9. Keadilan
Sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihaktidak pilih kasih, seimbang, berpihak
pada kebenaran, objektif, dan proporsional.
Menurut Yulita dalam Wibowo, 2013:47 dengan mengintegrasikan nilai-nilai anti korupsi tersebut kedalam kehidupan atau proses belajar
siswa diharapkan mampu berkembang menjadi pribadi yang lebih baik, dan akibatnya akan bersikap anti korupsi. Penanaman nilai anti korupsi ini
tidak sebatas pada mata pelajaran, tetapi perlu diberikan di semua tingkat pendidikan. Nilai anti korupsi ini hendaknya selalu direfleksikan ke dalam
setiap proses pembelajaran.
2.1.3 Karakteristik Anak Sekolah Dasar
Anak yang berada di kelas awal Sekolah Dasar adalah anak yang berada pada rentang usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek, tetapi
merupakan masa yang paling penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga
akan berkembang secara optimal. Menurut Majid 2014:7 Karakteristik perkembangan anak pada usia
anak SD biasanya petumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan. Mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat
melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan matanya
untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting. Selain itu perkembangan sosial anak yang berbeda pada usia kelas awal SD, antara lain
mereka telah dapat menunjukan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman sebayanya, mempunyai sahabat, telah
mampu berbagi dan mandiri. Menurut Majid 2014:7 Pertumbuhan dan perkembangan merupakan
dua hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari perjalanan hidup manusia. Pertumbuhan dan perkembangan manusia bersifat permanen, dalam
arti pertumbuhan dan perkembangan berlangsung selama manusia hidup dan berakhir bersama dengan berakhirnya manusia meninggal dunia. Setiap
individu secara kodrat membawa variasi dan irama pertumbuhan dan perkembangan sendiri-sendiri. Hal ini menyebabkan setiap individu
mempunyai perbedaan-perbedaan. Teori berkaitan dengan perkembangan pisikologi dan intelektual siswa di sekolah dasar dijabarkan oleh Piaget.
Menurut teori Piaget dalam Majid, 2014:7 proses belajar dapat berlangsung jika terjadi proses pengolahan data yang aktif di pihak pembelajar.
Pengolahan data yang aktif merupakan aktivitas lanjutan dari kegiatan mencarai informasi dan dilanjutkan dengan kegiatan penemuan. Piaget
berpendapat bahwa “ apa yang sudah ada pada diri seorang siswa kapasitas dasar kemampuan intelektualnya atau dapat disebut dengan istilah skema
adalah dasar untuk menerima hal yang baru”. Menurut Hasan dalam Majid,
2014:7 Skema berfungsi mengatur interaksi siswa dengan lingkungan sekitarnya”. Menurut Piaget dalam Majid, 2014:8 menyatakan kematangan
bio-psikologis seseorang memiliki tingkatan. Tingkatan perkembangan intelektual ciri-ciri tersendiri, antara lain:
Tahap pra-oprasional 2-7 tahun, tahap berpikir pra-konseptual 2-4 tahun yang ditandai dengan mulainya adaptasi terhadap simbol, mulai dari
tingkah laku berbahasa, aktivitas imitasi dan permainan. Kemudian pada tahap berpikir intuitif 4-7 tahun ditandai oleh berpikir pralogis yaitu antara
oprasional konkrit dengan prakonseptual. Pada tahap ini perkembangan ingatan siswa didik sudah mulai mantap, tetapi kemampuan berpikir deduktif dan
induktif masih lemah belum mantap. Perkembangan intelektual siswa Sekolah Dasar berada pada tahap
oprasional konkret 7-11 tahun yang ditandai oleh kemampuan berpikir konkret dan mendalam, mampu mengklasifikasi dan mengontrol persepsinya.
Menurut Muhibin dalam Majid, 2014:8 Pada tahap ini, perkembangan kemampuan berpikir siswa sudah mantap, kemampuan skema asimilasinya
sudah lebih tinggi dalam melakukan suatu koordinasi yang konsisten antar skema.
Berdasarkan tahap tersebut siswa Sekolah Dasar kelas I - VI memiliki tingkatan intelektual oprasional konkret dan siswa kelas enam memiliki
tingkatan oprasional formal. Kemampuan berpikir yang dimiliki oleh siswa Sekolah Dasar tersebut akan mempengaruhi seluruh kegiatan pembelajaran
yang diselenggarakan guru. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran pendidikan Sains, bahasa Indonesia, dan Budi Pekerti, serta mata pelajaran lainya
diarahkan pada pendekatan” meaningful learning” yang didasarkan kepada pengembangan kekampuan berpikir disesuaikan dengan biopsikologis siswa
yang hendaknya dijadikan tolak ukur guru, baik dalam pengembangan materi, strategi mengajar, pendekatan, media, maupun dalam melakukan evaluasi hasil
belajar.
2.1.4 Buku Cerita Bergambar 2.1.4.1 Media Pembelajaran