2.2.5. Teori Pecking Order
Teori pecking order memberikan dua aturan bagi dunia praktik, yaitu sudana, 2011:154:
a. Mengunakan pendanaan internal Manajer tidak dapat menggunakan pengetahuan khusus
tentang perusahaan untuk menentukan jika utang yang kurang beresiko mengalami mispriced
terjadi perbedaan harga pasar dengan harga teoritis karena
harga utang ditentukan semata-mata oleh suku bunga pasar.
b. Menerbitkan sekuritas yang resikonya kecil Walaupun investor khawatir salah menentukan harga
utang dan saham, kekhawatiran investor lebih besar dalam menentukan harga saham.
Ada teori alternatif yang dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang menguntungkan meminjam jumlah uang
yang lebih sedikit. Teori ini berdasarkan asumsi asimetris, manajer tahu lebih banyak dari pada investor luar tentang
profitabilitas dan prospek perusahaan. Observasi ini mencetuskan teori pecking order struktur modal. Teori ini
berbunyi sebagai berikut Brealey, dkk, 2006:25: a. Perusahaan menyukai pendanaan internal, karena dana
ini terkumpul tanpa mengirimkan sinyal sebaliknya yang dapat menurunkan harga saham.
b. Jika dana eksternal dibutuhkan, perusahaan menerbitkan utang lebih dahulu dan hanya menerbitkan
ekuitas sebagai pilihan terakhir. Pecking order ini muncul karena penerbitan uang tidak terlalu
diterjemahkan sebagai petanda buruk oleh investor bila dibandingkan dengan penerbitan ekuitas.
2.3. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
2.3.1. Profitabilitas
Konsep profitabilitas ini dalam teori keuangan sering digunakan sebagai indikator kinerja fundamental perusahaan
mewakili kinerja manajemen. Secara konsep dapat disimpulkan bahwa kinerja fundamental perusahaan
diproksikan melalui dimensi profitabilitas perusahaan memiliki hubungan kualitas terhadap nilai perusahaan
melalui indikator harga saham dan struktur modal perusahaan
Universitas Sumatera Utara
berkenaan dengan besarnya komposisi utang perusahaan Harmono, 2011:110-111.
Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang
maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi
kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru Kasmir, 2008:196.
Menurut Sartono 2010:122 “profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dengan hubungannya dengan
penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri.” Menurut Warsono 2003:37 “profitabilitas merupakan hasil
bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan.” Menurut Kasmir 2010:115 “rasio profitabilitas merupakan
rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.”
2.3.2. Likuiditas
Fred Weston, menyebutkan bahwa rasio likuiditas liquidity ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban utang jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu untuk
memenuhi utang membayar tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo kasmir, 2010:110.
Menurut Harmono 2011:106 “konsep likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam melunasi sejumlah
utang jangka pendek, umumnya kurang dari satu tahun.” Menurut Warsono 2003:34 “rasio-rasio likuiditas liquidity
ratio adalah suatu rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan
Universitas Sumatera Utara
perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya yang harus dipenuhi.”
Menurut Halim 1999:53 rasio likuiditas adalah “rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-
kewajiban dengan segera.”
2.3.3. Modal Kerja