CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS
Lanjutan Continued
Untuk Tahun-tahun yang Berakhir pada Tanggal For The Years Ended
31 Desember 2015 dan 2014 serta Pada tanggal December 31, 2015 and 2014 and As of
1 Januari 201431 Desember 2013 January 1, 2014December 31, 2013
Disajikan dalam Rupiah Penuh, Kecuali Dinyatakan Lain Expressed in Full of Rupiah, Unless Otherwise Stated
30 2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi Signifikan
Lanjutan 2. Summary of Significant Accounting Policies
Continued t. Sumber
Estimasi Ketidakpastian
dan Pertimbangan Akuntansi yang Penting Lanjutan
t. Source of Estimation Uncertainty and Critical Accounting Judgements Continued
ii. Pertimbangan Penting
dalam Penentuan
Kebijakan Akuntansi Lanjutan ii. Significant Judgements in Determinatio of
Accounting Policy Continued
Cadangan kerugian penurunan nilai piutang Perusahaan mengevaluasi akun tertentu jika
terdapat informasi bahwa pelanggan tertentu tidak dapat memenuhi kewajiban keuangannya. Dalam
hal tersebut, Perusahaan mempertimbangkan, berdasarkan fakta dan situasi yang tersedia,
termasuk namun tidak terbatas pada, jangka waktu hubungan dengan pelanggan, kualitas jaminan
yang diterima dan status kredit dari pelanggan berdasarkan catatan kredit pihak ketiga yang
tersedia dan faktor pasar yang telah diketahui, untuk mencatat cadangan yang spesifik atas jumlah
piutang
pelanggan guna
mengurangi jumlah
piutang yang diharapkan dapat diterima oleh Perusahaan. Cadangan yang spesifik ini dievaluasi
kembali dan disesuaikan jika tambahan informasi yang diterima mempengaruhi jumlah cadangan
penurunan nilai piutang. Penjelasan lebih rinci diungkapkan dalam Catatan 5.
The allowance of impairment of receivables The Company evaluates specific accounts where
it has information that certain customers are unable to meet their financial obligations. In these
cases, the Company uses judgment, based on the best available facts and circumstances, including
but not limited to, the length of its relationship with the customer, quality of collateral received and
the customer’s current credit status based on any available third party credit reports and known
market factors, to record specific allowance for customers against amounts due to reduce its
receivable amounts that the Company expect to collect. These specific allowances are reevaluated
and adjusted as additional information received affects the amounts of allowance for impairment
losses on trade receivables. Further details are disclosed in Note 5.
Bila Perusahaan memutuskan bahwa tidak terdapat bukti obyektif atas penurunan nilai pada evaluasi
individual atas piutang usaha, baik yang nilainya signifikan
maupun tidak,
Perusahaan menyertakannya dalam kelompok piutang usaha
dengan risiko kredit yang serupa karakteristiknya dan melakukan evaluasi kolektif atas penurunan
nilai. Karakteristik yang dipilih mempengaruhi estimasi arus kas masa depan atas kelompok
piutang usaha tersebut karena merupakan indikasi bagi kemampuan pelanggan untuk melunasi jumlah
terutang. If the Company determines that no objective
evidence of impairment occured for an individually assessed trade receivables, whether significant or
not, it includes the asset in a group of financial assets with similar credit risk characteristics and
collectively assesses them for impairment. The characteristics chosen are relevant to the
estimation of future cash flows for group of such trade receivables by being indicative of the
customers’ ability to pay all amounts due.
Arus kas masa depan pada kelompok piutang usaha yang dievaluasi secara kolektif untuk
penurunan nilai
diestimasi berdasarkan
pengalaman kerugian historis bagi piutang usaha dengan karakteristik risiko kredit yang serupa
dengan piutang usaha pada kelompok tersebut. Future cash flows in a group of trade receivables
that are collectively evaluated for impairment are estimated on the basis of historical loss
experience for the trade receivables with credit risk characteristics similar to those in the group.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS
Lanjutan Continued
Untuk Tahun-tahun yang Berakhir pada Tanggal For The Years Ended
31 Desember 2015 dan 2014 serta Pada tanggal December 31, 2015 and 2014 and As of
1 Januari 201431 Desember 2013 January 1, 2014December 31, 2013
Disajikan dalam Rupiah Penuh, Kecuali Dinyatakan Lain Expressed in Full of Rupiah, Unless Otherwise Stated
31 3.
Penyajian Kembali Laporan Keuangan 3. Restatement of the Financial Statements
Pada bulan Desember 2013, Dewan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia menerbitkan PSAK 24 revisi 2013,
“Imbalan Kerja” yang harus diterapkan untuk tahun buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2015. Standar
imbalan kerja revisi ini menetapkan perubahan pada pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan
atas imbalan kerja. In December 2013, the Financial Accounting Standards
Board issued SFAS 24 revised 2013, “Employee Benefits”, which is required to be applied for financial
years beginning on or after January 1, 2015. This revised employee benefits standard introduces changes to the
recognition, measurement, presentation and disclosure of employment benefits.
Perusahaan telah menerapkan PSAK 24 revisi 2013 “Imbalan Kerja” pada tanggal 1 Januari 2015. Penerapan
standar revisi ini mempunyai dampak berikut di laporan keuangan Perusahaan:
The Company had adopted SFAS 24 revised 2013, “Employee Benefits” on January 1, 2015. The adoption of
this revised standard has the following impacts on the Company financial statement:
a. Keuntungan atau kerugian aktuarial yang timbul dari penyesuaian pengalaman dan perubahan asumsi
aktuarial dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas di penghasilan komprehensif lain pada periode terjadinya
keuntungan atau kerugian aktuarial tersebut. Sebelum penerapan PSAK 24 revisi 2013 “Imbalan Kerja”,
keuntungan atau kerugian aktuarial diamortisasi dan diakui sebagai biaya atau keuntungan selama
perkiraan rata-rata sisa periode masa kerja pegawai yang berhak dengan menggunakan pendekatan
koridor. a. Actuarial gains or losses arising from experience
adjustments and changes in actuarial assumptions are charged or credited to equity in other
comprehensive income in the period in which they arise. Prior to the adoption of SFAS 24, revised
2013 “Employee Benefits”, actuarial gains or losses were amortised and recognised as expense or gain
over the expected average remaining service periods of the eligible employees using a corridor approach.
b. Biaya jasa lalu diakui segera di laporan laba rugi pada periode terjadinya perubahan program. Manfaat yang
belum vested sudah tidak boleh lagi diakui sepanjang periode jasa di masa depan.
b. Past-service costs are recognised immediatedly in the profit or loss in the period of a plan amendment.
Unvested benefits can no longer be spread over a future-service period.
c. Bebanpendapatan bunga neto ditentukan dengan mengalikan liabilitasaset imbalan pasti neto dengan
tingkat diskonto, yang ditentukan pada awal tahun. Dampak dari perubahan ini adalah penghapusan
konsep sebelumnya
mengenai pengakuan
pengembalian yang diharapkan dari aset program. c. Net interest expenseincome is to be calculated as
the product of the net defined benefit liabilityasset and the discount rate as determined at the beginning
of the year. The effect of this is to remove the previous concept of recognising an expected return
on plan assets.
Dampak perubahan karena PSAK 24 revisi 2013, “Imbalan Kerja”
Impact of changes from SFAS 24 revised 2013, “Employee Benefits”
Berikut adalah rincian dampak penerapan PSAK 24 revisi 2013,
“Imbalan Kerja”
pada informasi
keuangan komparatif tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada
31 Desember 2014 dan 1 Januari 2014 31 Desember 2013.
The following summary discloses the impact of the adoption of SFAS 24 revised 2013, “Employee benefits”
on the comparative restated financial information as at and for the years ended December 31, 2014, and
January 1, 2014December 31, 2013.