakan pengamatan terhadap huruf sebagai representasi bunyi ujaran maupun tanda penulisan lainnya.

1.6 Spesifikasi Produk yang Dihasilkan

Spesifikasi produk yang dihasilkan adalah:

1.6.1 Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini berupa buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk anak Sekolah Dasar.

1.6.2 Ukuran buku A5 dengan sampul buku lebih tebal dari isinya. Sampul buku dengan kertas Art Paper ukuran 120 dan isi buku dengan kertas HVS. 1.6.3 Pada awal cerita siswa dihadapkan pada satu pertanyaan yaitu mengenai


(28)

dibantu dengan gambar seorang anak bernama Tito yang sangat disayang oleh ibunya dimana setiap berangkat sekolah Tito selalu dibawakan bekal oleh ibunya, tetapi ketika di sekolah Tito selalu diejek temannya karena tidak pernah jajan ketika istirahat dan hanya makan bekal yang dibuatkan ibunya.

1.6.4 Pada isi cerita tersebut terdapat penjelasan bahwa Tito berusaha mendapatkan uang jajan dengan cara berbohong kepada ibunya.

1.6.5 Pada bagian akhir cerita dijelaskan bahwa tindakan Tito merupakan perilaku korupsi sejak dini.


(29)

10

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustakan

2.1.1 Pendidikan Karakter

Pendidikan merupakan sebuah kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat tindakan eduktif yang diperuntukkan bagi generasi yang sedang bertumbuh. Dalam kegiatan mendidik ini, manusia menghayati adanya tujuan-tujuan pendidikan. Menurut Koesoema (2007:3-4) Pendidikan karakter merupakan keseluruhan dinamika relasional antar pribadi dengan berbagai macam dimensi, baik dari dalam maupun dari luar dirinya, agar pribadi tersebut dapat semakin untuk menghayati dan mengekspresikan kebebasannya, sehingga ia dapat semakin bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai pribadi dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka.

Menurut Koesoema (2007:4) Pendidikan karakter bukan hanya berurusan dengan penanaman nilai bagi siswa, namun merupakan sebuah usaha bersama untuk menciptakan sebuah lingkungan pendidikan tempat setiap individu dapat menghayati kebebasannya sebagai sebuah prasyarat bagi kehidupan moral yang dewasa. Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa.


(30)

Berdasarkan uraian di atas maka pendidikan karakter dapat disimpulkan sebagai suatu usaha dalam rangka pembentukan kepribadian seseorang yang lebih baik serta terwujudnya suatu sikap yang bertanggung jawab. Dimana nilai-nilai karakter atau kepribadian yang dimaksud antara lain : Religius, jujur, disiplin, tanggung jawab, dan lain sebagainya.

Menurut Lickona (2013:72) karakter terbentuk dari tiga macam bagian yang saling berkaitan, yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Maksud dari pernyataan Lickona ini adalah seseorang yang berkarakter pada awalnya harus memiliki pengetahuan tentang karakter itu sendiri dimana seseorang mengetahui nilai karakter itu apa saja. Kemudian setelah seseorang mempunyai pengetahuan tentang nilai-nilai karakter seseorang pasti akan memiliki perasaan untuk menghayati nilai-nilai karakter tersebut, dan pada akhirnya seseorang itu akan berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai karakter, karena pada dasarnya setiap pribadi seseorang pasti ingin menjadi pribadi yang lebih baik atau berkarakter. Karakter yang baik terdiri atas mengetahui kebaikan, menginginkan kebaikan, dan melakukan kebaikan-kebiasaan pikiran, kebiasaan hati, kebiasaan perbuatan. Ketiganya penting untuk menjalankan hidup yang bermoral, ketiganya juga merupakan faktor kematangan moral. Berdasarkan uraian diatas dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan moral, perasaan moral, dan aksi moral. Bagan dibawah ini merupakan bagan komponen karakter yang baik


(31)

Gambar 2.1 Bagan Komponen Karakter yang baik menurut Lickona.

2.1.2 Pendidikan Anti Korupsi

2.1.2.1 Pengertian Korupsi

Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia korupsi berasal dari bahasa Latin coruptio dan corruptus yang berarti kerusakan atau kebobrokan. Dalam bahasa Yunani corruptio perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang dari kesucian, melanggar norma-norma agama, materil, mental, dan umum. Menurut Burhanuddin (2014:10) Secara harfiah, korupsi diartikan sebagai kebusukan, keburukan, kebejadan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak


(32)

bermoral, penyimpangan dari kesucian. Dalam kamus besar bahasa indonesia, korupsi diartikan sebagai penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk kepentingan pribadi atau orang lain.

Mulyono (dalam Burhanuddin, 2014:10) Mendefinisikan korupsi sebagai sesuatu perbuatan yang busuk, jahat, dan merusak yang menyangkut perbuatan yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan. Sedangkan menurut Sumiarti (dalam Burhanuddin, 2014:11) korupsi merupakan hasil persilangan antara keserakahan dan ketidakpedulian sosial. Para pelaku koruptor adalah mereka yang tidak mampu mengendalikan keserakahan dan tidak peduli atas dampak perbuatannya terhadap orang lain, rakyat, bangsa, dan negara.

Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan dan administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain, yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga menimbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi lainnya. Korupsi berdasarkan pemahaman pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang diubah menjadi


(33)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Korupsi merupakan tindakan melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri/orang lain (perseorangan atau sebuah korporasi), yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan keuangan atau perekonomian negara, yang dari segi materiil perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan masyarakat.

2.1.2.2 Pengertian Pendidikan Anti Korupsi

Dalam kurikulum nasional pendidikan di Indonesia, istilah korupsi relatif belum banyak yang mengenalnya. Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional secara eksplisit istilah pendidikan anti korupsi tidak disebutkan. Dengan demikian pendidikan anti korupsi dapat dipandang sebagai hasil dari inovasi pendidikan. Hasil ini sesuai dengan dinamika masyarakat, dari masyarakat yang otoritarian dengan ciri ketertutupan menuju masyarakat demokratis yang menjunjung tinggi keterbukaan dan kejujuran.

Menurut Burhanuddin (2014:113) Pendidikan anti korupsi merupakan langkah pencegahan sejak dini terjadinya korupsi. Strategi ini mempunyai dampak yang baik dalam menanggulangi korupsi, hanya saja pendekatan preventif ini memang tidak dapat dinikmati secara langsung, tetapi akan terlihat hasilnya dalam jangka yang panjang. Berbeda dengan pendekatan represif yang mengandalkan jalur hukum sehingga terlihat


(34)

agresif menyidangkan dan memenjarakan orang yang bersalah, termasuk tersangka yang terbukti melakukan korupsi.

Menurut Sumiarti (dalam Burhanuddin, 2014:114) Pendidikan anti korupsi merupakan tindakan untuk mengendalikan dan mengurangi korupsi berupa keseluruhan upaya untuk mendorong generasi mendatang untuk mengembangkan sikap menolak secara tegas terhadap setiap bentuk korupsi. Mentalitas anti korupsi ini akan terwujud jika setiap orang secara sadar membina kemampuan generasi mendatang untuk mampu mengidentifikasi berbagai kelemahan dari sistem nilai yang mereka warisi dan memperbaharui sistem nilai warisan dengan situasi-situasi yang baru.

Pendidikan anti korupsi berhubungan dengan pendidikan moral. Menurut Zubaidi (dalam Burhanuddin, 2014:114) Pendidikan moral harus memberikan perhatian pada tiga komponen karakter yang baik, yaitu 1) pengetahuan tentang moral, 2) perasaan tentang moral, dan 3) perbuatan bermoral.

2.1.2.3 Nilai-nilai dalam Pendidikan Anti Korupsi

Sebagai bagian dari pendidikan karakter, pendidikan anti korupsi bukan merupakan bagian tersendiri dari pendidikan pada umumnya. Singkatnya, kurikulum pendidikan anti korupsi bukan merupakan bagian tersendiri dari kurikulum pendidikan secara umum, tetapi merupakan bagian dari kurikulum pendidikan itu sendiri. Dengan demikian pihak sekolah tidak perlu membuat kurikulum baru, tetapi cukup


(35)

mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam kurikulum yang sudah ada.

Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud, 2012), terdapat nlai-nilai yang diinternalisasikan dalam pendidikan anti korupsi, yaitu:

Tabel 2.1 Nilai-nilai acuhan dalam pendidikan antikorupsi (Kemendikbud, 2012)

No. Nilai Diskripsi

1. Kejujuran

Perilaku yang didasarkan pada upaya

menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

2. Kepedulian

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

3. Kemandirian

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

4. Kedisiplinan Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban, yang seharusnya dia lakukan, terhadap dirinya sendiri, masyarakat, lingkungan, negara, dan Tuhan yang Maha Esa

6. Kerja keras

Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

7. Kesederhanaan

Bersahaja, sikap dan perilaku yang tidak berlebihan, tidak banyak seluk-beluknya, tidak banyak pernik, lugas, dan apa adanya, hemat sesuai kebutuhan, dan rendah hati.

8. Keberanian

Mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dan sebagainya, serta pantang mundur


(36)

9. Keadilan

Sama berat, tidak berat sebelah, tidak

memihak/tidak pilih kasih, seimbang, berpihak pada kebenaran, objektif, dan proporsional. Menurut Yulita (dalam Wibowo, 2013:47) dengan mengintegrasikan nilai-nilai anti korupsi tersebut kedalam kehidupan atau proses belajar siswa diharapkan mampu berkembang menjadi pribadi yang lebih baik, dan akibatnya akan bersikap anti korupsi. Penanaman nilai anti korupsi ini tidak sebatas pada mata pelajaran, tetapi perlu diberikan di semua tingkat pendidikan. Nilai anti korupsi ini hendaknya selalu direfleksikan ke dalam setiap proses pembelajaran.

2.1.3 Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Anak yang berada di kelas awal Sekolah Dasar adalah anak yang berada pada rentang usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek, tetapi merupakan masa yang paling penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.

Menurut Majid (2014:7) Karakteristik perkembangan anak pada usia anak SD biasanya petumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan. Mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan matanya untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting. Selain itu perkembangan sosial anak yang berbeda pada usia kelas awal SD, antara lain


(37)

mereka telah dapat menunjukan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman sebayanya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi dan mandiri.

Menurut Majid (2014:7) Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari perjalanan hidup manusia. Pertumbuhan dan perkembangan manusia bersifat permanen, dalam arti pertumbuhan dan perkembangan berlangsung selama manusia hidup dan berakhir bersama dengan berakhirnya manusia (meninggal dunia). Setiap individu secara kodrat membawa variasi dan irama pertumbuhan dan perkembangan sendiri-sendiri. Hal ini menyebabkan setiap individu mempunyai perbedaan-perbedaan. Teori berkaitan dengan perkembangan pisikologi dan intelektual siswa di sekolah dasar dijabarkan oleh Piaget.

Menurut teori Piaget (dalam Majid, 2014:7) proses belajar dapat berlangsung jika terjadi proses pengolahan data yang aktif di pihak pembelajar. Pengolahan data yang aktif merupakan aktivitas lanjutan dari kegiatan mencarai informasi dan dilanjutkan dengan kegiatan penemuan. Piaget berpendapat bahwa “ apa yang sudah ada pada diri seorang siswa (kapasitas dasar kemampuan intelektualnya atau dapat disebut dengan istilah skema) adalah dasar untuk menerima hal yang baru”. Menurut Hasan (dalam Majid, 2014:7) Skema berfungsi mengatur interaksi siswa dengan lingkungan sekitarnya”. Menurut Piaget (dalam Majid, 2014:8) menyatakan kematangan


(38)

bio-psikologis seseorang memiliki tingkatan. Tingkatan perkembangan intelektual ciri-ciri tersendiri, antara lain:

Tahap pra-oprasional (2-7 tahun), tahap berpikir pra-konseptual (2-4 tahun) yang ditandai dengan mulainya adaptasi terhadap simbol, mulai dari tingkah laku berbahasa, aktivitas imitasi dan permainan. Kemudian pada tahap berpikir intuitif (4-7 tahun) ditandai oleh berpikir pralogis yaitu antara oprasional konkrit dengan prakonseptual. Pada tahap ini perkembangan ingatan siswa didik sudah mulai mantap, tetapi kemampuan berpikir deduktif dan induktif masih lemah belum mantap.

Perkembangan intelektual siswa Sekolah Dasar berada pada tahap oprasional konkret (7-11 tahun) yang ditandai oleh kemampuan berpikir konkret dan mendalam, mampu mengklasifikasi dan mengontrol persepsinya. Menurut Muhibin (dalam Majid, 2014:8) Pada tahap ini, perkembangan kemampuan berpikir siswa sudah mantap, kemampuan skema asimilasinya sudah lebih tinggi dalam melakukan suatu koordinasi yang konsisten antar skema.

Berdasarkan tahap tersebut siswa Sekolah Dasar kelas I - VI memiliki tingkatan intelektual oprasional konkret dan siswa kelas enam memiliki tingkatan oprasional formal. Kemampuan berpikir yang dimiliki oleh siswa Sekolah Dasar tersebut akan mempengaruhi seluruh kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan guru. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran pendidikan Sains, bahasa Indonesia, dan Budi Pekerti, serta mata pelajaran lainya


(39)

diarahkan pada pendekatan” meaningful learning” yang didasarkan kepada pengembangan kekampuan berpikir disesuaikan dengan biopsikologis siswa yang hendaknya dijadikan tolak ukur guru, baik dalam pengembangan materi, strategi mengajar, pendekatan, media, maupun dalam melakukan evaluasi hasil belajar.

2.1.4 Buku Cerita Bergambar 2.1.4.1 Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin yaitu jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Sadiman (2014:6) Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Secara umum media pembelajaran dalam pendidikan disebut media, yaitu berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk berpikir, menurut Gagne (dalam Sadiman, 2014:6). Sedangkan menurut Brigs (dalam Sadiman, 2014:6) media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2014:7). Adapun menurut Sanjaya (2012: 57) menyatakan bahwa media adalah perantara dari sumber informasi ke penerima informasi, contohnya video, televisi, komputer, dan


(40)

lain sebagainya. Alat-alat tersebut merupakan media manakala digunakan untuk menyalurkan informasi yang akan disampaikan.

Menurut Sanjaya (2012:75) terdapat sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan media dalam pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut diuraikan seperti di bawah ini:

a. Media digunakan dan diarahkan untuk mempermudah siswa dalam upaya memahami materi pembelajaran

b. Media yang digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran

c. Media yang digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran

d. Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa.

e. Media yang digunakan harus memperhatikan efektivitas dan efisiensi. f. Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam

menggunakannya.

Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diberikan, maka media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi komunikasi edukasi antara guru (atau pembuat media) dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Media yang digunakan dalam proses pembelajaran harus dapat memotivasi siswa untuk giat dalam belajar, Sesuatu dapat dikatakan


(41)

sebagai media apabila media tersebut digunakan dalam menyampaikan atau menyalurkan pesan dengan tujuan-tujuan pendidikan dan pembelajaran.

Menurut Sudjana (2011:2), manfaat media pembelajaran dalam proses belajar peserta didik, yaitu:

a. Proses pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga peserta didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, karena ada guru yang mengajar padasetiap jam pelajaran.

d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membuat peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga melakukan aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan memerankan. Oleh karena itu, hal ini perlu diperhatikan oleh guru adalah


(42)

karakteristik dan kemampuan masing-masing media agar media yang dipilih sesuai dengan perkembangan siswa.

2.1.4.2 Bahan Ajar

Bahan ajar adalahseperangkat materi yangdisusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar. Bahan ajar berkualitas tinggi dapat berkontribusi secara substansial terhadap kualitas pengalaman belajar siswa dan outcome siswa (Horsley, Knight, dan Huntly, 2010: 45). Senada dengan pernyataan di atas, Warpala (2011: 23) menyatakan bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam penyusunan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar yang masuk dalam kategori bahan/alat pengajaran harus mampu sesuai dengan tujuan pembelajaran, karakteristik peserta didik, kepraktisan dan kemudahan dalam penggunaannya, serta kesesuaian dengan materi yang satu dengan yang lainnya. Dengan memperhatikan syarat tersebut, diharapkan dapat menunjang proses belajar mengajar agar bisa dimanfaatkan untuk memfasilitasi seseorang untuk belajar. Agar bahan ajar


(43)

dalam penelitian ini layak digunakan dalam pembelajaran di kelas dapat dilihat dari aspek materi, aspek kemanfaatan dan aspek media pembelajaran.

Adapun penilaian bahan ajar ditinjau dari para ahli dan peserta didik yang meliputi beberapa aspek. Bahan ajar yang layak digunakan untuk pembelajaran di kelas dapat dilihat dari aspek materi, aspek kemanfaatan dan aspek media pembelajaran. Adapun penilaian kelayakan modul dilihat dari para ahli dan juga peserta didik. Aspek penilaian perlu ditetapkan untuk mengukur kualitas program pembelajaran yang akan dikembangkan agar nantinya saat pelaksanaan tidak menimbulkan berbagai persepsi tentang media pembelajaran yang dibuat.

2.1.4.3 Membaca

Menurut Aminuddin (2009:15) Istilah membaca dapat mencangkup pengertian yang luas sekali. Hal itu terjadi karena membaca dapat dibedakan dalam berbagai ragam sesuai dengan (1) tujuan, (2) proses kegiatan, (3) objek bacaan, dan (4) media yang digunakan. Dari adanya keanekaragaman itu dapat dimaklumi bahwa merumuskan pengertian membaca dalam satu pengertian saja sangatlah sulit. Untuk itu perumusan pengertian membaca dalam pembahasan ini dipaparkan dengan bertolak dari hakikat membaca itu sendiri. Menurut Aminuddin (2009:15-17) Rumusan yang dimaksud adalah sebagai berikut.


(44)

a. Membaca adalah mereaksi

Membaca disebut sebagai kegiatan memberikan reaksi karena dalam membaca seseorang terlebih dahulu melakukan pengamatan terhadap huruf sebagai representasi bunyi ujaran maupun tanda penulisan lainnya. Dari reaksi itu lebih lanjut terjadi kegiatan rekognisi, yakni pengenalan bentuk dalam kaitannya dengan makna yang dikandungnya serta pemahaman yang keseluruhan masih harus melalui tahap kegiatan tertentu.

b. Membaca adalah proses

Membaca pada dasarnya adalah kegiatan yang cukup kompleks. Disebut kompleks karena membaca melibatkan berbagai aspek, baik fisik, mental, bekal pengalaman dan pengetahuan maupun aktivitas dan merasa. Dalam membaca keseluruhan aspek itu terproses untuk mencapai tujuan tertentu melalui tahapan (1) persepsi, (2) rekognisi, (3) komperhensi, (4) interpretasi, (5) evaluasi, dan (6) kreasi atau utilisasi.

Pada tahap persepsi, kegiatan yang terjadi adalah pengamatan bentuk penulisan atau “tanda-tanda hitam” dalam teks. Pada tahap rekognisi, kegiatan yang terjadi adalah upaya memahami hubungan antara “tanda hitam” dengan makna, pada tahap komperhensi pembaca berusaha memahami makna kata, kalimat dan paragraf serta relasi setiap makna itu dalam membangun suatu kesatuan, pada tahap


(45)

interpretasi pembaca berusaha mendalami perolehan pemahaman dari kegiatan komperhensi yang relative masih tersurat ke proses analisis utuk menyusun kesimpulan.

Lebih lanjut, dalam tahap evaluasi kegiatan yang terjadi adalah pemilihan satuan-satuan gagasan yang memadai maupun tidak memadai sesuai dengan latar tujuannya sebagai langkah awal pemberian kriteria, dan tahap kreasi atau ultilisasai, yakni tahapan yang berkaitan dengan pengolahan perolehan pengetahuan lewat bacaan untuk mencapai kreasi atau tujuan-tujuan tertentu. Sesuai dengan adanya ragam kegiatan membaca, keseluruhan tahapan itu memang tidak dilalui seluruhnya. Dalam membaca komprehensif, misalnya kegiatan dapat berhenti pada tahap tiga, membaca kritis pada tahap lima, sementara membaca kreatif berakhir pada tahap enam. c. Membaca adalah pemecahan kode dan penerimaan pesan

Dalam kegiatan berbahasa, pemeran yang terlibat di dalamnya dapat dibedakan antara sender “penyampaian pesan” dengan receiver “penerima pesan”. Penyampaian pesan secara aktif menciptakan kode sebagai media pemapar gagasan atau melaksanakan encoding, sedangkan penerima pesan berupaya memecahkan kode yang diterima untuk berusaha memahami pesan atau gagasan yang dikandungnya. Dalam hubungnnya dengan kegiatan membaca dalam interaksi komunikasi tulis itu pengarang berperan sebagai pengirim pesan dan


(46)

pencipta kode, sedangkan pembaca adalah pihak penerima pesan yang sekaligus juga berperan sebagai pemecah kode.

Masih banyak sebenarnya rumusan yang berkaitan dengan hakikat membaca, misalnya membaca adalah kegiatan bertujuan, membaca adalah kunci perolehan informasi atau pengetahuan, membaca adalah kreativitas karena dalam membaca seseorang bukan hanya melakukan analisis, tetapi juga sintesis, bukan hanya memahami apa yang tersurat, tetapi juga yang tersirat, dan lain-lain. Akan tetapi dari perumusan di atasa, diharapkan telah diperoleh gambaran pengertian membaca secara memadai.

2.1.4.4 Buku cerita bergambar

Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam bentuk dua dimensi sebagai hasil perasaan dan pikiran. Gambar dapat dipergunakan sebagai media dalam penyelenggaraan proses pendidikan sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar-mengajar. Tarigan (1995:209) mengemukakan bahwa pemilihan gambar haruslah tepat, menarik dan dapat merangsang siswa untuk belajar. Media gambar yang menarik, akan menarik perhatian siswa dan menjadikan siswa memberikan respon awal terhadap proses pembelajaran. Media gambar yang digunakan dalam pembelajaran akan diingat lebih lama oleh siswa karena bentuknya yang konkrit dan tidak bersifat abstrak. Gambar adalah suatu bentuk ekspresi komunikasi universal yang dikenal khalayak luas.


(47)

Buku cerita bergambar adalah buku bergambar tetapi dalam bentuk cerita, bukan buku informasi. Dengan demikian buku cerita bergambar sesuai dengan ciri-ciri buku cerita, mempunyai unsur-unsur cerita (tokoh, plot, alur). Buku cerita bergambar ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, (1) buku cerita bergambar dengan kata-kata, (2) buku cerita bergambar tanpa kata-kata. Kedua buku tersebut biasanya untuk prasekolah atau murid sekolah dasar kelas permulaan dan rendah.

Buku cerita bergambar merupakan sesuatu yang tidak asing dalam kehidupan anak-anak. Disamping itu, buku adalah sebuah media yang baik bagi anak-anak untuk belajar membaca. Buku cerita bergambar merupakan kesatuan cerita disertai dengan gambar-gambar yang berfungsi sebagai penghias dan pendukung cerita yang dapat membantu proses pemahaman terhadap isi buku tersebut. Melalui buku cerita bergambar, diharapkan pembaca dapat dengan mudah menerima informasi dan deskripsi cerita yang hendak disampaikan.

Pada anak usia dini, alangkah baiknya jika kita mengenalkan buku cerita bergambar yang sesuai dengan usia mereka, untuk membantu perkembangannya. Karena pada saat usia dini, perkembangan otak anak berkembang secara pesat. Sehingga kita harus memotivasi anak untuk selalu belajar dan media pembelajaran membaca permulaan yang efektif adalah melalui buku cerita bergambar.


(48)

Mitchell (dalam Nurgiantoro, 2005:159) mengungkapkan fungsi dan pentingnya buku cerita bergambar sebagai berikut:

1. Membantu perkembangan emosi anak.

2. Membantu anak belajar tentang dunia dan keberadaannya.

3. Belajar tentang orang lain, hubungan yang terjadi dan pengembangan

perasaan.

4. Memperoleh kesenangan.

5. Untuk mengapresiasi keindahan, dan

6. Untuk menstimulasi imajinasi.

Dari beberapa paparan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa media buku cerita bergambar sangat cocok jika diterapkan dalam proses pembelajaran membaca permulaan di kelas rendah, karena media tersebut dapat merangsang siswa dalam pembelajaran membaca khususnya membaca siswa Sekolah Dasar kelas permulaan maupun kelas rendah, media buku cerita bergambar tersebut diwujudkan dalam bentuk visual ke dalam bentuk dua dimensi sebagai hasil pikiran dan perasaan.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian pengembangan buku cerita bergambar sudah cukup sering dilakukan, sehingga sudah banyak jurnal-jurnal penelitian dan skripsi yang berhubungan dengan pengembangan buku cerita bergambar, berikut beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang kami kembangkan.


(49)

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh wigianto (2015) yang berjudul Pengembangan Buku Cerita Bergambar Pendidikan Karakter Tanggung Jawab Untuk Peserta Didik Sekolah Dasar”. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan produk pembelajaran pendidikan karakter berupa buku cerita bergambar. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data primer berupa deskripsi hasil angket, data sekunder berupa kajian pustaka, proses pembuatan media buku cerita bergambar, dan menghasilkan buku cerita bergambar pendidikan karakter tanggung jawab untuk peserta didik SD yang layak. Hasil penelitian berupa buku cerita bergambar yang berisi materi pendidikan karakter tanggung jawab ini telah divalidasi oleh ahli media, ahli materi, ahli bahasa, dan reviewer (Guru SD kelas 2) dan dinyatakan layak. Buku pendidikan karakter tanggung jawab telah diuji cobakan kepada peserta didik Sekolah Dasar kelas 2 dan peserta didik mampu memahami materi pendidikan karakter dengan baik.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Eko Yuli Supriyanta (2015) yang berjudul “Pengembangan Media Komik Untuk Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Tentang Sejarah Persiapan Kemerdekaan Indonesia Pada Kelas V Sd Muhammadiyah Mutihan Wates Kulon Progo”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan yang diadopsi dari Borg dan Gall. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengembangkan media komik yang layak untuk pembelajaran tentang sejarah persiapan kemerdekaan Indonesia. Hasil dari penelitian yang dikembangkan


(50)

yaitu, Secara kuantitatif, penilaian dari ahli materi dan ahli media masing- masing adalah 4,14 (kesesuaian kurikulum, kebenaran isi dan cara penyajian materi termasuk kriteria baik) dan 4,07 (pertimbangan produksi, desain visual, dan kualitas teknis termasuk kriteria baik). Sementara itu, penilaian yang diberikan siswa pada tahap uji lapangan, uji lapangan lebih luas, dan uji operasional masing-masing secara berturut-turut 4,19 (termasuk kriteria baik); 4,26 (termasuk kriteria sangat baik); dan 4,14 (termasuk kriteria baik). Secara kualitatif, media komik “Adegan Sejarah Persiapan Kemerdekaan Indonesia” mampu menarik perhatian siswa untuk belajar, memudahkan belajar siswa, serta merangsang siswa mengingat materi secara lebih mudah.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Maria Magdalena Wargiani (2016) yang berjudul “Pengembangan Buku Suplemen Muatan Pelajaran

Bahasa Indonesia Untuk Siswa Kelas III Semester 2 SD Negeri Gelaran II”.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan modifikasi dari Kemp dan Borg & Gall. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan produk dan mengetahui kualitas buku suplemen muatan pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas III semester 2. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan hasil validasi produk yang dikembangkan termasuk kategori “baik”. Penilaian kualitas buku suplemen ini ditinjau dari lima aspek, yaitu (1) Tujuan dan pendekatan; (2) desain dan pengorganisasian; (3) language content (isi kebahasaan) ; (4) language skill (keterampilan); (5) metodologi.


(51)

Berdasarkan ketiga penelitian tersebut dapat diketahui bahwa penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya memiliki relevansi dengan penelitian yang kami lakukan yaitu sama-sama mengembangkan bahan ajar. Penelitian ini dikhususkan pada pendidikan anti korupsi, dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa sehingga dapat mudah diterima oleh siswa sehingga dapat membantu memberi wawasan tentang pendidikan anti korupsi sejak dini, serta menerapkan prinsip prinsip pendidikan anti korupsi dalam kehidupan sehari-hari. Secara sederhana mengenai penelitian yang relevan akan kami tampilkan dalam sebuah bagan berikut ini.

Gambar 2.2 Bagan Penelitian yang Relevan

Pengembangan Pendidikan Karakter

Buku Cerita Pengembangan Buku Wigianto (2015) Pengembangan Buku Cerita Bergambar Pendidikan Karakter Tanggung Jawab untuk Peserta Didik

Sekolah Dasar

Eko Yuli Supriyanto (2015) Pengembangan

Media Komik untuk Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Tentang Sejarah Persiapan Kemerdekaan Indonesia Pada Kelas V

SD Muhammadiyah Maria Magdalena Wargiani (2016) Pengembangan Buku Suplemen Muatan Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Siswa

Kelas III Semester 2 SD Negeri Gelaran II

Penelitian yang dilakukan Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan Anti korupsi untuk


(52)

2.3 Kerangka Berpikir

Budaya korupsi seakan sudah mendarah daging di negara kita, maka perlu adanya suatu pendidikan moral tentang anti korupsi. Pendidikan moral anti korupsi ini perlu diberikan sejak dini pada anak. Mengapa harus diberikan pada anak sejak usia dini, hal ini disebabkan karena pada usia tersebut pemikiran anak masih bersih belum tercampuri kepentingan apapun. Anak harus kita bekali dengan pengetahuan tentang pendidikan anti korupsi sejak dini bagaimanapun kelak masa depan bangsa ini sangat tergantung kepada para anak-anak ini, apabila pendidikan anti korupsi ini sudah ditanamankan sejak dini kita berharap kelak ketika anak tersebut sudah dewasa dan menjadi pemimpin, pendidikan moral anti korupsi yang telah didapat akan diaplikasikan.

Penggunaan media dalam pembelajaran merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas pembelajaran. Masalah yang sering ditemukan dilapangan, media pembelajaran untuk anak SD masih sangat terbatas, pembelajaran cenderung dilakukan secara konvensional. Sajian materi sekedar bernbentuk cerita naratif dalam teks book, penggunaan media relatif jarang.

Pengembangan media ini bertujuan menciptakan variasi baru media pembelajaran dan meningkatkan minat membaca siswa. Buku cerita bergambar menjadi salah satu pilihan media pembelajaran yang tepat. Buku cerita bergambar memiliki kelebihan sebagai media pembelajaran diantaranya mampu menyajikan materi lebih menarik, mudah dan sederhana dalam


(53)

penggunaannya mampu menyajikan informasi lebih jelas dengan ilustrasi visual riil nyata dalam kehidupan sehari – hari

Penggunaan buku cerita bergambar sebagai media pembelajaran didukung oleh karakteristik dasar anak-anak yang pada umumnya menyukai gambar-gambar yang menarik. Selain itu siswa SD berada pada tahap berfikir operasional konkret. Dengan media ini, materi khususnya tentang pendidikan anti korupsi disajikan secara sederhana agar mudah dipahami siswa. Buku cerita bergambar dikembangkan sebagai salah satu alternatif penyajian materi belajar membaca pada kelas III Sekolah Dasar kelas rendah agar lebih menarik dan mudah dipahami. Penyajian dengan ilustrasi gambar sangat sesuai dengan peserta didik yang pada umumnya menyukai gambar. Selain pesan visual dalam gambar, buku cerita bergambar juga mampu memberikan pesan verbal melalui dialog antar tokoh dalam cerita. Buku cerita bergambar juga bisa dimodifikasi agar pembelajaran lebih komunikatif, misalnya dengan bermain peran atau sebagai media bercerita.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengusulkan sebuah penelitian

pengembangan yang berjudul “Pengembamgan buku cerita bergambar

berbasis pendidikan anti korupsi untuk meningkatkan pembelajaran membaca”. Pengembangan Buku cerita bergambar yang dihasilkan diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pembelajaran anti korupsi di kalangan siswa Sekolah Dasar dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan riil, sehingga menjadi bekal kelak apabila anak-anak ini menjadi seorang pemimpin tidak


(54)

akan terjerumus dalam korupsi serta meningkatkan minat siswa untuk membaca sehingga pada akhirnya pencapaian hasil belajar siswa meningkat.

2.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian teori di atas maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana mengembangkan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran?

2. Bagaimana kualitas buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran sesuai hasil uji coba terbatas yang dilakukan.


(55)

36

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Menurut Sugiyono (2010 : 407) Metode penelitian dan pengembangan merupakan metode yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Sukmadinata (2012:164) Menyatakan bahwa Penelitian dan Pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk atau mnyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan.

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini mengadopsi dua model. Model yang pertama adalah langkah pengembangan Borg dan Gall (dalam Sukmadinata, 2012 : 169-170). Model yang kedua merupakan langkah pengembangan menurut Sugiyono (2010:408).

Langkah pengembangan Borg dan Gall (Sukmadinata, 2012 :169-170) adalah:

1. Research and Information collecting (penelitian dan pengumpulan data); pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil, dan pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai.

2. Planning (perencanaan); menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan- kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan


(56)

penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah penelitian yang akan dilakukan.

3. Develop preliminary form of product (pengembangan produk); pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran, dan instrumen evaluasi.

4. Preliminary field testing (Uji coba lapangan awal); selama uji coba dilakukan pengamatan, wawancara dan pengedaran angket.

5. Main product revision (Merevisi hasil uji coba); memperbaiki atau menyempurnakan hasil uji coba.

6. Main field testing (uji coba lapangan); melakaukan uji coba yang lebih luas.

7. Operasional product revision (penyempurnaan produk hasil uji lapangan, menyempurnakan produk hasil uji lapangan.

8. Operasional field testing (uji pelaksanaan lapangan) pengujian dilakukan melalui angket, wawancara dan observasi dan dan analisis hasilnya.

9. Final product revision (penyempurnaan produk akhir) penyempurnaan didasarkan masukan dari uji pelaksanan lapangan.

10. Dissemination and implementation (diseminasi dan implementasi); melaporkan hasilnya dalam pertemuan profesional dan dalam jurnal, bekerjasama dengan penerbit untuk penerbitan, serta memonitoring penyebaran untuk mengkontrol kulitas produk yang dikembangkan.


(57)

Sugiyono (2010 : 408) memaparkan sepuluh langkah pengembangan pada penelitian Research and Development, dinyatakan seperti bagan berikut:

Gambar 3.1 Bagan Langkah Pengembangan Menurut Sugiyono

2. Pengumpulan Data

Pengumpulkan data, merupakan proses untuk mendapatkan

informasi-informasi tertentu,

digunakan sebagai landasan dalam mengembangkan

suatu produk tertentu

4. Validasi Desain

Merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah produk yang diciptakan dapat efektif ketika diterapkan di lapangan

5. Revisi Desain

Merupakan proses yang dilakukan untuk memperbaiki kelemahan desain produk yang ditemukan dari proses validasi

6. Ujicoba Produk

Merupakan proses ujicoba produk prototip yang dikembangkan

8. Ujicoba Pemakaian

Merupakan kegiatan penerapan produk dalam lingkup yang lebih luas

7. Revisi Produk

Revisi produk bertujuan untuk memperbaiki kelemahan yang ada setelah dilakukan ujicoba produk

10. Produksi Masal

Produksi masal dilakukan apabila produk yang dihasilkan sudah dinyatakan efektif serta layak diproduksi secara masal

9. Revisi Produk

Revisi Produk ini dilakukan apabila dalam ujicoba pemakaian masih terdapat kekurangan dan kelemahan

3. Desain Produk

Desain produk merupakan perwujudan gambaran produk yang akan dihasilkan.

1. Potensi Masalah

Potensi adalah segala sesuatu yang didayagunakan akan memiliki nilai tambah

Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan apa yang terjadi


(58)

Berdasarkan langkah pengembangan Borg dan Gall (dalam Sukmadinata, 2012: 169-170), dan langkah pengembangan Sugiyono (2010: 408), peneliti memodifikasi langkah-langkah tersebut menjadi enam langkah agar sesuai dengan langkah penelitian yang akan dilakukan. Peneliti memodifikasi langkah penelitian menjadi enam langkah karena dalam pengembangan produk ini hanya dilakukan pada uji terbatas yaitu kelas III SDN Keputran 1 Kemalang Klaten. Keenam langkah tersebut meliputi (1) Potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi produk, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk.

3.2 Setting Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Keputran 1 Kemalang Klaten yang berjumlah 6 anak. Sekolah tersebut beralamatkan di Kemalanag Klaten peneliti memilih sekolah tersebut karena lokasi sekolah SD dekat dengan rumah peneliti. Penelitian pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi ini dilaksanakan pada bulan April – Mei 2017.

3.3 Prosedur pengembangan

Berdasarkan langkah pengembangan Borg dan Gall (dalam Sukmadinata, 2012:169-170), dan langkah pengembangan Sugiyono (2010:408) yang telah dimodifikasi peneliti, terdapat enam langkah yang harus dilakukan dalam penelitian ini. Peneliti memodifikasi langkah pengembangan menjadi enam langkah karena peneliti hanya ingin melihat kelayakan dan kualitas produk yang telah dibuat oleh peneliti, sehingga tahap yang dilakukan hanya sampai


(59)

ujicoba produk. Langkah –langkah modifikasi yang dilakukan peneliti akan dijelaskan sebagai berikut :

3.3.1 Potensi dan masalah

Langkah pengembangan yang pertaman, peneliti mencari potensi dan masalah mengenai penanaman nilai-nilai anti korupsi pada anak. Data tentang potensi dan masalah diperoleh melalui wawancara kepada guru di SDN Keputran 1 Kemalang Klaten, wawancara dilakukan untuk menganalisis masalah dalam pengajaran nilai-nilai pada anak dan mengetahui karakter yang perlu diajarkan oleh guru.

3.3.2 Pengumpulan data

Setelah mengetahui potensi dan masalah sesuai dengan penelitian yang hendak dilakukan, peneliti melakukan pengempulan data melalui wawancara. Hasil wawancara tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan produk yang berupa buku cerita bergambar berbasis anti korupsi untuk pembelajaran membaca.

3.3.3 Desain produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah buku cerita bergambar berbasis anti korupsi untuk pembelajaran membaca. Buku cerita bergambar yang dihasilkan terdiri dari cover, kata pengatar, daftar isi, pedoman penggunaan buku, dan isi buku. Isi buku yang dijadikan sebagai prinsip penyusunan yaitu mudah dipahami, penggunaan bahasa yang tepat, penggunaan gambar dan teks, kejelasan alur cerita, dan Ketertarikan isi buku. Prinsip –prinsip yang menjadi


(60)

penyusun cover yaitu keserasian warna, menarik minat siswa, membawa pesan yang akan disampaikan, dan mewakili keseluruhan cerita. Pada penyusunan kata pengantar dan daftar isi yang menjadi prinsip penyusunan adalah penggunaan kata dan kalimat dan penataan tulisan. Prinsip selanjutnya yaitu yang menjadi prinsip penyusunan pedoman penggunaan buku adalah penggunaan kata dan kalimat, penataan tulisan, dan kesesuain manfaat buku.

3.3.4 Validasi produk

Buku cerita bergambar berbasis anti korupsi dibuat, produk tersebut kemudian divalidasi oleh dosen dengan melakukan penilaian terhadap produk yang dihasilkan. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki produk agar lebih baik lagi. Validasi akan dilakukan oleh dua ahli yang terdiri dari satu dosen dan satu guru kelas III. Tujuan dari validasi ini adalah untuk memperoleh kritik dan saran dari para ahli sehingga dapat diketahui kekurangan dan kelebihan produk yang dihasilkan.

3.3.5 Revisi desain

Hasil validasi yang sudah dilakukan digunakan sebagai bahan revisi produk yang dihasilkan. Kekurangan dari produk yang dihasilkan kemudian diperbaiki berdasarkan kritik dan saran yang diperoleh dari para ahli

3.3.6 Uji coba produk

Produk yang sudah diperbaiki oleh peneliti kemudian diuji cobakan untuk mengetahui keefektifan produk yang dihasilkan. Uji coba


(61)

dilakukan kepada siswa kelas III SDN Keputran 1 Kemalang Klaten. Langkah-langkah pengembangan yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini, yang digambarkan dalam bagan berikut :

Gambar 3.2 Desain Langkah Penelitian Pengembangan

Langkah 1

Potensi dan Masalah

Analisis Kebutuhan Kuesioner

Langkah 2

Hasil Kuesioner Pengumpulan Data

Langkah 3 Desain Produk

G

Langkah 4

Evaluasi Formatif 1 Validasi Desain

Langkah 5 Revisi Desain

Langkah 6

Uji Coba Produk Evaluasi Formatif 2


(62)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Margono (2004 : 158) mengungkapkan bahwa penggunaan teknik serta alat pengumpul data yang tepat memungkinkan peneliti untuk memperoleh data yang objektif. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

3.4.1 Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data (Mohammad Ali, 2013: 90). Wawancara dapat dibedakan menjadi wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur, yakni wawancara yang menggunakan pedoman yang tersusun secara lengkap dan sistematis

3.4.2 Observasi

Menurut Sukmadinata (2012:220) Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi observasi partisipan dan nonpartisipan. Dari segi instrumentasi yang digunakan, observasi dapat dibagi menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur. Penelitian ini menggunakan teknik observasi nonpartisipan berdasarkan proses pelaksanaan pengumpulan datanya karena peneliti tidak terlibat langsung dalam


(63)

aktivitas responden. Sedangkan berdasarkan instrumentasi yang digunakan, penelitian menggunakan teknik observasi tidak terstruktur ketika melakukan analisis kebutuhan dan teknik observasi terstruktur ketika melakukan uji coba produk.

3.5 Instrumen Pengumpulan Data

Menurut Trianto (2010:129) Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti untuk mengumpulkan data hasil penelitian. Variabel yang digunakan sebagai objek dalam penelitian ini adalah buku cerita bergambar berbasis anti korupsi. Gambaran umum tentang instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel kisi-kisi di bawah ini.

Tabel 3.1. Kisi-kisi Umum Instrumen Penelitian

No Data Subjek Instrument

1. Analisis kebutuhan

Guru kelas SDN Keputran 1 Kemalang Klaten

Wawancara

2. Validasi buku cerita

Dosen ahli Kuesioner uji

validasi Guru kelas III SDN

Keputran 1 Kemalang Klaten

Kuesioner uji validasi

3. Uji coba produk

6 siswa kelas SDN Keputran 1 Kemalang Klaten

Kuesioner Uji produk


(64)

Berdasarkan kisi-kisi umum instrumen di atas, instrumen dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

3.5.1 Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan oleh peneliti untuk memudahkan peneliti dalam menyusun daftar pertanyaan untuk analisis kebutuhan. Wawancara dilakukan kepada guru kelas III SDN Keputran 1 Kemalang Klaten. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terstruktur dengan berpedoman pada dafatar pertanyaan yang telah kami siapkan sebelumnya. Pedoman wawancara analisis kebutuhan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan

No Pedoman Pertanyaan

1 Menurut bapak/ibu guru apa fungsi dari buku cerita bergambar? 2 Menurut bapak/ibu guru apakah perlu menggunakan buku cerita

bergambar untuk menyampaikan pelajaran?

3 Apakah bapak/ibu guru pernah mengajarkan pendidikan anti korupsi dalam pemblajaran di kelas?

4 Jika Iya, Apakah bapak/ibu guru dalam menyampaikan suatu materi pembelajaran memerlukan sebuah contoh bergambar? 5 Apakah bapak/ibu guru pernah mencoba menggunakan buku cerita

bergambar berbasis pendidikan anti korupsi dalam menyampaikan materi pembelajaran?


(65)

penyampaian secara lisan ataukah dengan menggunakan buku cerita bergambar tersebut?

7 Buku cerita bergambar seperti apakah yang menurut bapak/ibu guru yang sesuai dalam menyampaikan materi seperti itu?

8 Apakah dengan menggunakan buku cerita bergambar dapat mempermudah bapak/ibu guru di dalam menyampaikan materi pembelajaran?

9 Bagaimanakah respon dan minat saat pembelajaran dengan menggunakan buku cerita bergambar?

10 Menurut bapak/ibu guru apakah perlu pengembangan buku cerita bergambar itu?

11 Jika perlu, bagian apa yang harus di kembangkan, misalnya (dalam konteks materi pembelajaran ataukah dari segi isi maupun kualitas) dari buku cerita bergambar tersebut?

3.5.2 Kuesioner (Angket)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner terbuka dan tertutup. Kuesioner terbuka dilakukan untuk memperoleh data analisis kebutuhan awal penelitian terkait pendidikan anti korupsi yang perlu diajarkan oleh guru dan mengetahui informasi dari siswa terkait dengan buku cerita bergambar. Sedangkan kuesioner tertutup dilakukan pada saat validasi terhadap produk yang dikembangkan. Sebelum menyusun kuesioner, peneliti membuat kisi-kisi terlebih dahulu. Berikut kisi-kisi


(66)

kuesioner dari siswa terkait dengan buku cerita bergambar. Kisi-kisi kuesioner informasi terkait pembelajaran anti korupsi yang akan diajarkan oleh guru, dan kisi-kisi kuesioner yang digunakan untuk menilai produk buku cerita bergambar berbasis anti korupsi.

3.5.2.1Kuesioner Validasi Buku Cerita

Kuesioner yang digunakan oleh peneliti yaitu lembar untuk validasi produk buku cerita yang diberikan kepada satu dosen, satu guru kelas III Sekolah Dasar. Validasi produk digunakan untuk mengetahui kelayakan produk buku cerita bergambar. Berikut ini adalah kisi-kisi kuesioner yang digunakan dalam penelitian:

Table 3.3. Kisi-kisi Kuesioner Validasi Buku Cerita

No Topik No. Pertanyaan

1. Cover buku

a. Judul buku b. Warna

1, 2, 3, 4

2. Isi buku

a. Isi cerita b. Pesan moral

c. Bahasa yang digunakan d. Tampilan gambar dan tulisan e. Ketertarikan isi buku

5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13

3. Anatomi buku

a. Rancangan halaman b. Tata letak

c. Jenis huruf/ font


(67)

Setelah membuat kisi-kisi validasi, peneliti menyusun instrumen kuesioner yang akan digunakan untuk melakukan penilaian kualitas produk buku cerita. Berikut adalah instrumen kuesioner yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini.

Tabel 3.4. Instrumen kuesioner Validasi Buku Cerita

No Aspek yang Dinilai Skor Komentar 1 2 3 4 5

A. Cover buku

1. Judul sampul buku cerita mewakili keseluruhan isi cerita.

2. Judul sampul buku cerita menarik minat siswa untuk membaca lebih lanjut.

3. Judul sampul buku membawa pesan yang akan disampaikan. 4. Warna cover buku cerita

menarik minat siswa untuk membaca lebih lanjut

B. Isi buku cerita 5. Isi cerita mudah di

pahami oleh siswa. 6. Isi buku cerita

memberikan

pembelajaran tentang nilai anti korupsi yang


(68)

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. 7. Isi buku cerita

menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah dibaca dan dipahami siswa.

8. Isi buku cerita memiliki gambar dan teks yang berhubungan.

9. Tampilan buku lebih dominan gambar dibandingkan teks. 10. Gambar buku cerita jelas

dan mudah dibedakan. 11. Ilustrasi buku cerita

memperjelas latar, rangkaian cerita,

penjiwaan dan karakter. 12. Gaya dan ketepatan

bahasa cocok untuk siswa rendah

13. Isi buku berhasil memikat siswa untuk terus

mengikuti jalan cerita. C. Anatomi buku

14. Rancangan halaman buku tertata dengan baik 15. Pemilihan jenis huruf


(69)

16. Jenis huruf pada buku cerita memiliki tingkat keterbacaan yang baik bagi siswa.

17. Tata letak/sistematika penulisan tidak terlalu sempit memudahkan siswa untuk membaca.

Total Skor Rata-rata skor

Keterangan:

Skor 1 : Sangat kurang baik Skor 2 : Kurang baik Skor 3 : Cukup baik Skor 4 : Baik Skor 5 : Sangat baik

3.5.2.2Kuesioner Uji Coba Produk

Kuesioner uji produk diberikan kepada 6 siswa kelas III SDN Keputran 1 Kemalang Klaten. Berikut ini adalah kisi-kisi kuesioner yang digunakan

Table 3.5. Kisi-kisi Kuesioner Uji Produk Buku Cerita

No. Topik No. Pertanyaan

1. Cover buku

a. Judul buku b. Warna


(1)

(2)

103

Lampiran 6


(3)

Biodata Penulis

Amah Wulandari lahir di Klaten, 16 Agustus 1994, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 1 Kerten tahun 2001-2007. Selanjutnya, penulis menempuh pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Gantiwarno klaten hingga tahun 2010. Penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Prambanan Klaten dan tamat pada tahun 2013.

Penulis tercatat sebagai mahasiswa aktif di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma sejak tahun 2013. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri oleh penulis pada tahun 2016 dengan menulis sebuah skripsi berjudul “Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan Anti Korupsi Untuk Pembelajaran Membaca Siswa Kelas III SD Negeri 1 Keputran Kemalang Klaten”.


(4)

105

Lampiran 8


(5)

ANTI KORUPSI UNTUK PEMBELAJARAN MEMBACA KELAS III SEKOLAH DASAR

Amah Wulandari Universitas Sanata Dharma

2017

Skripsi ini merupakan hasil penelitian dan pengembangan terkait dengan pendidikan anti korupsi. Penelitian ini berawal dari adanya potensi dan masalah terkait dengan pendidikan anti korupsi. Potensi yang ada adalah pendidikan anti korupsi untuk anak SD kelas rendah. Masalah yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara yaitu belum adanya media guru untuk mengajarkan pendidikan anti korupsi pada anak usia dini. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan media berbasis pendidikan anti korupsi.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan Borg dan Gall dan pengembangan modifikasi dari Sugiyono. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengembangkan produk, (2) Mengetahui kualitas produk. Produk yang dihasilkan berupa buku cerita bergambar untuk mengajarkan pendidikan anti korupsi siswa sekolah dasar. Langkah-langkah dalam pengembangan penelitian ini adalah (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara dan lembar kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas III SD N 1 Keputran Kemalang Klaten, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas buku cerita bergambar oleh Dosen, guru kelas III SD N 1 Keputran Kemalang Klaten, dan 6 siswa kelas III SD N 1 Keputran Kemalang Klaten sebagai subjek uji coba.

Berdasarkan hasil validasi, Dosen memperoleh skor sebesar 4,4. Guru kelas III memperoleh skor sebesar 4,5. Subjek uji coba sebesar 4,5. Rerata skor validasi yaitu 4,45 dengan kategori “Sangat Baik”. Hal tersebut ditinjau dari aspek (1) cover buku, (2) kebahasaan dan isi, (3) anatomi buku. Dengan demikian, buku cerita anak yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai buku bacaan tentang pendidikan anti korupsi untuk anak SD kelas rendah.


(6)

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF PICTURED STORYBOOKS BASED ON

ANTI CORRUPTION EDUCATION FOR READING LEARNING OF THIRD GRADE ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS

Amah Wulandari Sanata Dharma University

2017

This paper is the result of research and development related to anti corruption

education. This research is begun from the begins of potential and problems related to anti-corruption education. The potential is the anti anti-corruption education for low grade students of elementary schools. The problem that researcher gets from the interview is the absence of media for the teachers to teach anti-corruption education to the students. Therefore, the researcher is encouraged to conduct the research on media development based on anti-corruption education.

This research uses the research Barg and Gall method and development method of modification from Sugiyono. The purpose of this research is to develop the product and to know the quality of the product. The product is a picture storybook for teaching anti-corruption education to elementary school students. The steps in the development of this research are (1) the potential and problem, (2) data collection, (3) product design, (4) design validation, (5) design revision, (6) product trials. The instrument used in this research is a list of interview questions and questionnaire sheets. The interview is used for the analysis of the need for the third grade teachers of State Elementary School (SDN) 1 Keputran Kemalang, Klaten, while the questionnaires are used to validate the quality of the picture storybook by lecturers, the third grade teachers of SDN 1 Keputran Kemalang, Klaten; and 6 students of the third grade SDN 1 Keputran Kemalang, Klaten as the trial subjects.

Based on the validation result, the lecturers get the score of 4.4. The third grade teachers get the score of 4.5. The trial subjects get 4.5. The average validation score is 4.45 with the category "Very Good". This result is viewed from the aspects of (1) book cover, (2) language and content, (3) book anatomy. Thus, this developed children's storybook is worthy to be used as a reading book on anti-corruption education for low grade students of elementary schools.