Peranan Balai Pemasyarakatan Pertimbangan Hakim Terhadap Penelitian Kemasyarakatan Dalam Penjatuhan Pidana Terhadap Anak (Studi Putusan No. 826/Pid.B/2007/PN.Mdn)

BAB II PERANAN BALAI PEMASYARAKATAN BAPAS DALAM PENELITIAN KEMASYARAKATAN DALAM PROSES PERADILAN PIDANA

A. Peranan Balai Pemasyarakatan

Pengadilan anak di Indonesia secara resmi dan diberlakukan sejak disahkannya Undang-undang RI. No. 3 Tahun 1997 tentang pengadilan anak. Timbul pertanyaan, benarkah pengadilan anak, disingkat sidang anak baru dilaksanakan tahun 1997. Jawabannya, tidak. Jauh sebelum itu sudah dimualai dicobakan sejak tahuh 1958 di semarang. Di Jakarta mulai tahun 1965 simua ini karena adanya pemikiran beberapa penegak hukum dan organisasi masyarakat yang merasa bertanggung jawab atas nasib anak-anak sebagai generasi muda harapan Bangsa, karena ketidak berdayaannya sehingga melakukan pelanggaran hukum. Masalah anak nakal berkembang mengikuti perkembangan social yang makin maju, karena itu perlu segera ditangani. Pemikiran itu juga dengan berkembangnya Ilmu pengetahuan pekerjaan social criminal dan filsafah kemanusiaan, berkembang pula sistem perlakuan terhadap pelanggar hukum terutama sistem prelakuan terhadap anak berkembang dengan pesat, khususnya di Negara maju. 11 Peranan Pembimbing kemasyarakatan sebagai anggota sidang perkara anak di Pengadialan Negeri. 12 11 Marianti Soewandi, Buku Materi Kuliah Akademi Ilmu Pemasyarakatan Bimbingan Dan Penyululuhan Klien. Jakarta 2003. hlm 87-88 12 Ibid hlm 95 17 Universitas Sumatera Utara 1. Dasar Hukum Pembimbing Kemasyarakatan Pembimbing kemasyarakatan telah disebut sejak sumula sebagai tenaga teknis Bapas. Juga sebagai tenaga fungsional dalam menegakkan hukum. Tugasnya tidak hanya membimbing klien dan menyajikan litmas untuk berbagai kepentingan, tetapi khususnya sebagai anggota sidang di pengadilan Negeri karena itulah perlu dijelaskan sejak kapan eksistensi pembimbing kemasyarakatan sebenarnya telah ada Undang-undang yang melandasinya. Dalam Wetboek van strafrecht dengan perubahannya sejak 1917 KUHP baru itu diberlakukan mualai 1 Januari 1918, kronologisnya adalah sebagai berikut : 1 Dalam pasal 14. d. 2. KUHP “Hakim boleh mewajibkan kepada seseorang Ambtenaar istimewa, supaya memberi pertolongan dan bantuan kepada siterhukum tentang perjanjian istimewa itu” 2 Ordonansi pidana bersyarat dan bebas bersyarat Stbl. Nomor 251. tanggal 4 mei 1926. Nomor 18 diberlakukan G.General 9 Juli 1926 Pada title 1 tentang pegawai istimewa Pasal 11 1 : Untuk tiap-tiap daerah yang mempunyai pengadilan negeri dapat seorang atau “Pegawai Istimewa”. Istilah ini yang dimaksud adalah pembimbing kemasyarakatan. 2 Mereka mendapat bantuan “Pegawai Reklasering” atau wakil pegawai Reklasering. Dalam Ordonansi bahasa belanda “Ambtenaar der Reclasering” yang dimaksud adalah pegawai istimewa atau Pembimbing Kemasyarakatan. 4 Tempat dan kedudukannya ditetapkan oleh mentri kehakiman. Universitas Sumatera Utara Pasal 12 1 : “Pegawai Reklasering diwajibkan jaksa oleh Mentri Kehakiman untuk kepentingan pengawasannya” Pasal 14 1 : “Menteri Kehakiman dapat mencukupi, menunjuk Pegawai Istimewa yang sanggup menjalankan pekerjaan itu” 3 Surat Edarah Hakim Agung Sri widoyati, W.S, SH, tanggal 4 juli 1971 nomor M.A.PEM0401971. tentang “sidang perkara anak” menyebut : a Harus hadir pekerja social b Harus ada laporan data sosial 4 Peraturan Menteri Kehakiman RI Nomor 06 – UM – 01 – 06 tahun 1983. tentang : “Tata tertib Persidangan dan tata raung sidang “, tanggal 16 Desember 1983 5 Surat Edaran Jaksa Agung RI tanggal 17 Februari 1982, Nomor : B220E21982. tentang : “Pengiriman Putusan Pidana Bersyarat Pada balai Bispa BAPAS.” 6 Surat Edaran Jaksa Agung RI tanggal 9 Januari 1986 Nomor : R-001A- 6186. SIFAT “ RAHASIA” Hak Litmas untuk penuntutan, Tindak Pidana Narkotika, denga Pelaku Usia Muda. 7 Sutar Edaran Ketua Mahkamah Agung RI tanggal 17 November 1987 Nomor 6 tahun 1987. Perihal : Tata Tertib Sidang Anak, Menunjuk Peraturan Menteri Kehakiman RI tahun 1983 nomor 06 – UM.01.06. Perihal Tata Tertib Sidang Anak. Universitas Sumatera Utara 8 DOR. Stbl nomor 741. Tahun 1917 tanggal 17 juli 1926. disyahkan oleh SECRETARIAT GENERAL EROBRETE. Banyak memuat pasal tentang pegawai reklasering dan litmas. 9 Juga banyak terdapat penyebutan : Probation officer dan social inquiry Report. yang di bahas pada : c SMR. For Juvannile justice dan d SMR For Non Constodial measure 10 Dalam Undang-undang RI Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, Pembimbing Kemasyarakatan dimuat dalam pasal 1 2, pasal 29 8, pasal 34 1,3, pasal 36, pasal 38, pasal 59 2. 11 Dalam Undang-undang RI No. 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Tidak ada satu pasal pun yang menyebut. Pembimbing kemasyarakatan atau Litmas yang disebut sebagai berikut :… Klien “Dibimbing” oleh BAPAS Demikianlah gambaran dasar hukum Pembimbing Kemasyarakatan yang terkait dengan Litmas sebelu disahkannya Undang-undang Pengadilan Anak. Semua usaha itu agar sidang anak dapat berjalan demi perlindungan dan kesejahtraan anak. Supaya fungsional penegak hukum yang bertugas sebagai anggota sidang dapat diakui dan memiliki dasar hukum. Hal ini adalah sejarah bagaimana perjuangan mereka dalah usaha mendapatkan pengakuan keberadaan pembimbing kemasyarakatan sebagai anggotas sidang Anak, seam setara dan sejajar dengan Jaksa, Hakim dan Panitera, yagn selayaknya berhak atas tunjangan fungsional seperti penegak hukum lainnya. Universitas Sumatera Utara 2. Tugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam proses Pengadilan anak Setelah Undang-undang Pengadilan Anak tahun 1997 disyahkan, dengan kata lain pembimbing kemasyarakatan telah mempunyai dasar hukum yang kuuat dalam tugasnya membuat litmas, hadir dalam sidang sebagai anggota sidang anak, danmembimbing klien. Untuk mudahnya uraian tugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam proses peradilan anak dibagi dalam tiga tahap sebagai berikut : 1 Tugas Pembimbing Kemasyarakatan PK sebelum ada Putusan Hakim atau Pra Ajudication. a Tugas PK sebelum sidang anak berlangsung tiada lain membuat Litmas yang deserahkan kepada Hakim. Pihak Polisi segera member tahu Bapas untu membuat Litmas bagi tahanan aha yang baru dalam pemeriksaan Polisi. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 34 1 a bahwa :”Penyidik, Penuntut Umum dan Hakim dalam perkara Anak Nakal, baik di didalam maupun di luar sidang Anak denga membuat laporan hasil Penelitian kemasyarakatan”. Ini Bukti bahwa litmas penting bagi Hakim. b Maksud dalam pasal 34 1 a tersebut adalah agar Hakim segera menerima litmas bersamaan dengan Berita Acara Polisi dan Surat Dakwaan dari Penuntut Umum. Ironisnya litmas itu bersifat “rahasia” tetapi dengan mulalui Polisi dan Jaksa baru sampai di tangan Hakim. tentu bukan menjadi rahasia lagi. Jika isinya sangat pribadi bagi klien hak asasi anak jadi tidak terlindungi. Universitas Sumatera Utara 2 Tugas PK selama sidang dalam rangka memeriksa dan memutuskan perkara anak oleh Hakim atau Adjudication. Pada masa Adjudication ini PK atas pemberitahuan Jaksa hadir dalam sidang anak, tidak lupa membawa arsip litmasnya. Keharusan PK hadir dalam sidan anak dapat dilaihat dalam pasal 57 ayat 1 Undang-undang Nomor 3 tahun 1997 sebagai berikut :” setelah Hakim membuka persidangan dan menyatakan sidang tertutup unguk umum, terdakwa dipanggil masuk serta orang tua, wali, atau orang tua asuh, penasehat dan Pembimbing Kemasyarakatan: Pasal 57 2 “ Selama persidangan, terdakwa didampingi orang tua, wali, atau orang tua asuh, penasehat hukum dan Pembimbing kemasyarakatan”. Dalam sidang PK mempertanggung jawabkan litmas yang dibuatnya sebagai bahan pertimbangan Hakim agar putusannya tepat dan adil, disamping adanya berita acara Polisi dan surat dakwaan dari jaksa dan wajib menjawab pertanyaan hakim tentang klien yang bersangkutan yang berkaitan dengan litmasnya. Untuk menunjukkan pentingnya litmas bagi Hakim sebagai bahan pertimbangan dapat dilihat dalam pasal 59 ayat 2 sebagai berikut :”Putusan sebagaimana dimaksud ayat 1 wajib mempertimbangkan Penelitian Kemasyarkatan dari pembimbing Kemasyarakatan, yang diwajibkan mempertimbangkan litmas dari PK adalah Hakim yang akan mengucapkan putusannya, Lihat pasal 58 ayat 1. 3 Peran PK sesudah ada putusan Hakim atau Post Adjudication Universitas Sumatera Utara Sekarang akan dijelaskan tugas PK sesudah Hakim menjatuhkan putusan kepada anak pelanggar hukum berupa pidana atau tindakan, dengan demikian pantaslah PK disebut sebagai fungsionalis “penegak hukum” yang mempunyai tugas : a Sebelum sidang anak wajib membuat litmas untuk bahan yang harus dipertimbangkan Hakim ; sama dengan Polisi wajib membuat Berita Acara hasil penyidikan terhadap tahanan anak. Juga sema dengan Jaksa yagn harus membuat tuntutan. b Harus hadir dalam sidang anak sebagai anggota sidang untuk mempertanggung jawabkan litmasnya, memberikan sumbang dengan tidan bermaksud melampui kewenangan Hakim seperti tercantum dalam litmasnya dan menjawab pertanyaan Hakim atas masalah yang terkait denga kliennya. PK juga sebagai pendamping bagi klien terutama bagi klen yang tidak ada orang tua atau walinya. c Kini setelah Hakim memutuskan anak dengan kijatuhinya pidana ataupun tidakan yang dibina di liar Lembaga. maka PK wajib melakukan Bimbingan terhadap kliennya. Dasar hukum yang melandasi bahwa pembimbing Kemasyarakatan harus membimbing klien yang dibina di luar Lapas, diatur dalam Undang-undang Pengadilan Anak seperti pada pasal 1 butir 11 sebagai berikut : “PK adalah petugas Pemasyarakatan pada Balai Pemasyarakatan yang melakukan bimbingan wrga binaan Universitas Sumatera Utara Pemasyarkatan. ini artinya tugas PK tidak hanya membimbinga klien berasal dari Lapas Dewasa maupun Anak.

B. Proses Pembuatan Penelitian Kemasyarakatan

Dokumen yang terkait

Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penggelapan (Studi Putusan Nomor : 06/Pid.Sus-Anak/2014/Pn.Mdn)

2 50 101

Pertimbangan Hakim Terhadap Penelitian Kemasyarakatan Dalam Penjatuhan Pidana Terhadap Anak (Studi Putusan No. 826/Pid.B/2007/PN.Mdn)

2 47 107

Tinjauan Terhadap Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Tindak Pidana Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Jabatan (Studi Putusan No.465/PID.SUS/2010/PN.Psp)

0 68 154

Relevansi Sistem Penjatuhan Pidana Dengan Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Pengadilan Terhadap Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor (Studi di Pengadilan Negeri Kota Malang)

1 5 30

Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Pidana Terhadap Anak Yang Melakukan Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan (Studi Putusan No. 622/PID/B(A)/2011/PN.TK)

2 17 70

BAB II RESTORATIVE JUSTICE DAN DIVERSI - Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penggelapan (Studi Putusan Nomor : 06/Pid.Sus-Anak/2014/Pn.Mdn)

0 1 19

Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penggelapan (Studi Putusan Nomor : 06/Pid.Sus-Anak/2014/Pn.Mdn)

0 0 34

Pertimbangan Hakim Terhadap Penelitian Kemasyarakatan Dalam Penjatuhan Pidana Terhadap Anak (Studi Putusan No. 826/Pid.B/2007/PN.Mdn)

0 0 10

BAB II PERANAN BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) DALAM PENELITIAN KEMASYARAKATAN DALAM PROSES PERADILAN PIDANA A. Peranan Balai Pemasyarakatan - Pertimbangan Hakim Terhadap Penelitian Kemasyarakatan Dalam Penjatuhan Pidana Terhadap Anak (Studi Putusan No. 826/

0 0 20

BAB III BENTUK PIDANA YANG DIJATUHKAN HAKIM TERHADAP ANAK TERKAIT DENGAN PERKEMBANGAN TEORI PEMIDANAAN A. Jenis Pidana Secara Umum - Pertimbangan Hakim Terhadap Penelitian Kemasyarakatan Dalam Penjatuhan Pidana Terhadap Anak (Studi Putusan No. 826/Pid.B/2

0 0 58